Monday, December 18, 2023
Trust Issue
Thursday, October 19, 2023
Fantasi
Monday, November 23, 2020
Giver or Taker?
Menolong orang adalah hal yang bisa dilakukan semua orang yang memiliki kemampuan untuk menolongnya dan setiap orang punya hal yang bisa ia lakukan untuk menolong orang. Menolong rasanya membahagiakan, bahagia saat melihat orang lain bisa keluar dari masalahnya, bis ajuga bahagia karena self esteem naik dan feeling good about self.
Aktivitasnya sama (menolong), jenis manusia yang melakukannya beda.
1. Tipe altruism (giver)
2. Tipe egois (taker).
Tipe altruism. giver, dia menolong murni untuk kebaikan orang yang ditolongnya, terlepas orang yeng menolongnya tau terimakasih ataupun tidak. Fokusnya untuk kebaikan orang lain, bukan untuk dirinya. Lain halnya dengan tipe egois/taker, ia menolong orang untuk kepentingan dirinya bahkan mengambil manfaat dari orang lain. Misal, ada seorang nolong orang yang kesulitan agar dirinya merasa hebat, superior, self esteem nya naik, dan ngambil manfaat dari keadaan orang yg sulit dengan bikin orang tersebut berterimakasih, memuja muji dirinya, bahkan jadi "dependable" dmn akhirnya ia merasa punya kontrol terhadap orang yang ditolongnya. Kalau yang altruism, dia nolong ya nolong aja bahkan bikin orang yang ditolongnya independent bisa menolong dirinya sendiri, krn motivasinya adalah untuk kebaikan orang yang ditolongnya bukan untuk kepuasan dirinya semata.
Aktivitasnya sama, motivasinya beda.
Yang bahaya itu kalau ketemu orang narsistic personality disorder, psikopat, sosiopath, yang kadang mencari mangsa orang2 yg lagi susah, fragile, dan sejenisnya. Datang sebagai orang yang bisa menolong dan baik, kenyataannya hanya eksploitasi orang, hanya jadiin orang objek agar dirinya dapat puja puji, jahat2nya bikin orangjd tergantung sama dirinya dan akhirnya dia bs seenak udel mainin orang kaya boneka. Krn tujuan nolongnya adalah untuk mendapati pujian dan kontrol. Dia gak peduli sama keadaan orang yang ditolongnya. Lalu saat ia tidak mendapati apa yang diinginkan dari "korbannya", orang itu dibuang gitu aja tanpa closure, dignity, dan fair. Lain halnya kalau orang nolong dengan motivasi altruism, ia akan tulus. Kalaupun ada orang yg ditolongnya menyalahpahami dirinya dengan nuduh ini itu, orang ini gak akan bereaksi, karena tujuan dia menolong orang murni bukan untuk pride dan keegoisan pribadi lainnya. Jika ketrlaluan, orang ini akan menyampaikan boundariesnya dengan fair dan ada closure.
Taker and Giver.
Karena tidak semua orang berlaku baik aslinya baik.
Sunday, September 13, 2020
Struggle
Terimakasih untuk para ayah yang struggle bekerja keras demi keluarga.
Terimakasih untuk para ibu yang struggle maninggalkan anak demi memenuhi kebutuhan hidip.
Terimakasih untuk para bayi dan anak yang struggle kesepian bersama pembantu.
Terimakasih untuk para pembantu yang struggle meninggalkan keluarga demi untuk bertahan hidup.
Terimakasih. Semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih sayang-Nya.
Jika bisa memilih, para ayah tak akan rela istrinya ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Jika bisa memilih, para ibu diam di rumah menemani anaknya dengan cinta yang hadir utuh bersama fisik.
Jika bisa memilih, para anak ingin bersama ayah ibunya, ibu hadir dlm kesehariannya dan ayah yang hadir sebelum dirinya terlelap tidur malam.
Jika bisa memilih, para pembantu tak akan merantau jauh meninggalkan keluarga demi bertahan hidup.
Kadang ada hal-hal yang tak bisa dipilih, diri hanya menjalani sebaik mungkin keputusan terbaik dari keadaan saat itu.
Dan dari setiap keputusan selalu ada yang dikorbankan sekalipun pengorbanan yang dilakukan untuk tujuan yang baik. Semua pihak struggle dalam setiap perannya.
Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap kesulitan hidup.
Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap kesedihan mendalam.
Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam kesepian jiwa.
Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap perjuangan.
Monday, August 24, 2020
Perpanjangan
*ini cerita kisah, bukan ngomongin orang. Focus on value, moral, and insight ya.
Beberapa tahun lalu, di perjalanan pulang dari tempat kerja, ada berita uwa meninggal. Sontak rasa sedh melanda dan langsung menayakan alamat lengkap untuk langsung pergi ke rumahnya naik gocar. Setelah dipikir, lebih baik pulang ke rumah nenek dulu dan berangkat bareng dengan orang rumah. Nenek sudah berangkat duluan, dan di rumah masih banyak orang yang pergi masing-masing.
Singkat cerita sampai lah di rumah uwa. Sanak saudara menanyakan kemana ibu, saya bilang sedang di Thailand dari kantornya. Lalu beberapa om dan uwa berkomentar "teteh disuruh ibu ya kesini", "teteh ngewakilin ibu ya", dan kalimat-kalimat sejenis. Sampai di titik, kenapa saya dilihat sebagai perpanjangan dan wakil orang tua? Kenapa mereka gak melihat saya sebagai keponakan yang memang datang atas keinginan sendiri karena kepedulian dan rasa kasih terhadap uwa? Kenapa saya dikait-kaitan dengan orang tua? Apa pentingnya jg ibu menyuruh saya mewakili dirinya, memang menghadiri kematian sanak saudara itu diabsen layaknya meeting kantor yang butuh perwakilan saat yang bertugas tak dapat hadir?
Selama di rumah tersebut, saya memperhatikan, setiap orang sibuk dengan orang-orang yang dianggap "penting", seperti para orang tua, saudara berumur, tetangga, rekan kerja. dan para sepupuh pun bareng sama keluarga intinya masing-masing. Disitu saya merasa sendirian banget, bener-bener sendirian. Kemudian, saat shalat jenazah, cuma satu saudara yang gak memetingkan keluarga intinya aja, dia menyapa "sini, disini aja shalatnya" sebelahnya, dikala saya tersisih hingga barisan terbelakang sesendirian.
Hari semakin malam, bingung mau pulangnya gimana. Akhirnya saya pulang bersama istri om, nebeng gocar sepupuh. Itu pun turunnya di pinggir jalan terus lanjut nyebrang dan jalan kaki sampai rumah. Sampai rumah, saya merenung "gini ya saat datang ke acara keluarga tanpa orang tua alias sendirian, ya hasilnya sesendirian meski dikelilingin orang-orang satu darah. Mereka melihat saya sebagai anak ibu, bukan sebagai keponakan layak anaknya sendiri, bukan sebagai sepupuh yang dianggap kakak/adiknya sendiri". Dan realita kenyataan tersebut saya terima.
Sebelumnya, ada beberapa kejadian sejenis. Kalau diperhatiin, kadang ada orang2 menolong/ nganterin/ nengok karena takut dianggap ini itu, dengan kata lain motivasi bukan dari gerak hati spontannya. Hal kedua yang diamati yang sering terjadi adalah kalau ada yang bermasalah pasti sekeluarga ikut-ikutan/ kebawa-bawa. Misal ortu bermasalah, anaknya ikut2an musuhin orang yang dianggap musuh ibunya. Anak bermasalah, ortunya belain dengan ikut2an musuhin orang yang dianggap menganggu wellbeing anaknya.
Thursday, July 11, 2019
Manusia #1
cleaning service, office girl/boy, semua datang untuk kerja.
Wednesday, June 5, 2019
Attachment
Tuesday, October 23, 2018
Sosialis dan Individuality.
Thursday, April 12, 2018
Sosial Media
Tuesday, February 13, 2018
Insecurity
menerima kekurangan diri?
semakin cepat deal sama keadaan dan insecurity.
Wednesday, November 23, 2016
Orang Tua
Monday, July 4, 2016
Ramadhan #29: Society
Wednesday, June 29, 2016
Ramadhan #24: Sederhana
Sunday, June 19, 2016
Ramadhan #14: Laki-Laki Baik
Laki-laki yang menyayangi manusia lain dan bermanfaat bagi banyak orang.
Tuesday, June 14, 2016
Ramadhan #9: Menyesuaikan
Friday, June 10, 2016
Ramadhan #8: Banyak
Ramadhan #8
Tuesday, May 24, 2016
Melihat Potensi
Monday, May 23, 2016
Berlebihan
Monday, March 28, 2016
Teman
1. pernah pergi jauh bareng
2. pernah tidur bareng (mksdnya dr pagi ketemu pagi)
3. pernah marah besar trs jd baik lg
4. pernah terlibat hutang piutang
1. saat pergi jauh, banyak sikon tak terduga yg bisa terjadi, disitu karakter orang bisa keliatan, bagaimana manajemen emosinya, manajemen keuangannya, egoismenya, care sama org nya, bagaimana pola pikirnya, dll. nah ada kalanya disuatu sikon sulit, keluarlah sifat asli buruknya dlm waktu bersamaan, dalam moment ini bakal ada sikap alami/perkataan spontan yg mungkin saling menyakiti baik fisik/psikis/mental. disini, berada dalam sebuah konflik, baik konflik personal maupun konflik dgn lingkungan suasana saat itu. kalau bs saling menerima, saling mereduksi ego, saling memaafkan, yaudah berarti org itu udh lolos sbg temen dlm tahap 1. Krn ga byk yg bs stay untuk netral dan kembali baik atau sayang setelah melewati fase ini. ujung2nya bs hanya sebatas kenal/ ya cukup tau aja, bahkan ada yg bs ampe berantem dan "selesai" hubungan.
Dari banyaknya orang yg pernah melewati 4 hal itu, berujung sakit hati/ dimusuhin/ saling menjauh/turun level hubungan (yg awalnya tmn, turun jd kolega bahkan cukup tau nama aja). alhamdulillahnya, ada 1 orang yg bener2 berkonflik abis2an, tp kita bs saling buka hati dan pikiran, jd biasa aja deh sampe skrg rasanya ttp sama, tetap sayang, no hurt feeling, ga ada yg kependem.