Kasus 1. Batalin janji
Si A gak ngabarin, pas ditagih malah marah, blamming kita, playing victim, dan tidak ada resekejul. Jikapun ada resekejul, akan dibatalin lagi.
si B mengabari beberapa jam sebelumnya (karena mepet), menjelaskan alasannya, memberikan pilihan jadwal lain. Dan sata orang kecewa/ kesal, ya terbuka santai menerima kosekuensinya tanpa defensif atau ma;ah menyerang.
Kasus 2. Being vulnerable and asertif.
Si A merasa diserang, penuh pembenaran dan defensif, malah jadi nyerang dengan intention menyakiti. Alhasil tidak terjalin komunikasi, pemahaman, dan solusi bersama.
Si B berterimakasih "makasih ya sudha terbuka dan bilang", lalu being space "apa lagi yang kamu kesal sama aku", "menawarkan solusi "apa yang kamu mau?". Dilakukan, case closed, dan tak pernah berulang.
Kasus 3. Salah paham
si A defensif, menyelamatkan diri, merasa dirinya benar, gaslighting orang, manipulatif.
Si B, menderngarkan perspektif dan asumsi pihak lain, memahami, tidak defense amupun menyerang. Lalu mengkomunikasikan maksdunya dan ada rekonsilisasi.
Cara orang merespon, handle masalah, melihat masalah, menyelesaikan masalah, ternyata dipengaruhi banyak hal. Mulai dari latar belakang, pendidikan, pengalaman, lingkungan sosial, pergaulan, kedwasaan, kematangan mental, daya nalar, IQ, spiritual, wawasan, kepekaan, dll. Termasuk levelnya masing-masing.
----
Kadang ada orang melihat suatu masalah sepele dan menyepelekan. Ya bisa jadi masalah itu sepele, atau dirinya yang tak mampu melihat the core of that situation and problem, atau ya memang ignorant dan kurang wawasan aja.