Thursday, September 18, 2025

18092025

Dengan orang yang tepat, di tempat yang tepat; diri ternutrisi dengan baik dan tumbuh melesat. Tentramnya jiwa, tenangnya batin, jernihnya pikiran, dan sehatnya fisik memberikan kehidupan yang terus lebih baik dan lebih baik.; mencapai aktualisasi diri hingga membuat dada lapang,

Tuesday, September 9, 2025

09092025

Saat kita tahu seberapa berharganya diri, seberapa pentingnya diri, dan tau ada yang sayang dengan diri meski 1-2 orang, kita akan mampu memfilter mana yang penting dna tidak, mana yang layak dna tidak, mana yang kind dan harming. Termasuk mampu utuk mejaga, menghargai, dan menyayangi diri sendiri.

Se abusif nya orang tua, dengan segala harming, abuse, dan trauma yang mereka ciptakan pada diri. Trauma yang menghancurkan kehidupan, jiwa, raga, kesehatan, masa depan, relasi, dan finansial. Ada waktu yang mereka korbankan, ada harta yang mereka usahakan, ada mimpi yang mereka lepaskan sejak kita di kandungannya, lahir, dan tumbuh. 

Mungkin bukan hal mudah menerima, memaafkan, dan melepaskan segala kesempatan yang hilang atas segala trauma yang orang tua ciptakan. Dan disini kita belajar untuk mencintai orang tua tanpa syarat dengan segala apa yang mereka lakukan terhadap diri, belajar untuk mengasihi orang tua, mengasihi diri sendiri, belajar untuk ikhlas terhadap yang sudah lewat, dan mengambil alih dengan bertanggung jawab pada kehidupan sendiri. 

Semakin disadari, menyadari; semakin sadar banyak sekali orang-orang yang tak penting dalam hidup, banyak sekali energy yang terkuras untuk hal-hal itu, banyak sekali orang-orang yang memang tidak layak; dan dari sini boundaries tercipta dengan sendirinya.

I feel grateful atas segala kesadaran yang hadir dna perubahan yang terjadi.

Tuesday, September 2, 2025

Menabur dan Menuai

Menabur dan menuai adalah dua hal berbeda yang saling berkaitan.
Ada yang menabur dalam detik, bulan, dekade, atau bahkan di kehdiupan selanjutnya.
Apapun yang kita tabur, ada masa untuk dituai. Entah diri sendiri yang menuai atau orang setelah diri yang menuat bibir yang diri tanam. Seperti kakek nenek yang sangat baik sepanjang hayatnya, namun selama hidupnya belum sempat menuai benih yang ia tanam. Sampai di waktu menuai saat mereka sudah tidak ada di dunia, sehingga cucunya yang menuai segala karma dan kebaikan nenek kakeknya. Begitupun untuk hal dzolim dan destruktif yang di lakukan. 

Kadang ada hasil yang terlihat cepat, kadang butuh waktu yang lebih lama.
Apapun itu, yang kita nikmati saat ini adalah hasil akumulatif apa yang kita tanam di masa lalu, di kehidupan sebelumnya, termasuk yang di tanam oleh orang-orang yang berhubungan dengan diri seperti keluarga. 

Jika diri lelah berusaha, lelah menyelesaikan banyak hal, lelah secara fisik maupun batin. Tidak ada kata lain selain ikhlas. Karena hanya Tuhan yang tahun kapan semua yang kita usahakan dan tabur akan berbuah dan akan ada masa panennya. Entah di panen dan dinikmati oleh diri sendiri maupun sekitar. Jikapun diri tak sempat menuai dan menikmati semua yang ditanam, maka tak ada kata lain selain ikhlas. Mungkin ikhlas adalah level tertinggi dari manusia yang menyerahkan semuanya pada Sang kuasa dengan segala usaha, pengorbanan, kehilangan, penderitaan, dan ikhtiar yang telah dilakukannya dengan kelapangan hati sebagai hamba yang bersyukur atas segala nikmat yang diberikanNya (kesehatan, kecerdasan, kejernihan, kapasitas, kemampuan, bakat, potensi, dan segala kesempatan yang hadir).

Kembali ke topik menabur dan menuai.
Bisa jadi ada orang yang beruntung berada pada posisi masa panen dari hasil orang-orang sebelumnya tabur dan tanam. Ada yang dihujat dari taburan kedzoliman, ada yang di agung-agungkan dari taburan kebaikan. hal yang ingin disampaikan adalah, apapun yang hadir saat ini, di panen, ingatlah ada pihak lain yang layak mendapatkan kredit yang mungkin terlupakan atau bahkan tak disadari. Begitupun dengan diri sendiri, ada akumulasi keputusan , tindakan, sikap, dari masa lalu yang mungkin terlupakan atau tak disadari.