Showing posts with label #journaling. Show all posts
Showing posts with label #journaling. Show all posts

Tuesday, September 9, 2025

09092025

Saat kita tahu seberapa berharganya diri, seberapa pentingnya diri, dan tau ada yang sayang dengan diri meski 1-2 orang, kita akan mampu memfilter mana yang penting dna tidak, mana yang layak dna tidak, mana yang kind dan harming. Termasuk mampu utuk mejaga, menghargai, dan menyayangi diri sendiri.

Se abusif nya orang tua, dengan segala harming, abuse, dan trauma yang mereka ciptakan pada diri. Trauma yang menghancurkan kehidupan, jiwa, raga, kesehatan, masa depan, relasi, dan finansial. Ada waktu yang mereka korbankan, ada harta yang mereka usahakan, ada mimpi yang mereka lepaskan sejak kita di kandungannya, lahir, dan tumbuh. 

Mungkin bukan hal mudah menerima, memaafkan, dan melepaskan segala kesempatan yang hilang atas segala trauma yang orang tua ciptakan. Dan disini kita belajar untuk mencintai orang tua tanpa syarat dengan segala apa yang mereka lakukan terhadap diri, belajar untuk mengasihi orang tua, mengasihi diri sendiri, belajar untuk ikhlas terhadap yang sudah lewat, dan mengambil alih dengan bertanggung jawab pada kehidupan sendiri. 

Semakin disadari, menyadari; semakin sadar banyak sekali orang-orang yang tak penting dalam hidup, banyak sekali energy yang terkuras untuk hal-hal itu, banyak sekali orang-orang yang memang tidak layak; dan dari sini boundaries tercipta dengan sendirinya.

I feel grateful atas segala kesadaran yang hadir dna perubahan yang terjadi.

Tuesday, September 2, 2025

Menabur dan Menuai

Menabur dan menuai adalah dua hal berbeda yang saling berkaitan.
Ada yang menabur dalam detik, bulan, dekade, atau bahkan di kehdiupan selanjutnya.
Apapun yang kita tabur, ada masa untuk dituai. Entah diri sendiri yang menuai atau orang setelah diri yang menuat bibir yang diri tanam. Seperti kakek nenek yang sangat baik sepanjang hayatnya, namun selama hidupnya belum sempat menuai benih yang ia tanam. Sampai di waktu menuai saat mereka sudah tidak ada di dunia, sehingga cucunya yang menuai segala karma dan kebaikan nenek kakeknya. Begitupun untuk hal dzolim dan destruktif yang di lakukan. 

Kadang ada hasil yang terlihat cepat, kadang butuh waktu yang lebih lama.
Apapun itu, yang kita nikmati saat ini adalah hasil akumulatif apa yang kita tanam di masa lalu, di kehidupan sebelumnya, termasuk yang di tanam oleh orang-orang yang berhubungan dengan diri seperti keluarga. 

Jika diri lelah berusaha, lelah menyelesaikan banyak hal, lelah secara fisik maupun batin. Tidak ada kata lain selain ikhlas. Karena hanya Tuhan yang tahun kapan semua yang kita usahakan dan tabur akan berbuah dan akan ada masa panennya. Entah di panen dan dinikmati oleh diri sendiri maupun sekitar. Jikapun diri tak sempat menuai dan menikmati semua yang ditanam, maka tak ada kata lain selain ikhlas. Mungkin ikhlas adalah level tertinggi dari manusia yang menyerahkan semuanya pada Sang kuasa dengan segala usaha, pengorbanan, kehilangan, penderitaan, dan ikhtiar yang telah dilakukannya dengan kelapangan hati sebagai hamba yang bersyukur atas segala nikmat yang diberikanNya (kesehatan, kecerdasan, kejernihan, kapasitas, kemampuan, bakat, potensi, dan segala kesempatan yang hadir).

Kembali ke topik menabur dan menuai.
Bisa jadi ada orang yang beruntung berada pada posisi masa panen dari hasil orang-orang sebelumnya tabur dan tanam. Ada yang dihujat dari taburan kedzoliman, ada yang di agung-agungkan dari taburan kebaikan. hal yang ingin disampaikan adalah, apapun yang hadir saat ini, di panen, ingatlah ada pihak lain yang layak mendapatkan kredit yang mungkin terlupakan atau bahkan tak disadari. Begitupun dengan diri sendiri, ada akumulasi keputusan , tindakan, sikap, dari masa lalu yang mungkin terlupakan atau tak disadari. 

Thursday, August 28, 2025

Beda level (2)

Kasus 1. Batalin janji
Si A gak ngabarin, pas ditagih malah marah, blamming kita, playing victim, dan tidak ada resekejul. Jikapun ada resekejul, akan dibatalin lagi.
si B mengabari beberapa jam sebelumnya (karena mepet), menjelaskan alasannya, memberikan pilihan jadwal lain. Dan sata orang kecewa/ kesal, ya terbuka santai menerima kosekuensinya tanpa defensif atau ma;ah menyerang.

Kasus 2. Being vulnerable and asertif.
Si A merasa diserang, penuh pembenaran dan defensif, malah jadi nyerang dengan intention menyakiti. Alhasil tidak terjalin komunikasi, pemahaman, dan solusi bersama.
Si B berterimakasih "makasih ya sudha terbuka dan bilang", lalu being space "apa lagi yang kamu kesal sama aku", "menawarkan solusi "apa yang kamu mau?". Dilakukan, case closed, dan tak pernah berulang.

Kasus 3. Salah paham
si A defensif, menyelamatkan diri, merasa dirinya benar, gaslighting orang, manipulatif.
Si B, menderngarkan perspektif dan asumsi pihak lain, memahami, tidak defense amupun menyerang. Lalu mengkomunikasikan maksdunya dan ada rekonsilisasi. 

Cara orang merespon, handle masalah, melihat masalah, menyelesaikan masalah, ternyata dipengaruhi banyak hal. Mulai dari latar belakang, pendidikan, pengalaman, lingkungan sosial, pergaulan, kedwasaan, kematangan mental, daya nalar, IQ, spiritual, wawasan, kepekaan, dll. Termasuk levelnya masing-masing.

----
Kadang ada orang melihat suatu masalah sepele dan menyepelekan. Ya bisa jadi masalah itu sepele, atau dirinya yang tak mampu melihat the core of that situation and problem, atau ya memang ignorant dan kurang wawasan aja. 

Beda Level (1)

Ada beberapa unpleasant experience dan emotion yang terus terjadi berulang. 
Setiap curhat ke orang terkait hal itu, orang-orang yang dicurhati merespon "kayaknay mereka kurang wawasan, jadi gak paham sikap kaya gitu berdampak apa, gak paham juga cara merepon hal seperti apa", "mereka beda level, kalo kamu kan sering pindah-pindah tempat, merantau, berbaur sama banyak jenis orang baru, mandiri dari kecil. Sedangkan mungkin mereka lingkungannya ya ity-itu aja", "latar belakang pendidikannya beda ya, S1 dan S2 cara berfikirnya beda, cara melihat masalahnya beda, cara padangnya beda. pendidikan tuh berpengaruh loh dan sepertinya memang beda aja levelnya", "udah lah gak usah dipikirin, gak penting, beda level. fokus aja ke kerjaan kamu".

Berbulan-bulan tidak paham omongan mereka. Aku malah terus fighting, menjelaskan, berjuang, dan berusaha to make it better. Sampai di momen saat sedang ngobrol dengan orang kantor, mendadak sadar "oooo bener ya emang beda level". Mereka tidak mampu melihat masalah, sehingga solusi yang mereka lakukan pun tidak tepat dan didnt works. Bahkan jadi blamming dna labeling akunya yang bermasalah dan masalah hanya karena aku sendirian minoritas, dan mereka tidak mampu "melihat" apa yang aku "lihat". 

Semenjak itu, badanku spontan melakukan hal-hal penting. Termasuk jadi stop interaksi duluan, konfrotasi, mejelaskan, gifing knpwledge, sharing expereince, dan hal-hal yang selama ini memang tidak perlu diberikan ke orang yang tidak mampu menerima dan paham. Alih-alih bisa menerima, saling kontribus, malah diri yang dianggpa ini itu. 

Ternyata "beda level" bukan bentuk arogansi dan kalimat menyenangkan diri. 
Alhamdulillah akhirnya paham. Bismillah.

Wednesday, August 20, 2025

20/08/2025

Penderitaan terbesar adalah:
Saat diri bisa melihat semuanya; melihat hingga ke dalam hingga akar; mampu membaca dan mengidentfikasi masalahnya; tau solusinya; mau berkontribusi; mencurahkan seluruh waktu, energi, perhatian, kemampuan, semuanya untuk mengubah itu semua menjadi lebih baik; tapi hal tersebut tidak mau berubah, tidka mau menerima kontribusi, tak sadar. 

Ketika kita bisa melihat lebih dari apa yang pad aumumnya terlihat, memiliki hasrat untuk menolong melebihi menolong diri sendiri, melihat semua kekacauan dan mengambil itu semua sebagai masalah diri hingga diri yang menderita tanpa ada perubahan yang hal itu mampu terima dan terjadi. 

I am really sorry to myself,
to be too aware, too sensitive, too care, too nurture, too sacrifice for people/ place/ things that mutual or reject us. Sorry for abandonment you dear myself, for everything org people that really important to me. 

20/08/2025

I’m truly happy to see friends getting married, launching books, starting new businesses, moving to America, receiving promotions, buying property, and achieving their dreams. Deep down, all of this reminds me to focus on what really matters and stay committed to the process. Thank you for sharing such inspiring and eye-opening news. Bismillah.

Sunday, August 10, 2025

2/8/25

My soul full of love, joy, and gratitude.
Thank you for invitation and having me.

Happy birthday, Arthur!
All the best for everything!

 
 

Flashback, 3 years ago (2022) I moved to Jakarta, without family, friends, circle, just alone by myself. I asked my self "how to make friends at this age?". Suddenly one of my  acquaintance told me about this community. So I joined and still have not friends wkwk. Beside that, I am so grateful to meet all of these people. I felt sense of belonging; experience love, warm, kindness; learned many things, to love myself, to more open to others, to trust, to communicate better, to create healthy boundaries. Its mean a lot for me. I am so grateful to know Arthur. His maturity, kindness, energy, so wonderful.

Wednesday, August 6, 2025

Gratitude

Energy never lies. We can feel it in every action, word, situation, condition, place, object, and person long before the mind begins to process it.

Last weekend, I attended an event where I met many people from different walks of life. At one moment, a guy complimented my dress: “You are so gorgeous". I smiled, said thank you, and started explaining why I chose to wear that dress. But before I could finish, he gently cut in and said, “Just own it". I instantly stopped my word and got the energy behind that. The energy was uplifting, encouraging, and deeply empowering. It hit me in a way that made me pause and reflect.

Before leaving the event, I said goodbye to everyone, waving my hands and giving hugs. When I hugged one of the guys, his embrace carried such warmth and kindness that it caught me off guard. In that moment, I felt like crying, his energy was so gentle, it touched something deep in me.

On the taxi ride home, I cried. Tears flowed as I began to realize so many good things I had never truly noticed before. There was a deep sense of gratitude and tenderness behind those tears, like my heart was finally catching up with everything I’d been feeling.

Thursday, July 31, 2025

Beres

2019 ada cidera di betis, lalu fiisoterapi. Out of blue, dokternya komen "kamu kalo nikah, nikah sama orang yang kamu cinta, yang saling cinta. Yang cocok sama kamu, bukan orangmu", "dna ingat, nikah sama cowok yang beres, yang beres ya". Tahun berganti, sampai di momen pertengahan 2025 (barusan) sadar sesuatu, teringat perkataan dokter rehab medik, dan baru get it maksudnya. 

Mungkin kita terbiasa pada kondisi dan pengkondisian masa kecil. Semua yang diterima dianggap hal normal dan saat terjadi berulang di usia dewasa bahkan sepanjang usia, hal tersebut di normalisasikan. Hingga di momen banyak healing, dapat experience berbeda (good or bad), semua jadi terlihat jernih. Lambat laun jadi paham mana laki-laki beres, wounded, baik, healed, bermasalah, semua terlihat jernih. Termasuk mampu melihat mana boundaries, defense mechanism, trauma response, pure kindnss, yang punya hidden agenda, mana yang personality, karakter, trauma, dll. 

Untuk sampai kesana, diperlukan kejernihan dalam melihat. Dan kejernihan ini, personally di dapat saat melepaskan banyak trauma, being present, being grounded, dan ada kematangan secara spiritual.

Siapapun jodoh ku, semoga kamu beres ya biar kita segera ketemu.
Healed, being real you, stabil, kuat (secara fisik, pemikiran, mental, batin, finansial), kind. Ibarat pohon ya kaya pohon jati dengan kelembutan selembut sutra dan ya kita match aja, mutual, saling berkontribusi, dan bertumbuh terus. 

Monday, April 7, 2025

Love it

The people, the place, the moment, the experience, so light, joyful, and make me expand.
I love to meet people, to socialize, to experience new place, in the move.

Saturday, March 29, 2025

Perselingkuhan

Kadang bertanya-tanya, apa itu selingkuh?
Seperti apa? batasannya bagaimana? dengan siapa?

Yang namanya manusia, wajar memiliki respon. Baik secara emosional, sosial, fisik, seksual, pikiran, dan lainnya. 
  • Ada yang mudah terangsang secara emosi dengan membantu orang lain meski lawan jenis karen kasian. Dan hal tersebut bisa dianggap selingkuh. 
  • Ada yang mudah terangsang secara libido dan sulit mengendalikannya, maka berhubungan seksual termasuk peentrasi dengan lawan jenis atas dasar nafsu tanpa perasaan. Itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Ada yang mudah terstimuli secara pikiran, senang berdiskusi hingga ngobrol deep dan panjang yang kebetulan cocoknya dengan lawan jenis. Itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Ada yang kepedulian sosialnya tinggi dan perhatian terhadap orang lain tanpa memandang gender, saat memberikan perhatian bentuk kasih sesama manusia terhadap lawan jenis, itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Begitupun dengan perasaan, manusia tidak bisa memilih dan mengendalikan terhadap siapa ia tiba-tiba suka dan cinta. Sekalipun sudah memiliki pasangan, jika suatu saat merasakan cinta pada orang lain pada pandangan pertama. Ada yang menganggap itu selingkuh, meski perasaannya hanya disimpan tanpa ada aksi apapun. 

Setiap pasangan memiliki batasannya masing-masing dengan apa yang dianggap selingkuh.
Bisa jadi semua relasi ada perselingkuhan, hanya saja ada yang bisa diterima, dipermasalahkan, atau diributkan panjang. 

Ada yang memang tabiatnya senang berbohong, melanggar komitmen, dan melakukan hal-hal yang mayoritas menganggap sebuah perselingkuhan. Seperti menikah siri atas dasar cinta, berhubungan badan dengan beberapa perempuan dalam waktu lama. Dalam kasus itu, ada yang pasangannya ikhlas dan ya menerima suaminya seperti itu lalu dilepaskan, ada yang menganggap masalah besar dan ego sebagai korbannya mengebu-gebu, ada yang menjadi trauma, ada yang mampu menerima dan membuat keputusan (lanjut atau tidak), ada yang menganggap hal tidak penting dan angin lalu, ada pula yang santai karena terbuka untuk berhubungan dengan orang lain meskipun sudah menikah. 

Sehingga perselingkuhan adalah hal subjektif. Dan tidak salah juga jika manusia memiliki ketertarikan, kepedulian, perasaan terhadap orang lain bahkan terangsang. Itu semua hal manusiawi. Yang jadi masalah, saat seseorang tidak mampu meredam impuls yang muncul sesuai kesepakatan komitmen dengan pasangannya, sehingga pasangan merasa di khianati, diabaikan, dibuang, dicampakan, dsb. Atau melakukan kekerasan emosi, fisik, mental, finansial, dan abuse terhadap pasangannya saat melakukan hal yang dianggap perselingkuhan, sehingga merugikan pasangannya secara materi, fisik, psikis, dan memberikan trauma mendalam yang berdampak pada kehidupan dan masa depannya.

Jika pasangan terbuka, santai, memiliki nilai yang mirip, memiliki komitmen yang sama-sama disepakati dari dasar hati tanpa paksaan untuk saling mengontrol. Bisa jadi melakukan hubungan seksual dengan orang lain dapat diterima, main dengan lawan jenis dianggap seperti main dengan teman-temannya, memberi perhatian dan kasih terhadap orang lain dianggap hal biasa. Itu semua tidak akan dianggap pengkhiatana dan perselingkuhan, jika semua pihak yang terlibat memiliki value dan tujuan yang sama. 

Mungkin ini pentingnya untuk benar-benar mengenal diri sendiri, mengenal pasangan, keterbukaan, dan omunikasi. Sehingga saat berkomitmen, tidak akan kaget jika potensi abc terjadi karena memang sudah saling diketahui dan diterima satu sama lain. Ada yang jadi diantisipasi, dan jika kebablasan yang mampu diterima dengan lapang karena dari awal sudah saling benar-benar mengenal satu sama lain dan ada penerimaan utuh. 

Monday, March 24, 2025

Being content

When we feel enough and content with ourselves,
We will realize:
Not all relatives need to be accompanied,
Not all relationships need to be continued,
Not all opportunities need to be seized,
Not all problems need to be solved,
Not all friends need to be kept,
Not all misunderstandings need to be corrected,
Not all accusations need to be explained.

When we feel enough and content with ourselves,
We don't need anything and anyone to fulfill our soul.
So, We can see everything clearly and hear our intuition,
We can make decisions and take action based on our awareness,
And not affected by things outside of oneself.

Thursday, March 20, 2025

Tujuan

Semakin dewasa, semakin mengenal diri sendiri, salah satu yang disadari adalah tentang kecocokan.
Pekerjaan, pertemanan, relasi romantis, ya semua tentang kecocokan. Dan gak perlu jadi orang lain atau berusaha cocok dengan sesuatu atau orang hingga kehilangan jati diri asli. Karena takut ditinggalkan, diabaikan, kehilangan kesempatan, sendirian, atau hal lainnya. 

Dan dibalik itu, tentang tujuan.
Untuk sebagaian orang yang sangat mudah membaca karakter orang, saat ia memiliki tujuan yang sangat jelas dan hasrat tinggi untuk mencapainya. Maka ia akan mampu cocok dengan segala jenis orang (siapapun itu). Karena fokusnya pada tujuannya dan secara alami ia tahu bagaimana cari berkomunikasi, interaksi, dan memperlakukan orang. Jadi ya dia akan cocok dengan semua orang selama tau apa tujuannya.

Personally, tujuan itu seperti kompas dan fokus adalah amunisi untuk sampai ke tujuan itu. 
Selama punya tujuan dan fokus mencapainya, pasti akan selalua da dan bisa menciptakan dan mendapatkans emua yang dibutuhkan untuk sampai kesana. Bahkan bisa jadi banyak yang menenmani, mendukung, datang membantu, bahkan memberikan kendaraannya yang lebih canggih untuk segera sampai. 

Begitupun saat tak punya tujuan, hidup gampang tertarik sana sini, masuk drama sana sini, nyasar sana sini, berkonflik dengan orang, bahkan menyusahkan diri sendiri tanpa arti yang jelas. Karena saat tidak memiliki tujuan, itu dalam keadaan kosong dan bingung, termasuk boundaries (waktu, tenaga, sumber daya, emosi, finansial, dll) pun menjadi lemah bahkan hilang.

Jadi yang ditekankan bahkan ditanya tiap malam dan bangun tidur adalah:
What my truth purpose?
What I really want? Its mine?
What I really truly desire and lust for?
Who am I if I walk on my real reality?
Show me the clarity, Guide me.

Tuesday, March 18, 2025

Love Self First

Mampu mencintai diri tanpa syarat  dan  menerima diri sepenuhnya terlebih dahulu, sebelum memulai percintaan bahkan berkomitmen dengan orang lain dalam sebuah relasi. 

Sehingga saat ada hal-hal tak nyaman, menyakitkan, kita tak akan pernah merasa diri korban, mengasihani diri sendiri, apalagi memiliki banyak trauma tak berujung hingga hayat selesai. 

---------

Seberapa banyak orang-orang  yang cinta dengan tulus, yg diri tolak? 
Hanya karena merasa tak layak dicintai dan tak mampu dicintai?

Seberapa banyak orang-orang baik yang hadir yang diri tolak, 
hanya karena terbiasa dengan hal-hal menyakitkan dan belum mampu mencintai diri?

Seberapa banyak kasih yang hadir yang mau dan mampu memberikan kehidupan duniawi yang jauh lebih dari cukup dan berlimpah menyenangkan yang diri tolak? Hanya karena perasaan tak layak dan blm mampu mencintai diri?

Berapa banyak orang-orang seperti diatas yang diri takut untuk temui, kenalan, berinteraksi,
 hanya karena belim mampu menerima diri sendiri sehingga takut orang lain tak mampu menerima?

Sunday, March 16, 2025

Tidak Semua

Tidak semua perlu dicintai,
Tidak semua perlu dipedulikan,
Tidak semua perlu direspon,
Tidak semua perlu diurus,
Tidak semua perlu ditemani,
Tidak semua perlu diperhatikan,
Tidak semua perlu disampaikan,
Tidak semua perlu diungkapkan,
Tidak semua perlu diselesaikan,
Tidak semua perlu dijaga,
Tidak semua perlu dipertahankan,
Tidak semua perlu diperjuangkan,
Tidak semua perlu ditepati,
Tidak semua perlu diberi,
Tidak semua perlu dikasihi,
Tidak semua perlu dibicarakan,
Tidak semua perlu dibahas,
Tidak semua perlu diingat,
Tidak semua perlu dilakukan.

Wednesday, February 19, 2025

Check Inside

 Saat mengenal diri sendiri, maka hidup akan lebih mudah.
1. Kita jadi tau arah hidup mau dibawa kemana
2. Tau tujuan hidup
3. Tau apa yang dimau
4. Tau apa yang disuka
5. Tau apa yang menganggu
6. Tau kelebihan, power, dan potensi diri
7. Tau kapasitas, kemampuan, batasan diri.

Hal itu membuat hidup lebih terarah seperti memiliki kompas. 

Dan ternyata mengenal diri tanpa menyayangi diri sendiri tidak membuat diri baik-baik saja, mendapatkan apa yng dimau, hidup bahagia penuh kedaiaman dan keberlimpahan, mampu menjaga diri dari hal-hal yang merusak dan merugikan. Ya, mengenal diri seperti membangun rumah, dan mencintai diri seperti merawat rumah yang disertai pagar dan segala aturan yang membuat rumah terus membaik dan berkembang. 

Saat menyayangi diri, kita akan:
1. Mampu memprioritaskan kebutuhan dan kebahagian diri
2. Mampu menerima cinta
3. Mampu meminta dan menerima pertolongan
4. Mampu berkata tidak
5. Mampu melepaskan semua hal dan orang yang menyakiti dan irrelevant yang memberatkan diri dan membuat hidup diam di tempat
6. Mampu mengejar apa yang dimau dengan gigih
7. Mampu berbicara dengan asertif dan efisien
8. Mampu memberi tanpa mengorbankan diri sendiri
9. Mampu menciptakan batasan sehat
10. Mampu nyaman dan bahagia dalam kesendirian maupun sendiri
11. Mampu berteman baik dengan diri sendiri
12. Mampu memberikan apa yang diri butuhkan dengan baik (tidur cukup, makan sehat, ketenangan, olahraga, termasuk nurturing dan noursihing diri)
13. Mmapu menciptakan lingkungan sosial yang sehat
14. Mampu menjaga diri dan energy diri dengan baik
15. Mampu menerima diri baik buruknya dengan utuh
16. Mampu melihat kekacauan dunia luar dengan tenang tanpa terdampak hingga rusak
17. Mampu kembali ke tujuan dan purpose diri dengan cepat (saat ke distract)
18. Mampu bangkit dengan penuh kasih tanpa penghakiman, penyiksaan, penyesalan saat diri melakukan eksalahan, terpuruk, ataupun jatuh sejatuh-jatuhnya.
19. Mampu memasukan orang-orang kind, nurturing, nourishing, yang sayang dan mutual kedalam hidup.
20. Mampu membuat orang-orang harming, abusif, merusak, wasting time menjauh dengan sendirinya dan tak nyaman dekat diri.
21. Mampu menjaga fokus pada hal-hal penting dan relevan
22. Mmapu menarik keberlimpahan, kebahagian, kekayaan, kesehatan dengan mudah
23. Banyak sekali yang dihasilkan dari mencintai diri sendiri, sebuah landasan dan pondasi dasar untuk membangun apapun yang ingin dibangun dan diciptakan. 

Lalu, hal dasar lainnya adalah:
Perasaan layak - worthy.
1. Worthy for love
2. Worthy for abundance
3. Worthy for miracle
4. Worthy for being joy 
5. Worthy for healthy
6. Worthy for companionship
7. Worthy for being rich and wealth
8. Worthy for being lucky
9. Worthy for being supported
10. Worthy for having and receiving every good thing, people, place, feeling, mind, peace, easy life, experience, and everything. 

-----------
Bahas parenting sedikit,
Mungkin ada atau banyak orang tua yang melahirkan karena ingin punya anak atau sebatas mengikuti konstruk sosial. Dan saat punya anak, fokusnya mendidik sesuai apa yang seharusnya menurut orang apda umumnya: kasih makan (sehat), sekolahin, ajarin agama, ajarin sopan santun, selesai. Nyatanya, mendidika adalah membangun sebuah pondasi kuat agar si anak mampu membangun bangunannya sendiri sekuat dan setinggi apapun yang ia mau dan mampu. Sekalipun orang tuanya suudah tidak ada atau dalam kesendiriannya. Yang perlu di tanamkan:
1. Perasaan layak dan berharga
2. Perasaan dicintai dan diterima
3. Kebebasan memilih (autonomy)
4. Kestabilan (dari ortu yang mampu meregulasi emosi dengan baik, dari tempat tinggal yang tidak pindah-pindah tiap tahun, dari lingungan sosial yang stabil - ada circle, dll).

Dari 3 hal itu, anak akan mengembangan pandangan diri yang positif, self esteem yang baik, self worth yang sehat, kepercayaan diri, termasuk ruang untuk mengenal dirinya sendiri, belajar menyayangi dirinya dengan mudah, membiasakan fokus pada hal-hal penting, tau apa yang dimau, tau apa yang dituju. Dan saat ia nyaman dan baik apda dirinya sendiri, maka ia pun akan memeprlakukan orang lain dan lingkungannya dengan baik. 

Agama, pendidikan akademik, aturan sosial, sopan santun, pengembangan keahlian, itu semua hanya ilmu, wawasan. Dimana dibutuhkan juga seiiring waktu untuk pengembangan diri dan mendukung pencapaian kehidupannya kelak. 

Btw, in my opinion, agama bukan pondasi, karena saat anak ada perasaan tidak layak, ditolak, kesepian, terbuang, tertekan, sekalipun diberikan pendidikan agama dari kecil; suatu saat ia akan mencari lingkungan yang dirasa menerimanya dan nyaman, sekalipun itu ajaran sesat, merusak, melenceng. Berbeda saat anak memiliki keberhargaan diri yang sehat, kemantapan hati, jejeg, kematangan spiritual (ya spritual berbeda dengan agamis), maka saat ia bergama, belajar agama, ia mampu membangun integritas, pemhaman, dan pengaplikasian yang baik. 


Wednesday, February 12, 2025

17.06

Saat kita memiliki moral yang tinggi, reliable, bertanggung jawab, empati tinggi, selalu mementingkan orang, baik, tidak punya batasan, dan lupa untuk sayang plus prioritasin diri; maka hidup akan habis dengan dimanfaatin orang, di abuse, di exploitasi, dan hidup dalam ketidakbahagiaan. Karena ternyata mayoritas manusia hanya peduli dengan dirinya sendiri atau circlenya, dimana intinya ya untuk dirinya sendiri. Saat mulai memahami hal itu, maka perspektif pun berubah. Berubah untuk mulai peduli dengan diri, berubah untuk tidak memikirkan semua orang dan dunia alias fokus taking care diri, berubah untuk memiliki batasan, berubah untuk mulai cuek dengan apa yang terjadi disekitar jika memang tidak relevant dan baik untuk diri. 

Mungkin dari kecil diajarkan untuk berbuat baik, baik terhadap orang, menjadi orang bermanfaat, baik dengan alam dan segala isinya. Karena sifat dasar mayoritas manusia hanya peduli dengan dirinya sendiri, mencari keuntungan untuk dirinya, dan tidak peduli sekitar. Namun hal tersebut menjadi ajaran kurang baik bagi orang-orang yang jiwanya pemberi, yang penuh kasih, yang empatinya tinggi hingga mampu merasakan penderitaan orang seperti dirinya yang mengalami, memiliki hasrat untuk menolong dan merubah. Justru orang-orangs eperti itu perlu diajarkan untuk memiliki batasan dan sayang sama dirinya sendiri. Bukan diajarin fokus ke dunia luar, peduli dengan orang-orang, taking care orang lain dan seluruh isi dunia, sampai mengabaikan diri, memgorbankan dirinya, bahkan dzolim dengan dirinya sendiri.

Yang disadari adalah, orang mengajarkan dan membentuk sesuatu berdasarkan proyeksi dirinya sendiri. Termasuk tulisan ini, bisa jadi. Pada akhirnya, diri sendiri yang perlu menyelami diri lebih dalam, mengenal diri seutuhnya, mengetahui core diri, kelebihan dan kekurangan diri, mampu memisahkan mana diri sejati dan bentukan conditioning, mengenali purpose diri. Sehingga kita paham apa yang sebanr-benarnya diri butuhkan dan bagaimana menggunakan kemampuan diri untuk hal yang dampaknya juga baik pada diri (tidak hanya bermanfaat untuk orang lain) maupun sebaliknya.

Sunday, February 2, 2025

Cinta

Dari pengalaman, kita akan memahami dan mengenal energy, orang, pola, keadaan, situasi, dll. Dari situ kita akan mudah membaca sesuatu termasuk mampu melindungi diri dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat. Contoh relationship percintaan.

- Cinta atas dasar cinta, itu rasanya tenang, aman, nyaman, tidak ada gejolak, emosi intense menggebu-gebu, dan hasrat seksual meledak-ledak. Semua terasa mudah, bertahap, dan natural. Ada chemistry tanpa perlu usaha, ada koneksi namun tidak membuat diri menjadi terikat alias kita tetap menjadi diri sendiri, mandiri secara emosi, tidak ada hasrat menugubah pasangan. Cinta itu membebaskan, melindungi, menutrisi, merawat, mendukung menjadi versi terbaik. 

- Trauma bonding yang sering dianggap cinta, rasanya seperti adiksi dan berantakin nervous system. Meski tau tidak sehat, tidak dihargai, di aniaya. Namun diri tak mampu lepas atau meninggalkan, malah mengulang pola tersebut berkali-kali. Tanpa sadar, diri mengulang pola trauma yang terjadi di masa kecil: tentang pengabaian kah, penolakan, penganiayaan fisik kah, penganiayaan secara emosi, atau hal lainnya. Jika sadar yang dialami adalah trauma bonding (bukan cinta), maka ini akan ajdi ajang yang bagus untuk melihat kedalam diri dan healing. 

- Pelet, dari awal sudah terasa intense, pikiran 24/7 tertuju pada orang itu, hasrat seksual meledak menggebu-gebu tak tertahan terus-terusan sampe bikin frustasi hinga depresif, hanya mau dengan orang itu, menutup diri dari yang lain, rindu mendalam tak tertahan yang sangat menyakitkan. Batin terikat kuat meski diperlakukan tidak baik seperti sampah bahkan di perbudak. Logika bisa mikir dan sadar, tapi tidak bisa lepas, alam bawah sadar terikat dan tertuju hanya dengan orang itu hingga merusak diri dan mengabaikan kepentingan diri sendiri (secara fisik, psikis, mental, pekerjaan, keuangan, kesehatan), relasi dengan orang lain berantakan. Rela melakukan dan berkorban apapun. Sulit dan tidak bisa tidur. Rasa sakit dan penderitaan hilang sendiri saat bertemu dengan yang memelet, langsung berubah berbungga-bungan dan sangat bahagia. Saat yang memelet mengacuhkan, meninggalkan, menjauh, hilang, maka penderitaan menjadi berkali-kali lipat dan hasrat untuk bertemu dan berinteraksi semakin tinggi. Sehingga kerelaan berkorban dan melakukan apapun menjadi berkali-kali lipast dari sebelumnya, dst. Saat peletnya hilang/ dicabut/ lepas, tiba-tiba jadi tidak cinta, tidak suka, hilang hasrat, bahkan aneh "ngapain suka sama orang ini". Dan proses recovery dari kerusakan jiwa, pikrian, batin, dan trauma nyata selama di pelet, memakan waktu lama. Termasuk memebnahi area-area kehidupan yang rusak (pekerjaan, karir, keuangan, dll). Masalahnya, orang pelet bukan karena cinta, suka, dan ingin menikah, namun untuk uang (baiks ecara energy maupun cash) dengan menumbalkan orang. Orang akan rela melakukan dan memberikan apapun. Apalagi saat di tarik ulur hingga gilak, itu seperti panen energy money tak terhingga saat memberikan remeh2 terhadap korbannya yg menjadi super joy. Llau dibuat menderita lagi, agar joy selanjutnya lebih banyak, dst nya. Dan joy korban ditarik diambilin untuk dirinya yang kemudian ia conver to money cash, dikala korbannya sengsara lahir batin semuanya.

Saat mengalami itu semua, kedepannya diri akan sangat peka dan kenal energi cinta seperti apa, trauma bonding bagaimana, dan saat diri di pelet. Dari situ bisa langsung taking action. 

Tentang pelet, bentengnya: 
1. Never being alone. Surrounded yourself with people who love and support you; great social life, socially active; having nurturing, meaningful, and healthy friendship/ relationship with others; being present and grounded.  
2. Love yourself. Ketika kita sayang diri sendiri, ada benteng yang tercipta sendiri. Jikapun kebobolan kena, maka lepasnya akan lebih cepat dan mudah.
3. Perkuat barrier energetically, bisa lewat spiritualitas atau hal lainnya.

Untuk orang yg "kosong" efeknya bisa sampe gilak permanent, apalagi jika oragnya empath, sufferingnya berkali-kali lipat. Untuk orang yang ada "penjaganya", meski suffering berkali-kali lipat karena empath dan dampaknya real sampe babak belur depresi, miskin, sakit-sakitan, nge block segala rejeki relasi, sendirian, almost gilak; ya gak sampe gilak permanent dan akan ada aja yang bantu/ menolong hingga bersih, sembuh, dan kembali berfungsi baik. 

Semoga Allah selalu melindungi dan menjauhi dari orang-orang fasik, munafik, dzolim, berniat jahat, dan jahat. 
Semoga segala kejahatan kembali kepada pelakunya hingga merasakan hal yang sama di kehidupan ini dan semua dibayar kontan.

Saturday, February 1, 2025

True Power

Saat kita bergerak dari takut salah, sehingga selalu mencari bagusnya seperti apa, baiknya seperti apa, yang benar seperti apa, dan menghindari semua hal yang berpotensi kurang baik. Tanpa sadar kita di strir atau di kontrol oleh kesadaran sementara di momen itu, dimana hal itu masih bisa berubah dan hidup dalam ketidakjelasan tanpa kemajuan berarti. 

Lain halnya, 
Saat kita tau apa yang benar-benar kita inginkan dan doing everything to get it.
Semua hal menjadi tidak relevant dan tidak berdampak besar pada diri, termasuk diri tidak dapat di kontrol dan di stir oleh hal-hal eksternal maupun temporary. Diri memfokuskan energy, waktu, source pada tujuan. Dari tujuan-tujuan yang berhasil di achieve dan di dapat, memunculkan target-target baru. Jika pun gagal, maka diri akan terus mencari jalan hingga dapat atau justru menemukan hal baru yang lebih worth it. Semua kendali ada di diri sendiri. Tak ada ketakutan apapun, because we know what we want and trust ourself.

Kita adalah source itu sendiri.
Kita punya kendali penuh untuk menciptakan kehidupan kita sendiri.
Mau kehidupan seperti apa dan bagaimana.
Tidak ada satupun yang bisa ngapa-ngapain diri jika tidak kita izinkan.
Kita yang menciptakan itu semua, termasuk celah untuk di manfaatkan. di manipulasi, di abuse, di buang, ditinggal, dibantu, dicintai, di dukung, semuanya apapun itu, kita yang ciptakan dan izinkan.
Kekuatan sebenarnya adalah saat kita kenal diri sendiri, apa yang dimau, apa tujuan diri, dan kita tau kita mampu mencapai itu semua. 

Saat kita kenal diri sendiri, tau apa yg dimau, dan trust ourself, ya itu power. 
Ditambah  fokus dan disiplin. We can achieve and get everything what we really desire. 

1/2/2025

Saat kita tahu apa yang kita mau, apa yang kita suka, apa kelebihan kita, apa kekuatan kita, dan tau aturan mainnya (dalam relasi, pekerjaan, sosial, tempat tinggal. Semua tempat dan relasi kita berada). Hidup akan sangat mudah. Tak ada satupun yang bisa menganggu apalagi merusak diri. Justru kita bisa menggunakan itu semua untuk kebaikan bagi diri dan sampai ke tujuan dengan cepat nan berkemudahan.