Showing posts with label awareness. Show all posts
Showing posts with label awareness. Show all posts

Sunday, September 24, 2023

Downloading

Tiap traveling, gak pernah ketemu yang aneh-aneh. Selalu dihadirkan orang-orang baik, pengalaman-pengalaman menyenangkan, kemudahan, kebahagian, dan cinta wkwk. Aku punya affection sama semua orang yang ditemui dan tempat asing yang di datangi. Even clubbing sendirian pun, ketemunya orang-orang baik. 

Semalam aku ke club, dari sekian banyaknya club dan pengalaman clubbing, baru semalem tiba-tiba sadar banyak hal tentang orang, intention, pola, hidup, dan kehidupan. Gimana ya jelasin dan menyampaikannya ya? Ya intinya begitulah. 

Ada bahan renungan,
  • Jika ternyata orang hanya peduli dengan dirinya, siapa yang sebenarnya perlu kita pedulikan?
  • Jika ternyata orang saat ketakutan bisa melakukan apapun termasuk membunuh kita, kesadaran apa yang kita dapat?
  • Jika ternyata orang saat kesulitan nan sempit, bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau termasuk mengunakan sihir untuk menjatuhkan dan "membunuh jiwa" orang. Apa yang akan kita lakukan?
  • Jika ternyata orang hanya saling memanfaatkan satu sama lain, jika tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Siapa yang akan kita pilih untuk masuk ke dalam hidup kita?
  • Jika orang hanya ingin mengambil, mendapati keuntungan, seberapa layak perlu kita perjuangkan dan kasih?
  • Jika orang hanya peduli dengan dirinya sendiri, pidah dari satu orang ke orang lain hanya untuk memenuhi kebutuhannya, siapa yang akan kita pilih?
  • Jika orang hanya menjadikan semua hal permainan sebagai kenikmatan duniawi dan egonya, apakah layak untuk mendapatkan waktu, energy, dan effort kita?
  • Jika orang hanya mementingkan dirinya, perlukah ada pengorbanan?
  • Jika orang memperlakukan orang seperti barang yang bisa diganti dengan mudah saat sudah tak berguna, bermanfaat, habis, atau sudah menemukan hal lain yang menyenangkan, baru, menguntungkan. Perlukah kita berikan energi dan jiwa kita padanya?
  • Jika orang hanya ingin untung tanpa pernah mau memberi, perlukan kita pertimbangkan?
  • Jika ternyata di dunia ini, tidak ada satupun yang benar-benar kenal, peduli, sayang, cinta nan tulus pada diri, apa yang akan kita pilih dan putuskan?
  • Bagaiman jika kita berbeda dari banyak orang dan bisa melihat banyak hal yang orang-orang tak sadari? Bagaimana jika sistem, program, dan pola kita berbeda dari kebanyakan orang dan sistem yang disepakati society? Bagaimana jika kita bisa merasakan kesedihan saat melihat orang-orang hanya peduli pada dirinya sendiri tanpa ada oneness dan unconditional love? Bagaimana jika semua hal yang orang anggap penting, hanyalah sebuah ilusi? Seberapa kuat kita bisa menahan diri dan belajar cuek untuk itu semua? 

Friday, September 1, 2023

Seeds

May all seeds come to the Sower with great precision.

Benih yang ditabur, mungkin hanya sebesar butiran debu, yang dari situ akan tumbuh entah sebesar apa. Tumbuh sebagai kebaikan yang bercabang, penderitaan yang mengakar, kesulitan yang menjalar, kemudahan yang rimbun, kegersangan jiwa atau kesegaran hidup.

Apa yang diri anggap sepele karena dilakukan dengan mudah, tidak berdampak apapun, malah menguntungkan. Bisa jadi merampas kebahagian dan kehidupan orang lain dengan runtutan kesulitan. Benih yang berkembang memberikan kemudharatan bagi orang lain, yang akan kembali pada sang penabur entah di kehidupan kapan. Begitupun saat kita menabur benih kebaikan yang memberikan kemudahan bagi orang lain, maka akan kembali kepada tanpa kurang sedikitpun.

Benih yang ditanam bisa berkembang terus tanpa henti, bisa juga terpatahkan dan mati. 
Jika sang penabur berhenti memberi makan sang benih, maka benih itu akan mati. Entah berhenti berbuat jahat, berhenti berbuat baik, apapun itu. Bagi yang terdampak oleh benih itu, adapun kendali untuk merubah keadaan, meninggalkan tempat benih kemudharatan tumbuh agar tidak terkena, dan bisa mencari tempat lain yang ditumbuhi benih-genih kebaikan.

Misal:
Saat ada orang jahat terhadap kita, kita bisa memberi makan kejahatan itu untuk terus tumbuh dengan tidak ada perlindungan diri, terus menerimanya, membalas yang menjadikan kejahatan itu berlipat. Kita bis ameninggalkan sesederhana tinggalkan orang jahat itu, bangun perlindungan diri, atau justru melepas segala batasa agar seluruh energi atau kejahatan yang ditujukan hanya menumpang lewat tanpa terkena. Benih keburukan pun bisa berubah menjadi kebaikan saat orang yang dijahati menerima dengan kelapangan hati, memaafkan hingga hati oenabur kejahatan itu berubah dan menebus seluruh kemudharatan yang dihasilkan dan menanam benih kebaikan.

Saat ada orang baik, kita bisa membantu membesar benih kebaikannya, dengan menerima. Dari kebaikan yang diterima, kita salurkan kembali ke sekitar dalam kebntuk kebaikan, seterusnya hingga benih itu tumbuh bercabang tanpa henti. Kita pun bisa merusak kebaikan itu dengan tidak menerima kebaikan, berkhianat, melakukan kejahatan, dan saat sang pemberi kebaikan lelah lalu membalas dengan keburukan, maka yang terjadi adalah dua belah pihak yang saling menanam keburukan tak berujung jika salah satunya tidak ada yang mau berhenti. 

Semua masih bisa diubah dan berubah, selama kita memilih untuk itu.
Dan semua yang dilakukan akan kembali dengan sangat presisi tak kurang sedikitpun 
terhadap sang pelaku.  
Bisa jadi di kehidupan sekarang terhadap dirinya, keluarganya, keturunannya. 
Bisa jadi di kehidupan selanjutnya.

wuallahualambishawab. 

Monday, July 1, 2019

Memutus Rantai

Kita tak bisa memilih terbentuk dari sperma siapa, dalam keadaan seperti apa, mau dilahirkan dari rahim siapa, punya ayah ibu biologis seperti apa (sehat secara fisik kah? sehat secara mental kah? sehat secara psikis kah? sehat secara spiritual kah?).

Anak.
tak minta dibuat,
tak minta dikandung,
tak minta dilahirkan.


Saat sperma bertemu ovum, menjadi embrio, berkembang menjadi janin, lalu lahir sebagai bayi. Makhluk hidup baru ini tak tau apa2, ia lahir ke dunia baru, tak mengenal siapapun kecuali perasaan-perasaan ibunya, kecuali rekaman keadaan lingkungan saat ia di kandungan. Ia lahir dalam keadaan tak berdaya. Butuh cinta, butuh kasih, butuh pijakan, butuh bimbingan, butuh dibantu membuat pondasi yang kuat untuk kehidupannya kelak.

Sayangnya, tak semua orang membuat, mengandung, dan melahirkan anak dalam keadaan sehat dan penuh kesadaran. 

Banyak dalam realita, dua manusia yang sama-sama rapuh menikah atas dasar tuntutan sosial dan berharap bisa saling mengisi satu sama lain tanpa mau membereskan dirinya terlebih dahulu (membereskan trauma-traumanya, menyembuhkan luka batinnya, membenahi mindsetnya, mengedukasi dirinya). Lalu luka batin, insecurity, kemarahan, kesedihan, kekecewaan, pikiran negatifnya ia tularkan ke anaknya tanpa sadar. Seperti seorang ayah yang waktu kecilnya suka dipukul, maka ia akan memukul anaknya saat ia frustasi, saat ego nya tersenggol, saat luka batinnya tersentuh. Ia akan menularkan itu, seperti pepatah hurting people hurt people. Begitupun seorang ibu yang dulunya merasa sedih, kesepian sesederhana pernah dimusuhin sodaranya waktu main saat masih kecil, ia akan memproyeksikan rasa sakitnya ke anak perempuannya (orang lebih muda memproyeksikan dirinya ke jenis kelamin yang sama) dengan membentuk anak perempuannya seperti dia, menjadi orang yang kesepian dan sendirian. Dengan mengabaikan kebutuhan emosional anaknya, gak memberikan empati, melarang anaknya bergaul, tidak boleh mengekspresikan emosi, sampai anaknya mirip dia, rusak dan rapuh.


Lalu sang anak rapuh penuh tularan luka batin orang tuanya, saat ia menjadi orang tua, ia pun akan menularkan luka batin tersebut terhadap anaknya, dan begitu terus dari generasi ke generasi.
Pertanyaannya,

Mau sampe kapan menularkan luka batin dan merusak anak keturunan?
itu anak cuma titipan loh, yang akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat nanti (kalau kamu percaya adanya akhirat dan Tuhan). itu anak punya purpose of life dan karakternya masing-masing loh, kenapa dirusak dan menjadi tak seharusnya?


Lalu, gimana cara mutusin rantai tersebut?
1. Jadilah aware.
Sebelum aware, perlu bergaul dan berada di beragam lingkungan biar bisa melihat dunia dari sudut pandang lain, biar bisa melihat beragam jenis manusia lain, biar bisa sadar sama pola dan skema-skema lain. Jadilah aware, sadar sama keadaan diri, sadar mana sifat asli, mana projection dari orang tua dan lingkungan, sadar sama masalah-masalah diri. Luangkan waktu untuk merenung dan berefleksi.
2. Penerimaan
Menerima segala kelebihan kekurangan diri, terima segala luka yang telah berlalu sebagai bagian diri, terima punya orang tua yang begitu, terima kalau diri adalah produk dari orang tua dan lingkungan dengan segala cacat yang ada. Menerima, tidak menyalahkan siapapun termasuk tidak menyalahkan diri sendiri. Lalu benahi satu persatu. 
3. Self improvement.
Mulai lakukan apa yang menjadi kelebihan diri, jangan takut, jangan cemas. Mulai menjalani mimpi dan purpoe of life diri. Mulai hidup penuh kesadaran, mindfullness, dan  enjoyment.

--------------

Kalau ibumu cerai dengan ayahmu lalu menularkan traumanya dengan bilang laki-laki brengsek hingga kamu anak perempuannya takut menikah, berarti ibuu sedang menularkan luka batinnya padamu. Kamu mau hidup waras sesuai realita, kembali padamu.

Kalau ayahmu pernah gagal, takut dinilai buruk. Lalu semua mimpi dan mentalmu dijatuhkan dengan kata-kata gagal sebelum memulai dikala kamu sangat berkompenten dan mampu, maka ayahmu sedang memproyeksikan ketakutan dirinya atas kegagalan terhadapmu.

Kalau ibumu pernah dikatain tak berharga oleh suaminya, hingga slef worth nya jatuh dan membekas jadi trauma, lalu ia melampiaskan rasa sakitnya dengan bilang kamu gak berharga, maka ibu mu sedang menjadikanmu samsak sampah luka batinnya. Kebayang gak jika ini terjadi saat sang anak masih kecil? hanya ibunya yg ada, lalu di cekokin label-label negatif seperti "kamu tidka berharga", maka ia akan memandang dirinya tak layak, tak berharga, pantas ditindas, pantas dikasari, pantas dapat perlakuan buruk, dan tak pantas bahagia. Padahal anak ini brilian, punya bakat menjadi leader, punya potensi menjadi sociopreneurs yang sukses yang mampu membangun satu negara bahkan lebih. Lalu ia hidup seperti sampah, membuang waktunya, menyia-nyiakan potensinya, hanya karena tidak ada satupun yang sadar dan menyadarkan diri aslinya, dan memberikan feedback positif, lingkungan dan orang pertama yg ia lihat di dunia (orang tuanya) selalu melabeli dirinya sampah tak berharga. Satu manusia rusak, satu generasi rusak.
----------------

Menikah tidaklah mudah.
Jangan menikah hanya karena umur, hanya karena tuntutan sosial, hanya karena kesepian, hanya karena berharap ada yang mengisi lubang kosong dalam diri.

Bagaimana orang yang rusak menarik orang yang utuh?
Bagaimana orang yang rusak bisa membenahi orang yg rusak?

Orang menarik orang sesuai frekuensi dirinya. JIka ingin mendapat pasangan waras dan utuh, jadilah waras dan utuh terlebih dahulu.


Memiliki anak tidaklah mudah.
Bukan sebatas urusan bisa hamil, bisa melahirkan, bisa bayar persalinan, bisa menafkahi, menyekolahkan.

Apakah diri sudah sehat dan siap bertanggung jawab?
Apakah diri sudah punya ilmunya dan terus mau belajar?
Apakah diri sudah siap lahir, batin, mental, psikis, spiritual, untuk merawat titipan Tuhan sesuai jati diri aslinya?

----------------

Sudah cukup segala kebodohan dan ego dalam perusakan keturunan dan generasi.
Sudah cukup rantai terikat, perlu diputus demi melahirkan jiwa-jiwa baru yang sehat.
Sudah cukup segala ilusi society menutupi realita.
Sudah waktunya untuk sadar, bebenah demi kehidupan yang lebih baik.
Mau sampai kapan hidup dalam kotak hitam hanya karena takut keluar padahal diluar jauh lebih bebas, luas, sehat. 

Setiap pertumbuhan dan transformasi butuh ketidaknyamanan. Termasuk ketidaknyamanan saat melihat masa lalu, saat menerima segala luka diri, saat menerima kenyataan, saat berusaha tumbuh dengan sagala rintangan yang ada.

Jadilah manusia yang sadar.