Sunday, May 30, 2021

Kurang Ajar

Anak mukul ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu mukul anak --> sah, boleh, mendidik.

Suara anak lebih keras dari ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu teriak and yelling ke anak --> sah, boleh, mendidik

Anak speak up their mind --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu jejelin dogma dan proyeksiin luka batinnya --> sah, boleh, mendidik.

Anak gak mau denger ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu gak mau denger anak --> sah, boleh, mendidik.

Anak gak mau respect sama ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu gak mau respect sama anak --> sah, boleh, mendidik.

karyawan/org lbh muda/murid blak2an ke atasan --> kurang ajar, gak sopan.
Bos/guru/atasan maki2 bawahan di depan umum --> sah, boleh, pantas.

Sebenernya sopan santun itu apa?
definisi kurang ajar itu apa?

kalo diamati, hal-hal tersebut berakar dari hirarki.
Dan konsep hirarki siapa yg bikin?
Tujuannya apa selain untuk mengontrol?
apakah based on respect to each other?
apakah masih relevan?
Apakh adil?

Wednesday, May 19, 2021

19/5/21

If only you could see the tears in the world you left behind
If only you could heal my heart just one more time
Even when I close my eyes
There's an image of your face
And once again I come to realize
You're a loss I can't replace

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me
Soledad

Walking down the streets of Nothingville
Where our love was young and free
Can't believe just what an empty place
It has come to be
I would give my life away
If it could only be the same
'Cause I can't still the voice inside of me
That is calling out your name

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me
Soledad

Time will never change the things you've told me
After all we're meant to be love will bring us back to you and me
If only you could see

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me

Soledad

Sunday, May 16, 2021

16/5/21

disclaimer: opini pribadi.

Agama tidak memaksa, tidak jahat, tidak membuat hidup lebih susah dan menderita.

Kadang orang menolak agama atau mengimani sesuatu, bukan karena agamanya itu sendiri, melainkan cara penyampaian dan orang yang menyampaikannya. Mungkin disini  pentingnya adab.

Adab bukan tentang penyampaian sopan santun menurut "aturan", tapi bagaimana kita mampu melihat situasi, kondisi, berempati, menyesuaikan diri, berkomunikasi, dan lain sebagainya hingga akhirnya yang ingin disampaikan tersebut mampu diterima orang tanpa melukai hati, crossing their boundaries,  judgment, atau triggering. Mungkin disini seni nya, alias pintar2 berkomunikasi dan menyampaikan. Dan itu semua tidak bermodalkan logika saja, butuh kecerdasan emosional, kepekaan, sensitifitas, intuisi, dan awareness.

Misal, salah satu ajaran agama yang saya imani, mengajarkan cara menasehati dengan berahasia tidak di depan umum. Itu caranya, dan apakah pernah mempertanyakan WHY nya? kenapa harus begitu caranya? atau hanya sekedar mengikuti saja? Kalau direnungkan, saat menasehati secara rahasia, kita menjaga privasi orang tersebut, menjaga dignity nya, menjaga hal yg dianggap sebagai suatu kesalahan (hingga butuh dinasehati), agar bisa lebih terkoneksi dari hati ke hati. Esensi WHY nya yang kita gunakan. Melihat moment yang tepat, membuat orang tersebut merasa nyaman dahulu, membuat orang tersebut secure dan trust, baru angkat pembahasan terkait yang ingin disampaikan untuk membantu dia memperbaiki hidupnya, tahu kapan harus ngomong dan tahu kapan harus stop.

Dalam masyarakat pada umumnya, kadang orang yang ingin menasehati atau menyampaikan hal yang dianggap benar, seringnya berapi-api, terus nyerocos tanpa evaluasi, bahkan memaksakan pandangannya untuk dapat diterima yang berakhir pada judgment dirinya benar dengan berlindung dibawah kitab suci Tuhan dan orang lain salah butuh diluruskan. Lupa pada hakikat bahwa dirinya hanya menyampaikan bukan yang punya kendali untuk meluruskan orang, ujung-ujungnya jadi obsesi, ekspetasi, proyeksi, dan prejudice.

Sesuatu dari hati akan sampai ke hati. 
Hati menangkap frekuensi, tidak bisa ditipu dengan ucapan, logika berfikir, apalagi di manipulasi. 

16/5/21

Terimakasih bagi Tuhan Semesta Alam.

atas segala kesempatan tumbuh yang diberikan

atas segala pertolongan yang di datangkan

atas segala kedamaian batin yang hadir

atas segala ilmu yang dipahami.

Wednesday, May 12, 2021

Malam Takbir 2021

 Bismillahirramhanirrahim

Diri tidak bertanggung jawab terhadap siapapun.
Diri hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan Sang Pencipta.
Saat diri membebaskan dari segala keterikatan dan hanya terhubung pada the ultimate divine of love (Tuhan Semesta Alam) maka dimanapun diri berada tidak ada rasa kesepian; dimanapun diri tinggal, itulah rumahnya.

Semoga kita menjadi manusia yang bebas, tak terikat apapun selain dengan yang menciptakan kita.
Semoga kita menjadi manusia yang mampu hidup dengan sebenar-benarnya hidup.

Sunday, May 2, 2021

Receive

Pada dasarnya, kita ingin hidup baik-baik saja, tidak suka gangguan, ketidaknyamanan, bahkan mungkin perubahan sekalipun dimana itu semua mampu membuat kita lebih expand, lebih maju, lebih kuat, lebih sukses. 

Kebayang gak kalo kita pengen punya badan six pax tapi gak mau capek, gak mau sakit-sakit badan, gak mau diet, gak mau tidur keganggu, gak mau waktu terambil buat workout, gak mau merubah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi kalori dan gula, tidak mau melakukan perubahan apapun tapi pengen six pax? apakah keinginan itu bisa tercapai?

Atau contoh lainnya, seseorang yang ingin menuju pulau sebrang tapi gak berani berlayar sendiri dikala di pulau itu dia cuma sendirina, takut ombak, takut kena angin, takut basah, takut ini itu segala macam. Aapakh akhirnya ia mampu  memutuskan untuk taking action dengan segala resikonya berlayar menuju pulau sebrang? 

Kadang ketidaknyamanan, kesulitan, trigger, hambatan, gangguan, usikan, bukanlah hal negatif yang perlu dijauhin, dihindari. Bisa jadi itu peluan-peluang untuk membuat diri tumbuh lebih kuat dan melejit melebihi keadaan saat ini. Hal yang perlu dilakukan hanya receive alias menerima. Menerima semua kejadian, orang, ketidaknyamanan yang semesta berikan, lewati, ambil semua pelajarannya, dapatkan insight nya, sampai akhirnya kita terbiasa dengan kesulitan-kesulitan itu dan zona nyaman kita pun menjadi lebih luas. Misal, dulu kita keganggu banget sama keluarga nyinyir sampai gak nyaman untuk datang ke acar keluarga, ya jangan dihindari, terus aja datang tapiiiii diri kita yang diubah untuk lebih expand dalam menghadapi sesuatu hingga akhirnya nyinyiran yang menganggu kita sebelumnya menjadi hal yang tidak menimbulkan reaksi atau trigger apapun.

Duh kan jadi gatel pengen cerita kisah sendiri wkwk.
2017 ada kejadian berat banget sampai hampir gilak dan pengen ngebuang penganggu itu untuk kembali hidup nyaman. Proses yang berat dan panjang banget. Sampe akhirnya aku dapatkan maksud kenapa mengalami kejadian itu dan ketemu bangsat itu. Karena dari kejadian dan pertemuan itu, aku mulai mengenal dirku sendiri. Jadi tau punya trauma apa aja, unresolved issue apa, tau apa yang menghambatku selama ini, memahami dinamika diri sampe ke dinamika keluarga dan leluhur, kembali terhubung dengan diri sendiri, hingga akhirnya bangkit menuju purpose of life yang terbengkalai belasan tahun.  Pada akhirnya saat kita mampu melewati segala badai dan merasakan manafaatnya minimal diri jadi lebih kuat, ketidaknyamana dan gangguan tersebut jadi hal yang disyukuri. 

Kemarin, gw sempet ngamuk dan super upset banget sama salah satu dokter gw. Pengen marah mukulin orang sampe mati, terus pengen nangis dan semua hal jadi keingetan, terus blamming sana sini termasuk blamming diri sendiri, jadi depresi lg, sampai akhirnya berkontemplasi "kejadian ini itu apa? mau kasih kontribusi apa terhadap diriku?". Yang biasanya kalo udah sebel sama orang apalagi sampe wellbeing rusak dan fisik kena dampaknya, pasti gw cut. Tapi kali ini nggak, gw tetap belajar dan kontak orang ini lagi dan di kasih pesan "belajar receive". Langsung kena banget pesannya. Terus jadi merenung banyak hal, berapa banyak peluan yang Tuhan kasih untuk aku bisa berkembang dan tumbuh besar kuat yang akhirnya aku sia-siakan dan buang? Abis itu berdoa minta kemudahan dan minta dikuatkan, lalu Tuhan berikan lagi peluan untuk aku tumbuh, aku tolak, terus berdoa lagi, muter-muter aja disitu sampai waktu abis banyak dan langkah kaki masih di tempat yang sama. 

Ada pepatah, pelaut unggul (kalau gak salah) tidak lahir dari ombak yang tenang.
Kita cuma butuh membuka diri, menerima yang semsat berikan tanpa ada judgment dan kesimpulan. Biarkan diri menerima, berproses, dan tumbuh hingga ke tempat seharusnya dan potensi keluar semua secara maksimal. 

Segini dulu ceritanya, kapan-kapan dilanjut.