Wednesday, October 27, 2021

26/10/21

Waktu jaman S2, 2013-2015, yang benci sama aku banyaaaak banget. Jadi public enemy, gak punya temen, di sindir, dan buruk banget diri kesannya cm karena i am honestly blunt dan orang gak suka. Dulu sempet sampe depresi bener2 sendirian banget, kalo inget2 ya gt deh kelam gelap banget.

Anehnya, pas wisuda, yang dateng dan kasih bunga banyaaaak banget. hampir 2 ember. Aku dapet bunga paling banyak di angkatan. Banyak banget dan temen2 jauh pada dateng. 

Yang aku sadari saat itu, kok aku bs sangat disayang orang dan dibenci orang ya. Aneh aja. Termasuk di keluarga besar, aku di reject, gak disukai, gak ada satupun yg get me dan kenal. Tapi di luaran banyak orang yang paham dan nerima. 


Dari kejadian2 itu, ada hal disadari.
Seberapa banyak dari kita yang diajarkan orang tua untuk harus mampu diterima?
Seberapa banyak dari kita yang diajarkan lingkungan untuk selalu jadi orang yang menyenangkan orang lain sehingga orang happy sama kita?
Seberapa banyak dari kita yang dikondisikan bahwa saat ada yang tidak suka dengan kita, tandanya ada yang salah dengan diri?
Seberapa banyak dari kita yang di didik untuk berbuat baik dengan tujuan mengontrol orang lain agar bersikap baik juga terhadap diri?
Seberapa banyak dari kita yang ditanamkan kalau ada yang benci sama kita, tandanya kita buruk?

Aku termasuk orang yang diajarkan hal2 diatas, di jejelin dogma kalau ada yg gak suka tandanya kita buruk, kalau banyak yg gak suka tandanya kita salah, sampe di titik jadi sering nyalahin diri sendiri dan frustasi. Lalu muncul berbagai kesadaran. 

Aku bisa tau siapa aja yang gak suka dengan diriku, judgment mrk thdp ku, kelakuan mrk ngomongin apa dan narik masa kaya gmn. Kalau dulu jd kesel sendirim kalo skrg netral liatnya. Dan aku ask ke diri sendiri: "Apakah orang-orang itu relevant untuk hidup saat ini dan masa depan yang ingin aku ciptakan?"
Jika jawabannya tidak, maka aku terima, lepaskan, dan move on. Jika jawabannya ya, maka aku ask lagi "Apa yang perlu aku lakukan untuk membuat semuanya ease?"

So far, jawabannya banyak yang yang tidak relevan untuk kehidupanku saat ini dan kedepannya. Jadi aku terima aja dan bye2. Sekalipun itu keluarga besar. Dan dari sini, ada kesadaran lain yang muncul, tentang ingin diterima, diakui, di pahami. Ya, kebutuhan dasar manusia. Dan ada sebuah peluang besar juga untuk menerima hal besar lainnya saat diri mampu say goodbye.

Pepatah lama ini, benar adanya.
Kalau orang benci sama kita, mau diri ngapain pun sebaik sebagus apa, tetep aja jelek keliatannya. Begitupun sebaliknya, kalau dimata orang2 diri udh di cap baik, mau buat kesalahan apapun, orang suka nutup mata dan memaklumi semua keburukan yang dilakukan. 

Dulu aku konflik sama temen, trs aku cabut. Saat itu cabutnya sakit hati banget sampe ke titik gak mau inget apapun. 5 tahun kemudian, orang ini dateng cerita mimpi aku dan dia minta maaf, dia sampaikan jg telah memaafkanku untuk hal2 yg dia anggap menyakitinya. Dan saat itu aku cm baca trs udah. Gak ada perasaan apapun lg, dan gak mau bertemen lg jg, tp bukan krn benci, krn merasa cukup sampe kmrn aja relasinya, hmmm gmn ya jelasinnya, ya gitu lah. Dari situ, insight yang aku dapat, kadang orang bs ngerti sendiri motivasi dan keadaan saat itu, mungkin dulu cm fokus pada caraku (baju luarnya), dan diri gak perlu menjelaskan apapun. Saat dia datang minta maaf, itu bukan tentang benar salah dan memuaskan ego, dia minta maaf untuk dirinya sendiri. Saat aku memutuskan untuk tidak merespon, tidak mau berteman lagi, namun tetap care dan netral, itu pun sebuah keputusan sadar yang aku pilih. Di momen ini, aku melihat sebuah kedewasaan, dimana masing-masing individu mengakui, membuat keputusan, dan saling menghargai pilihan masing2.

Saat ada yg benci, kesel sama ku, dll. Lalu mereka tetap pada pandangannya, atau malah mengumoulan massa menghasut orang cari teman untuk punya pandangan yang sama, atau labeling, dll. Itu pun pilihannya. Dan aku tidak bertanggung jawab untuk menjelaskan, apalagi ngemis2 penerimaan dan pengertian mereka. Rasanya jelas gak enak lah ya di reject secara sosial. Dulu hal ini sangat ganggu sampe bikin diri depresi dan minum obat2an psikiatri. Sekarang, ada perasaan gak enak, yang munculnya itu perasaan being misunderstood. Cm udah bs lebih santai krn aku sudah bs menerima diriku sendiri, saat ada yang gak suka, benci, disalahpahami, di judge, dll. Aku melihatnya ya see what it is. 

Thursday, October 7, 2021

7/10/21

I started to respect myself when I learned to stop.
Stop fixing people
Stop chasing people
Stop staying in a one-way relationship
Stop using everything that didn't work for me and is no longer relevant
Stop neglecting myself.

 I got a new hello when I started to say goodbye and trusting myself.

Dear myself, 
Please forgive me, Thank you.