Showing posts with label journey. Show all posts
Showing posts with label journey. Show all posts

Friday, November 17, 2023

Tak ada hubungannya

Sadar ga?
Apapun yang orang lain lakukan, gak ada hubungannya sama diri.
Mau bahas tentang family (no offense ya. Disclaimer dulu).
--------

Orang tua abusif, harming, jahat, tak mampu mencintai, controling, manipulatif, apapun yang mereka lakukan pada anaknya, tidak ada hubungan sama sekali dengan anaknya. Mereka hanya memproyeksikan ketidaknyamanan pada dirinya sendiri, lukanya, expetasinya, judgementnya kepada anaknya. Misal, orang tua pernah dipukul pas nangsi waktu masih kecil. Saat ia memiliki anak, anaknya masih balita dan nangis, teringat trauma dirinya yang berakhir marah-marah dan memukul anaknya. Contoh lainnya, orang tua tidak mendapat cinta kasih seorang ibu, karena ibunya tak mendapat cinta kasih dari nenek sejak lahir, maka ia pun tak mengerti cara mencintai anak perempuannya, sehingga anak perempuannay cenderung terabaikan secara emosi. Atau orang tua memiliki cita-cita menjadi dokter, lalu gak kesampean, dan ia proyeksiin ke anak-anaknya harus jadi dokter sekalipun naaknya gak mau dna gak bahagia; jika melawan dan memilih pilihan lain, maka di abuse dengan menahan biaya kuliah dan biaya hidup. 

Banyak sekali hal yang gak beres sebenarnya dalam relasi orang tua dan anak, termasuk dalam keluarga, jika mau disadari. Tidak semua lahir dari keluarga yang sehat, dinamika keluarga yang eling, dan dari pribadi-pribadi yang healed. Banyak yang menikah dikala belum membereskan masalah-masalahnya, belum melepaskan attachment terhadap keluarganya (termasuk attachment beban emosi, masalah, trauma, warisan trauma, belief, pola, dll); belum menjadi diri nya sendiri yang jejeg, secure, full autonomy yang menjalani realita aslinya dengan penuh tanggung jawab. 

6 Tahun lalu di usia 20an, aku masih melihat laki-laki dari:
Agamanya, ibadanya (yg keliatan kan kuantitasnya aja), lulusan mana (masih sih sampe sekarang), pendidikan, pekerjaan, kekayaan, kepribadian, dan hal-hal yang masyarakat dan society pertimbangkan untuk menjadikan pendamping dan menikah. 

Saat ini, yang aku minta dan liat lebih ke arah: kemampuan dan kapasitas untuk nurturing, nourishing, membebaskanku jadi diri sendiri, provide money, good sex, align, make me greater, co-creating, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan bertumbuh, kind to my body and being. Yang bisa receiving and gifting, konsisten, saling gratitude, connected, trusted, respect. Di bayangan ku kaya 2 anak kecil happy joy yang energy nya bermain dalam menciptakan kehidupan dan saling mencintai penuh syukur dengan tetap membebaskan satu sama lain menjadi dirinya sendiri. 

Eh kok bahasannya ajdi belok wkwk.
Ok balik ke topik tentang ortu. Ya intinya, saat ortu tak memberikan cinta tulus murni yang penuh kasih dan nurturing, bukan berarti kita tidak layak akan cinta. Namun ya ortu tersebut yang tak mampu mencintai, bukan karena tak sayang, tapi karena ia gak tahu gimana cara mencintai yang membuat anak merasa dicintai. Begitupun sata seorang orang tua sering memukul secara fisik, sering menganiaya secara emoosional dengan holding, guilty trip, shamming, bullying, silent treatment, dll. Ya bisa jadi cara yang ia tahu dalam mengkomunikasikan emosinya, dirinya, dan mendidik itu seperti itu. Bukan berarti si anak tak berharga sampe seolah-olah panats untuk dipukuli dan di abuse emotionally. Apalagi jika orang tuanya memiliki gangguan kepribadian atau jiwa, seperti depresi sehingga tidak "hadir" daam hidup anak, atau axniety dan manic marah meledak-ledak, kurangnya kemampuan coping yang sehat, ego nya fragile, pola pikirnya hitam putih, ocd, ya secara tidak langsung memang mempengaruhi swlf worth, self esteem, self confidence, dan sense of self si anak. Dimana itu semua secara tak langsung mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan si anak. Baik dari segi relasi dengan dirinya sendiri, dgn orang lain, dengan pekerjaan, dengan uang, dll. 

Menariknya, dalam society ini, keberhasilan mendidik dilihat hanya sebatas lulusan mana, kerja dimana, material things yang dihasilkan, terlihat soleh, tau sopan santun, menikah, pny anak. Siapa dan seberapa banyak orang yang nanya atau nge cek "are u really happy?", "are u really know yourself?, "are u live in your reality?", "do u really know what do you want and your purpose?", "are u fully healed?", melihat dari level awarenessnya, level kedewasaannya (secara intelektual, mental, emosi, dan spiritual, holistic), kemampuan bertransformasinya, kemampuan visioner, kepribadian real nya, dsb nya?

Kalau mau dan berani melihat, banyak anak-anak yang dianggap sukses, pekerjaan ok, harta ok, pendidikan ok, sangat sopan nan santun, ternyata zina, korupsi, nyikut orang, dzolimin org lain, main pelet santet "membunuh" orang lain secara perlahan, dll. Hanay chasingnya tau sopan santun dengan tutur kata baik, emosi yang terjaga, dan bereprilaku yang dianggap baik (menyenangkan), hal-hal tersebut ta dilihat, tak dipercayai, bahkan dianggap tak ada. Realitanya, masyarakat dan society hanya mau melihat dan menerima hal-hal yang mereka mau lihat saja berdasarkan aturan yang berlaku. Apapun truthnya, kenyataannya, aslinya, bukan hal penting, yang penting tampilan luar dan yang ditampilkan sesuai aturan. Perhatiin deh....

Kembali lagi, tentang orang tua,
Intinya mau share, apapun yang mereka lakukan pada anaknya/ kita, sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri. Jangna sampai kita masukan ke dalam diri terlalu dalam merusak dan menyakiti diri sendiri hingga menganggu keberfungsian diri, hak untuk bahagia dan tumbuh besar. Ya sederhananya, orang bahagia akan memancarkan kebahagian, orang yang sayang dirinya akan mampu menyayangi orang, orang yang naman dan secure dengan dirinya akan mampu bersikap baik jg terhadap orang lain. Begitupun dengan orang yang tak bahagia tanpa sadar ia akan menarik orang dalam ketidakbahagiannya. Orang yang tersakiti akan menyakiti. Orang yang luka akan melukai. Orang yang sembuh ya akan menyembuhkan tanpa menyakiti dirinya sendiri. 

Makanan

Beberapa waktu lalu, ada suatu hal yang aku beresin. Saat itu selesai, salah satu perubahannya, selera makan ku hilang. Jadi aku makan bener-bener cuma seperlunya badan. Kalau maksain ngemil aja langsung muntah. Dan ternyata badanku minta makannay cuma sekali. Dan itu rasanya aneh banget awal-awal, berasa super gabut. Waktu makan pagi, malam, ngemil, jadi hilang. Plus waktu cari makan, nunggu makanan, nyari cemilan, masak, nyuci piring, semuanya jd ilang. Dengan kata lain sebenarnya menguntungkan buat diri karena jadi punya waktu lebih banyak dari sebelumnya, cuma malah jadi bengong-bengong aneh dan "ngapain ya? ngapain ya?". Kebayang ga? misal pagi jam 6 kita udah siap2 masak/ cari sarapan, terus nunggu, makan, terus beres2. Trs sore dari jam 3 udah mikir mau ngemil apa, lanjut gofood jam 4 sore, nunggu, trs ngemil. Pulang mikir, cari makan, mampir sana sini, pesen online, nunggu, makan sambil ngobrol atau nge date, trs santai sambil minum. Dan semua waktu untuk nyiapin makanan, nunggu, makan, dan afternya tuh ilang. Seberapa banyak waktu yang akhirnya ke save? Ternyata banyak! lebih dari 2 jam. Bahkan bs sampe 4 jam hemat waktu untuk tidak mikirin makanan, nyiapin makanan, nunggu makanan, makan, dan beres2 terkait makanan. Termasuk waktu perjalanan untuk pergi ke suatu tempat hanya untuk makan. 

Awal-awal sampe sekarang bahkan, rasanya aneh.
Bahkan baru sadar, ternyata diri kalau lagi stress, gabut, mager, larinya ke makan. Nah sekarang kan makanan itu ilang dr kamus body and mind, jadi bengong2 deh "ngapain ya". Logikanya, waktu/times itu bisa dipake buat bekerja lebih, berkarya, menghasilkan uang, realitanya malah dipake diem. Sanpe kalau ada yang ajak ketemu di resto/bar/cafe, bingung aja mau pesen apa ya. Makan nggak, minum nggak. Ujung-ujungnya ya air putih aja. Bukan karena diet, tapi badannya gak mau, lg ga require, dan udh gak mau maksa/abuse body lg dgn masukin hal2 yg dia gak mau. 

Itu baru dari segi makanan.
Kedua dari segi jwa raga. Dulu suka absorb2 emosi, pikiran, pain orang, sampe repot sendiri. mnedadka nelangsa, suffering, gak bahagia, berat di dada; trs pikiran rame, penuh, stress, depresi; badan suka ikut2an sakit org sekitar atau penyakit yg lg hits padahal diri baik2 aja dan ok. Ujung2nya repot banget sampe menganggu kehidupan. Nah skrg itu semua lepas, gone. Alhasil, pikiran space, gak mikir apa2, kosong. Batin/jiwa, space, gak perecive emosi2 berat atau apapun itu. Fisik jg sehat2 aja bugar. Dengan kata lain keadaan inii bisa bikin diri terbang lebih tinggi, lari lbh cepat, dan hidup jauh lebih ringan dna mudah. Kenyataannya (samapi saat ini ya) malah aneh. Yang baisanya penuh penderitaan, berat, sempit, byk pikiran, sakit2, gak bahagia, dll, mendadak space nan kosong. Ujung2nya bengong2. 

Benefitnya dalam keadaan space tsb, diri lebih jeli, being present, dan aware.
Jadi saat ada orang yang datang untuk manipulasi, gaslight, controling, ini itu, diri bisa liat dengan jernih dan gak masuk ke permainan/ jebakannya. Termasuk jadi lebih mudah mendengarkan badan dan jiwa sendiri. Sesederhana, mau makan apa, mau ngapain, lg require apa, happy/nggak, apa yang bisa bikin greater? Dan spontan bisa ke attract sama hal-hal kind to body and being, dan spontan menjauh dr hal2 yg unkind. 

Saat space gini, bawaannya malah pengen sendiri, males ketemu siapa-siapa, males interaksi ma orang, males keluar-keluar, alhasil energy diri jadi terjaga. Awal-awal aneh, sampe jadi melakukan kebiasaan dengan kontak orang2, pgn pergi-pergian, pgn telpon orang-orang. Dan anehnya pada gak diangkat, org2 pd ga bisa. Sampe sadar, sebenernya emang lg ga mau ketemu orang2, mungkin energy ini jg kerasa ma org2 itu. Jd saat mrk ga angkat/ ga respon/ ga bs, diri biasa aja. Jadi bengong-bengong lagi "ngapain ya"  wkwk. 

Ternyata kalau gak ngambilin masalah orang, gak nangkepin hal-hal yang not mine, hidup enteng banget. Pertanyaannya sekarang: 
what I really desire?
what I really want?
What I really lust for?
What works for me?
What my body and being require?
What and how my real reality?
Show me clarity about it all.

Friday, November 3, 2023

3/11/23

 Nothing meaningless when you know what you want and what you do. 
- Andhira, 2023

Banyak Hal Tak Penting

Ternyata banyak sekali hal tak penting yang hadir dalam hidup dan perjalanan hidup. 
Seperti objek bergemelap berkilau yang menarik perhatian mata dan perhatian untuk berhenti, melihat, menghampiri, mengambil, bermain, bahkan terseret jauh hingga menyusahkan diri sendiri. Teralihkan dari tujuan penting yang seharuanya dilakukan dan sedang dilakukan, hingga lupa arah. 

Banyak hal tak penting
- Hiruk pikuk jalanan yang tanpa sadar membuat energi bocor dengan ikut bereaksi atau berkomentar.
- Berita-berita yang tak relevant dan tak berkorelasi dengan diri yang kita lirik dan menimbulkan emosi.
- Orang-orang entah berantah yang hadir atau kita masukan ke dalam hidup yang ternyata membuat diri terlena dan melupakan hal penting yang memang penting untuk diri pilih dan lakukan.
- Permainan dan pesta kesenangan melepas dahaga yang terlalu jauh diikuti hingga terjerat masuk ke dalam kolam penuh air, bermain di dalamnya hingga lupa untuk naik, mengeringkan diri, dan kembali ke realita.
- Percintaan ataupun sakit hati kemarahan dengan emosi yang sangat intens euntuk menjadi budak cinta ataupun budak dendam hingga luput untuk merawat diri sendiri dan berjalanan pada arah seharusnya.
- Hal-hal yang sedang naik daun yang menarik perhatian hanya agar mampu mengikuti alur masa kini yang sebenarnya tidak ada relevansinay sama sekali terhadap diri apalagi kehidupan diri.
- Omongan-omongan orang asing sekalipun orang lama yang sebenarnya tidak benar-benar mengenal diri ataupun peduli yang benar-benar peduli layaknya ke dirinya sendiri.
- Keributan yang terjadi di sekitar termasuk di depan mata yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali, hanya karena terjadi sangat dekat dan diri terganggu dengan segala drama itu. Dikala ada pilihan untuk tak peduli, pergi, menjauh, meninggalkan, dan hilang.
- Ketidaknyamanan yang di proyeksikan oleh orang-orang yang tidak bahagian dengan dirinya sendiri.
- Dan lainnya.

Saling Memanfaatkan

Bagaimana jika dunia yang kita huni sekarang, banyak sekali orang yang berfungsi dari hubungan transaksional, saling mencari keutungan, saling memanfaatkan, saling memenuhi, dan semua dilakukan timbal balik secara sadar maupun tidak, secara sengaja maupun tidak? Dan saat kebutuhannya sudah tak terpenuhi, maka akan meninggalkan hal-hal yang sudah tak memberi manfaat dan mencari sumber lain yang mampu dan mau memenuhi kebutuhannya? Bagaimana jika banyak orang hanya peduli pada pemenuhan kebutuhannya? Bahkan mencintai pun sebuah kebutuhan, sekalipun tujuannya untuk memberikan cinta pada orang lain. Saat kebutuhan mencintai itu tidak terpenuhi, sesederhana belum mememukan orang untuk dicintai atau ditolak, ada ketidaknyamanan dalam dada seperti sesuatu menganjal yang tak mengalir. 

Bagaimana jika dunia yang terlihat sempurna, penuh kasih, penuh kegembiraan, penuh kekuatan, penuh kematangan, sejatinya hanya orang-orang yang meneumukan orang-orang yang sama-sama saling memanfaatkan satu saam lain?

Bagaimana jika kita tak mau memanfaatkan siapapun dan apapaun, termasuk memanfaatkan diri sendiri; justru diri yang selalu di manfaatkan oleh apapun dan siapapun hingga menjadi keset dan habis tanpa mendapatkan apapun selain menyengsarakan dan menyusahkan diri sendiri?

Thursday, November 2, 2023

Tidak peduli

Bagaimana jika di dunia ini tidak ada satupun yang peduli?
Bagaimana jika orang peduli karena di dalam-dalamnya karena peduli pada diri nya sendiri?

Seperti, menjaga seseorang karena cinta, karena saat orang yang dicintainya tersakiti, maka dirinya ikut hancur arena adanya empati, ikatan, dan keterikatan dengan orang yang dicintai. Maka menjaga orang yang dicintai sebenarnya secara tidak langsung untuk menjaga dirinya sendiri dari segala perasaan sedih, kehancuran, dan ketidaknyamanan lainnya. 

Bagaimana jika kenyataannya, orang hanya peduli pada dirinya sendiri?
Bagaimana jika tidak ada yang benar-benar peduli?
Kesadaran apa yang bisa didapatkan dari ini?

Apakah diri sudah benar-benar peduli pada diri sendiri?
Apakah diri sudah menjadikan diri sebagai nomer satu dalam hidup ini?
Apakah diri sudah berbuat baik pada diri sendiri tanpa mengantungkan apapun pada dunia luar?

Monday, October 30, 2023

Mencintai Diri

 Menyayangi diri sendiri, sesederhana:
- Tidur cukup
- Makan sehat
- Olahraga
- Tidak merespon makian orang
- Tidak masukan ke hati omongan orang
- Melepaskan hal-hal yang tak nyaman
- Memiliki kehidupan sosial yang nurturning
- Memiliki perkejaan dan penghasilan
- Mandi, pakai skincare.
- Menggunakan pakaian yang diri happy 
- Bersenang-senang tanpa merugikan orang lain
- Memiliki teman yang mutual
- Memiliki pasangan dan intimasi.
- Memiliki hobby
- Menghargai boundaries diri dan orang lain
- Bercerita
- Membangun hubungan emosional
- Berbagi
- Bermain
- Becanda
- Memelihara hewa peliharaan
- Mencintai orang dengan tulus
- Berbuat baik pada diri sendiri
- Memvalidasi diri
- Menghargai diri sendiri
- Mengasuh diri
- Beramal
- Membuka hati
- Menerima rasa cinta dan bantuan orang lain
- Meninggalkan orang-orang yak tak memilih diri ini
- Melepaskan hal-hal yang sudah tidak baik untuk diri
- Menerima diri secara utuh penuh kasih dan toleransi
- Merasakan seluruh emosi yang hadir dan melepaskannya
- Meencintai orang lain dan menerima cinta
- Berpetualang
- Beraktualisasi diri
- Menikah

Thursday, February 8, 2018

Loose Weight Journey

Transformation. ya kira2 begitulah, jarang foto2. yang pasti tiap hari setiap pagi dan mau tidur
selalu nimbang berat badan. cuma mau dimasukin banyak banget ratusan foto timbangannya hahaha


Ceritanya, Berat badan terus-terusan naik sampe nyentuh 68 Kg (Terberat). Biasanya gak pernah nyentuh angka 60 kg. Apalagi dulu pernah 48kg badan enak banget. Karena terus-terusan naik jadi yaudah aja cuek padahal ortu, adik, temen udah bawel banget nyuruh kurusin badan. Sampe di momen, ngerasa sakit ini itu, cek ke dokter dikira ini itu, taunya fatty liver, terus hormon kacau, pola tidur berantakan, muka kucel jerawatan, kacau banget lah keadaan fisik saat itu sampe ngaruh ke otak dan psikis karena ya saling nyambung gt. Yang ngikutin proses diet selama satu tahun di instagram, pahamlah ya gimana-gimananya. Intinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat dan otak yang cemerlang. hahaha. 

Pertama, menganalisa penyebab gendut. Ternyata kurang tidur, sering begadang, dan gak tidur malem. Itu berhasil bikin perut laper terus, mood kacau yang larinya ke makan, ada hormon2 yg gak keproduksi, metabolisme lambat, dan sistem di tubuh kacau. Akhirnya benerin pola tidur (tidur sebelum jam 11 malem perhari). Alhasil badan dan mood mulai stabil, lumayan enak, nafsu makan jg lebih terkontrol. Setelah itu benerin pola makan dengan eat clean (makanan sehat, organik, fresh, raw. alias rebus2an, mentah, sayuran, buah, protein) diiringi olahraga untuk naikin metabolisme. Yaudah deh jadi lifestyle sampe kalo makan makanan aneh (nasi gorengan) baan gak nerima, kalo gak olahraga badan malah pegel2.

Intinya, gak pake metode apapun, balikin lagi aja semuanya ke seharusnya secara natural. Dengerin badan sendiri butuh apa, perlu apa, dll. Jadi metode yg saya lakukan adalah secara intuitif gak ngikutin metode2 diet yg udah ada. Kalo badan pengen makan manis, ya makan. kalo badn pengen gerak ya gerak sampe badan bilang udah. kalo badan butuh tidur ya tidur. sesederhana itu. Yang perlu dicermati adalah denger kebutuhan badan baik2, maka akan tau mana kebutuhan mana nafsu dan bisa membedakannya. Listen to your body dan lakukan secara intuitif. Satu hal penting, lakukan secara konsisten, pelan2 tapi stabil dan grafiknya terus berprogress baik. Sebulan 2 kg yaudah pertahanin itu sampai goal tercapai, 2 kg/ bulan.

Yang dirasain setelah badan kembali normal (idealnya 48-52kg). Itu tuh enak banget. gerak jadi lebih ringan, gesit, muka cerah bersih meski gak pake skincare, haid ancar gak sakit2 lebay, pola tidur stabil bener, lebih produktif, lebih positif, dan enak aja. Yuks jaga kesehatan badan dan menjadi wellbeing, karena itu salah satu cara mensyukuri pemberian Tuhan, menyayangi diri sendiri, dan investasi untuk masa depan thdp anak keturunan (ya biar nanti kalo punya anak, bisa ngurus, gak sakit2an dikala anak masih kecil, atau ngerepotin anak krn sakit parah).


Saturday, October 29, 2016

Catatan Kecil #3

Kemarin, pas datang ke acara teman, tiba-tiba ada spirit yang muncul. Oh meeeen... Ini dia rasa yang sempet hilang bertahun-tahun. Sebuah spirit menggebu-gebu nan ambisius yang hadir kembali. 

Rasanya senang sekali melihat teman-teman berjuang pada bidangnya masing-masing, perlahan namun dalam grafik yang terus meningkat. Berjuang menggapai mimpi dan tetap menjaga pertemanan yang saya rasakan semakin dewasa. Entah memang kami yang mulai tenang dan stabil karena menjelang akhir usia 20an. Atau, memang diri kami dan pola pertemanannya yang tumbuh dewasa bersama.

Kalau ditanya,  punya kenalan/ acquanintance berapa? banyak banget.
Kalau ditanya, punya teman berapa? tidak lebih dari dari 5, bahkan hanya 1-2 mungkin. Ada yang sudah teruji 12 tahun dari mulai seragam sekolah, sama-sama berjuang ngejar ambisi masuk PTN terbaik, berjuang untuk lulus, sibuk cari kerja, menemukan jalur masing-masing, hingga akhirnya ia sudah beristri dan memiliki anak. Tak ada yang berbeda, semua terasa sama. Ada pula teman yang dekat tak dekat dahulunya, namun tetap bertahan selama 10 tahun lebih dan menjadi salah satu teman terbaik. Kami memiliki value yang sama, salah satunya karena sama-sama loyal, jujur, dan mandiri. Ada pula beberapa teman yang bertemu tak sengaja beberapa tahun terakhir. Anehnya, seperti ketiban durian runtuh. Menemukan orang-orang yang bisa terkoneksi soul to soul, bisa menerima diri, deep thinking, deep conversation, deep feeling. 

Bagi saya, pertemanan ya seperti ini. Tak harus sering berjumpa, tak harus sering berkomunikasi, namun saling mendukung, saling memahami, saling menerima, saling menularkan ambisi, saling menjaga, saling berjuang mewujudkan mimpinya masing-masing, peduli namun tak ikut campur. Bisa ada dikala down dan senang. Sedikit cerita, pernah mengalami berhasil meraih suatu pencapaian, tapi sendirian, gak ada keluarga dan teman. Itu rasa yang harusnya senang berubah menjadi sedih sekali. Rasa sedihnya sama dengan saat lagi down sendirian. 

I really love my life today. Family, friends, spirit and ambition. 
Api dalam menjalani hidup. 

Sekian catatan kecil di penghujung Oktober tahun 2016 ini. Cheers! :D

Thursday, October 13, 2016

What are you doing?

haiii apa kabar semua? lama bingits deh gak update blog~

sering banget dapet pertanyaan, 
"lo ngapain sekarang?"
"kerjakah?"
"lo dmn skrg?"

yang kalo secara logika, apa pentingnya orang bertanya hal yang tak menambah kebermanfaatan apapun. mereka ga tiba2 ngasih proyek, gak tiba2 jalin silahturahmi, gak tiba2 mendoakan (mungkin), intinya aneh aja pertanyaan kepo yang gak jelas tujuannya. hahaha. Sebenernya paling gak suka kegiatan, aktivitas, kerjaan, purpose, goal diketahui orang lain. Lebih seneng diem-diem dan ngerjain sendiri tanpa sorotan. Ya sekarang mau update deh. ini yg dilakukan tahun ini dan bbrp foto kemarin hingga barusan. Jadi, lo ngapain aja selama ini?

1. Belajar. i really love learn to learn. mulai dari belajar jahit, belajar piano (iya, belajar piano diumur segini hehe, kapan2 deh nanti di share video nya), belajar tentang human behaviour melalu observasi, memahami semesta melalui observasi dan perenungan, belajar untuk belajar, semua hal dipelajari. gatau karena haus pemahaman atau punya tingkat curiousity yang tinggi alias banyak kepo tentang ini itu. ini nih yang akhirnya gak ada detik terlewat tanpa mengobservasi dan berfikir.

2. Ngajar jadi dosen luar biasa (bukan asdos dan bukan dosen tetap). Ngajar di universitas swasta (sbenernya udah dari jaman kuliah s2 sih, bahkan awal2 kuliah s2 sempet jd asdos di almamater sendiri setahun).

hasil mahasiswa. foto kemarin. seneng banget deh saat anak didik bisa menyelesaikan dengan baik dan mencerna setiap proses asistensi yeay. ini matakuliah nirmana dwimatra, salah satu matkul yang diajar semester ini.

3. Proyekan interior, freelance. ya, sendiri. tahun ini ngerjain beberapa dan masih dalam ranah residensial dan commercial place. sekarang ada satu proyek kafe yang lagi di bangun di bandung dan satu proyek residential di jakarta timur masih dalam tahap perancangan.

foto diambil hari ini tadi sore menjelang magrib pulang ngajar dari kampus. on going project.

4. Nulis buku. jadi ada beberapa yang lagi ditulis dan gak selesei. ujung2nya yang mau diterbitin malah yg iseng gak sengaja gitu, draftnya udah selesei, tinggal urusan teknis ini itu, inshaallah desember (kalau gak ada hambatan) launching. doakan lancar ya

beberapa tulisan yang gak selesei-selesei, alhasil ada satu folder yang udah jadi draft naskah mulai masuk ke editor. doakan ya. ini folder pribadi yang di screenshoot barusan.

5. Self improvement (baca buku, perbaiki ini itu, bertransformasi), dan hura-hura. hahaha. kalau dari luar terlihat pendiam dan pemalu, kalau ngomong terlihat serius, aslinya seneng main, hura-hura, hidup nomaden, pergi kesana sini, ketemu orang-orang, ngobrol. traveling terakhir ke eropa bulan april lalu. eh ke jogja deng 3 bulan (sampe dikira pindah kesana).

foto kemarin malam. hura-hura sepulang kerjadan berganti baju. mereka anak couchsurfing bandung, saya bukan haha.
 kalau temen deket dan teman diskusi, jarang ketemu tapi tetap dihati hahaha.

6. ngurusin kawinan adek. dua bersoadara, saya anak pertama perempuan, adik laki2 tapi dia duluan nikah. bukan perkara dilangkahinnya, tapi sedih aja bakal super kesepian soalnya cuma dua bersodara, kebayang ga sih pas nanti nikahan, ayah ibu adik di pelaminan, gw sendirian celingak celinguk dari akad sampe selesei resepsi. ada sodara tp mereka kan gak stay seharian, paling cuma bentar, mana dari sd sampe kuliah (selain sma) gw satu sekolahan ma adek, makin ngenes aja dah "kasian ya kakanya". sedih banget bayanginnya aja suka sedih sendiri. meski dari luar keliatan fine, but in deep my heart, i feel so deep emotionally. sapa sih orang tua yang rela anak perempuan satu2nya dilangkahin adik laki2 satu2nya? yang ada, malah gw yg disuruh cepet2 nikah dan dikasihani orang2. yaelah. kalau ada yang mau nemenin gw selama adek nikah, 7 januari di jakarta timur. boleh loh. 

Gallery photo hp, isinya persiapan pernikahan adek. Seneng aja sih ngurus2 ginian.

Jadi sehari-hari, lo ngapain?
jam 7 malem - 3 subuh adalah jam kerja gw. karena hanya bisa produktif malem. ngerjain tulisan, ngerjain kerjaan interior.
jam 5 pagi - 10 pagi tidur.
jam 10 pagi - 12 siang leyeh-leyeh.
siang - sore ketemu orang, urus2 kerjaan yang haru keluar rumah dan ketemu orang.
dan berlanjut terus. kecuali kalo ngajar, pasti malemnya tidur, karena paginya ahrus udah ke kampus sampe sore. weekend ngapain? sama aja kerja kalo lagi ada kerjaan, main/ leyeh2/ baca buku/ belajar ini itu kalo lagi luang.

Kenapa sering dirumah?
karena kerja sendiri, kantornya adalah kamar. kecuali pas ngajar ya harus ke kampus atau ngecek proyek dan ketemu klien. sisanya ngerjain di kamar, mulai dr nulis sampe kerjaan interior. keluar kalo ada urusan sama orang aja. 

Kenapa sih gak kerja kantoran?
karena gw bisa mati sekejap kalo kerja kantoran. Kalau mau bunuh gw, gampang bgt. Jebak aja di rutinitas dengan kerjaan detail. sehari udah bisa berhasil bikin gw gilak dan die. thats why, lebih suka pola kerja dinamis. jadi dosen, tetep bisa ngerjain proyek interior dan personal project. yang penting mah produktif. berutinitas belum tentu produktif loh. bahkan sampe tenaga udah abis seharian pun, tiap malem jam ngantuk, otak masih tetep produktif mikir ini itu dan beberapa di share di fb deh jadinya biar otak rada kosong dan bisa tidur.

Yang dikerjain banyak banget. emang kelar? bisa multitasking?
nah ini gw jg gak paham sama hasrat banyak mau. cuma hidup emang adil kali ya. dibalik sifat banyak mau dengan ide ini itu, diseimbangkan dengan kemampuan menjaga semua hal tetep on fire dalam waktu bersamaan. gw juga heran kenapa bisa gt. berasa mengebu-gebu kaya gak ada tenang dan jedanya. kalau masalah kelar sih kelar. planning itu wajib bagi gw,  meski makan waktu bertahun. dan meralisasikan hukumnya fardhu ain alias super wajib. inshaallah semua kelar pada waktunya.
Doakan :D

Bandung, 13 Okt 2016, 22:07

Monday, August 22, 2016

Catatan Kecil #2

Setelah melakukan perenungan selama 1.5 tahun, akhirnya benerapa hari yang lalu cerita ke teman kalau sekarang saya memutuskan untuk hidup mengalir. Teman bilang kalau gap antara pikiran saya yang sangat logika nan penuh perencanaan bertolak belakang dengan hati saya yang sangat emosional dan perasa. Hal itu yang bikin suka susah mengambil keputusan karena hati dan pikiran gak satu suara. Akhirnya lebih condong ngikutin hati dengan hidup mengalir. Hidup mengalir bukan berarti doing nothing, hanya lebih menyederhanakan hidup. Sesederhana lapar ya makan, haus ya minum, ngantuk ya tidur. Berusaha membuat proses berfikir ke tindakan menjadi se-pendek mungkin dan se-present moment. Sebagai orang yang banyak mau, hal itu pun jadi masalah saat tak kesampean karena menyadari gak semua hal bisa dikerjain sendiri sekalipun mampu. Alhasil, sekarang hidup mengalir dengan mulai memilih satu keinginan yg difokuskan dan dilakukan step by step. Dimana sebelumnya saya membersihkan diri dari segala racun. Membuang orang-orang yang memberi dampak negatif/ toxic people, meninggalkan segala kebiasaan negatif, belajar cuek, belajar tega, dan belajar menyayangi diri sendiri.

Kalau ingat jaman dulu. Saya sudah merencanakan hidup dari umur 5 tahun dan disiplin menjalankannya sampai orang tua pusing punya anak ribet begini. Umur 9 tahun mulai menuliskannya dengan rapih dalam bagan rencana hidup dengan detail sampai umur 70 tahun. Semua terealisasikan dengan sempurna dan tepat waktu hingga umur 22 tahun tiba-tiba semua berubah. Berantakan. Jadwal yang molor, achievement yang sulit diraih entah karena apa, dan lika liku kehidupan lainnya yang datang tak terduga. Seperti tiba-tiba kecelakaan motor bedrest 4 bulan, tiba2 ada masalah keluarga, tiba tiba ini itu. 2010-2012 fase terendah saya. 2012-2014 saya hidup normal seperti biasanya, s2 yg akhirnya lulus, kerja, jadi dosen, dpt proyek, tp ada sedikit rasa hampa gatau kenapa. Di awal tahun 2015 - tengah tahun 2016 merenungi banyak hal. Tentang pola hidup, siklus, grafik perkembangan, goal, review purpose of life, mulai memikirkan orang-orang sekitar, dll. Sampai pada kesimpulan di postingan sebelum ini, catatan kecil (1). Hari ini melabuhkan pada kemantapan pilihan step hidup selanjutnya (paragraf pertama). Meskipun ada semangat yang terus mengebu-gebu di dasar hati yang perlu diredam, ada lompatan lompatan ide dan rencana jauh puluhan tahun kedepan yang sudah tergambar dalam pikiran yg perlu saya sederhanakan, dan ada perasaan campur aduk kasian sama keluarga ini itu yang perlu saya kendalikan. Ternyata untuk hidup sederhana dan mengalir bagi saya adalah suatu tantangan yang besar dan sulit untuk mengendalikan segala sifat alami yang mengebu-gebu dengan pikiran melangit dan perasaan yang dalam yg selalu berhasil membuat keputusan yg lama dan salah saking overthinkingnya.

Karena saya tukang cerita, jadi gatel kalo gak cerita ke orang. Alhasil cerita ke temen tentang keputusan dan pemikiran saya itu. Teman saya jawab merespon semi ceramah:


Bagi saya, semua yang teman omongin itu bener semua. Bukan karena sepemikiran dan sepemahaman, ya logis aja. Dia menjelaskan dalam kalimat sangat sederhana. Ceramah yang mengingatkan kembali pemahaman yang telah dipahami bbrp tahun yang lalu, untuk mulai dilakukan, dijalani. sekarang.

*udah bilang ke temen bakal di post di blog tp demi privasi jadi identitasnya dihilangkan.


Tangerang, 22 Agustus 2016

Saturday, August 20, 2016

Catatan Kecil #1

15 Agustus 2016

Putih: seorang teman.
Hijau: saya

Obrolan monolog (thdp tmn) ini disimpan di blog, sebagai pengingat untuk suatu saat nanti dikala mulai masuk fase dark dan galau saat logika terlalu melangit dan perasaan terlalu mendalam. Sehingga gap dan jarakn diantaranya keduanya terlalu jauh sehingga sulit mengambil keputusan bijak.
Semoga bisa menjadi rantai diri dalam menuju tujuan agar tak hilang arah. 

18 Agustus 2016


Baru ngeh, kenapa sering ngerasa gak punya temen, gak ada yg nyambung, sepi. Baru paham, ternyata karena secara alami punya sifat progresif dimana orang-orang sekitar saat itu bersifat stabil. Yg awalnya satu frekuensi, lama2 menjauh dengan sendirinya seiring perubahan frekuensi pada diri. Pantes kenapa traveling, tempat baru, lingkungan baru, ketemu orang-orang baru, diskusi-diskusi cerdas (ini bukan sombong/belagu, sejujurnya gw pusing sama obrolan receh, gosip, dangkal, basa basi, dan hal gak penting), film baru, buku-buku rasanya sebagai oksigen kehidupan bagi saya. Memiliki urgensi super tinggi sebagai kebutuhan yang gak habis habis untuk dikejar dan dikejar terus. Sekarang berusaha hidup dengan lebih sederhana dengan menurunkan rasa keingintahuan yg mengebu-gebu, menurunkan self priority, mengendalikan pikiran yg terlalu kedepan nan detail, mereduksi ego, berusaha hidup saat ini, dan mengendalikan perasaan agar lebih logis dan stabil terus logis.

20 Agustus 2016

Cuma orang-orang yg temenan di dunia nyata, chat, line, fb, ig, dan blog, yg setidaknya bs mengambarkan saya 50% mendekati tepat. Kalaupun ada yang temanan di semua hal itu dan mau cari tau, tetepa gak akan pernah bisa mencapai 50%nya karena yang di share hanya sebagian pemikiran, perasaan, observasi, renungan, pengalaman, secara acak  baik dr segi media, waktu, dan tempat. Kecuali orang-orang "cenayang" yg bisa tau tanpa mengumpulkan semua informasi dr panca indra suatu rentang waktu. Dia tepat. Sangat mengambarkan diri, keadaan, fakta, dan realitas yg dihadapi.

Ini tulisan dibuat hanya sebagai notes pribadi yg mungkin bisa bermanfaat bagi orang yg tiba2 nyasar ke blog ini dan bagi org nyasar yg ternyata kenal trs bisa ngingetin pas saya lg "chaos".

*wuallahualambishawab

Thursday, June 9, 2016

Ramadhan #4: Takut

"sama siapa?"
"jangan jauh-jauh"
"jangan sendiri"
"ajak siapa gitu buat nemenin"

Sadar tak sadar, kalimat tersebut sering kita dengar dalam lingkungan kehidupan sehari-hari atau bahkan akrab di telinga yang bersumber dari lingkungan terkecil kita. Tanpa disadari, di bawah alam sadar kita, kalimat tersebut secara tak langsung mengajarkan untuk takut hidup sendiri, takut gak ada temen, takut gak bisa pergi karena tidak ada temen, takut pergi sendirian, takut ini itu, seolah-olah semuanya harus ada teman, aman, ke tempat yang dikenal, takut ini itu.

kalau sendirian kenapa?
kalau jauh kenapa?
kalau ke tempat asing kenapa?
kalau tak ada teman kenapa?
*diluar konteks kalau perempuan pergi harus ada mahramnya ya

ya, semua punya alasan yang masuk akal, sebuah runtutan pola pikir logika manusia yang dirancang dalam pikirannya sendiri tentang sebab akibat dalam ranah ke arah negatif. "takut kenapa-napa".

Kita lupa bahwa sejatinya, sekalipun kita sendirian, kita tak pernah sendirian.
Apakah kamu percaya Tuhan?
Apakah kamu percaya Dia selalu ada? selalu mengawasi? selalu menjaga?
Apakah kamu percaya Dia Sang Maha Penolong, Berkehendak, dan Berkuasa atas semua hal di alam semesta ini?

Lalu, kenapa perlu khawatir?
Kenapa perlu takut pergi tak ada teman? 
Selalu ada "keluarga baru" yang disiapkan oleh-nya di tempat lain, selalu ada pertolongan tak terduga dari Nya, selalu ada cinta yang mengisi hampa meski sendirian ke tempat asing.
Bumi Allah luas, apakah Tuhan di Indonesia dengan di Eropa berbeda? apakah takdir meninggal akan hilang dikala bersamaan dan akan hadir dikala sendirian? semua sudah memiliki ketetapannya masing-masing.
Hasbunallah wani'mal wakil Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar.  (Al Imran: 173)
Yang perlu ditakutkan adalah, tujuan dan niat kita.
Apa niat kita? Apa tujuan kita?
Apa baik? apa buruk? apa pantas?

Btw, selalu ada orang-orang yang berani untuk berjalan sendirian menuju tujuannya, jadi bakal pasti ketemu orang-orang lain yang setujuan dalam setiap perjalanan kok. so, why so worry? 

Ramadhan #4

Wednesday, May 11, 2016

Pulau Timang

Hati - hati hati denga hati. kalimat pertama yang keluar setelah sampai ditujuan dengan segala kejutan semesta. dijalan sempet terbesit kalau perjalanan jauh lebih menarik dari tujuan. entah bagaimana apa yang membawa semesta mewujudkannya. perjalanan yang biasa saja berubah 180 derajat dengan segala hal yang terjadi, ketenangan menutupi kekhawatiran, gejolak, pertemuan dengan banyak orang yg memberikan arti hidup lainnya. seketika bersemangat, berubah deg2an, berubah tenang, berubah hampa. ternyata hati pun tidak bisa dikendalikan, semua terjadi begitu saja. keyakinan menjadi modal dasar dan paling besar.

perjalanan lintas tebing mengunakan gondola yg bertumpu pada tali2 yg mengikat di karang menjadi hal tak menarik, bahkan biasa saja rasanya, kalau beruntung dapat sensasi cipratan air dari ombak yg menghantam karang. saat berada dlm gondola entah mengapa waktu terasa lebih cepat. cepat sekali, tiba2 sudah berada di sebrang.

diam memperhatikan ombak, karang, tebing, air. satu jam berlalu. air tenang namun bs menghancurkan, api menerangi namun bs membakar, angin bebas namun tak bisa dipegang, tanah stabil namun tak bergerak. 

lalu pikiran mulai berfikir macam-macam. sebelum sampai ke hati, mungkin perlu disudahi. karena hati diam-diam berbahaya. secara pararel, menjadi sadar, pergi berdua atau banyakan akan lebih baik, karena mengurangi pikiran dan hati bergerak terlalu bebas dan menjadikannya lebih stabil.

Setelah sampai lokasi
taken by: mas2 penjaga. lokasi: Pulau Timang, gunung Kidul. 
----------------------------

Sampai kamar, mikir....

4.5 jam + 3.5 jam + 2 jam + 2 jam
nyetir sendirian di jalanan naik turun, belok terjal, sempit, mepet, buntu, batuan. ada yg pernah ke kubang? perjalanan kesini 11-12. tp pas nyasar stuck di hutan, jauh lbh gilak drpd perjalanan ke kubang, pengen nangis krn gak bs gerak bgt mobilnya meski udh buang2 batu di jalanan, koplingnya ampe bau, sendirian, plus gak ada orang sama sekali, jauh dr desa. yg bikin deg2annya adalah karena make mobil rental dgn jenis mpv (avanza), kalo jeep2 gt mah berani bablas meski ttp gak bs lewat krn ternyata itu jalur buat motor trail. masih beruntung ada ibu2 abis ngarit dan dia bawa belasan org desa buat ngedorong mobil.

Yang paling serem adalah pas malem dengan rute belokan terjal menurun tanpa pencahayaan dan pakai kacamata gak sesuai minus. beruntung selamat. "sebaik2nya penolong adalah Allah". kalo liat ini, suka bingung sendiri gak percaya bisa ngelewatinnya sampai tujuan tanpa lecet sedikitpun. pdhl blm pny pengalaman sama sekali. Amaze sama skill dan feeling nyetir yg progresif (oke skip tukang pamer ini, mari ke inti ceritanya).

dari perjalanan tersebut,  bikin mikir. awalnya liat maps udh stress sendiri liat perhitungan waktu dan medannya. sempet gak mau jadi. cuma hati berkata lain. cuma pgn sharing aja, kadang makin banyak tau dan cari tau justru makin memupuk kekhawatiran, ketakutan, dan perhitungan logika yg blm tentu benar. karena semesta punya mekanisme kerja tersendiri diluar nalar manusia. kadang yang perlu dilakukan just go! just do it! kelar.

dan diujung perjalanan bahkan terkejut sendiri kalo bisa berhasil, itu nambah kebaikan untuk diri merenung, bersyukur, dan berani kedepannya. ini bukan tentang traveling, berhubungan dengan segala aspek perjalanan dlm hidup. perjalanan karir, cinta, usaha, dll. saat keraguan/ perhitungan logika/ ketakutan datang, yg perlu dilakukan adalah stop! stop berfikir, stop mencari tau! stop bertanya. langsung aja ikuti hati, percaya, just do it! just go and do it! inshaallah bakal banyak "harta karun" yg ditemui berbalut kesusahan/kemudahan yg dtg selama perjalanan. jangan lupa berdoa untik dikasih petunjukNya, krn petunjuk buatan manusia di dunia sering bikin nyasar dan tersesat.
*wuallahualambishawab

Perjalanan Menuju Lokasi dan Pulang
taken by: me. Sleman - Jogja - Imogiri - Timang - Wonosari - Jogja - Sleman