Saturday, December 10, 2016

Mandiri itu apa?

Sejujurnya, saya gak tau arti sebenarnya dari kata "mandiri". Mandiri itu apa? Parameternya sejauh apa?

Banyak banget orang yang bilang saya mandiri sampe bikin bertanya-tanya "hah?".

"Tp teteh mah orangnya mandiri" - ibu

"Banyak yg bilang aku mandiri tie. Tapi aku melihatmu jauh mandiri daripada diriku. Bahkan sangat dan terlalu mandiri." - pesan tiba2 tengah malam seorang teman berusia 44tahun.

"Lo tuh mandiri, pinter, blabla" - seorang adviser.

"Kayaknya dapet jodohnya susah susah gampang ya, soalnya kamu independent, mandiri, dan idealis." - seorang rekan kerja yang baru kenal sebulan.

Jadi arti kata mandiri itu apa?
Traveling sendirian? Nyetir 13jam sendirian? Apa-apa sendirian? Ngurus diri sendiri sendirian? Sakit ke UGD sendiri? Kemana-mana sendirian? Semua hal dikerjain sendiri sendirian? Tidak ketergantungan orang? Jawabannya iya sih...., semua didasari gak mau repotin orang dan biar punya ruang gerak yang luas dan bebas alias males ketergantungan (baca: terikat) orang lain. Cuma jadi mikir, emangnya orang lain gak mandiri? Sampe ada kata mandiri banget, mandiri, cukup mandiri, kurang mandiri, gak mandiri? Parameternya sejauh apa? Sampe titik ini gak pernah mikirhal itu sih, cuma jadi penasaran sama arti dan definisi kata mandiri dan sejauh apa seseuatu dikatakan mandiri?

Wednesday, November 23, 2016

Orang Tua

10 tahun merhatiin ayah dan sebuah lingkungan. Ayah yang sudah ditinggal eyang menjadi yatim piatu, menjadikannya sangat hormat, sayang, dan sangat perhatian terhadap mertuanya (nenek). Sesederhana nganterin kesana sini meski super capek baru menempuh kemacetan jalan luar kota. Sesederhana ngajak ke tempat kesukaan nenek di kubang, bukan untuk kepentingannya, karena tahu bahwa nenek senang kalau disana apalagi kalau ada yang mau melestarikannya sesederhana membangun tempat tinggal dan sering berkunjung. Hari demi hari, tahun demi tahun saya memperhatikan ayah ibu memperlakukan orang tua satu-satunya. 

Sampai asisten rumah yang suka bantu-bantu ngomong "bapak sama ibu kaya yang butuh bgt ya sama orang tua. Berarti nanti teteh sama aa juga gitu. Nanti juga teteh jadi berubah sebutuh itu". Sempet heran sih, ini bu agung (yg suka bantu di rumah) ternyata diem-diem merhatiin ya.

Kadang mikir, sedih banget deh pasti kalau orang tua udah gak ada dan gak sempet berbakti bener. Gak ada orang yang bisa dimintai doa super ampuh, gak ada lagi orang yg super sayang, gak ada lagi orang yg bisa disayangi sepenuh hati, dan semua penyesalan dan kesadaran untuk berbakti menjadi sia-sia dikala sudah tak bisa lagi karena sudah tak ada.

Semakin tua, sebagai anak perempuan yang nanti setelah menikah bakti utamanya tak lagi ke orang tua, rasanya moment hingga waktu menikah menjadi sangat berarti untuk lebih banyak bersama orang tua. Meski kayaknya ayah ibu stress bgt punya anak kaya saya yang terlalu pemberontak (ga sejalan pikirannya).

Kadang merasakan, kalau uang bukan segalanya, yang penting menjadi manusia mandiri yang bisa berdiri diatas kaki sendiri, kuat secara mental, pikiran, dan fisik. Tak perlu bergelimang harta dan tahta. Melihat anaknya bahagia dan mandiri sudah cukup membuat orang tua bahagia. Buat apa kaya harta berlimpah dengan tahta diatas jika rumah tangga berantakan, orang tua pun akan sedih. Buat apa sukses dunia kalau shalat ditinggalkan, orang tua pun bakal sedih akan nasib akhirat anaknya. Buat apa semua yang kita kejar dengan kerja keras mati-matian, usaha abis-abisan, kalau tak mendekatkan kepada kebahagian diri dan keluarga? 

Ada nasib hidup orang lain dalam setiap keputusan yang kita buat. Ada hati yang akan sangat terluka dan sedih disetiap kesedihan yang kita alami. Ada hati yang selalu tulus mendoakan kebahagian kita dindunia dan akhirat. Yaitu, ibu,ibu,ibu,ayah.

Ada hal yang disadari kenapa ada hal yg gak bisa diraih, saat direnungkan ya memang apa yang terjadi adalah yang terbaik. Saya tak bisa membayangkan kalau misalnya dapat sekolah ke benua lain pakai beassiwa, tak punya tabungan sepeser pun, sedang ujian, lalu ada kabar orang tua sudah tak ada, dan baru bisa pulang sebulan kemudian dikala air kuburan pun susah kering, tahlil 40 hari tinggal 10 hari, ada kata maaf yang tak pernah bisa disampaikan, ada penyesalan luar biasa yang tak akan pernah bisa selesai sampai benar ikhlas menerima bahwa semuanya takdir. Kadang mikir, luar biasa teman-teman yang tinggal sangat jauh dengan orang tua yang jaraknya tempuhnya lebih dari 8 jam via pesawat. Bakal sedih banget kalau ada apa-apa dengan orang tua gak bisa cepat menemui, membantu, dan menemani. Beruntung yang masih bisa tinggal satu atap sama ayah ibu setiap harinya.

#secuilobservasi #randomfeeling #pikiransebelumtidur

Saturday, October 29, 2016

The Latest Project (End of October)


2. Procces. Built in


1. Designing, Planning.
3. Finnaly. 80%

*All posts and photos in this blog are courtesy of Utie - unless stated otherwise. Please don't use them without permission or without noting its origins on your post.

JFW 2017


Hallo

Ceritanya dateng ke Senayan city dari Bandung dalam rangka mendukung teman yang masuk finalis lomba yang karyanya dipamerkan di catwalk di acara Jakarta Fashion Week 2017. 

ini dia karyanya Metia Ramadhani





Duh, kurus-kurus ya model, gak ngerti mereka makan apa. Sempet merhatiin sesuatu sih, di share di postingan berbeda aja deh hehe. So far So cool.



Pemenangnya cowok dari surabaya. Ini cowok dari lobby (sebelum tau dia siapa) udah kersa banget deh aura-aura "seseorangnya". Jadi pengen kenal, menjalin relasi dan circle mungkin? 


Random ketemu citra ckckc. Awalnya bareng winta, udah keburu pulang duluan.
Ini lupa lagi ngapain ya pas difoto, gesture sama expresinya berasa aneh hahaha


Catatan Kecil #3

Kemarin, pas datang ke acara teman, tiba-tiba ada spirit yang muncul. Oh meeeen... Ini dia rasa yang sempet hilang bertahun-tahun. Sebuah spirit menggebu-gebu nan ambisius yang hadir kembali. 

Rasanya senang sekali melihat teman-teman berjuang pada bidangnya masing-masing, perlahan namun dalam grafik yang terus meningkat. Berjuang menggapai mimpi dan tetap menjaga pertemanan yang saya rasakan semakin dewasa. Entah memang kami yang mulai tenang dan stabil karena menjelang akhir usia 20an. Atau, memang diri kami dan pola pertemanannya yang tumbuh dewasa bersama.

Kalau ditanya,  punya kenalan/ acquanintance berapa? banyak banget.
Kalau ditanya, punya teman berapa? tidak lebih dari dari 5, bahkan hanya 1-2 mungkin. Ada yang sudah teruji 12 tahun dari mulai seragam sekolah, sama-sama berjuang ngejar ambisi masuk PTN terbaik, berjuang untuk lulus, sibuk cari kerja, menemukan jalur masing-masing, hingga akhirnya ia sudah beristri dan memiliki anak. Tak ada yang berbeda, semua terasa sama. Ada pula teman yang dekat tak dekat dahulunya, namun tetap bertahan selama 10 tahun lebih dan menjadi salah satu teman terbaik. Kami memiliki value yang sama, salah satunya karena sama-sama loyal, jujur, dan mandiri. Ada pula beberapa teman yang bertemu tak sengaja beberapa tahun terakhir. Anehnya, seperti ketiban durian runtuh. Menemukan orang-orang yang bisa terkoneksi soul to soul, bisa menerima diri, deep thinking, deep conversation, deep feeling. 

Bagi saya, pertemanan ya seperti ini. Tak harus sering berjumpa, tak harus sering berkomunikasi, namun saling mendukung, saling memahami, saling menerima, saling menularkan ambisi, saling menjaga, saling berjuang mewujudkan mimpinya masing-masing, peduli namun tak ikut campur. Bisa ada dikala down dan senang. Sedikit cerita, pernah mengalami berhasil meraih suatu pencapaian, tapi sendirian, gak ada keluarga dan teman. Itu rasa yang harusnya senang berubah menjadi sedih sekali. Rasa sedihnya sama dengan saat lagi down sendirian. 

I really love my life today. Family, friends, spirit and ambition. 
Api dalam menjalani hidup. 

Sekian catatan kecil di penghujung Oktober tahun 2016 ini. Cheers! :D

Thursday, October 27, 2016

Siang di Kampus

Setiap masuk ke kelas lebih awal dari jam istirahat berakhir, saya sering menemukan banyak mahasiswa tingkat awal yang diam di kelas. Mereka masih mengerjakan tugas dengan mulut mengunyah, ada beberapa yang sedang makan bekalnya. Kadang, hati terenyuh.

Mereka memiliki latar belakang berbeda. Ada yang dari keluarga kaya raya, ada yang menengah. Terlepas dari itu semua, ada spirit orang tuanya, sebuah harapan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Tak semata-mata untuk dapat bekerja dan berkehidupan jauh lebih baik, namun untuk meningkatkan harga diri anaknya sendiri dengan menjadi orang yang berilmu dan belajar mandiri.

Bagi saya, menjadi pengajar, bukan sebuah pekerjaan untuk menyambung hidup. Dimana saya bekerja secara profesional lalu digaji, dan berulang seperti itu. Di dasar hati terdalam, i really really care about the next generation, about our future (yes, i say our because we are all human who live in the same of universe, aren't we?). Bukan sebatas misi mengajarkan hal teknis dan menyampaikan ilmu, ada misi lain dibalik itu. Misi menciptakan generasi yang jujur (jujur menjadi diri sendiri, jujur dengan passion diri, jujur dengan menjadi baik), disiplin, dan punya kepekaan dan hasrat membangun yg besar terhadap sekitar.

Secara realistis, sulit untuk mengubah sistem pendidikan (jika para pembuat keputusan bukan orang2 peka, cerdas, dan holistik), apalagi goar-goar menghargai seorang pendidik. Kalau mau cari uang, ya jangan jadikan dosen/ pendidik sebagai profesi. Sampai detik ini, gaji sebagai pengajar hanya cukup untuk makan (perumpamaannya). Selebihnya tetap menjadi desainer interior sebagai profesi untuk menafkahi segala kebutuhan diri sendiri. Masalah waktu, ya pintar-pintarnya saja mengatur waktu. Asal tujuannya jelas dan efisien. Jangan sampai ada aturan ke kampus cuma untuk absen tanpa urgensi yang jelas, buang-buang waktu, tenaga, biaya, PP nya (incase aja, di tempat saya ngajar sih gak kaya gitu). Jangan pula sibuk proyekan tapi ninggalin mahasiswa. Ini sih yang harus diperhatikan bagi para pembuat kebijakan. Jika mengikat seseorang, harus diimbangi dengan kesejahteraan sebanding dengan waktu dan dedikasi yang orang tersebut berikan.

Semoga setiap bulir keringat para orang tua untuk anaknya tak sia-sia. Semoga kita, para pendidik tetap memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap penerus bangsa bukan hanya sekedar bekerja. 

Kadang, suka pengen deh membentuk mahasiswa sampai titik dia gak punya pilihan lain selain harus disiplin, bekerja keras, dan independent. Membentuk karakternya. Cuma ya apalah daya terbentur sistem. Sejauh ini dalam pengamatan saya (tidak semuanya sih, hanya pengamatan dari beberapa sample. Sebuah hipotesa), Pendidikan sudah masuk ranah bisnis, income dan outcome diperhitungkan dengan detail. Kalau disekolah swasta tak bisa sekeras seperti di sekolahan negeri. Sekolah negeri favorit sih bisa begitu karena orang yang masuknya sudah sangat tersaring dan digaji oleh pemerintah. Kalau swasta? Keras begitu, mahasiswa bisa pada kabur, parahnya mungkin dituntut.


Saturday, October 15, 2016

Arah Kompas

Kompas, diri sendiri yg pegang
Arahnya, diri sendiri yg atur
Menjaganya untuk selalu positif, kadang butuh bantuan orang/ lingkungan.

Kalau ada istilah "surround yourself with people who have same mission", maka lingkungan dan orang2 disekitar bisa mempengaruhi diri. Sekalipun semua hal yg berhubungan dengan diri berada pada kendali sendiri.

Salah satunya adalah dengan berada di lingkungan positif dengan orang2 yg bisa saling mengarahkan kompas satu sama lain untuk terus positif. Bukan orang-orang yang selalu mematahkan hingga mengalirkan energi negatif. 

Anehnya, gak semua orang mampu dan mau memberikan energi baik dengan mengarahkan kompas orang untuk selalu positif. Ada bahkan banyak yang merusak kompas seseorang. 

Contohnya:
A: gw mau apply beasiswa ke rusia
X: keren bgt. Yuk2 mulai persiapkan. Bisa pasti. Goodluck
Y: ketinggian mimpi lo.

A: mo bikin project blabla
X: menarik. Pasti bs meledak kalo bagus.
Y: gak bakal ada pasarnya itu

A: lg ngurusin ini
X: pasti kelar. Masih ada waktu 2 hari lg.
Y: paling jg gagal udh mepet

Possibility si A ini masih 50:50, tp cara melihat si x dan y berbeda. X melihat dari possibility dan sisi positif yang tetap realistis disesuaikan dengan kenyataan dan kemampuan si A. Y melihat sama besarnya dengan X namun dari arah negatif dan pesimis. X bisa mengarahkan kompas si A untuk selalu positif hingga angka 50 menjadi 100. Y tanpa sadar mematahkan merusak dan membawa kompas si A dari angka 50 menuju nol. 

Ini tergantung orangnya sih... Ada yg butuh support orang, ada yg bodo amat tetep jalan sendiri sesuai diri. Ada kalanya ini bisa berlaku pada banyak orang. Bayangin deh, kalau orang tua, keluarga, pasangan, teman, selalu menarik kompas diri kearah nol dan negatif, lama2 bisa mempengaruhi mu ga? Bisa bikin kamu merasa berguna atau malah rendah diri karena tak pernah diapresiasi dan sering direndahlan dipatahkan sebelum semua halnya dimulai sudah di bom energi negatif. Kalau sebaliknya, ada keluarga, teman, dan pasangan yg senang mengarahkan kompas terus positif, apa yg kamu rasakan? Senang? Percaya diri? Bersemangat? Semakin bekerja keras? Menyelesaikan dengan baik dan terus naik dan nakk grafik hidupnya.

Jd lingkungan mempengaruhi? Its depends on you. Kalau mempengaruhi, jadilah selektif siapa saja yg bs mendukung arah kompas untuk selalu positif. Kalau lingkungan tak dapat mempengaruhi mu, ya woles2 aja gak perlu selektif milih circle dan tempat dll nya. 

Thursday, October 13, 2016

What are you doing?

haiii apa kabar semua? lama bingits deh gak update blog~

sering banget dapet pertanyaan, 
"lo ngapain sekarang?"
"kerjakah?"
"lo dmn skrg?"

yang kalo secara logika, apa pentingnya orang bertanya hal yang tak menambah kebermanfaatan apapun. mereka ga tiba2 ngasih proyek, gak tiba2 jalin silahturahmi, gak tiba2 mendoakan (mungkin), intinya aneh aja pertanyaan kepo yang gak jelas tujuannya. hahaha. Sebenernya paling gak suka kegiatan, aktivitas, kerjaan, purpose, goal diketahui orang lain. Lebih seneng diem-diem dan ngerjain sendiri tanpa sorotan. Ya sekarang mau update deh. ini yg dilakukan tahun ini dan bbrp foto kemarin hingga barusan. Jadi, lo ngapain aja selama ini?

1. Belajar. i really love learn to learn. mulai dari belajar jahit, belajar piano (iya, belajar piano diumur segini hehe, kapan2 deh nanti di share video nya), belajar tentang human behaviour melalu observasi, memahami semesta melalui observasi dan perenungan, belajar untuk belajar, semua hal dipelajari. gatau karena haus pemahaman atau punya tingkat curiousity yang tinggi alias banyak kepo tentang ini itu. ini nih yang akhirnya gak ada detik terlewat tanpa mengobservasi dan berfikir.

2. Ngajar jadi dosen luar biasa (bukan asdos dan bukan dosen tetap). Ngajar di universitas swasta (sbenernya udah dari jaman kuliah s2 sih, bahkan awal2 kuliah s2 sempet jd asdos di almamater sendiri setahun).

hasil mahasiswa. foto kemarin. seneng banget deh saat anak didik bisa menyelesaikan dengan baik dan mencerna setiap proses asistensi yeay. ini matakuliah nirmana dwimatra, salah satu matkul yang diajar semester ini.

3. Proyekan interior, freelance. ya, sendiri. tahun ini ngerjain beberapa dan masih dalam ranah residensial dan commercial place. sekarang ada satu proyek kafe yang lagi di bangun di bandung dan satu proyek residential di jakarta timur masih dalam tahap perancangan.

foto diambil hari ini tadi sore menjelang magrib pulang ngajar dari kampus. on going project.

4. Nulis buku. jadi ada beberapa yang lagi ditulis dan gak selesei. ujung2nya yang mau diterbitin malah yg iseng gak sengaja gitu, draftnya udah selesei, tinggal urusan teknis ini itu, inshaallah desember (kalau gak ada hambatan) launching. doakan lancar ya

beberapa tulisan yang gak selesei-selesei, alhasil ada satu folder yang udah jadi draft naskah mulai masuk ke editor. doakan ya. ini folder pribadi yang di screenshoot barusan.

5. Self improvement (baca buku, perbaiki ini itu, bertransformasi), dan hura-hura. hahaha. kalau dari luar terlihat pendiam dan pemalu, kalau ngomong terlihat serius, aslinya seneng main, hura-hura, hidup nomaden, pergi kesana sini, ketemu orang-orang, ngobrol. traveling terakhir ke eropa bulan april lalu. eh ke jogja deng 3 bulan (sampe dikira pindah kesana).

foto kemarin malam. hura-hura sepulang kerjadan berganti baju. mereka anak couchsurfing bandung, saya bukan haha.
 kalau temen deket dan teman diskusi, jarang ketemu tapi tetap dihati hahaha.

6. ngurusin kawinan adek. dua bersoadara, saya anak pertama perempuan, adik laki2 tapi dia duluan nikah. bukan perkara dilangkahinnya, tapi sedih aja bakal super kesepian soalnya cuma dua bersodara, kebayang ga sih pas nanti nikahan, ayah ibu adik di pelaminan, gw sendirian celingak celinguk dari akad sampe selesei resepsi. ada sodara tp mereka kan gak stay seharian, paling cuma bentar, mana dari sd sampe kuliah (selain sma) gw satu sekolahan ma adek, makin ngenes aja dah "kasian ya kakanya". sedih banget bayanginnya aja suka sedih sendiri. meski dari luar keliatan fine, but in deep my heart, i feel so deep emotionally. sapa sih orang tua yang rela anak perempuan satu2nya dilangkahin adik laki2 satu2nya? yang ada, malah gw yg disuruh cepet2 nikah dan dikasihani orang2. yaelah. kalau ada yang mau nemenin gw selama adek nikah, 7 januari di jakarta timur. boleh loh. 

Gallery photo hp, isinya persiapan pernikahan adek. Seneng aja sih ngurus2 ginian.

Jadi sehari-hari, lo ngapain?
jam 7 malem - 3 subuh adalah jam kerja gw. karena hanya bisa produktif malem. ngerjain tulisan, ngerjain kerjaan interior.
jam 5 pagi - 10 pagi tidur.
jam 10 pagi - 12 siang leyeh-leyeh.
siang - sore ketemu orang, urus2 kerjaan yang haru keluar rumah dan ketemu orang.
dan berlanjut terus. kecuali kalo ngajar, pasti malemnya tidur, karena paginya ahrus udah ke kampus sampe sore. weekend ngapain? sama aja kerja kalo lagi ada kerjaan, main/ leyeh2/ baca buku/ belajar ini itu kalo lagi luang.

Kenapa sering dirumah?
karena kerja sendiri, kantornya adalah kamar. kecuali pas ngajar ya harus ke kampus atau ngecek proyek dan ketemu klien. sisanya ngerjain di kamar, mulai dr nulis sampe kerjaan interior. keluar kalo ada urusan sama orang aja. 

Kenapa sih gak kerja kantoran?
karena gw bisa mati sekejap kalo kerja kantoran. Kalau mau bunuh gw, gampang bgt. Jebak aja di rutinitas dengan kerjaan detail. sehari udah bisa berhasil bikin gw gilak dan die. thats why, lebih suka pola kerja dinamis. jadi dosen, tetep bisa ngerjain proyek interior dan personal project. yang penting mah produktif. berutinitas belum tentu produktif loh. bahkan sampe tenaga udah abis seharian pun, tiap malem jam ngantuk, otak masih tetep produktif mikir ini itu dan beberapa di share di fb deh jadinya biar otak rada kosong dan bisa tidur.

Yang dikerjain banyak banget. emang kelar? bisa multitasking?
nah ini gw jg gak paham sama hasrat banyak mau. cuma hidup emang adil kali ya. dibalik sifat banyak mau dengan ide ini itu, diseimbangkan dengan kemampuan menjaga semua hal tetep on fire dalam waktu bersamaan. gw juga heran kenapa bisa gt. berasa mengebu-gebu kaya gak ada tenang dan jedanya. kalau masalah kelar sih kelar. planning itu wajib bagi gw,  meski makan waktu bertahun. dan meralisasikan hukumnya fardhu ain alias super wajib. inshaallah semua kelar pada waktunya.
Doakan :D

Bandung, 13 Okt 2016, 22:07

Saturday, August 27, 2016

Merahasiakan

Di era digital dan maraknya sosial media dalam kehidupan masyarakat, sekilas kita dapat mengetahui kabar seseorang dari apa yang dia share. Dimana, sedang apa, sama siapa. Apalagi para pengguna media yang tujuannya untuk update their activities at the present moment. Sharing segala kegiatan, kebersamaan, dan posisi nya dimana. Termasuk tentang hubungan lawan jenis. Dia single, dia abis jadian sama si xx, dia abis tunangan, dsb. Update an status yang disertai foto. Kabar gembira selalu menyenangkan dan membuat gembira pula. Hanya saja kalau semuanya diceritakan, seperti diatas panggung dan di tonton banyak orang. Semoga tirainya berfungsi baik, sehingga bisa diturunkan untuk menyudahi panggung dan memiliki kehidupan di balik layar tanpa diketahui penonton :)

Rasanya kerahasian menjadi barang mewah saat ini. Tak sedikit yang men share dalam dunia maya kehidupan percintaannya, hingga tanpa sadar terekam dalam memori alam bawah sadar "lho bukannya bulan lalu dia lamaran sama si b, kok skrg nikahnya sama si c". Malah menstimuli ghibah ya. Disisi lain, dalam lingkungan nyata, dikelilingi orang-orang yang merahasiakan hubungan pribadinya (alhamdulillah). Diawali dengan kenal sekilas, tertarik, mencari tau, istiqarah, yakin, lamaran, lalu terbitlah undangan pernikahan tanpa sedikitpun umbaran status dan kisah cintanya. Kabar dan proses kasihnya terdengar secara offline saat bertemu langsung dan obrolan personal.

Adapun yang menceritkan kisah cintanya dari awal pertemuan, chat personalnya (yg cinta2an) di share di dunia maya, segala curahan hatinya, kekagumannya, kecintaannya, romansanya, drama konfliknya, perjalanan lamaran, farewellparty, hingga persiapan pernikahannya dari fisik hingga psikis, dari hal besar hingga pretelan, semua di share di public. Entah karena euforia, entah sebagai catatan untuk pedoman orang lain saat mencari vendor, entah pula karena perasaan insecure. Apa tak sebaiknya segala proses menuju nikah itu  disimpah sendiri ya? Dirahasiakan dari public. Cukup kabar gembira dan undangan pernikahan saja yang dibagi ke khalayak ramai. 

Apalagi cerita setelah nikah, lebih rahasia lagi. Jangankan ke public, ke teman dekat atau orang tua pun tak perlu mereka tahu kebahagian, kesusahan, dan segala lika liku perjalanannya. (Gw ngomong macem udh nikah aja ya hahaha. tapi ini serius mikirnya). Jangankan hal intim dan keburukan, hal sepele dicium pasangan sebelum berangkat kerja pun bukan sesuatu yang perlu orang lain tau bahkan gak perlu dinceritain dalam bentuk bahasa di dunia maya untuk public.

Saat menulis suatu pengalaman, berarti membahasakan semua perasaan, pergerakan, keadaan, semua visual 3 dimensi ber waktu ke dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut dibaca lalu direka ulang dalam imajinasi pembaca. Ada manusia yang memiliki imajinasi yang kuat. Saat membaca tulisan, tergambar sudah secara lengkap dan detail tentang isi tulisan itu. Kalau orangnya baik, ya hanya sebagai gambaran bayangan saja. Kalau pembacanya kurang baik? Bisa menstimuli untuk hal-hal senonoh. Contoh: "Sebelum kerja, selalu dicium suami". Nah loh. Di pikiran akan tergambar seorang perempuan yg dicium oleh laki-laki. Lalu terbayang ekspresi perempuan tersebut. Nah selanjutnya bisa jadi macem-macem. 

Banyak sekali hal yang perlu dijaga. Dijaga batasannya, dijaga kerahasiannya, dijaga dirinya.

*wuallahualambishawab

Wednesday, August 24, 2016

2016 Project: Commercial Place

Commercial Place - Cafe. 
Berlokasi di Semarang, Jawa Tengah

Cafe dengan spesialisasi dessert dari brand Loffle dan ada satu brand baru makanan berat sejenis suki di lantai pertamanya, tentu saja beda brand, beda pula image yang dihadirkan. Setelah melewati beragam proses brainstorming, pemilihan, hingga keputusan dengan segala variable khususnya variable budget yang supeeeeer mini dan vaiable waktu pengerjaan yang butuh asap. Begitulah TOR dari klien, menghasilkan desain seperti ini. Semoga berkah untuk semuanya.

Disini, saya menyajikan sebuah konsep dalam efisiensi dan brand image yang digambarkan dalam bentuk ruang 3 dimensi. Sirkulasi menjadi kunci utama dalam pemenuhan efisiensi baik secara pergerakan manusia, perputaran barang, udah, pencahayaan, penghematan daya, hingga waktu. Tanpa melepaskan unsur psikis yang menyentuh para pengguna sebagai konsumen untuk merasakan suatu sensasi sebagai moment yang lekat dalam memory. Kenapa harus efisien? Sepenting apa efisiensi sampai diterapkan sebagai kunci utama? Kalau ini alasannya panjang karena sebelumnya telah dianalisa dari segi gaya hidup lingkungan tempat ini dibangun, biaya, konsep financial, bisnis, objek jualan, dsb. beda proyek beda konsep. Singkatnya adalah, karena desain spasial adalah jembatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satunya lewat efisiensi, dimana berbagai pihak akan sama-sama merasa diuntungkan. 

Sekarang sudah fase pembangunan. Horeeee. sekilas kaya panggung ya hahaha. 



Kadang bukan kecil gedenya proyek, tp pas dibangun dan jadi sesuai perancangan itu rasanya ada kepuasan tersendiri. Cant wait to see you!

Tuesday, August 23, 2016

2016 Project: Residential

Hallo... Udah lama banget ya gak update kerjaan sebagai desainer interior yang kadang jadi arsitek dadakan hahaha. Daripada ubek-ubek file lama, mau sharing beberapa proyek yang datang dan dikerjakan secara singlefighter di semester pertama tahun 2016.

Pertama, Residential - Rumah tinggal. Berlokasi di Cimahi, Jawa Barat.

Fasade

Saya mengerjakan mulai dari tanah kosong. How lucky i am dapet proyek dengan tanah berkontur. Yeay! Suka soalnya hahaha. Porsinya sebagai arsitek dan desainer interior dengan bantuan orang sipil untuk menghitung strukturnya (terimakasih kang rama dan arif yang udah ngenalin bapak sipil itu. Mereka kontraktor, kerjanya rapih, kalo butuh kontraktor buat ngebangun bisa hubungi mereka lewat saya juga bisa nanti dikasih kontaknya). 

Mendesain rumah tinggal memiliki kunci tersendiri. Tidak hanya masalah bagus secara visual namun tepat bagi penghuninya dan ini baru akan terasa saat sudah terbangun (jaminan dari saya jika  dibangun benar sesuai peracangan). Rumah adalah hal personal bagi para penghuninya. Disini ada hal menyenangkan, yaitu hasrat membaca "orang" dan menganalisa personality jadi tersalurkan. Hanya butuh empati dan kemampuan mendengarkan dengan penuh perasaan tapi otak tetep jeli mencatat dan membayangkan semua hal secara logis dan teknis kedepannya gimana. 

Rumah ini rencananya dihuni seorang ibu, anaknya yang sudah dewasa, asisten rumah tangga, dan kerabat yg berkunjung. Digunakan untuk tempat berkumpul keluarga mulai dari usia manula hingga balita, dimana desain harus aman dan ramah untuk segala umur. Suasana damai, hangat, terbuka tersaji dalam alur sirkulasi, bukaan, cahaya, dan udara yang lapang: warna sederhana, dsb. Biar energi chi nya banyak. 

Prosesnya selesai sampai perancangan bangunan. Interiornya nanti dulu katanya, jadi saya desain interiornya sebagai bagian dari bangunan meski massa ruang. Furniture built in sudah dibuat belum detail sampai warna, material, dan ukuran detaillnya. 

Lantai 1 dan 1.5
Lantai 2 dan 2.5

Semoga segera berdiri kokoh, bermanfaat, meningkatkan kualitas hidup, membantu menciptakan kehangatan dan kebahagian bagi seluruh orang yang berada di rumah ini. Aamiin. Ada beberapa proyek lainnya, yang satu dalam proses pembangunan, yang satu sedang dihitung rab nya, yg satu inshaallah segera dibangun. Di update nya pas udah jadi aja kali ya nanti. Sebenernya gak suka cerita tentang aktivitas dan kerjaan. Sekali-kali lah gpp.

-------------
Kita hidup di dunia untuk menjalankan tugas dan peran masing-masing. Jangan sampai kebutuhan akan realitas hidup menutup jiwa dan tujuan asli diri. Semua yang dikerjakan hanya sebuah kendaraan dalam menempuh perjalanan menuju tujuan sebenarnya. Jangan terlena dengan jalan mulus, cuaca adem, kendaraan nyaman. Jangan pula stress dengan jalanan rusak, kemacetan, ban bocor, dompet di copet, dan nyasar. Perjalanan masih jauh, jauh sekali. Harus segera bergegas. Ambil yang diperlukan, tinggalkan yang memberatkan.

Uang, karya, kebermanfaatan, achievement, pekerjaan, aktivitas, ilmu, dsb. Hanya sebuah alat. Bukan tujuan sebenarnya. Be wise to find your purpose of life. Be patient to walk on your journey. Be though for you path. Cheers! :D

Kura - Kura

Senin, 22 Agustus 2016
Dari Jumat saya udah gabut, alias lagi fase santai. Proyek interior lagi dihitung RAB nya sama kontraktor, project kolaborasi bareng salah satu penulis baru dimulai senin malah. Alhasil di Tangerang hidup damai santai sambil ngurusin kura-kura. Dimulai dari membeli rumah baru bagi kuran-kura yang lebih luas dan transparant, menatanya, dan memindahkannya. Kemudia membersihkannya yang ternyata malah ke kopek. Dikirain lumut, "kok keras gini ya lumutnya, eh kok kok transparant", gatau deh itu sbenernya yg ke kopek apa, yg pasti bukan lumut, berarti bagian dari kura-kura. Mulailah deg-deg an sampe mau nangis. Setelah googling yang gak ngerti, akhirnya nanya temen yang biasa melihara reptil, dia bilang gak apa-apa, normal, lagi mau ganti kulit yang kebetulan ke kopek. Jadi itu masih bagian tempurungnya. Alhamdulillah. awalnya udah super deg-deg an banget. Niat mau merawat malah jadi merusak. makhluk hidup pula.

Kekopek, gatau deha itu yang ijo-ijo masih bagian kulit lapisan dalam tepurungnya
atau udah bagian badannya yang lunak :(

Selasa, 23 Agustus 2016
Jam 8 pagi, saya ke teras depan nengokin kura-kura. berbekal dari hasil googling kemarin seharian tentang kura-kura, mulai dipraktekan dengan menjemur selama sejam. Jadi ambil baskom kering, pindahin kura-kura tersebut sampe badannya kering. Untungnya teras berada tepat menghadap Timur, jadi matahari pagi sangat banyak. Saya tunggu sambil makan, dll. Setelah itu, bersihin kadang kura-kura yang gak tau kenapa jadi banyak lendir bening. mencret apa ya? gak aa eek coklat seperti biasanya. Setelah rapi, tempurung kura-kura disikat pake sikat gigi bekas. pelan-pelan pake perasaan jangan sampe dipaksa sampe kura-kuranya berontak, takutnya nanti stress. Lama kelamaan tempurung lainnya berubah warna mendekati warna tempurung yang ke kopek kemarin. Hijau agak kekuning-kuningan dengan alur garis sesuai warna kepala kakinya. Selesai sudah, sisa lumutnya dibersihin besok lagi aja, kasian kura-kuranya kalo sekaligus pikir saya berempati jadi kura-kura. hahahaha...

Pas mau dimasukin ke kandangnya, merhatiin setiap detail tempurungnya. kok di 2 buku kanan terdepan warnanya putih sih gak ada texture dan garis2nya. Alhasil googling lagi, ada yang bilang infeksi jamur, infeksi bakteri, kerapuhan, karena kadar airnya terllau banyak clorine, dll. Yaudah, semua informasi disimpan dulu aja. Soalnya ini kita sekeluarga melihara udah 6 tahun gak ngerti apa-apa. Sekalipun kura-kuranya tetap hidup, pengennya sih dia punya kesejahteraan hidup yang baik dan bahagia. Dibawah foto perbandingan sebelum dan sesudah dibersihkan.


kiri: sebelum dibersihin | kanan: setelah dibersihkan

Diinget-inget kenapa nih kura-kura jadi jamuran kucel gini sih. Baru inget kalau sebelumnya makanan udangnya habis, lalu dikasih pakan bulet-bulet warna merah dimana ibu, asisten rumah tangga, dan anggota keluarga lainnya sering kasih makan dalam jumlah banyak dan overlap. Jadi pagi-pagi ibu udah kasih, eh 10 menit kemudian ayah ngasih, dst. Ternyata makanan ini gak disukai sama kura-kuranya terlihat dari air bening dalam 12 jam berubah merah coklat tanda si paka melebur bercampur air dengan kata lain gak dimakan dong. Hal itu berlangsung lebih dari seminggu dan kita semua lagi pada sibuk sampe lupa bersihin ember (waktu itu masih pake ember) kura-kura. Pas inget, ya ampun udah sekotor itu. 

Asal Mula
Ayah saya yang memiliki kemampuan tinggi dalam membeli barang 'gak penting', tiba-tiba bawa pulang kura-kura 20 cm ini dari Lembang.  Tapi kura-kura ini sama ayah gak boleh di taruh di dalam rumah, katanya pamali. tapi dibeli dan dipelihara bertahun-tahun. Kita mah sekeluarga setipe semua kali ya, ngerawat tapi gak ngerti dan semua binatang peliharaan pada kuat semua hidup di keluarga ini alias hidup. Sebelumnya pelihara ikan sapu-sapu itu lama banget tahunan sampe pindah kota gak dibawa. Terus pelihara burung itu juga tahunan sampe ada yang mati dan terbang. Sekarang kura-kura.

Hallo! aku abis dibersihin looooh :')
mukanya beler, lagi pilek

Makan | Durasi 1-2 kali sehari, dikit-dikit. Kita biasa pakai JBL yg warna oranye. Isinya udang kering. Kadang diseling pakan lebih murah yang bentuknya bulet-bulet warna merah ijo. belinya di ace hardware.

Kandang | Pakai container plastik transparant 60x40x25 (cm). Diisi batuang biar gak licin dan batu tempat buat dia naik berjemur. Diatro di luar karena gak boleh masuk ke rumah sama ayah, selain itu jadi menghemat gak perlu pake lampu-lampu, karena setiap pagi jam 6-10 selalu dapat matahari pagi (teras rumah menghadap Timur). Wadah penampungan dikuras 2 hari sekali.

Monday, August 22, 2016

Catatan Kecil #2

Setelah melakukan perenungan selama 1.5 tahun, akhirnya benerapa hari yang lalu cerita ke teman kalau sekarang saya memutuskan untuk hidup mengalir. Teman bilang kalau gap antara pikiran saya yang sangat logika nan penuh perencanaan bertolak belakang dengan hati saya yang sangat emosional dan perasa. Hal itu yang bikin suka susah mengambil keputusan karena hati dan pikiran gak satu suara. Akhirnya lebih condong ngikutin hati dengan hidup mengalir. Hidup mengalir bukan berarti doing nothing, hanya lebih menyederhanakan hidup. Sesederhana lapar ya makan, haus ya minum, ngantuk ya tidur. Berusaha membuat proses berfikir ke tindakan menjadi se-pendek mungkin dan se-present moment. Sebagai orang yang banyak mau, hal itu pun jadi masalah saat tak kesampean karena menyadari gak semua hal bisa dikerjain sendiri sekalipun mampu. Alhasil, sekarang hidup mengalir dengan mulai memilih satu keinginan yg difokuskan dan dilakukan step by step. Dimana sebelumnya saya membersihkan diri dari segala racun. Membuang orang-orang yang memberi dampak negatif/ toxic people, meninggalkan segala kebiasaan negatif, belajar cuek, belajar tega, dan belajar menyayangi diri sendiri.

Kalau ingat jaman dulu. Saya sudah merencanakan hidup dari umur 5 tahun dan disiplin menjalankannya sampai orang tua pusing punya anak ribet begini. Umur 9 tahun mulai menuliskannya dengan rapih dalam bagan rencana hidup dengan detail sampai umur 70 tahun. Semua terealisasikan dengan sempurna dan tepat waktu hingga umur 22 tahun tiba-tiba semua berubah. Berantakan. Jadwal yang molor, achievement yang sulit diraih entah karena apa, dan lika liku kehidupan lainnya yang datang tak terduga. Seperti tiba-tiba kecelakaan motor bedrest 4 bulan, tiba2 ada masalah keluarga, tiba tiba ini itu. 2010-2012 fase terendah saya. 2012-2014 saya hidup normal seperti biasanya, s2 yg akhirnya lulus, kerja, jadi dosen, dpt proyek, tp ada sedikit rasa hampa gatau kenapa. Di awal tahun 2015 - tengah tahun 2016 merenungi banyak hal. Tentang pola hidup, siklus, grafik perkembangan, goal, review purpose of life, mulai memikirkan orang-orang sekitar, dll. Sampai pada kesimpulan di postingan sebelum ini, catatan kecil (1). Hari ini melabuhkan pada kemantapan pilihan step hidup selanjutnya (paragraf pertama). Meskipun ada semangat yang terus mengebu-gebu di dasar hati yang perlu diredam, ada lompatan lompatan ide dan rencana jauh puluhan tahun kedepan yang sudah tergambar dalam pikiran yg perlu saya sederhanakan, dan ada perasaan campur aduk kasian sama keluarga ini itu yang perlu saya kendalikan. Ternyata untuk hidup sederhana dan mengalir bagi saya adalah suatu tantangan yang besar dan sulit untuk mengendalikan segala sifat alami yang mengebu-gebu dengan pikiran melangit dan perasaan yang dalam yg selalu berhasil membuat keputusan yg lama dan salah saking overthinkingnya.

Karena saya tukang cerita, jadi gatel kalo gak cerita ke orang. Alhasil cerita ke temen tentang keputusan dan pemikiran saya itu. Teman saya jawab merespon semi ceramah:


Bagi saya, semua yang teman omongin itu bener semua. Bukan karena sepemikiran dan sepemahaman, ya logis aja. Dia menjelaskan dalam kalimat sangat sederhana. Ceramah yang mengingatkan kembali pemahaman yang telah dipahami bbrp tahun yang lalu, untuk mulai dilakukan, dijalani. sekarang.

*udah bilang ke temen bakal di post di blog tp demi privasi jadi identitasnya dihilangkan.


Tangerang, 22 Agustus 2016

Saturday, August 20, 2016

Catatan Kecil #1

15 Agustus 2016

Putih: seorang teman.
Hijau: saya

Obrolan monolog (thdp tmn) ini disimpan di blog, sebagai pengingat untuk suatu saat nanti dikala mulai masuk fase dark dan galau saat logika terlalu melangit dan perasaan terlalu mendalam. Sehingga gap dan jarakn diantaranya keduanya terlalu jauh sehingga sulit mengambil keputusan bijak.
Semoga bisa menjadi rantai diri dalam menuju tujuan agar tak hilang arah. 

18 Agustus 2016


Baru ngeh, kenapa sering ngerasa gak punya temen, gak ada yg nyambung, sepi. Baru paham, ternyata karena secara alami punya sifat progresif dimana orang-orang sekitar saat itu bersifat stabil. Yg awalnya satu frekuensi, lama2 menjauh dengan sendirinya seiring perubahan frekuensi pada diri. Pantes kenapa traveling, tempat baru, lingkungan baru, ketemu orang-orang baru, diskusi-diskusi cerdas (ini bukan sombong/belagu, sejujurnya gw pusing sama obrolan receh, gosip, dangkal, basa basi, dan hal gak penting), film baru, buku-buku rasanya sebagai oksigen kehidupan bagi saya. Memiliki urgensi super tinggi sebagai kebutuhan yang gak habis habis untuk dikejar dan dikejar terus. Sekarang berusaha hidup dengan lebih sederhana dengan menurunkan rasa keingintahuan yg mengebu-gebu, menurunkan self priority, mengendalikan pikiran yg terlalu kedepan nan detail, mereduksi ego, berusaha hidup saat ini, dan mengendalikan perasaan agar lebih logis dan stabil terus logis.

20 Agustus 2016

Cuma orang-orang yg temenan di dunia nyata, chat, line, fb, ig, dan blog, yg setidaknya bs mengambarkan saya 50% mendekati tepat. Kalaupun ada yang temanan di semua hal itu dan mau cari tau, tetepa gak akan pernah bisa mencapai 50%nya karena yang di share hanya sebagian pemikiran, perasaan, observasi, renungan, pengalaman, secara acak  baik dr segi media, waktu, dan tempat. Kecuali orang-orang "cenayang" yg bisa tau tanpa mengumpulkan semua informasi dr panca indra suatu rentang waktu. Dia tepat. Sangat mengambarkan diri, keadaan, fakta, dan realitas yg dihadapi.

Ini tulisan dibuat hanya sebagai notes pribadi yg mungkin bisa bermanfaat bagi orang yg tiba2 nyasar ke blog ini dan bagi org nyasar yg ternyata kenal trs bisa ngingetin pas saya lg "chaos".

*wuallahualambishawab

Monday, August 8, 2016

Sekarang

Sampai di titik, cuma pengen pulang ke rumah, udah itu aja.

Kalau dulu, penuh ambisi, pengen ngejar sekuat-kuatnya. Gak peduli harus ninggalin rumah dan hidup sendiri. Sampe kepikiran harus kaya biar ortu bisa pensiun dini.

Sekarang... 
Cuma pengen pulang ke rumah nemenin ayah sama ibu. Udah.

Jadi mikir juga, klo seandainya jadi kaya berlimpah saat ini, uang banyak, ortu bisa pensiun dini, malah kasian. Kasian mereka gak punya aktivitas lg dan saya pun pasti bakal sibuk kerjaan gak pny waktu nemenin, yg ada mereka malah kesepian.

Sekarang.....
Sampe titik dimana hasrat duniawi rasanya luntur. Rencana liburan ke Jepang pun jadi sesuatu yg disesali padahal udah beli tiket pp. Buat apa ya? Harusnya uangnya bisa ditabung.

Mungkin saat ini waktu lagi sayang sayangnya sama ayah ibu. Sampe mikir udah di rumah aja ga apa-apa susah dapet proyek, yg penting bisa ngurusin ayah ibu meski mereka sehari-hari kerja (di rumahnya cm sore-pagi). 

Ngerasa buang banyak waktu untuk banyak hal gak mendekatkan saya pada apapun (pada jodoh, kepada keberkahan, pada harta berlimpah). Nunggu jadi dosen di tempat baru yg masih lama, kerjaan proyek diluar kota yg gw pun gak pny tmpt tinggal kondusif, dll. 

Pengen tinggal di rumah. Udah. Masalah dapet dejeki dari mana, ini pertamakalinya saya gak mikir dan mempersiapkan untuk hal itu, biarlah pintu-pintu rejeki lainnya yg masih misteri itu terbuka seiiring waktu. Kali aja malah jd bisa nyelesaiin buku, malah bs nemu lingkungam baru untuk dibina, malah bisa bermanfaat bagi banyak org, malah bisa menemukan dan memulai bisnis baru.

Saya lulusan S2 di salah satu PTN, semasa sekolah selalu masuk kelas berkualitas dan sekolah di tmpt bagus, punya prestasi akademik, dll. Nyatanya ada satu fase dan titik dimana semua perencanaan yang terlah dipikirkan secara detail oleh logika, kalah oleh hati dan cenderung mengikuti hati. Semua rencana hidup dan ambisi yg saya bangun selama 18 tahun dari umur 10 tahun, hilang seketika. Cuma pengen tinggal di rumah, udah.

Biar takdir yg mengatur, termasuk mengatur pertemuan dengan orang orang hebat yg membawa saya semakin dekat dengan tujuan hidup. Kalau mau jujur, saya bisa jadi dosen hebat. Dosen yg menghasilkan mahasiswa-mahasiswa visioner, berkarakter kuat, kritis, penuh empati, dan brilian. Tapi kalau yg diharapkan hanya seorang pendidik yg menghasilkan banyak jurnal, banyak gelar, dan aktivitas-aktivitas mengajar sebagai pekerjaan yg harus tunduk dibawah nama yayasan/ aturan pada suatu kepentingan. Ya, bukan minat saya, tapi bisa saya lakukan.

Saya bisa jadi desainer manusiawi penuh empati dengan segudang ide. Asal porsi saya sebagai desainer tok. Gakpake acara merangkap sebagai drafter, estimator, visualizer, dan mandor.

Saya bukan seorang pekerja. Hanya senang berfikir, membuat konsep deep dan holistik, ngajar, membantu orang. Kalau ada orang-orang yg levelnya jauh diatas. Punya banyak uang yg gak tau mau diapain/ pny bisnis yg ingin di kembangkan/ butuh org bikin konsep/ butuh rekan diskusi untuk brainstorming/ butuh leader. Ask me! If our have the same vision and motivation, Lets colaborate! 

See ya.


Sunday, August 7, 2016

Persaingan

Persaingan.
Kata yang tak pernah ada dikamus dan tak pernah berusaha memahaminya. Sedari kecil selalu bingung, kenapa harus ada istilah bersaing? Menang? Kalah? Kenapa tolak ukurnya orang lain? Kenapa orang lain yg sedang melakukan hal yang sama disebut sebagai pesaing? Kenapa perlu bersaing?

Semenjak sd kelas 1, tahun 1994. Punya pikiran, kalau semua hal sudah ada jalan dan waktunya sendiri-sendiri. Saat teman-teman dan para orang tuanya berlomba2 meraih ranking 1 atau 3 besar. Saya bodo amat. Gak peduli. Hanya peduli bagaimana grafik perkembangan selalu menanjak. Ibarat ya kalau semester ini ranking 8 dgn nilai raport 90, semester depan nilai raportnya harus minimal 91, sekalipun rankingnya turun, gak peduli. Yg penting grafik perkembangan terus naik. Begitupun saat ranking 1 semasa smp, byk yg ngangep saingan, saya gak peduli. Yg dipertahankan adalah grafik menajaknya bukan rankingnya.

Semasa smp ada pemilihan osis perwakilan dr kelas. 2 orang terpilih termasuk saya, saya melepaskan kesempatan itu lalu memberikan kpd tmn yg tahun depnannya ia jadi kerua osis. Kisah percintaan pun begitu, suka sama laki-laki yg sama dgn teman, saya lepasin gak pake acara caper persaingan. Waktu umroh pun begitu, niat bantuin nenek2, baru ngulurin tangan tiba2 ada orang disebelah bergesture pgn bantuin, saya langsung mundur ngasih kesempatan padanya. Kerjaan pun sama, ngasih kesempatan ke org lain dlm posisi saya jg blm dapet.

Baru menyadari saat sudah besar diumur 25 tahun ketas, ternyata sifat itu bukanlah sifat baik. Saya gak punya prestasi pengakuan atas segala achievement di mata public, hanya karena setiap dapet kesempatan selalu dikasihin ke orang lain. Hal ini berdampak pada kesempatan saat ini, susah sekali mencari ruang untuk berkarya, berfikir, berkontribusi, menjadi diri yang bermanfaat bagi banyak orang, salah satunya karena semua telah tumbuh menjadi subjektif. Saya bukan siapa-siapa.

Sampai akhirnya pemikiran kembali ke awal, untuk apa persaingan? Satu-satunya yang perlu dilakukan adalah fokus. Fokus terhadap tujuan diri, fokus terhadap maksud Tuhan menciptakan saya di dunia, fokus pada waktu yang terus bergulir. Menang menjadi definisi yang dibandingkan terhadap rencana dan waktu, bukan thdp orang lain sebagai pesaing. Begitupun dengan definisi kalah. Saat memiliki target A dalam waktu 2 tahun, lalu gak kesampean tandanya saya kalah. Kalah terhadap komitmem dan kemauan diri, gagal. Tolak ukurnya bukan kehidupn orang lain.

Sepupuh seumur menikah, ya silakan.
Teman sebaya sudah tajir nan beken, ya silakan. 
Adik kelas, sudah menyusul dark segi karir, silkan.

Yang pasti harus punya tujuan dan berusaha mencapai itu dengan grafik perkembangan diri yang terus menanjak.

Pernah beberapa tahun merhatiin dan merenungkan, suka berfikir, sedih deh liat orang yang memiliki tingkat jiwa bersaing tinggi tapi tak diimbangi dengan sifat baik. Berlomba-lomba mencapai depan, pas nengok ke belakang gak ada org yg mengikutinya sebagai ilmu yg bermanfaat. Bersaing mencapai tujuan, hingga merugikan orang lain, menyikut, memanipulasi, berbohong, dsb. Pada akhirnya ya semua keputusan dan kosekuensi orang masing-masing. 


Friday, August 5, 2016

Jam Kerja

Hallo, udah lama gak nulis di blog.
Ini alasannya karena lagi sibuk ngerjain desain 3D pakai laptop dimana laptopnya suka nge hang, alhasil aktivitas sambil nunggu laptop normal adalah main hp dimana pikiran-pikiran justru tertulisnya di facebook/ line.

I am Extremely Moody and Hypersensitive People. Karena sifat moody ini, tak sedikit orang yang nyangka saya bipolar. padahal bukan. Moody dan sensitive, 2 kombinasi yang berhasil bikin ribet diri sendiri. Cuma bisa kerja di tempat yang tenang, tentam, jauh dari sifat-sifat buruk orang (meski ini hal tak teraba, tapi energi dan aura nya kerasa), dan dalam keadaan mood yang baik. Mood bisa hancur seketika cuma karena hal sepele, "jd kapan?", sesepele pertanyaan itu. I dont know why, perubahan suasana terjadi diluar kendali diri, kendali diri cuma bisa mengekspresikan atau memendam dalam diam.

Kalau durasi pekerjaan 4 minggu, 2 minggu bangun mood, 1 minggu mikir dan bikin konsep, 1 minggu ngerjain. Kalau orang normal, 2 hari mikir konsep, 3 minggu ngerjain, 5 hari terakhir santai. Kebayang kan betapa stress dan deadlinersnya. Hahaha. Begitupula sebaliknya, kalau lagi mood, berasa gak butuh tidur, bawaannya pengen kerja terus, otak panas terus, ide meletup-letup, fisik berasa punya jutaan kalori. Mungkin karena sifat itu, Tuhan memberikan sifat super formalis agar bisa hidup seimbang. Apapun yang terjadi, selalu berusaha memenuhi komitmen dan tanggungjawab sesuai waktu dan batas akhir yang disepakati sebelumnya. (penting bgt nih buat para klien dan calon klien untuk menentukan deadline akhir dan memberi ruang sepanjang proses pengerjaan).

Kembali ke topik awal, jam kerja. Sudah 4 tahun menjalani hidup sebagai freelancer, sempat diselang sekolah S2 dan mengajar di universitas swasta. 1 tahun ini murni hanya fokus bekerja. Jam kerja super gak normal dimulai jam 7 malam hingga 4 subuh, sehabis subuh, bobo. Bangun dzuhur, lalu ini itu sampe sore, dan mulai bekerja selepas isya. Sampe suatu ketika jadi kurang bisa berharmoni dengan orang-orang seatap. Merasa yang salah adalah saya, maka mulai merubah pola hidup dengan tidur jam 12 malem, bangun jam 5 subuh, jam 6 mandi, jam 7 pagi sudah depan laptop. Nyatanya? Dalam seminggu berhasil gak ngapa-ngapain. progressnya cuma seupil kecil.. Sangat jauh dari produktif. fisik fit, tp otak dan mood gak bisa sinkron, lalu malamnya dikala fisik sudah drop, otak malah meletup-letup. Alhasil, membebaskan diri untuk menjadi diri sendiri, salah satunya dengan membiarkan diri kembali pada sifat alaminya, yaitu: bekerja di malam hari, yng membuahkan hasil pada penyelesaian pekerjaan secara produktif, dengan resiko perlu ngekos/ tinggal di tempat yang super tenang untuk beristirahat pada pagi hingga siang harinya. 

Setiap orang, memiliki pola-pola tersendiri, beda-beda tentunya. yang menjadi masalah adalah saat bersinggungan dengan orang lain yang ternyata memiliki pola hidup yang berbeda. bisa menhasilkan permasalahana karena saling terganggu satu sama lain meskipun niatnya tak menganggu. Saya sangat terganggu dengan orang-orang yang berisik pagi-pagi apalagi ditambah suara anak kecil nangis jejeritan, suara televisi sepanjang malam sebagai pengantar tidur seseorang yang menganggu proses kerja yang butuh suasanan hening. Tapi gak ada orang yang keganggu dengan aktivitas saya dimalam hari, paling suara pintu pas lagi ambil air minum ke dapur. Mereka terganggungnya justru karena reaksi emosi saya, hasil gak bisa tidur dan mandek dlm proses bekerja karena keusik sepanjang pagi-malam dengan suara dan aktivitas mereka. Kemudian mereka balik menyerang krn dalam hukum sosial secara alami, minoritas akan kalah oleh mayoritas, Kenapa ya jadi orang sensitif banget.

Meskipun dalam sisi lain, sensitifitas ini justru hal positif yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku di dunia kreatif, termasuk desainer interior. Karena dalam proses berkarya, menggunakan konsep design thinking. dimana perlu keahlian dalam "membaca" kebutuhan human/ klien/ customer untuk menciptakan solusi dalam desain, keahlian itu di dapat dari sifat sensitif dan empati. Disisi lain, sifat yg terlalu high pun dapat memacu masalah lainnya.