Thursday, March 28, 2024

Ramadhan #17

Orang santun, sopan, ramah, belum tentu baik.
Orang berbuat baik belum tentu juga hatinya baik.
Orang hatinya baik, belum tentu juga ke diri baik.

Satu darah belum tentu mendukung dan menolong.
Satu darah belum tentu senang saat diri senang.
Satu darah belum tentu baik dan menutrisi.

Orang jahat belum tentu selalu jahat.
Orang berbuat jahat belum tentu hatinya jahat.
Orang jahat bentuk tentu akan pasti jahat pada diri.

Orang sayang belum tentu memahami.
Orang sayang belum tentu tak menyakiti.
Orang sayang pada diri belum tentu selamanya.

Satu darah belum tentu mengenal.
Satu darah belum tentu dekat.
Satu darah belum tentu peduli.

Orang asing belum tentu cuek.
Orang asing belum tentu tak baik.
Orang asing belum tentu tak tulus.

Cinta tak selamanya menyenangkan
Cinta tak selamanya menumbuhkan
Cinta tak selamanya mutual.

Semua hal bisa berbeda dan berubah-ubah.
Kadang ada orang baik namun ke diri tidak, 
Kadang ada orang peduli pada temannya, pada satu darah tidak. 
Kadang ada orang jahat pada yang lain, pada pasangannya sangat melindungi.
Kadang ada orang perampok kehidupan orang, pada keluarganya sangat sayang.
Kadang ada orang menolong banyak orang dengan keras, pada turnannya abai.
Kadang ada orang yang sekarang cinta, esok hari mampu menumbalkan diri ini.
Kadang ada orang yang dulunya benci, hari kemudian menjadi sangat mendukung.

Kadang ada orang berbuat baik, terlihat baik, penuh kesantunan, sangat sopan, menghargai orang penuh sapaan, mengapresiasi, ternyata hanya bentuk marketing untuk keuntungan dirinya. 
Kadang ada orang terlihat brutal tak bertatakrama, melontarkan hal-hal jujur tanpa filter, penuh emosi intense yang dianggap marah, ternyata sangat peduli, ingin menolong, tulus, hanya saja caranya tak mampu diterima ego manusia lain yang haus akan penghormatan, lemah lembut, dan sopan santun.
Kadang ada orang diam karena bingung merespon saking pedulinya, ada pula yang diamnya karena tak peduli bahkan tak menganggap diri penting di dunia ini. 
Kadang ada orang menyapa karena peduli, basa basi, sopan santun, menjaga relasi, ada pula hanya sebatas kepentingan pribadi.
Kadang ada orang beterman karena kesepian, tulus, kepentingan diri, untuk bertahan hidup dalam lingkungan baru, untuk mencari dukungan, ada pula sebagai investasi untuk kehiddupan dan bisnisnya. 

Mungkin hidup tak sehitam putih itu. Jikapun hanya ada dua spektrum hitam putih, yang hitam saat ini bisa berubah putih 2 detik kemudian, dan sebaliknya. Yang baik saat ini bisa berubah jahat di kemudian hari, dan sebaliknya. Yang benci saat ini bisa berubah cinta, begitupun sebaliknya. 

Dari itu semua, pada akhirnya di ingatkan untuk selalu mencintai diri, berbuat baik pad adiri, menjaga diri, dan mempercayai diri. Termasuk percaya pada pengalaman yang dialami, percaya pada insting dan intuisi diri akan sesuatu, percaya pada kemampuan diri. Termasuk percaya kapan perlu meninggalkan , menyudahi, memulai, menghampiri, dan berjarak terhadap sesuatu maupun orang. Perlakuan dan niat orang pada diri bisa berubah, maka peganglah diri erat penuh kasih, hingga sekalipun dunia memusuhi, mengingalkan, menyerang, menyakiti, beerkhianat, apapun itu; diri tau masiha da manusia yang sayang, setia, hadir, baik, yaitu diri sendiri. 

Ramadhan #16

Saat diri kenal diri sendiri dan merasa aman,
apapun perkataan orang lain pada diri, tak akan berdampak.
apalagi hingga membuat diri tenggelam jurang dan dalam kegelapan,

Saat diri tau tujuan dan tau apa yang dilakukan,
apapun cibiran, komentar, hambatan yang hadir, 
dilewati layaknya hembusan angin yang tak merubah arah dan mengoyangkan apapun

Saat diri sayang pada diri sendiri dan tau keberhargaan diri,
apapun perbuatan orang dan dunia luar, tak akan membuat dirinya jatuh dan "mati".

Apapun yang datang dari luar, sejatinya milik mereka,
Diri memiliki kuasa untuk apa yang bisa diterima dan tidak.
Diri memiliki kuasa untuk mengizinkan itu semua memberi dampak maupun tidak

Tuesday, March 26, 2024

Ramadhan #15

Bisa jadi saat sesuatu baik untuk diri, semuanya menjadi mudah. Begitupun saat sesuatu kurang baik bahkan buruk untuk diri, Tuhan sudah memberikan petunjuknya dengan segala kesulita selama prosesnya yang sudah muncul dari awal. Mulai dari pekerjaan, pertemanan, pasangan, perjalanan, bisnis, relasi, dan semua hal dalam aspek kehidupan dari hal kecil hingga besar. 

Saat seseorang baik untuk diri, bisa jadi tanpa perlu di cari, dikejar, berusah payah, ia akan hadir dengan sendirinya dalam hidup, prosesnya mudah, semua terjadi secara alami dan mengarahkan ke hal-hal yang terjadi memang baik dampaknya untuk diri di saat bersama maupun efek jangka panjangnya sekalipun sudah tak bersama. Saat sesuatu buruk untuk diri meski logika berfikir baik, perasaan tertarik tersangkut, banyak cara semesta melindungi diri untuk memeprlihatkan bahwa itu bukan hal baik untuk diri dan berpotensi memberikan kerusakan jangka panjang. 

Jadi tak perlu sedih jika ada sesuatu yang hilang, pergi, tertutup; saat diri diabaikan, dibuang, ditolak. Bisa jadi, itu bentuk kasih sayang semesta agar diri terjaga. Karena tahu hal-hal tersebut atau orang-orang itu tidak baik dan buruk untuk diri. Atau sudah tak relevan, berkontribusi, dan selasar dengan diri. Biarka itu terlepas, berlalu, terlupakan. Sehingga diri terus berjalan maju dan akan bertemu dengan hal-hal dan orang-orang baru yang memang pantas, selevel maupun lebih tinggi di setiap tahapannya, dan diri terus bertumbuh dan berkembang dengan baik.  

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;  Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

-------

Ramadhan #14

Bisa jadi saat seseorang marah,  kesel, depresi, atau mengalami permasalahan psikis lainnya, karena ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Ada yang malnutrisi. Kebutuhan akan cinta, pengakuan, pengertian, keterhubungan, konsistensi, sense of belonging, aktualisasi diri, di dengar, dipahami, dll. Sama halnya dengan fisik. Jika fisiks sedang ada yang kurang (tidur, makan, gerak, dll) kemungkinan besar terjadi masalah, mulai dari kurang prima stamina hingga sakit.

Kadang memeunuhi kebutuhan orang lain akan itu, bukan hal sulit. Bisa jadi sesederhana kata "hi", "apa kabar?", "ok". Bahkan ada yang pernah menyelamatkan oranga dari depresi dan bunuh diri hanya dengan kalimat "aku disini ya". Sekalipun tak direspon dan ada tindaklanjut lain, orang merasa dirinya tak sendirian hingga mampu keluar dari struggle depresi dan suicidalnya.

Fenomena kebutuhan manusia dalam relasi dan ranah sosial, topik menarik. 
Semakin aware dan mengikuti awareness, hidup semakin mudah. Kita bisa membantu orang tanpa terbebani, mampu meraih sesuatu yang tak merugikan pihak lain, dll. Mungkin kuncinya adalah dengan menjadi sadar utuh atau being present (tidak terpengaruh emosi orang lain dan sekitar, tidak reaktif, tidak ada asumsi apapun).

Ramadhan #13

 Bisa jadi, keinginan-keinginan kita lah yang menjadi sumber penderitaan itu sendiri.

Seorang istri yang menginginkan suami bertanggung jawab dan menafkahi penuh. Saat suaminya bergaji kecil, tidak kerja, bahkan malas kerja. Maka masalah muncul. Dan penderitaan dimulai saat itu menjadi masalah tapi tidak mau pergi meninggalkannya. Karena ingin merubahnya.

Seorang suami yang menginginkan istri penurut, melayani, pintar. Saat istri pintar, kritis, bekerja, tidak bisa dikendalikan, sudah lelah dengan pekerjaannya sehingga tak melayani dengan sempurna. Maka suami mencari penganti lainnya. Dan ini akan menjadi masalah jika suami mencari pelampiasan keinginannya tanpa mau melepaskan/ menceraikan istrinya.

Seorang ibu yang mengingkan anaknya sesuai keinginannya hingga sang anak keluar dari fitrah dan jati dirinya berakhir tidak bahagia, depresi, kehilangan jiwa dan kehidupannya. Dan ini menjadi masalah saat sang anak ingin membahagiakan orang tuanya dengan menjadi penurut namun lupa merawat dirinya sendiri.

Seorang ayah yang menginginkan anak sesuai keinginannya hingga menyakiti, menghina, menganiaya saat sang anak tidak mampu mengikuti ego nya. Dan ini menjadi masalah di anaknya seumur hidup sampai ia mampu menyembuhkan segala luka batin dan lepa dari segala pengaruh ayahnya.

Seorang anak yang menginginkan orang tua yang mampu memahami, membebaskan, merawat, mendukung seccara emosi, waktu bersama, yang mampu mengayomi. Dan ini menjadi masalah saat sang anak terus mengingkan itu dikala orang tuanya pun tak mampu memberikannya. Entah karena dirinya terlalu sibuk, tidak mampu hadir secara utuh, belum dewasa secara emosi, memiliki gangguan kepribadian, kurang sehat secara mental, sehingga konflik pun muncul dan bsia berkepanjangan. Hingga keluar kata-kata "anak setan", "anak durhaka", "melawan", "hanya bisa menyusahkan" dan akhirnya sang anak tersakiti oleh keinginannya sendiri yang tak mampu ia dapati selain menambah luka dan masalah. 

Kadang keinginan-keinginan terhadap dana dari manusia lain tanpa disadari bertransformasi menjadi ekspetasi dimana menjebak diri dalam dunia utopian yang diciptakan dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Hingga diri tak mampu melihat dan menerima kenyataan dan keadaan sebenarnya. Kemudian hal itu berkembang menjadi penghakiman, tuntutan, masalah, dan penderitaan.

Saturday, March 23, 2024

Ramadhan #12

Hanya karena satu orang yang mengabaikan, membuang, meninggalkan, menolak, menganiaya, menyakiti, mengkhianati, memperbudak, merampok, memanfaatkan, merusak, mencampakan, melecehkan, berbuat jahat pada diri; bertahun - tahun fokus terhadap orang itu dikala banyak sekali keberlimpahan yang hadir, orang-orang yang menyayangi, memprioritaskan, menghargai, mencintai, menemani, membantu, mempermudah hidup, peduli, bersikap baik, berbuat baik, yang tak dilihat, disadari, disyukuri. 

Aku meminta maaf pada diriku atas segala kejahatan yang aku lakukan terhadap tubuh, pikiran, jiwa, dan segala aspek kehidupanku; dengan memasukan orang itu, memberikan seluruh energi ku saat itu dengan mengabaikan diri sendiri hingga pada penderitaan yang tak dapat dibayangkan siapapun kecuali orang-orang yang mampu merasakan jiwaku saat itu, menjadikan dia jauh lebih besar dariku dikala ia pun menyedot seluruh energi kehidupanku untuk keuntungan duniawinya bersama orang yang "membunuhku" dengan segala kiriminan energi mematikan. 

Hingga akhirnya sadar,
Ternyata aku lupa untuk berterimakasih pada diri sendiri. 
Terimakasih telah berjuang keluar dari sana, 
Terimakasih telah meminta pertolongan, 
Terimakasih telah menerima kebaikan orang,
Terimakasih telah memaafkan diri sendiri, 
Terimakasih telah mampu berbuat baik pada diri, 
Terimakasih telah bertanggung jawab pada diri sendiri, 
Terimakasih untuk akhirnya sadar, memilih diri, dan berubah. 

Dan berterimakasih terhadap segala yang hadir selama ini.
Terimakasih untuk yang telah memberi peringatan,
Terimakasih untuk yang menemani dalam kegelapan saat itu,
Terimakasih untuk yang membantu melepaskan dan membersihkan
Terimakasih untuk yang selalu hadir memperjuangkan dan mencintaiku,
Terimakasih untuk yang mampu menerimaku dan mengingatkan,
Terimakasih untuk yang hadir tanpa penilaian apapun saat itu,
Terimakasih untuk yang menjaga dan melindungi. 

Semoga senantiasa Allah memberikan segala kemudahan dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Semoga segalanya sekecil apapun diberikan balasan kebaikan olehNya.

Ramadhan #10

Berhenti sebentar untuk membeli makanan, tak ada tukang parkir, hanya sekian menit, dan pengemudi tetap di dalam kendaraan. Saat melaju melanjutkan perjalanan, ada tukang parkir meminta biaya. Saat itu tak ada uang hanya recehan koin. Lalu diberikan pada bapak-bapak tersebut, dimana ia tidak menerima, marah, hingga memukul kendaraan yang bukan miliknya. Hingga terbesit, tak ada aturan perlu membayar parkir di area itu, tak ada petugas yang hadir saat datang, tak ada yang memarkirkan, dan tak ada aturan biaya parkir berapa untuk sekian menit. 

Kemudian berhenti kembali di tempat lain untuk membeli sesuatu, tak lama, hanya sekian menit, dan ada yang menunggu di kendaraan. Karena sudah memiliki uang pecahan dalam bentuk kertas, maka kita memberi pada tukang parkir yang memang datang untuk memarkirkan pulang. Mas-mas ini berucap "terimakasih" dengan penuh suka cita dan rasa syukur. Sangat berbeda dengan yang sebelumnya, meski jumlah uang yang diberikan sama. 

Lalu terjadilah perenungan, bisa jadi saat memiliki ekspetasi mendapatkan bayar sekian dengan mental seolah-olah orang lain bertanggung jawab akan hidupnya, saat diberi yang tak memenuhi ekspetasi, akan mmebuat diri jauh dari rasa syukur. Lain halnya sata diri tak memiliki ekspetasi akan dibayar atau tidak, dibayar berapa, melakukan pekerjaan dengan santai, saat orang memberi berapapun nominalnya, maka memunculkan rasa senang dan bersyukur.

Dari kejadian sederhana diatas, memunculkan perenungan lain,
seberapa sering diri berekspetasi hingga tak mampu bersyukur atas segala berkah yang hadir?

Ramadhan #11

Saat kita mampu menyelami jiwa setiap manusia hingga kedalam. Maka kita akan mampu memperlakukan setiap orang dengan penuh compassion termasuk terhadap orang yang tak dikenal maupun yang pernah menyakiti dan menghacurkan diri separah-parahnya.

Thursday, March 21, 2024

Ramadhan #9

Emosi dan perasaan kesal saat dimanfaatkan, dijahati, ditindas, dilecehkan, diserobot, disabotase, dihina, diinjak-injak, dianiaya, ditipu, diperas, diabaikan, dibuang. Bisa jadi rasa kesal pada orang-orang yang melakukan itu pada diri, sejatinya rasa kesal pada diri sendiri.
Rasa kesal akan diri yang tak mampu menjaga diri,
Rasa kesal akan ketidakmampuan menghargai diri,
Rasa kesal akan tidak mengambil apa yang diri inginkan,
Rasa kesal tak mengutarakan perasaan dan rasa cinta, 
Rasa kesal akan ketidaksadaran untuk stand up for self,
Rasa kesal akan diri yang tak mampu menghargai diri sendiri,
Rasa kesal tak mampu memanfaatkan diri sendiri,
Rasa kesal tak percaya pada kemampuan dan intuisi diri,
Rasa kesal mengizinkan itu semua terjadi pada diri.

Bisa jadi rasa kesal yang muncul, adalah pengingat bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan untuk merubah dan melakukan itu semua. Hanya saja belum disadari dan dipergunakan. 

Ramadhan #8

Mungkin ada kalanya, kita butuh orang lain, kejadian-kejadian, dan hal-hal di luar diri, untuk bercermin, mengenali diri sendiri, dan mengakui diri. 

Saat kita sering kesal dengan orang-orang ingkar janji, lambat, membatalkan sesuatu seenaknya, tidak bisa di pegang omongannya, tak mampu berkomitmen. Bisa jadi semesta ingin memberitahu hal yang ada di diri. Hingga diri mampu menyadari dan mengakui bahwa diri sangat berkomitmen, tak membuat janji yang tak mampu dipenuhi, dan menghargai orang lain. Setelah sadar dan mengakui itu, maka diri pun akan berhenti untuk memproyeksikan hal tersebut kepada orang lain (orang harusnya komit, gak boleh batalin janji seenaknya, gak mikirin orang sudha mati-matian berusaha demi memeuhi kesepakatan bersama, dll) sehingga rasa kesal pun berkurang. Jikapun terjadi lagi bertemu orang-orang seperti itu, maka hal itu dijadikan data fakta yang diarsipkan untuk kedepannya. Sehingga kita tahu, apakah orang-orang seperti itu layak untuk diajak kerjasama, diberikan tanggung jawab besar, atau sesederhana untuk bergaul dan dijadikan teman. 

Saat kita merasa diabaikan, tidak dihargai, dianiaya, bisa jadi sebagai pengingat apakah kita melakukan itu juga terhadap diri sendiri, hingga kita menarik, mengizinkan, dan menerima perlakuan aniaya; pelecehan baik secara fisik, psikis, emosi; tidak dihargai, tidak dilihat, di dengar, diabaikan, dianggap tak ada. Saat kita sadar, memperbaiki relasi dengan diri sendiri hingga mampu menghargai diri, berbuat baik pada diri, menjaga diri, maka orang-orang seperti itu akan berhenti sendiri memperlakukan diri buruk. Bahkan mereka akan hilang sendiri dalam kehidupan kita. Lalu orang-orang baik yang mampu menghargai dan baik terhadap diri akan mulai bermunculan, bisa jadi orang baru, bisa jadi orang lama yang akhirnya baru mampu kita terima kebaikannya. 

Saat kita sering dimanfaatkan orang lain, baik secara waktu, tenaga, kemampuan diri, materi, energi, emosional, dan lain sebagainya bahkan di ekploitasi tanpa pernah memikirkan dampaknya termasuk kerusakan akut pada kita atas perbuatannya. Bisa jadi hal itu terjadi, karena kita belum bersedia dan mampu memanfaatkan diri sendiri untuk kepentingan diri. 

Semua hal yang terjadi pada diri karena kita mengizinkan itu terjadi dan mempengaruhi diri, secara sadar dan tak sadar. Saat sadar, kita akan sangat bersyukur telah diberikan kesadaraan sehingga bisa mengubah itu semua sesuai yang diri inginkan. Dan ini pun perlu selaras dengan perasaan layak. Layak dihargai, layak diperlakukan baik, layak mendapatkan hal baik, layak memiliki kehidupan yang lebih baik, layak disayang penuh ketulusan, dll. Kelayakan yang memang sejatinya diri layak menerima itu semua. 

Ramadhan #7

Ternyata banyak orang berelasi hanya sebatas kepentingan dan kebutuhan.
Dimana saat kebutuhannya sudah terpenuhi, maka hal-hal yang dianggap sudah tak penting akan dilupakannya begitu saja. Begitupun saat kebutuhannya tidak bertemu, maka ia akan mencari yang lain yang mampu memenuhinya. Sekalipun dalam relasinya (pekerjaan, teman, pasangan, kolega, teman main, geng) ada keterlibatan emosi, akan berlalu seiiring jalan. Dan pola ini berlanjut hingga akhir hayat, orang hanya datang dan pergi dalam hidupnya, menikmati setiap momennya dalam pemenuhan kebutuhan dan untuk bertahan hidup.  Saat urusan sudah selesai, maka relasi itu pun hanya sebatas masa lalu yang tak perlu dikenang, bahkan sudah tak relevan, yang akan sesekali dikunjungi jika ada kebutuhan atau hal bersinggungan.

Apakah aturan main tak terlulis memang seperti itu? sehingga orang jarang memunculkan jati dirinya, karena untuk apa terlalu terbuka dikala ia tahu tak semua orang mampu menerimanya, tak semua dirinya adalah baik dan menyenangkan, dan menjadi diri sendiri semurni-murninya kadang tak menguntungkan dirinya dalam konstruk sosial. Sehingga relasi terjaga dengan adanya sopan santun, tata krama, basa basi, menjaga situasi kondisi, tidak menyakit orang lain, mengontrol diri untuk tidak terlalu intense dan meledak, semuanya itu dilakukan untuk dirinya sendiri. Agar diri tetap dapat diterima dan mendapatkan manfaat dari setiap relasi yang dimilikinya. Jika pun ada keterbukaan, membuka sisi rapuh, memperlihatkan sisi buruk, mengekspresikan diri di momen sangat sulit dan sempit, mencurahkan emosi intense (termasuk deeply loving maupun intense anger), apakah orang akan paham? apakah orang akan menerima atau malah di judge dan dikucilkan? apakah respon orang akan baik atau malah menyakiti? apakah hidupnya semakin mudah atau menjadi senjata untuk orang lain menyerang dan memanfaatkan? apakah akan membuat kehidupannya menjadi lebih terang atau semakin gelap?

Lalu muncul perenungan, untuk apa terlalu berinvestasi mencurahkan waktu, tenaga, energi, kepedulian, kasih, ketulusan, materi usaha, pada suatu relasi jika nilai yang dianut berbeda. Untuk apa melakukan itu semua jika orang hanya datang dan pergi apalagi jika hanya ingin menggambil manfaat dan hanya satu belah pihak yang berusaha, menjaga, menganggap, mencurahkan. 

Mungkin memang tak semua orang mampu menangani energi diri termasuk menerima diri. 
Mungkin value relasi, terutama di pertemanan yang jujur, terbuka, adil, setia, penuh kasih, tulus, saling menjaga, mendukung, merawat, menghargai, memberi ruang, mendalam, mutual, menerima, ada rasa syukur, berjangka panjang, bukan value dan relasi yang dicari oleh sebagian orang bahkan mungkin terasa terlalu intense dan "mengikat".

Ramadhan #6

Mungkin orang tidak akan pernah memahami sesuatu yang belum atau tidak pernah mereka alami.
Kecuali empath dan orang-orang yang mampu merasakan perasaan orang hingga ke inti dan      menyelami jiwa manusia. 

Monday, March 18, 2024

Ramadhan #5

Mungkin kita bukanlah siapa-siapa untuk orang yang kita angap penting dalam hidup. 
Mungkin kita adalah nyawa bagi orang-orang yang tak pernah kita lihat, anggap, atau hargai. 
Mungkin kita adalah sampah bagi orang yang kita perlakukan seeprti emas tak tersentuh. 
Mungkin kita adalah debu tak berarti bagi orang yang kita berikan segalanya hingga diri suffering.

Mungkin kita adalah jiwa terbelenggu bagi yang tak mampu mencintai dan memperbudak kita.
Mungkin kita adalah burung yang terbang tinggi lepas bebas bagi yang mencintai kita.
Mungkin kita adalah tissue yang dibuang dan dilupakan bagi orang telah menemukan pengganti kita.
Mungkin kita adalah berlian bagi yang mampu melihat kemampuan dan kekuatan diri yang tak disadari.

Mungkin kita adalah penganggu bagi yang tak mampu melewati segala intensitas dan kemurnian diri.
Mungkin kita adalah cahaya penyelamat bagi yang mampu menerima segala lontaran pencerahaan. 
Mungkin kita adalah keset bagi yang hanya ingin singgah, menggunakan, lalu pergi tanpa syukur.
Mungkin kita adalah intel paling muktakhir bagi yang mampu melihat kecerdasan diri.

Mungkin kita adalah bolu kukus pasar bagi yang melihat diri hal biasa dan murah.
Mungkin kita adalah penjahat terjahat di muka bumi bagi yang mengalami rasa sakit terdalam yang tak hilang oleh waktu.
Mungkin kita adalah obat terlangka dan hadiah terbaik dari semesta bagi yang mampu bersyukur atas segala kontribus diri.
Mungkin kita adalah benang emas sangat rapuh bagi yang menghargai pekanya perasaan diri.

Mungkin kita adalah benteng baja terkuat bagi yang merasakan kekuatan diri saat keluar.
Mungkin kita adalah cinta yang dirindukan banyak orang, ataupun banjir yang dibenci banyak orang.
Mungkin kita adalah hitam, putih, dan semua warna yang dipersepsi berbeda di setiap mahluk dan tempat.
Mungkin kita adalah angin yang disyukuri, ditunggu, maupun dimaki.

Mungkin kita adalah molekul yang senantiasa berubah dan tak terdefinisikan.

Ramahdan #4

Kita ga akan sedih saat break up/ divorce, jika kebutuhan emosional dan lainnya sudah terpenuhi atau tergantikan yang lain. Selama belum ada pengantinya, belum terpenuhi, besar kemungkinan untuk masih terngiang, teringat, atau bahkan memunculkan rindu sekalipun sudah tidak ada ikatan, attachment, dan komunikasi apapun. 

Hal yang paling menyedihkan, jika kita satu-satunya yang masih berada dalam situasi seperti itu (belum menemukan penganti dan belum terpenuhi kebutuhan rulung jiwa dan raga yang dahulu pernah terisi dengan sangat intim dan menyatu). Dikala yang pernah jadi pasangan kita sudah menemukan orang baru, hidup dengan bahagia, sudah melupakan hingga tak ingat apapun tentang kita bahkan eksistensi kita pun sudah dianggap tak ada dalam kehidupan ini. 

Saat semua sudah selesai, saat semua sudah bersih, saat semua sudah bergerak maju ke hal lain, melanjutkan hidup, rasa yang pernah terisi yang belum tergantikan itu akan terus muncul untuk diisi. Memberikan sinyal alarm untuk diisi dengan memunculkan ingatan akan pasangan sebelumnya, dan ini sudah bukan tentang dia nya lagi, tapi memori tentang meyayangi, menerima sayang, mencintai, dicintai, ikatan, kebersamaan, intimasi, bonding, accompany, sense of belonging, termasuk rasa menyatu dan bersama dalam perasaan dan tujuan yang sama. Hal yang dirindukan oleh jiwa, raga, dan pikiran. 

Semoga pikiran, perasaan, jiwa, raga kita senantiasa terlindungi, terjaga untuk selalu hadir utuh di masa kita, untuk selalu sehat, jernih, berfungsi optimal, dan fokus pada hal-hal penting. Semoga ruang kosong yang terbuka karena penghuninya hilang pergi meninggalkan, tergantikan dengan penghuni baru yang jauh lebih baik. Semoga hal ini mengingatkan diri untuk tidak memberikan ruang diri yang terlalu besar pada hal-hal di luar diri, agar kekosongan itu tak terlalu terasa dan mengambil perhatian yang besar dalam waktu lama. 

Sunday, March 17, 2024

Ramadhan #3

Menjalani realita orang lain.
Saat seseorang lahir ke dunia, mungkin ia belum mengenal realita dirinya. Tentang apa yang disukai, apa yang di hasratkan, apa yang membuatnya merasa terus hidup, apa yang membuatnya bergairah, apa yang membuatnya tumbuh, di bidang apa yang dirinya mampu tumbuh besar dengan cepat, apa saja kemampuan dan potensinya, memiliki kekuatan apa saja, bagaimana sesuatu datang padanya.

Lalu diberikan segala macam perspektif, dogma, aturan, ajaran, yang tanpa sadar menjauhkan diri dari fitrahnya dan tak mengenal realitanya sendiri. Sesederhana bersekolah di sekolahan yang orang tuanya mau, menjadi profesi yang dianggap mapan oleh society, menikahi pasangan yang dianggap bagus menurut orang lain, menjalani hidup yang dianggap sukses oleh kebanyakan orang. Namun tak ada kebahagian sejati yang hadir dan dirasakan. Detik demi detik hanya terasa sebagai rutinitas dan pengumpulan pencapaian yang itu pun bukan sepenuhnya keinginan diri, menjalani hidup berdasarkan konstruk yang disepakati banyak orang yang belum tentu oleh dirinya. 

Bagaimana ia akan mengenal diri dan realitanya sendiri, jika tak pernah ada jeda untuk melihat kedalam dirinya sendiri secara jujur. Jika hidupnya sibuk untuk menjalani segala macem rutinitas dan realita orang lain?

Realita, sesederhana buat kebanyakan orang belajar itu sulit, mungkin buatmu mudah.
Buat sebagaian orang, menikah itu mengikat, mungkin buat mu tempat aman dan bebas.
Buat sebagian orang uang itu sulit, mungkin realitamu kamu mampu menarik uang datang padamu tanpa susah payah. Namun hal-hal ini tak mampu disadari jika kita tak sepenuhnya terkoneksi dengan diri sendiri dan masih tertutp dengan segala konstruk, nilai, dogma, dan segala hal diluar dirinya yang ia izinkan utnuk masuk dan mempengaruhi kehidupannya. 

Thursday, March 14, 2024

Ramadhan #2


Tidak semua hal dan orang layak mendapatkan perhatian, waktu, energi, ruang, dan kehadiran diri.
Orang yang paling layak mendapatkan itu semua ya diri sendiri.

Ramadhan #1

Semakin bertambah umur, semakin bertumbuh secara biologis, semakin besar tuntutan sosial untuk menjadi dewasa. Namun apakah itu semua selaras dengan pertumbuhan menjadi pribadi yang bijaksana?

Menjadi bijaksana bukan tentang kemampuan melihat salah benar, baik buruk, untung rugi, cari aman, dan berpusat pada diri sendiri hanya untuk keuntungan diri. Bisa jadi menjadi bijaksana, sesederhana tau kapan perlu bersuara, kapan perlu diam; sesederhana membiarkan orang menjalani kehidupannya, memberikan ruang untuk bertumbuh dan belajar sendiri, sekalipun tau itu salah; sesederhana mampu merendahkan ego tentang kebenaran, menjadi menang; sesederhana mampu melihat sesuatu tidak hanya dari sudut pandang sendiri, namun secara holistik dari segala aspek dan perspektif. 

Menjadi bijaksana sesederhana berkomunikasi dengan tubuh tentang apa yang tubuh butuhkan saat berbuka puasa. Apakah butuh minum air putih, jus, teh; butuh makan cemilan manis, makanan berat, jajanan berminyak; butuh makan sehabis shalat atau sebelumnya. Memasukan sesuatu kedalam tubuh yang tak berdasrkan ego dan nafsu, namun berdasarkan kebutuhan dan kebaikan untuk tubuh saat itu dan kedepannya.