Wednesday, March 20, 2013

I feel blessed #2

Saat satu persatu doa terijabah, rasanya itu bahagia banget.
Saat satu persatu puzzle masa lalu terangkai, rasanya beruntung banget.
dan saat ini, terimakasih telah mempertemukan saya dengan:

Kelompok teman-teman di kelas magister
Teman-teman kantor
Teman-teman traveling/backpacker
dan tentunya keluarga terbaik.

4 hal yang bikin hati tetap bahagia dan merasa sangat beruntung.

Saat butuh butuh uang, dateng kerjaan. saat kesepian datang teman, saat buntu datang bantuan.
"Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?"

ih ga punya foto2 mereka (males nyari padahal haha)

Wednesday, March 13, 2013

MENIKAH

Hello mid-Test! :)
Hello Project! :)

Ditengah 2 kesibukan itu dengan deadline yang sama, yaitu senin (4hari lagi), yang seharusnya bergulat dengan buku-buku membuat jurnal, tulisan, dan project2 desain, diotak saya malah "masih 4 hari lagi", alhasil malah mengerjakan hal lain, yaitu mikir hal lain dan salah satunya menulis ini :p
Suatu hari yang lalu bertemu teman lama, berbincang lalu ada beberapa yang masuk ke dalam pikiran, bahwa sebagian teman (pergaulan- satu kampus almamater) saya yang wanita lebih memilih untuk berkarir dahulu dan menikah before 30 atau sekitar 28-29. Berbeda dengan lingkungan keluarga saya yang berfikir umur 24 tahun seorang wanita sudah pantas atau sebaiknya menikah, dan sekarang saya sudah 25tahun sering sekali ditanyakan kapan menikah dan bingung juga menjawabnya ya disamping karena ada ambisi-ambisi yang masih dikjar, disisi lain memang belum bertemu jodohnya haha, kalo udh ketemu dan yakin ya mau apalagi kalo ga nikah.
Disini saya melihat berbagai perspektif orang dalam menentukan umur menikah (diluar landasan kesehatan-reproduksi), beberapanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, bidang pergulatan, pergaulan, pola pikir, pencapaian dan sudut pandang. Keluarga saya menyebutkan 24 tahun sebaiknya wanita menikah, ya karena sebagian besar wanita di keluarga besar termasuk ibu saya menikah di usia itu dan tidak ada pencapaian khusus sebagai syarat invisible (seperti harus beres s2 dahulu, harus bisa menyicil rumah dahulu, harus blabla lainnya). Atau di pergaulan teman-teman sekolah SD,SMA,SMP beres kuliah, kerja, nikah, mungkin sebagian besar tidak muluk-muluk dalam pencapaian hidupnya. Teman-teman kuliah yang bukan dari keturunan yang kaya (termasuk saya), lebih memilih untuk berkerja-s2,bekerja baru menikah, memiliki dasar finansial dahulu atau mengejar ambisi pribadi dahulu. Yang membuat sampe sekarang tenang adalah lingkungan sosial dan pergaulan (teman) saya masih santai-santai aja.
Membangun rumah tangga memanglah berat, saat memutuskan untuk menikah, perlu biaya untuk itu, minimal bayar KUA dan resepsi demi terhindar dari segala fitnah, setelah itu mau tingga dimana? saya pribadi sangat anti untuk numpang (di rumah ortu/mertu), lebih baik mengontrak rumah dahulu sampai bisa menyicil rumah dan punya rumah. Sehabis itu hamil, perlu biaya hingga anak semakin besar dimana biaya pendidikan yang semakin mahal, belum lagi kebutuhan sekunder dan tersier lainnya. Memang menikah dengan landasan agama karena-Nya dan dengan niat baik, semoga menjadikannya barokah dan membuka rezeki, seharusnya sih ga perlu khawatir ya, cuma tetep aja kalo otak dipake banyak banget yang dipikir - realistis (padahal dominan otak kanan haha). Kalau untuk Jodoh sih yakin dapet diwaktu yang tepat dengan orang yang tepat. Adapula beragam ketakutan yang muncul, antaranya takut tidak bisa diterima sepenuhnya oleh pasangan ataupun keluarga besarnya dan sebaliknya (lebay sih haha).
Walaupun tumbuh dalam keluarga yang para wanitanya berkarir, saya justru memilih untuk mengejar mimpi disaat single, harus berprestasi, harus bekerja berkarya jadi desainer sesungguhnya, sekarang sedang s2 dan semoga bisa jadi dosen, ingin ini itu lainnya, tetapi saat sudah punya anak, lebih memilih untuk mengurus anak hingga berumur 6 tahun ketimbang bekerja dengan beban menafkahi rumah tangga , kalaupun bekerja, kerjaan rumahan dan pendapatannya untuk membantu ortu dan ditabung untuk membantu suami disuatu sikon 'jatoh' (namanya jg hidup, gak mungkin kan stabil terus). Nah bagian finansial ini yang sulit, ya kalo jodohnya mapan atau bertanggung jawab nan pekerja keras, kalo ngga? (ya jangan sampailah,amit2).
Pertimbangan:
- Agama (penting nih, kalo agamanya bagus, akhlaknya bagus, maka bisa jadi pemimpin dan memperlakukan dengan baik secara fisik maupun verbal dan bertanggung jawab)
- Tingkat dan latar belakang Pendidikan (Ini pernting juga, pola pikir, sudut pandang, dan ini yang akan berkembang kepada visi yang sama dan keputusan-keputusan lainnya).
- Keluarga dan Lingkungannya (ortu hebat tidak menjadi memiliki anak hebat dan sebaliknya, mau ortunya seburuk apapun ((namanya jg orang kan pasti punya masa lalu/ aib/ kesalahan selama itu diperbaiki ya gpp)) tetapi mendidik anaknya baik dan anaknya tumbuh dalam lingkungan sosial yang baik, ya anaknya juga bakal baik, lagian baik itu urusan hati, dan hati itu urusan Tuhan. Saling menerima, menghargai dan cocok antara 2 keluarga).
- Sifat, Karakter, Kepribadian (intinya sih bisa saling memperbaiki, menyeimbangi, melengkapi, seimbang)
- Finansial
Sering denger kata-kata :
a: "mau ga ma si A, anak kyai"
sy: "kalo bapaknya kyai anaknya emang shleh?"
a: "mau ga ma si B, doktor loh dia"
sy: "kalo tipe2 yg sekolah cm nyari gelar mah ga mau ah" (banyak mau)
banyak kok ortu-ortu hebat anaknya biasa-biasa aja, banyak juga yang ortunya pengangguran bisa punya anak bergelar doktor lulusan luar negeri nan shaleh, intinya sih gak perlu liat siapa ortunya, liat aja kualitas orangnya itu sendiri, kalo dipikir-pikir egois jg saya mikir kaya gitu, karena kita yang berinteraksi denga org tsb, tetapi keluarga kita berinteraksi dengan keluarganya dengan beragam paradigma dan pandangan sosial.
*wuallahualambishawab

Sunday, March 3, 2013

Batu Karas

Seminggu yang lalu, saya bersama teman magister (Bayu - driver, litya - co driver, saya, bintang, yasmina, edo, dian, etika) sedikit refreshing, yang awalnya bertujuan ke taman safari bogor, alhasil melipir ke batu karas, haha (jauh), dengan melewati rute yang berbeda dengan kebanyakan orang, melewati jembatan nan panjang, dimana 8 nyawa ditkar dengan 1000, melewati perkampuang di gunung, melewati orang yang sedang buang air besar dikali haha. Setelah 12 jam, akhirnya kita sampe jam 9 malam, makan, cari penginapan, dan liburan pun dimulai :D

Paginya, pantai masih asli sepi :D photo by: Etika, kinonia.net
byuuur! Photo by: Etika, kinonia.net
Photo by: Edo - Kamera Yasmina
Otw ke pantai sebelahnya (yang ternyata tinggal nyebrang, haha)
Photo by: Etika, kinonia.net
Pantai (sisebelah setelah sedikit nanjak. Photo by: me