Sunday, December 26, 2021

26/12/21

If Adam and Hawa (eve) were the first human that God created, 
so, all the people in this universe are family, isn't it?

If so, why people do separation to each other based on nationality, religion, 
ethnic, politic, social, education, financial, desire, purpose, etc?
 

in Between

Having same blood, doesn't mean we are family
Having same ancestor, doesn't mean we are family

People kind to you, doesn't mean they are kind
People mean to you, doesn't mean they are mean

People hate you, doesn't mean your are bad
People love you, doesn't mean you are good.

26/12/21

When i was child, one of my parents said:
"Don't tell anything to anyone, because people will against you, will talk bad of you, will blabla. 
You have to keep everything inside on you".

As adult, i see that sentence is one of form of controlling behavior. To control other people perspective.
In the deepest down inside, its one of sign about insecurity to feel accepted, good, and worthy.

After many experience over the years, i learned to keep millions of things inside on me.
Because not everyone (even family) deserved my honesty, my journey, my thought, my feeling. 

Monday, November 15, 2021

Guru

Ada pepatah yang bilang kalau guru akan datang saat murid siap.

Guru ini gak selalu hadir dalam bentuk sopan, penuh santun, bersinar cahaya, lemah lembut, dan membimbing diri dengan baik. Ada guru yang nge-abused yang bikin diri sadar punya power, ada guru yang nge drag down, yang bikin diri sadar akan potensi asli. Ada guru yang maksain value dan cara hidupnya, yang bikin sadar atas realita diri sendiri. Ada juga guru yang ngabisin semua jiwa raga dan segala kehidupan duniawi diri, untuk menyadarkan banyak hal dalam diri. Ada yang men trigger sampe mental berantakan yang bikin sadar akan trauma-trauma diri dan unresolved issue, yang kemudian healing diri sendiri.

Ada juga guru yang datang dalam bentuk cahaya dengan meng-guide dalam jalan terang, encourage, memotivasi, membuat diri semakin percaya sama diri sendiri dan terus penasaran dengan potensi diri, yang bikin inget to be being me. Apresiasi, reminder, hadir dalam masa-masa sulit, bikin diri expand. Nah saat bertemu yang seperti ini, jangan terlalu melekat pada 1 guru, tetaplah membuka diri pada siapapun yang ingin mmebantu, menolong, memfasilitasi, dan berkontribusi. Di momen itu akan melihat betapa beragamnya manusia dan akan sangat memperluas cakrawala diri dari berbagai sudut pandang dan semakin tinggi.

Guru manusia biasa juga yang memiliki masalah, sudut pandang, trauma, issue dalam dirinya. Penting untuk tidak meng internalisasikan semua omongannya, percaya semua yang dikatakannya, apalagi sampai jadi copy cat nya. Tetaplah percaya pada diri sendiri, dengarkan intuisi diri, dan paling penting jangan ada expetasi apapun. 

Terimakasih buat semua guru dalam kehidupanku.
Terimakasih kepada Tuhan Semesta Alam atas segala Rahmat Nya, para Leluhur yang telah menjaga, dan semua orang baik diluaran sana atas guiding, coaching, facilitating, and accompany me. Love.

Saturday, November 6, 2021

5/11/21

Aku selalu iri dengan orang2 yang punya keluarga super supportif, deket, hadir. Selalu iri juga dengan orang2 yg punya temen, circle, sepupuh yang deket, dan punya orang2 yg dapat diandalkan dalam hidupnya terutama di momen2 kritis dan urgent.

Aku iri, karena dari kecil sesendirian, terasing, di reject sana sini, beda sendiri, nobody gets me. Gak punya support system, gak punya temen diskusi, apalagi teman beraktivitas bersama. Sendirian, no emotional support, kesepian, salah satu faktor depresi dari kecil sampe segede ini.

Anehnya, dalam keadaan sendirian gak punya siapa2, setiap lagi susah, ada aja yang bantu/nolong. Dan orang-orang itu ilang pergi sendiri saat aku sudah melewati fase sulit itu. Waktu smp, ada sahabat pena. SMA, kenal anak kembar dari salah nomer hp yang berujung baik banget mrk menemani kehidupan sma ku dan support encourage. Kuliah, gak punya temen, sabahat, sesendirian, gak deket sama siapaun, gak masuk ke circle manapun, tapi ada yang nemenin selama masa2 kuliah termasuk ada yang bantuin pas tugas akhir. 

Rasanya gak enak hidup sesendirian, gak masuk ke kelompok manapun termasuk dalam keluarga (ada geng2), gak punya temen deket, gak ada satupun yang bener2 kenal aku, gak ada orang terdekat yang bisa diandalkan dan dimintai tolong gesit, being misunderstood, being black sheep. Dari yang mulai stress, frustasi, jadi drop depresi. Karena ternyata hidup makin tua makin banyak anginnya, dan support system penting banget. 

Sampe di momen merenung, apa hidupku emang ditakdirkan sendirian? Berjalan sendirian? Hidup terasing? Kesepian? Menjadi single fighter terus2an? Lalu aku bersedia untuk sesendirian sendirian dan membuka diri untuk di support semesta. Gatau diluaran sana, ada yang kaya aku jg ga? kalo aku pribadi, gak memilih jd single fighter. Aku hanya memilih menjadi diri ku sendiri.


Wednesday, October 27, 2021

26/10/21

Waktu jaman S2, 2013-2015, yang benci sama aku banyaaaak banget. Jadi public enemy, gak punya temen, di sindir, dan buruk banget diri kesannya cm karena i am honestly blunt dan orang gak suka. Dulu sempet sampe depresi bener2 sendirian banget, kalo inget2 ya gt deh kelam gelap banget.

Anehnya, pas wisuda, yang dateng dan kasih bunga banyaaaak banget. hampir 2 ember. Aku dapet bunga paling banyak di angkatan. Banyak banget dan temen2 jauh pada dateng. 

Yang aku sadari saat itu, kok aku bs sangat disayang orang dan dibenci orang ya. Aneh aja. Termasuk di keluarga besar, aku di reject, gak disukai, gak ada satupun yg get me dan kenal. Tapi di luaran banyak orang yang paham dan nerima. 


Dari kejadian2 itu, ada hal disadari.
Seberapa banyak dari kita yang diajarkan orang tua untuk harus mampu diterima?
Seberapa banyak dari kita yang diajarkan lingkungan untuk selalu jadi orang yang menyenangkan orang lain sehingga orang happy sama kita?
Seberapa banyak dari kita yang dikondisikan bahwa saat ada yang tidak suka dengan kita, tandanya ada yang salah dengan diri?
Seberapa banyak dari kita yang di didik untuk berbuat baik dengan tujuan mengontrol orang lain agar bersikap baik juga terhadap diri?
Seberapa banyak dari kita yang ditanamkan kalau ada yang benci sama kita, tandanya kita buruk?

Aku termasuk orang yang diajarkan hal2 diatas, di jejelin dogma kalau ada yg gak suka tandanya kita buruk, kalau banyak yg gak suka tandanya kita salah, sampe di titik jadi sering nyalahin diri sendiri dan frustasi. Lalu muncul berbagai kesadaran. 

Aku bisa tau siapa aja yang gak suka dengan diriku, judgment mrk thdp ku, kelakuan mrk ngomongin apa dan narik masa kaya gmn. Kalau dulu jd kesel sendirim kalo skrg netral liatnya. Dan aku ask ke diri sendiri: "Apakah orang-orang itu relevant untuk hidup saat ini dan masa depan yang ingin aku ciptakan?"
Jika jawabannya tidak, maka aku terima, lepaskan, dan move on. Jika jawabannya ya, maka aku ask lagi "Apa yang perlu aku lakukan untuk membuat semuanya ease?"

So far, jawabannya banyak yang yang tidak relevan untuk kehidupanku saat ini dan kedepannya. Jadi aku terima aja dan bye2. Sekalipun itu keluarga besar. Dan dari sini, ada kesadaran lain yang muncul, tentang ingin diterima, diakui, di pahami. Ya, kebutuhan dasar manusia. Dan ada sebuah peluang besar juga untuk menerima hal besar lainnya saat diri mampu say goodbye.

Pepatah lama ini, benar adanya.
Kalau orang benci sama kita, mau diri ngapain pun sebaik sebagus apa, tetep aja jelek keliatannya. Begitupun sebaliknya, kalau dimata orang2 diri udh di cap baik, mau buat kesalahan apapun, orang suka nutup mata dan memaklumi semua keburukan yang dilakukan. 

Dulu aku konflik sama temen, trs aku cabut. Saat itu cabutnya sakit hati banget sampe ke titik gak mau inget apapun. 5 tahun kemudian, orang ini dateng cerita mimpi aku dan dia minta maaf, dia sampaikan jg telah memaafkanku untuk hal2 yg dia anggap menyakitinya. Dan saat itu aku cm baca trs udah. Gak ada perasaan apapun lg, dan gak mau bertemen lg jg, tp bukan krn benci, krn merasa cukup sampe kmrn aja relasinya, hmmm gmn ya jelasinnya, ya gitu lah. Dari situ, insight yang aku dapat, kadang orang bs ngerti sendiri motivasi dan keadaan saat itu, mungkin dulu cm fokus pada caraku (baju luarnya), dan diri gak perlu menjelaskan apapun. Saat dia datang minta maaf, itu bukan tentang benar salah dan memuaskan ego, dia minta maaf untuk dirinya sendiri. Saat aku memutuskan untuk tidak merespon, tidak mau berteman lagi, namun tetap care dan netral, itu pun sebuah keputusan sadar yang aku pilih. Di momen ini, aku melihat sebuah kedewasaan, dimana masing-masing individu mengakui, membuat keputusan, dan saling menghargai pilihan masing2.

Saat ada yg benci, kesel sama ku, dll. Lalu mereka tetap pada pandangannya, atau malah mengumoulan massa menghasut orang cari teman untuk punya pandangan yang sama, atau labeling, dll. Itu pun pilihannya. Dan aku tidak bertanggung jawab untuk menjelaskan, apalagi ngemis2 penerimaan dan pengertian mereka. Rasanya jelas gak enak lah ya di reject secara sosial. Dulu hal ini sangat ganggu sampe bikin diri depresi dan minum obat2an psikiatri. Sekarang, ada perasaan gak enak, yang munculnya itu perasaan being misunderstood. Cm udah bs lebih santai krn aku sudah bs menerima diriku sendiri, saat ada yang gak suka, benci, disalahpahami, di judge, dll. Aku melihatnya ya see what it is. 

Thursday, October 7, 2021

7/10/21

I started to respect myself when I learned to stop.
Stop fixing people
Stop chasing people
Stop staying in a one-way relationship
Stop using everything that didn't work for me and is no longer relevant
Stop neglecting myself.

 I got a new hello when I started to say goodbye and trusting myself.

Dear myself, 
Please forgive me, Thank you.

Wednesday, September 15, 2021

14/9/21

Ada keluarga jauh datang hanya untuk silahturahmi.
Mereka jual barang atau pinjam uang untuk membeli bensi, hanya untuk datang silahturahmi.
Mereka menggorbankan agenda pribadinya, hanya untuk datang silaturahmu.
Mereka meninggalkan anaknya yang sedang sakit untuk menemui keluarganya.

Namun apa yang di dapat?
Tak ada jamuan, tak ada tempat tinggal, tak ada tanya kabar, tak ada suka cita.
Hanya diisi gosip, ngomongin orang lain, nyinyir, info-info tak penting, bahkan omongan basa basi yang ternyata menyakitkan atau malah memperburuk keadaan orang yang sedang tidak baik-baik saja.

Seberapa sering, diri menyadari saat ada yang silahturahmi, malah di rusak oleh sikap dan perkataan yang dapat menyinggung dan menyakiti? Dikala yang datang silahturahmi sudah sangat berusaha semaksimal mungkin penuh perjuangan hanya untuk datang ke suatu acara tersebut?

Tuesday, September 7, 2021

7/9/21

"kalo di Indonesia, om tante suka ngomongin, tapi kalo kita ada masalah, mereka bantu".
"kalo di amerika, gak ada yang ngusik, tapi kalo susah ya gak ada yang bantu"

Realitanya:
Ngomongin iya, ikut campur iya, pas lagi susah pada kabur pura-pura gak tau apa2.
Mungkin di lingkungan ini, orang merasa tau apa yang terbaik untuk orang lain, tau apa yang dibutuhkan orang lain, tau ngurusin orang lain, tau semuanya. Selah-olah cara pandang, cara hidupnya adalah yang terbaik. Seolah-olah anak muda pasti selalu membutuhkan nasihat dimana orang tua merasa paling berpengalaman, bijaksana, dan tau semuanya. Lagi-lagi tentang hirarki.

Anak gak nurut di cap sebagai anak nakal. Lalu diperlakukan kasar, penuh labeling negatif, bahkan cacian. Bahkan mereka pun tak bisa membedakan mana anak melawan karena tidak sopan, nakal, gak suka otoritas, kebutuhannya tidak terpenuhi alias bentuk komunikasi, lagi struggle sama emosinya sendiri butuh bantuan, neurotic nya bermasalah, ada inherited emotion yang nempel, kurang kasih sayang, lagi cari perhatian, atau sedang overwhelmed karena saking sensitifinya. Apa orang tua atau orang pada umumnya bisa membedakan dan notice anak berlaku yang dianggap nakal itu karena apa?

Lagi-lagi kegoblokan, ignorant, dan stupidity mendominasi. Orang malas untuk melihat the real motivasi, observasi, bellajar, dan mencari tau kenapanya, apanya, dan bagaimana. Pada akhirnya semua dinilai dan diperlakukan sama. Berakhir misstreatment. Alih-alih mendidik agar lebih baik malah merusak jiwa raga anak jangka panjang. 

Apa bedanya manusia dan binatang kalau tidak mau berfikir lebih, belajar, dan mencari tau?

Monday, September 6, 2021

Peduli

Orang tua yang sayang sama anak dan melakukan hal terbaik untuk anaknya pun masih bisa menyakiti dengan sengaja. Apalagi orang lain.

Hal itu menjadi salah satu alasan, kenapa kita perlu baik sama diri sendiri.

Saat semua orang hanya peduli dengan dirinya sendiri, dengan circle intinya masing-masing, dan saat diri terbuang dari kumpulan, menjadi single fighter, tak ada yang peduli, maka hanya diri sendiri yang mampu peduli terhadap diri sendiri.


Saturday, August 21, 2021

21/8/21

Dari satu lingkungan ke lingkungan lain, dari satu tempat ke tempat lain.

Dari banyaknya lingkungan yang pernah ku temui, singgah, dan hidup bersama, mulai dari keluarga, akademik, pekerjaan, komunitas, traveling, sosial, dan segala macamnya, ada hal yang sama dari yg kuamati, yaitu: orang hanya peduli dengan dirinya sendiri dan circle nya.

Saat berada di komunitas suatu modalities, (misal) tentang awareness, mereka hanya peduli pada pengembangan dirinya masing-masing dan orang terdekat dalam komunitas yang merupakan circle nya. Mereka tidak concern bahkan tidak peduli dengan issue kesehatan mental, pendidikan, sosial, atau hal-hal di luar ketertarikan, pemahaman, dan circle nya. 

Untuk lingkungan satu darah, atau yang biasa di sebut keluarga pun konsep dan sistemnya sama. Orang lebih mementingkan keluarga inti daripada keluarga besar, orang terdekat lebih di bela dan di bantu meski sama-sama keluarga besar. Dalam keluarga inti pun, orang lebih peduli dengan kenyamanan dan keamanan dirinya sendiri. 

Pengamatan sejauh ini, orang cuma peduli dengan dirinya masing-masing. Bahkan orang berbuat baik pun untuk kebaikan dan kepentingan dirinya sendiri. Agar dirinya dapat pahala, agar dirinya dapat karma baik, agar disukai orang, agar urusan duniawinya mudah, agar merasa diri berharga karena bantu orang lain, orang minta maaf agar terhindar dari masalah dan mengurangi perasaan guilty nya, semuanya berlabuh untuk dirinya sendiri. Apakah itu yang dinamakan kepedulian dan cinta terhadap sesama? 


Why people just concern about themself and their circle?
Why do people cant love each other sincerely?

Saturday, August 7, 2021

7/8/21

 *Disclaimer: Postingan ini adalah opini pribadi, berbagi perspektif, tiak ada tujuan dan niat untuk mejatuhkan suatu profesi atau tentang salah benar. Semoga bs mendapat insight dan di pahami dengan hati.

Sudah satu setengah tahun lebih kita berdampingan dan berbagi hidup dengan covid. Tahun 2020 banyak tenaga kesehatan yang meninggal dalam menanggani pasien covid dan terpapar. Beribu-ribu orang menyampaikan simpatinya, mengangkat derajat para pekerja medis dalam sosial setara seorang pahlawan. Masyarakat bahu membahu membantu dengan menyuarakan himbauan, bantuan APD, hingga memberikan dukungan secara emosional dan moral. Dari fenomena itu, ada hal yang terlihat, yaitu tentang bagaimana suatu profesi di apresiasi sangat oleh banyak orang.

Dari jaman dulu, profesi dokter dan tenaga medis ya mengurus dan merawat pasien. Tidak ada yang berbeda dengan tugas dan kewajibannya di masa lalu dan masa sekarang. Perbedaan yang terjadi saat ini adalah jumlah pasien yang perlu dirawat dan resiko dari kasus penyakit yang ditangani. just it.

Tidak semua tenaga kesehatan itu pahlawan, karena tujuan bekerjanya pun beda-beda. Ada yang karena tugas, kewajiiban, tuntutan profesi, pekerjaan untuk mendapatkan gaji demi keberlangsungan hidupnya, ada yang karena terikat sumpah profesi, ada yang karena terikat ikatan dinas, ada yang memang jiwa sosial dan kemanusiaannya tinggi. Dan dimasa pandemi covid saat ini yang menyerang fisik manusia, tenaga kesehatan menjadi menonjol dan diangung-agungkan. Termasuk profesi di kesehatan mental, seperti psikolog yang mulai terkenal dan membuat banyak masyarakat melek atas kesehatan mental.

Dalam fenomena ini pun, ada sebagian masyarakat yang menyindir para tenaga medis, dan di balas oleh para dokter spesialis terkait butuh waktu berapa lama untuk menghasilkan 1 dokter, dengan kata lain nyawa seorang dokter itu penting krn tugasnya menyelamatkan orang lain. Saat melihat komentar dan respon itu, yang pertama kali disadari adalah tentang arogansi. Kalau mau terbuka dan melihat objektif, semua profesi itu berharga dan tidak mudah. Seorang bankir, desainer, seniman, pengacara, dll, mereka melewati masa studi, praktek, mengerakan kemampuan dan mengembangkan dirinya untuk menjadi seorang ahli di bidangnya. Setiap profesi punya effort nya masing-masing, dan setiap nyawa manusia itu berharga.

Kembali ke bahasan, 
Tenaga medis menjadi naik daun karena keadaan saat ini yang banyak terkait dengan dunia medis. Coba kalau dulu saat tidak ada pandemi, mana ada sanjungan-sanjungan penuh simpati sana sini terhadap tenaga medis, bahkan tidak ada perayaan yang masuk ke dalam libur nasional sebagai peringatan profesinya seperti hari guru. Bahkan guru (profesi) yang dianggap pahlawan pun belum tentu semuanya pahlawan, banyak juga yang jadi guru karena tuntutan ekonomi, ada juga guru yang melecehkan siswanya dan tak bermoral, ada juga yang matre, jadi guru yang disebut pahlawan itu profesinya atau jiwanya? karena ada juga orang yang punya profesi lain, tapi jiwanya "guru", dia mencerahkan, memberikan ilmu, dan menuntun orang untuk berkembang dan menjadi versi terbaik dirinya. 

Ya, saat suatu keadaan membuat seseorang/suatu profesi/kelompok bekerja keras untuk menyelamatkan manusia lain, maka profesi/ orang/ kelompok itu dianggap pahlawan. Jika tidak, maka tak ada apresiasi, simpati, dan empati. Semacam musisi, dianggap biasa saja, tapi kalo ada yang berhasil go internasional dan jadi idola di berbagai negara, orang-orang mulai mengidolakan, memberikan slogan positif, bangga, dan numpang nama. Kalau desainer bisa menciptakan produk yang bisa membantu banyak orang dan meningkatkan perekonomian negara dengan tersebar ke seluruh dunia, mungkin profesi desainer akan dilirik sebagai jurusan yang menguntungkan dan di momen itu pun akan sangat dibangga-banggakan oleh masyarakat. Kalau pemerintah gak punya hutang, tak ada korupsi, pamor PNS pun naik sebagai profesi yang bermartabat dan wah karena menyelamatkan masyarakat dengan menjadi pegawai pemerintahan dimana tugasnya mengurusi negara dari pusat hingga daerah. 

Kadang sesuatu dinilai terlalu kontras, di puja banget atau dihina banget. Dan setiap profesi seperti ada label-label tersendiri dalam benak masyarakat meski tidak semuanya begitu.

Wednesday, August 4, 2021

3/8/21

Bagaimana jika tidak ada yang salah dengan diri?
Bagaimana jika diri memang berbeda dengan lingkungan sekitar?

Masalah muncul saat orang tak mengenal diri, tak mau mengenal, tak mampu melihat potensi diri, dan merasa diri dan hidupnya benar sehingga melihat diri yang berbeda dianggap salah dan bermasalah.

Contoh:
Seseorang lahir dengan bakat menjadi single fighter dan nyaman dengan dirinya sendiri meski dalam kesendirian. Lalu saat lahir, ia diajarkan untuk melakukan sesuatu bersama orang lain, untuk selalu punya teman. Ia mengikuti apa yang diperintahkan care givernya, hingga banyak masalah muncul, ia tak fit in dengan sekitarnya karena berbeda, dirinya yang disalahkan. Ia nyaman sendirian, dianggap aneh dan seolah-olah tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, judgment mulai berdatangan mengikis identitas asli hingga diri menjalani hidup berdasarkan identitas yang ditanamkan sekitarnya bukan berdasarkan jati dirinya sendiri.

Lambat laun, ia semakin terpuruk karena sepanjang perjalanan hidupnya, ia selalu sendirian, mengurusi semua hal sendirian, dan semakin merasa cacat tak berdaya karena merasa seharunya ia memiliki support system, akhirnya fokus masalah berada bagaimana ia mampu punya kehidupan seperti orang lain yang akrab dengan keluarga, punya support system, punya teman, ada teman perjalanan, mampu bergantung dengan orang lain, dll.

Munculah pertanyaan:
"Mengapa diri selalu berada dalam kesendirian?"

Bagaimana jika diri terlahir sebagai single fighter yang sebenarnya sangat mandiri dan tidak bermasalah sendirian. Semesta sudah kasih petunjuk untuk kembali ke jati diri, untuk mengenali power diri, dengan memberikan masalah dan membuat orang sekitar meningalkan diri dalam kesendirian. Dengan diri mampu bertahan hidup sampai sekarang dengan segala masalah dan kesendirian, tandanya diri mampu. Aknowledge dan terima kalau diri kuat, mandiri, mampu, dan sebagai single fighter.

Contoh lain:
Mayoritas orang menerima informasi (nge-sense) melalui 5 panca indra nya dna diolah berdasarkan nalar logika. Saat seseorang lahir dengan kekuatan batin yang tinggi, intuisi yang tinggi, mampu nge sense dan menerima informasi dengan cepat sebelum ke sense panca indra (terbukti), maka dianggap aneh, diragukan, diremehkan, dianggap tidak valid, dianggap suudzon, dianggap ini itu. Hingga ia merasa dirinya salah, gak bener, bingung sendiri, tidak mempercaya dirinya sendiri, yang berakhir jadi kacau. Dipaksan untuk nge sense lewat panca indra, diakala ia punya antena yang jauh lebh cepat dan tajam untuk menerima dan mencari informasi. 

Ia diperlakukan seperti itu, hanya karena ia berbeda dengan mayoritas dan mayotitas tidak mampu memahami cara kerja otak, sistem ia menerima informasi, bahkan nalarnya tak mampu memahami apa yang dialami dan dimiliki oleh orang tersebut. 

Butuh waktu lama dan perjalanan yang tak mudah untuk kembali ke jati dirinya, untuk get in tpuch dengan ability nya dalam nge sense sesuatu, apalagi kalau dalam prosesnya ketemu/ di bimbing sama orang yang mirip dengan mayoritas yang telah merusak dirinya. Alih-alih kembali ke jati diri asli, malah semakin rusak, bingung, dan jauh dari nature nya.

Monday, August 2, 2021

Ada yang berubah #1

Waktu kecil, aku menganggap semua hal itu harus diusahakan dan keberhasilan sebanding dengan kerja keras. Prinsip itu aku pegang dan lakukan dari tahun ke tahun. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan dan usahakan. Semua aku catat dan semua berjalan lancar sesuai jadwal dan target. Hal ini membuatku semakin yakin dengan konsep keadilan sebuah usaha dan hasil. 

Hingga suatu ketika, ada kejadian diluar nalar dan kebiasaan. Aku tak mendapatkan apa yang diusahakan, rencana hidupku berantakan tidak sesuai jadwal yang dibuat. Sempat frustasi hingga depresi, kesal dengan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri. Hingga semakin terpuruk dengan keadaan itu sampai kehilangan tujuan hidup dan merasa semua hancur berantakan.

Lambat laun, aku mulai belajar melepaskan kegagalan yang terjadi, mulai menerima ada hal-hal diluar kontrol manusia, mulai belajar menikmati setiap momen dan proses hidup. Di saat itu pun, aku mulai belajar menyayangi diri sendiri, memaafkan diri, menurunkan ego, menurunkan fungsi otak logikaku, lebih ikhlas menjalani hidup sebagai mahluk Tuhan yang sejatinya semua hal yang terjadi di dunia adalah atas izinNnya dan menyakini semua yang terjadi adalah hal terbaik untuk saat itu.

Untuk orang-orang yang terbiasa hidup rapih, penuh tujuan, pekerja keras, disiplin, berambisi, bukanlah hal mudah hidup dalam ketidakpastian dan membutuhkan fleksibilitas yang tinggi. Pada akhirnya, pembelajaran yang diambil adalah tentang bagaimana menikmati hidup. 

Tuesday, July 27, 2021

Bagaimana Jika

Bagaimana jika Tuhan sudah mengabulkan semua doa diri lewat semesta?
Bagaimana jika semesta telah menghadirkan semua yang diri perlukan?
Bagaimana jika sebenarnya diri sudah mendapatkan yang dibutuhkan?

Bagaimana jika sebenarnya dirilah yang tak peka dengan petanda?

27/7/21

Bagaimana jika zona amanmu adalah keadaan yang chaos?
Bagaimana jika zona amanmu adalah berputar-putar pada hal yang sama?
Bagaimana jika zona amanmu adalah hidup stagnant dan stuck?
Bagaimana jika zona amanmu adalah menciptakan masalah?

Bagaimana jika kedamaian, ketenangan, keberlimpahan sudah mebghampiri, hanya karena sesuatu diluar "kenyamanan dan keamaan" dalam alam bawah sadarmu, maka hal-hal itu kamu tolak?

Dear universe, please show me how to get off from my comfort zone

26/7/21

Se toxic dan se disfungsinya orang tua,
Semerusaknya orang tua terhadap anak
Mereka masih mengusahakan untuk kebahagian anak.

Saturday, July 10, 2021

10/7/21

Terima kasih atas angin yang berhembus dari tadi pagi
Terimakasih atas pencernaan yang sehat dan lancar
Terimakasih atas makanan yang menyenangkan
Terimakasih atas hangatnya matahari

Terimakasih untuk hati yang tentram

Monday, July 5, 2021

5/7/21

Semakin hari, semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona.
Obat-obatan semakin mahal, tabung oksigen langka, semua berebut untuk kepentingan dirinya masing-masing. Entah untuk pengobatan mandiri di rumah, atau menimbung mencari keuntungan.
Rumah sakit penuh, pilih-pilih pasien mulai di lakukan.

Semoga dalam masa sekarang yang dihadapkan berbegai pilihan, termasuk memilah-milah pasien, bisa dilakukan dengan tepat dan bijaksana. Semoga para dokter dan pihak terkait tidak melakukan kedzoliman. Bahkan psikiater (tdk di semua rmh sakit) pun sudah mulai memilah-milah pasien, hanya menerima pasien lama. Lalu bagimana nasibnya pasien-pasien baru?

Para profesional mulai memilah prioritas dan mana yang akan dibantu dan dikerjakan. Kadang berdasarkan urgensi keadaannya, kadang berdasarkan judgmentnya, kadang berdasarkan kedekatan. Banyak orang yang menderita corona membutuhkan pendampingan psikolog. Menunggu jadwal hingga berminggu-minggu hingga depresi bahkan bunuh diri. Lain halnya jika sudah kenal, bisa minta 3 hari sekali ataupun setiap hari sekalipun pasiennya memiliki support systme lain.

Banyak ketidakadilan.
dan itulah dunia.

Saturday, July 3, 2021

Klakson

Tadi sore buka youtube, di home nemu video tentang orang yang marah-marah sampe nodong pistol ke supir truk. Barusan pas mau tidur, liat youtube, ada lanjutan video dari kejadian itu. 


Dari video pertama, diceritakan kalau ada mobil pajero ngambil jalan orang, terus supir truck itu kasih klakson. Mobil pajero ini berhenti, langsung mecahin kaca depan truck dan nyerang supir sampe nodong pistol. Di video kedua, pelacakan sopir pajero. Garis besar kejadiannya berdasarkan berita di video seperti itu.

Yang mau gw bahas adalah.....
Kalau kalian dalam keadaan tenang, damai, gak punya asosiasi atas klakson, dalam kejadian kalian ngambil jalan orang, pas di klaksonin kendaraan lain di belakang, reaksi kalian gmn?
Kalu gw jujur, woles. Karena gak ada yang di rugikan (gak nabrak, gak bikin orang celaka, dll), di klakson wajar, bisa jadi kendaraan di belakang kaget atau sebel jalannya gw ambil. Klakson itu kan cuma bunyi untuk warning sesuatu/ berkomunikasi antar mobil, gak ada definisi apapun lg kalo di gw.

Lain halnya dengan beberapa orang, ada yang kalo di klakson gak suka, marah, kesal, karena merasa harga dirinya direndahkan, jatuh, dianggap salah, ego nya kesonggol, kesinggung, yang berujung reaktif. Dari mulai kesel yang di pendam sendiri, marah-marah sendiri. Kalau posisi yg kasih klakson  sebagai tanda mau nyalip biar kita gak tiba2 pindah jalur, itu ada aja loh yg tiba-tiba jadi ngebut dan bales kasih klakson membabi buta.

Ada juga seperti pedagang, becak, pendorong gerobak, pejalan kaki, orang yang naik sepeda, dll, yang saat di jalan dapat klakson, mereka kesinggung. Ada yg diam, ada yg bergesture merendahkan, ada yang marah2, ada yg anarkis. Bisa jadi, kendaraan yang kasih klakson lg ngasih tau untuk "berhenti dulu" karena takut dia nyenggol dagangan/barang orang. Bisa jadi juga buat kasih tanda hati-hati ke pejalan kaki untuk lebih aware ada mobil alias takut ketabrak. 

Realitanya, dalam masyarakat kita, klakson sering dianggap sebagai bentuk arogansi. Jadi penasaran deh gimana sejarah dan prosesnya sampe si klakson ini bisa di persepsi sebagai sesuatu yang arogan dan kalau di klakson, diri jadi merasa "rendah". Kalau lagi jalan kaki, di klaksonin kaget jg sih emang. Dan tidak di pungkiri, memang ada aja mobil yang bentar-bentar klakson karena "arogan".

Buat yang tersinggung saat dapat klakson, bisa ditanyakan ke diri sendiri:
Sejak kapan dan dari mana kamu belajar kalau di klakson itu petanda diri salah dan harga diri jatuh?
*for gaining awareness. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Btw, bahas dikit tentang kasus pajero ya,
Kalau orang lagi tenang, santai, gak ada kejadian senggol menyenggol kendaraan, di klakson ya woles. Nah pertanyaannya kenapa supir pajero ini bisa sangat agresif dan reaktif? 

ini opini pribadi ya, bukan sebuah fakta.kebenaran (krn blm tervalidasi), kalo gw melihatnya psikis dia gak sehat. Bisa jadi dia lagi stress, banyak masalah, dan punya gangguan kepribadian, dimana klakson menjadi trigger traumanya (mungkin perasaan dilecehkan/ di blamming, tergantung persepsinya), pas kesengol lewat kejadian itu, langsung reaktif dan agresif nyerang pelaku (klakson). Aapalagi kalau di tambah dia lagi stress yang udah mau meledak, ada kejadian itu, ya abis supir truck nya jadi bahan pelampiasan. 

Saran, kalau ada kejadian-kejadian yang "anomali" semacam orang menganiaya orang lain (yang gak dikenal) cuma dari perkara sepele (di klaksonin), di cek dulu kesehatan mental dan jiwa nya. Kalau ternyata gak sehat, apakah adil mendapatkan hukuman yang sama dengan orang yang sehat secara mental? Kecuali kalau karakternya memang begitu alias gak punya gangguan kepribadian dan jiwa.

Orang yang sakit secara mental/jiwa (termasuk yang punya gangguan kepribadian), saat melakukan sesuatu yang melanggar hukum, di penjara. Apa jadi bikin sembuh, membaik, perilakunya berubah, dan jadi jera? Atau malah memperparah keadaannya? Bukannya yang kaya gitu harusnya di kasih terapi dan minum obat psikiater (dalam kasus2 tertentu)? Sama kaya kasus narkoba, bingung gw sampe skrg, knp pecandu harus di penjara? Apakah dengan di penjara bikin jadi berhenti dari narkoba? Bukannya harusnya di bawa ke panti rehabilitasi ya? Dia kan pemakai bukan pengedar. 

Dari sistem yang diterapkan dalam keseharian dari kita kecil, banyak yang menerapkan hukuman sebagai bentuk untuk mengontrol. Hukuman penjara, untuk mengontrol angka kejahatan, dengan harapan bikin jera. Hukuman ortu untuk mengontrol anak agar nurut. Hukuman di sekolah, untuk mengontrol pelajar agar mengikuti aturan. Lalu muncul pertanyaan, apakah mengontrol itu harus dengan menghukum? apakah hukuman satu2nya cara untuk mengontrol sesuatu? Kalo jawabannya iya, ya gak heran banyak orang-orang manipulatif muncul atau bahkan terbentuk. Karena hukuman dasarnya memanfaatkan rasa takut manusia. Ada orang yang saat takut/ merasa terancam diam, ngikut, sampe dirinya merasa aman. Ada yang berontak frontal dan berakhir konflik. Banyak yang menyelamatkan dirinya dengan manipulasi. 

Ok, sekian dulu, bahasannya jadi nyambung kemana2.
Semoga dapat insightnya ya.

Saturday, June 26, 2021

Sempurna

Dulu gatau kenapa nyokap sering banget ngomong "siapa yang mau nerima kamu" dan seolah-olah gw hrs perfect banget. Kalo skrg udah tau knp nyokap bs ngomong gt dan dinamikanya knp.

Nah, saat ibu ngomong gt, untuk urusan lawan jenis, gak pernah ada insecurity apapun (mungkin krn gw pny relasi emosional yg baik dengan ayah), jadi ibu ngomong kaya gt terkait pasangan hidup, gak mempan.

Dalam realitanya, emang bener ada.
Kalo diinget2, kelakuan gw minus aja, bisa ada yang suka dan ngajak nikah. Bahkan pernah gw kerjanya marah-marah mulu dan temperamental, itu ada aja loh yang naksir dan ngajak serius. Dari banyak kejadian-kejadian kaya gt, gw belajar kalau setiap orang punya pasarnya masing-masing dan pasti ada aja yang akan nerima diri. Jd yaudah aja. Gak perlu nge push diri harus sempurna, ngikutin standard sempurna sosial, dan akhirnya jd insecure.

Buat yang suka dapet kata-kata "siapa yang mau nerima kamu", 
Inget, kalo kamu sendiri harus mau dan bisa nerima diri kamu sendiri. 

Kalo skrg diomongin "siapa yang mau nerima kamu", 
gw akan jawab "aku. aku yang mau nerima diriku sendiri".

Eh belok dikit bahasannya haha...
Inti yang mau disampaikan, 
kalau tiap orang punya segmennya masing-masing dan pasti ada aja kok yang mau nerima.

26/6/21

Barusan abis nonton obrolan uus dan arap beserta istri-istrinya di youtube. Ada bahasan kalau uus berantem sama istrinya, udah gak fokus ke kata-kata (yang bs dianggap kasar) tapi ke masalah.

Tiba-tiba berasa dapat pencerahan karena dalam kehidupan sekarang, sering banget ribut karena orang mempermasalahkan reaksi bukan tentang kenapanya dan apa masalahnya. Termasuk tentang kata-kata makian, kebanyakan orang akan fokus "kok ngomong kasar", "gak boleh kaya gt", "itu namanya dosa", blabla, tidak ada ruang untuk emosi keluar. Banyak orang yang seneng untuk fix other tanpa melihat masalahnya.

Sedikit yang bisa melihat mana orang marah-marah karena melepas emosinya, mana yang marah karena untuk nyerang, marah untuk dapat kontrol, marah untuk menunjukan diri, marah untuk melindungi diri. Begitupun saat ada masalah, gak semua orang bisa membedakan mana luapan emosi dan mana masalahnya. 

Contoh:
"Dasar lo anjing blabla"
a: "yaudah masalahnya gini, jd mau gmn?" (fokus ke masalah)
b: "kok lo ngatain gw anjing, blabla, emang lo gak anjing blabla" (fokus ke reaksi dan ekspresi orang)

Duh gw ngantuk bgt, segini dulu.

Thursday, June 17, 2021

Covid

Kenapa sih covid harus diperangi?
mereka kan cuma virus yang cara hidupnya begitu.

Apakah segala sesuatu yang dianggap menganggu manusia berserta rutinitasnya, 
dianggap musuh? harus diberantas?

Kenapa respon spontan pada ketidaknyamanan dan sesuatu yang dianggap mengancam adalah dengan memeranginya?

Pernah gak dalam situasi yang dianggap mengancam, menyusahkan, dll, kita bertanya pada diri sendiri "apa ya kontribusi hal ini untuk diri? untuk dunia? untuk bumi? untuk masa depan?"
"apa ya yg bisa sy lakukan dalam keadaan seperti ini yang membuat potensi sy lebih keluar?"
"apa ya yang ingin covid fasilitasi untuk perubahan?"

Sunday, May 30, 2021

Kurang Ajar

Anak mukul ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu mukul anak --> sah, boleh, mendidik.

Suara anak lebih keras dari ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu teriak and yelling ke anak --> sah, boleh, mendidik

Anak speak up their mind --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu jejelin dogma dan proyeksiin luka batinnya --> sah, boleh, mendidik.

Anak gak mau denger ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu gak mau denger anak --> sah, boleh, mendidik.

Anak gak mau respect sama ortu --> kurang ajar, gak sopan, durhaka.
Ortu gak mau respect sama anak --> sah, boleh, mendidik.

karyawan/org lbh muda/murid blak2an ke atasan --> kurang ajar, gak sopan.
Bos/guru/atasan maki2 bawahan di depan umum --> sah, boleh, pantas.

Sebenernya sopan santun itu apa?
definisi kurang ajar itu apa?

kalo diamati, hal-hal tersebut berakar dari hirarki.
Dan konsep hirarki siapa yg bikin?
Tujuannya apa selain untuk mengontrol?
apakah based on respect to each other?
apakah masih relevan?
Apakh adil?

Wednesday, May 19, 2021

19/5/21

If only you could see the tears in the world you left behind
If only you could heal my heart just one more time
Even when I close my eyes
There's an image of your face
And once again I come to realize
You're a loss I can't replace

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me
Soledad

Walking down the streets of Nothingville
Where our love was young and free
Can't believe just what an empty place
It has come to be
I would give my life away
If it could only be the same
'Cause I can't still the voice inside of me
That is calling out your name

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me
Soledad

Time will never change the things you've told me
After all we're meant to be love will bring us back to you and me
If only you could see

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me

Soledad
It's a keeping for the lonely
Since the day that you were gone
Why did you leave me
Soledad
In my heart you were the only
And your memory lives on
Why did you leave me

Soledad

Sunday, May 16, 2021

16/5/21

disclaimer: opini pribadi.

Agama tidak memaksa, tidak jahat, tidak membuat hidup lebih susah dan menderita.

Kadang orang menolak agama atau mengimani sesuatu, bukan karena agamanya itu sendiri, melainkan cara penyampaian dan orang yang menyampaikannya. Mungkin disini  pentingnya adab.

Adab bukan tentang penyampaian sopan santun menurut "aturan", tapi bagaimana kita mampu melihat situasi, kondisi, berempati, menyesuaikan diri, berkomunikasi, dan lain sebagainya hingga akhirnya yang ingin disampaikan tersebut mampu diterima orang tanpa melukai hati, crossing their boundaries,  judgment, atau triggering. Mungkin disini seni nya, alias pintar2 berkomunikasi dan menyampaikan. Dan itu semua tidak bermodalkan logika saja, butuh kecerdasan emosional, kepekaan, sensitifitas, intuisi, dan awareness.

Misal, salah satu ajaran agama yang saya imani, mengajarkan cara menasehati dengan berahasia tidak di depan umum. Itu caranya, dan apakah pernah mempertanyakan WHY nya? kenapa harus begitu caranya? atau hanya sekedar mengikuti saja? Kalau direnungkan, saat menasehati secara rahasia, kita menjaga privasi orang tersebut, menjaga dignity nya, menjaga hal yg dianggap sebagai suatu kesalahan (hingga butuh dinasehati), agar bisa lebih terkoneksi dari hati ke hati. Esensi WHY nya yang kita gunakan. Melihat moment yang tepat, membuat orang tersebut merasa nyaman dahulu, membuat orang tersebut secure dan trust, baru angkat pembahasan terkait yang ingin disampaikan untuk membantu dia memperbaiki hidupnya, tahu kapan harus ngomong dan tahu kapan harus stop.

Dalam masyarakat pada umumnya, kadang orang yang ingin menasehati atau menyampaikan hal yang dianggap benar, seringnya berapi-api, terus nyerocos tanpa evaluasi, bahkan memaksakan pandangannya untuk dapat diterima yang berakhir pada judgment dirinya benar dengan berlindung dibawah kitab suci Tuhan dan orang lain salah butuh diluruskan. Lupa pada hakikat bahwa dirinya hanya menyampaikan bukan yang punya kendali untuk meluruskan orang, ujung-ujungnya jadi obsesi, ekspetasi, proyeksi, dan prejudice.

Sesuatu dari hati akan sampai ke hati. 
Hati menangkap frekuensi, tidak bisa ditipu dengan ucapan, logika berfikir, apalagi di manipulasi. 

16/5/21

Terimakasih bagi Tuhan Semesta Alam.

atas segala kesempatan tumbuh yang diberikan

atas segala pertolongan yang di datangkan

atas segala kedamaian batin yang hadir

atas segala ilmu yang dipahami.

Wednesday, May 12, 2021

Malam Takbir 2021

 Bismillahirramhanirrahim

Diri tidak bertanggung jawab terhadap siapapun.
Diri hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan Sang Pencipta.
Saat diri membebaskan dari segala keterikatan dan hanya terhubung pada the ultimate divine of love (Tuhan Semesta Alam) maka dimanapun diri berada tidak ada rasa kesepian; dimanapun diri tinggal, itulah rumahnya.

Semoga kita menjadi manusia yang bebas, tak terikat apapun selain dengan yang menciptakan kita.
Semoga kita menjadi manusia yang mampu hidup dengan sebenar-benarnya hidup.

Sunday, May 2, 2021

Receive

Pada dasarnya, kita ingin hidup baik-baik saja, tidak suka gangguan, ketidaknyamanan, bahkan mungkin perubahan sekalipun dimana itu semua mampu membuat kita lebih expand, lebih maju, lebih kuat, lebih sukses. 

Kebayang gak kalo kita pengen punya badan six pax tapi gak mau capek, gak mau sakit-sakit badan, gak mau diet, gak mau tidur keganggu, gak mau waktu terambil buat workout, gak mau merubah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi kalori dan gula, tidak mau melakukan perubahan apapun tapi pengen six pax? apakah keinginan itu bisa tercapai?

Atau contoh lainnya, seseorang yang ingin menuju pulau sebrang tapi gak berani berlayar sendiri dikala di pulau itu dia cuma sendirina, takut ombak, takut kena angin, takut basah, takut ini itu segala macam. Aapakh akhirnya ia mampu  memutuskan untuk taking action dengan segala resikonya berlayar menuju pulau sebrang? 

Kadang ketidaknyamanan, kesulitan, trigger, hambatan, gangguan, usikan, bukanlah hal negatif yang perlu dijauhin, dihindari. Bisa jadi itu peluan-peluang untuk membuat diri tumbuh lebih kuat dan melejit melebihi keadaan saat ini. Hal yang perlu dilakukan hanya receive alias menerima. Menerima semua kejadian, orang, ketidaknyamanan yang semesta berikan, lewati, ambil semua pelajarannya, dapatkan insight nya, sampai akhirnya kita terbiasa dengan kesulitan-kesulitan itu dan zona nyaman kita pun menjadi lebih luas. Misal, dulu kita keganggu banget sama keluarga nyinyir sampai gak nyaman untuk datang ke acar keluarga, ya jangan dihindari, terus aja datang tapiiiii diri kita yang diubah untuk lebih expand dalam menghadapi sesuatu hingga akhirnya nyinyiran yang menganggu kita sebelumnya menjadi hal yang tidak menimbulkan reaksi atau trigger apapun.

Duh kan jadi gatel pengen cerita kisah sendiri wkwk.
2017 ada kejadian berat banget sampai hampir gilak dan pengen ngebuang penganggu itu untuk kembali hidup nyaman. Proses yang berat dan panjang banget. Sampe akhirnya aku dapatkan maksud kenapa mengalami kejadian itu dan ketemu bangsat itu. Karena dari kejadian dan pertemuan itu, aku mulai mengenal dirku sendiri. Jadi tau punya trauma apa aja, unresolved issue apa, tau apa yang menghambatku selama ini, memahami dinamika diri sampe ke dinamika keluarga dan leluhur, kembali terhubung dengan diri sendiri, hingga akhirnya bangkit menuju purpose of life yang terbengkalai belasan tahun.  Pada akhirnya saat kita mampu melewati segala badai dan merasakan manafaatnya minimal diri jadi lebih kuat, ketidaknyamana dan gangguan tersebut jadi hal yang disyukuri. 

Kemarin, gw sempet ngamuk dan super upset banget sama salah satu dokter gw. Pengen marah mukulin orang sampe mati, terus pengen nangis dan semua hal jadi keingetan, terus blamming sana sini termasuk blamming diri sendiri, jadi depresi lg, sampai akhirnya berkontemplasi "kejadian ini itu apa? mau kasih kontribusi apa terhadap diriku?". Yang biasanya kalo udah sebel sama orang apalagi sampe wellbeing rusak dan fisik kena dampaknya, pasti gw cut. Tapi kali ini nggak, gw tetap belajar dan kontak orang ini lagi dan di kasih pesan "belajar receive". Langsung kena banget pesannya. Terus jadi merenung banyak hal, berapa banyak peluan yang Tuhan kasih untuk aku bisa berkembang dan tumbuh besar kuat yang akhirnya aku sia-siakan dan buang? Abis itu berdoa minta kemudahan dan minta dikuatkan, lalu Tuhan berikan lagi peluan untuk aku tumbuh, aku tolak, terus berdoa lagi, muter-muter aja disitu sampai waktu abis banyak dan langkah kaki masih di tempat yang sama. 

Ada pepatah, pelaut unggul (kalau gak salah) tidak lahir dari ombak yang tenang.
Kita cuma butuh membuka diri, menerima yang semsat berikan tanpa ada judgment dan kesimpulan. Biarkan diri menerima, berproses, dan tumbuh hingga ke tempat seharusnya dan potensi keluar semua secara maksimal. 

Segini dulu ceritanya, kapan-kapan dilanjut.



Saturday, April 24, 2021

Kesadaran

Beribadah, karena takut dosa

Beribadah, untuk pahala

Beribadah, agar tidak dimarahi

Beribadah atas kebutuhan.


Sibuk membahas surga neraka, menghitung-hitung semua amal baiknya, menggugurkan dosa-dosanya, berharap dapa surga. Merasa yakin apa yang dilakukannya, memberikan keamanan menuju surga. 

Sibuk  menasehati dengan menakut-nakuti, mengiming-iming keuntungan. Nasehat yang tidak lain untuk keuntungan dirinya agar kelak dapat pahala sebagai tabungan untuk sampai ke surgaNya.

Sibuk  menilai benar salah, dosa pahala, terobsesi untuk membenarkan dan memaksakan jalan hidupnya seolah-olah semua orang memiliki perjalanan hidup yang sama dan pasti sama.

Sibuk  mendatangi majelis ilmu dari satu tempat ke tempat lain. Berlari dari permasalahan duniawi, berharap semua selesai dengan doa tanpa pernah diselesaikan secara nyata penuh tanggung jawab.


24/4/21

Innalillahi wa inailahi rojiun.
atas orang tua yang telah menyia-nyiakan anaknya, merusak jiwanya
berlaku kasar melukai batin dan fisiknya atas nama mendidik
memperlakukan bagai barang yang tak punya perasaan dan hasrat.

Innalillahi wa inailahi rojiun.
atas sikap orang tua penuh arogansi dan haus akan pengakuan
bersikap layaknya bos ke bawahan, penuh tuntutan yang harus dipenuhi
menggerogoti keberhargaan diri anaknya hingga sisa tulang belulang.

Innalillahi wa inailahi rojiun.
atas ketidaktahuan dan kesadaran orang tua dalam membesarkan anaknya
bersabda bagai Tuhan yang tau segalanya yang dianggap baik menurutnya
mengecilkan dan mengucilkan jati diri hingga kehilangan diri sendiri.

Innalillahi wa inailahi rojiun.
semoga ada waktu untuk tersadarkan

Monday, April 19, 2021

Pojok Remedy

 

Pojok Remedy, Isinya:
  • Vitamin buat tulang, otot, dan sendi
  • Beragam essential oil for uplifting mood, joy, release tension, emotional release, calm, relax, making sleepy, pain, pegel2.
  • Crystal for balancing energy and grounding.
  • Palo santo dan white sage for clear aura.
  • Lilin terapi.

Berhubung punya HNP alias syaraf kejepit di lowerback dan leher, alhasil punya beragam pertolongan pertama di rumah:
  • Kasur terapi
  • beragam macam koyo
  • kompres dingin dan panas
  • pain killer
  • obat peradangan
  • lampu infrared
  • tens
  • bantal terapi leher
  • collar
  • korset
  • matras yoga (biasanya buat TRE dan streatching)

Ada temen nanya "kok lo kena HNP happy2 aja? tmn gw sampe depresi merasa gak berguna". Jawabannya: karena masalah2 gw yg lain jauh2 lebih ribet dan struggle, jadi urusan fisik - spine yang kayaknya seumur hidup ini, jadi yaudah aja, mau diapain lg. Skrg naik 20kg efek obat, sempet eating binge, ruang gerak fisik terbatas krn HNP alias gak bisa lagi muaythai, jogging, yoga malah bikin sakit, alhasil cm bs renang dan itupun ujung2nya masuk angin dan gak ngasilin banyak perubahan. Keluar uang lagi lah buat fisioterapi, akupuntur, urut, yang gak bisa 1-2x dateng sembuh. Alhamdulillah gak sampe terpuruk bgt deh kena HNP di usia muda belia produktif ini, cuma lumayan stress jg sama biaya pengobatan dan perawatannya. Aapalgi kalo lg kambuh, sakitnya bs stay berminggu2 bikin jadi kesel sendiri. 

Itu masalah fisik, diterima aja.
Masalah yang lain banyak dan kompleks, dan dalam proses pengobatannya jg struggle ketemunya bangsat2 (sorry kasar) yang nambah2 masalah dan beban, untungnya banyak juga pertolongan dari arah yang tidak disangka2. 

Gitu aja sekilas info.
kalo ada yg nanya kabar, gimana ya jawabnya, kabar gw gak baik2 aja.
Cm orang nanya kabar kan cuma basa basi, jd gak perlu dijawab serius2 amat lah, gak peduli jg sbenernya mereka.

Saturday, April 10, 2021

Ada yang Hadir

 Ada yang hadir untuk mengkhianati
Ada yang hadir untuk menyakiti
Ada yang hadir untuk merusak
Ada yang hadir untuk menjatuhkan

Ada yang hadir untuk menguji
Ada yang hadir untuk merampas
Ada yang hadir untuk mengacaukan
Ada yang hadir untuk menusuk

Ada yang hadir untuk menolong
Ada yang hadir untuk menemani
Ada yang hadir untuk membangunkan
Ada yang hadir untuk menuntun.

Terimakasih atas kontribusi semuanya.
Kini aku tumbuh dengan baik dan terus tumbuh.


Sunday, March 21, 2021

Sama- Sama Diuji

Ada anak-anak yang lahir tak sempurna dalam pandangan masyarakat.

Keterbelakangan mental, neurotic, psikotik, psikopatetik, dsb.


Ada anak-anak yang lahir dari rahim perempuan abnormal dalam dunia.

Keterbelakangan mental, neurotic, psikotik, psikopatetik, dsb.


Tidak hanya orang tua yang diuji anak,

Ada anak-anak yang diuji pula lewat orang tua nya.

Semoha hati terus berada dalam kesadaran bahwa hidup hanyalah ujian, kelak akan kembali padaNya.


Jiwa - Jiwa


Jiwa-jiwa  terpasung dalam kegelapan kelam.

Jiwa-jiwa  tercekik dalam tali tanpa nafas.

Jiwa-jiwa  tersiksa dalam ruang sempit sesak.

Jiwa-jiwa  terkuras habis dalam tekanan asa.


Berteriak tanpa ada yang dengar

Menangis tanpa ada penyelesaian

Mengaung tanpa ada yang gubris

Meminta tolong, hanya mendapat hukuman.


Jiwa- jiwa dalam kegelapan malam yang menyelimuti

Jiwa-jiwa dalam kegelapan dosa  yang tak terhindarkan

Jiwa-jiwa dalam kegelapan pikiran yang tak berhenti berbisik

Jiwa-jiwa dalam kegelapan tanpa adanya cahaya datang.


21/3/21


Bagaimana jika ujianmu adalah orang tua mu?


Saturday, March 13, 2021

13/3/21

Mudah bagi kita, belum tentu mudah bagi orang lain.
Sulit bagi orang lain, belum tentu sulit bagi kita.
Lalu kenapa tidak mau menolong orang yang benar-benar lagi menderita kesulitan untuk hal2 yang sangat mudah untuk kita?

Dalam agama saya tidak ada istilah karma.
Saya cuma tau:
1. Kalau ada suatu kebaikan yang Tuhan suka dari seseorang, maka Tuhan akan menjaga anak keturunannya. 
2. Doa orang teraniaya adalah salah satu doa yang di ijabah.

Contoh kasus:
Pernah liat gak keluarga yang dari atas2nya behasil, bermartabat, kaya raya, dihormati, dan "lancar" hidupnya? Bisa ajdi ada kebaikan yang dilakukan leluhurnya dan konsisten dilakukan generasi selanjutnya, dimana amalannya disukai Allah, misal amalan sodaqoh (misal). Saya pribadi, pernah ketemu keluarga model kaya gini, sampe gak ngerti deh udah mah pada kaya raya, pinter, humble, dan suka nolong orang (sy termasuk yg pernah di tolongnya). 

Contoh kedua, ada orang susah, minta tolong, tp orangnya gak mau bantu pdhl sangat bisa bantu. Trs orang ini lagi suffering dan menderita bgt "nyumpahin" dan berdoa "semoga anak keturnannya ada yang merasakan apa yg sy rasakan". Dan di genrasi ke 7, terkabulah doa tersebut, ada anak keturunan orang yg dzolim ini hidupnya struggle suffering terus2an, dan tiap susah gak ada satupun yg mau nolong sampe drop depresi terus2an dan makin terpuruk dlm kesendirian tanpa support system apalagi bantuan. Tapi ada leluhur lain yang jagain dengan amalan kebaikan lainnya, hingga orang ini gak sampe gilak/ mati bunuh diri termasuk saat kena santet orang2 yg gak suka sama orang tua nya.

Dua contoh itu secara awam disebut karma, bibit baik menghasilkan kebaikan, bibit buruk menghasilkan keburukan. Dan kita gak tau hasil dari bibit yang kita tanam itu siapa yang akan menuai. Diri sendirikah? anak kita kah? atau justru anak keturunan entah berapa generasi dibawah kita yang menuainya. Intinya mau sharing, please please kalo berdoa, tolong doakan leluhur bukan doain kakek nenek, ortu, diri sendiri, dan anak aja. Semacam "Ya Tuhan, jika leluhurku membuat kesalahan dan hal dzolim, tolong ampuni. Jika ada orang2 yg terdzolimi, tolong bantu mereka untuk memaafkan dan mengikhlaskan. Dan tolong jagalah anak ketrurunan hamba dalam lindunganMu".

Hidup kita bukanlah milik kita. Ada andil dari leluhur (baik buruk), ada dampak juga thdp anak keturunan. Please solving your problem, releasing your emotion, healing your trauma, selesaikan semua unfinished business dan issue. Please. Itu warisan terbaik untuk anak keturunan, karena mereka pun punya kehidupan tersendiri bukan habis waktu untuk menebus kesalahan dan benahi trauma2 leluhur.


*wuallahualam bishawab

Tuesday, March 2, 2021

Batas

Bukan hidupku yang terbatas
Bukan juga kemampuanku yang terbatas
Apalagi keadaan yang membatasi.
Karena sejatinya, justru aku sendiri yang membatasi diri.

Batas berkembang
Batas bertumbuh
Batas mengeksplorasi
Batas-batas untuk melindungi diri dari ketakutan yang hanya ilusi pikiran semata. 

Support

Ada dukungan yang lebih besar dari keluarga, teman, dan kolega, yaitu dukungan dari semesta.
Ada pertolongan yang tak terbatas, yaitu dari Tuhan yang membolak balikan hati makhluk-Nya.

Kadang diri terbatas mencari dukungan dari keluarga, teman, dan kolega.

Saat keluarga tak mampu memahami dan memberikan dukungan, saat teman tak ada yang mampu dan tak mau mendukung, saat kolega tak peduli, diri jatuh dalam kesepian, dan depresi yang semakin gelap dan mendalam. Mengkerdilkan diri sendiri, lupa jika jagat raya ini luas. Semesta senantiasa memberikan dukungannya, melalui peluang yang datang, cuaca yang menyelamatkan, intuisi yang menangkap sinyal dari semesta, dan energy yang bersinergi.

Saat tak ada satupun manusia yang mampu menolong bahkan tidak mau menolong, sesuangguhnya pertolongan Tuhan amatlah dekat dan tak terbatas. Ia hadirkan prang-orang yang hatinya tergerak untuk membantu, Ia hadirkan ketenangan dalam jiwa, Ia hadirkan kejernihan dalam berfikir, Ia hadirkan pencerahan dalam pemahaman, Ia hadirkan jalanNya. 

Sejatinya manusia tidak sendirian sekalipun hidup sebatang kara atau terasing dari kumpulannya. Ada semesta yang mendukung, ada Tuhan yang menolong.

Wednesday, February 24, 2021

Aquarium



2 Tahun punya aquarium. Blackghost, koi, koki, sapu2, neon, yg merah kecil, tiger fish, guphy, 
yang kuning, ikan layar, ikan kaya ikan sepat biru, cupang. 


Tuesday, February 23, 2021

Lovebird

Ada 4 pasang lovebird.

Pasangan 1 (putih dan kuning hijau). 
Telurnya sudah menetas, sayangnya kaki anaknya cacat gak bs berdiri 
(gatau keinjek sama mak bapaknya, gatau glodok licin tanpa alas 
jd cidera dan patah kakinya). Sedih bgt.

Pasangan 2 (putih biru muda dan kuning hijau) 
Bertelur gak netas2, lagi bertengger eh bertelur lalu jatoh pecah. Sedih.

Pasangan 3 (Hitam dan biru tua)
Adem ayem, pas di cek, ada 2 telur.
Dan hari ini mereka berdua kabur, telurnya cuma 1, 1 lagi ancur.

Pasangan 4 (pale yellow dan tosca)
Yang kuning muda sakit, tidur terus. Trs dikasih vitamin, 
eh tumpah kena matanya trs jd buta sebelah. Huhuhu sedih banget ya ampun.


Thursday, February 18, 2021

Gratitude Birthday

Ulang tahun pada tahun ini cukup membahagiakan. 
Karena banyak improvement yang dilakukan diri.

1. Two of deep traumas healed
2. Reconnect to myself
3. More awareness
4. More consciousness
5. More self regulated
6. Take my autonomy back
7. More kindness to myself
8. More Mindfullness
9. More being.

Thank you Utie, I Love You.


Thursday, February 11, 2021

Melihat masalah

Ada anak tidak mau sekolah karena minder. 
Minder karena nilainya jelek. 
Nilainya jelek karena tidak mampu mengikuti KBM.
tidak mampu mengikuti, karena IQ nya rendah.
IQ nya rendah karena di kandungan pernah mengalami dampak KDRT.

Setiap pagi, sang ibu, berteriak:
"mau jadi apa kalo gak sekolah"
"bisanya nyusahin orang tua aja"
"kamu gak tau diri, orang tua susah kerja, kamu malah begini"
"coba liat si ini si itu blabla"

Saat anak meledak tak kuat menahan rasa frustasi, di hantam dengan omelan, pukulan, dan hukuman.

Apa yg terjadi?

Apakah sang anak akan mau masuk sekolah?
Apakah sang anak akan sadar bahwa orang tuanya susah payah dan dia harus membahagiakan orang tuanya dikala dirinya pun stress dan insecure dalam akademik?
Apakah sang anak akan menjadi pintar dengan masuk sekolah dikala akar masalahnya di kemampuan IQ yg kurang (yang tidak diterima oleh orang tuanya)?
Apakah sang anak akan menurut dan berakhir bahagia?

Jika mampu berjeda sedikit dari norma yang berlaku, menurunkan ego, amati masalah hingga ke akarnya, diterima, maka solusinya akan tepat.
Permasalahan:
Anak minder tidak mau sekolah karena tidak mampu secara IQ.
Solusi:
1. Terima anak apa adanya, hingga dia merasa aman secara emosional dan didukung.
2. Ajak bicara baik-baik dari hati ke hati, biarkan anak berbicara bebas tanpa sanggahan ataupun dikte.
3. Konsultasi ke ahlinya, cari metode pendidikan yang tepat.
4. Biarkan anak tumbuh sesuai jati diri dan kemampuannya secara maksimal.

Membandingkan hanya membuat seseorang yang sedang drop dan minder semakin drop dan kehilangan self esteem nya.
Memanipulasi dengan mengungkit perjuangan ortu, hanya membuat anak terkikis self worth nya.
Memarahi hanya membuat anak merasa tidak dipahami dan semakin drop.
Menghukum hanya membuat anak semakin berontak desktruktif atau tenggelam dalam kegelapan.

11/2/21

Its a long journey,
Walking alone in the darkness.
Ups and down, and keep going.

Sometimes feeling lonely, 
Sometimes feeling tired,
Sometimes crying all the night, hope to be home.

Its not my home, i dont feel belongs here.
I just want to be home.


Dear Universe, Please bring me to my soul family
Dear, Universe, Let my soul family found me.
Nobody can understand you deeply, until you meet your soul family.

Tuesday, February 9, 2021

9/2/21

Its time to heal yourself by yourself.
Listen to your intuition, follow your spirit guide to find answer and the best solution. 

You are higher than you think
You are bigger than you feel
You are powerfull than you reliaze.

Take a deep breath. See your body, your soul, your internal body, your energy, your spirit. 
Breating slowly, scan yourself by yourself.
Finding the problem, ask question 
what do you feel?why you like that?
Heal your body with divine love, 
Heal your soul
Heal your spirit.

All of my energy please comeback to me. Now!
All of my others energy, please go back to your place. 

Dear spirits, i cant help you. 
Please find your place by yourself.
Dear evil spirit, get out of my body and soul! Go away! Dont come back again! I dont need you and you cant stay at me. Get out!!!

Dear mother guard, please shield my energy.
Dear universe, please take care of my energy.
Dear myself, thank you. 

Monday, February 8, 2021

8/2/21

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.


Diam-diam diri menolong,

Diam-diam diri ditolong.

Saturday, February 6, 2021

Dogmatif Normatif (2)

Pernah berada dan hidup penuh dogma norma puluhan tahun.
Ibu menuntut anak harus ini itu, gw sebagai anak balik nuntut ortu harus blabla.
Hidup dalam utopian tak berani hadapi realita.

Ortu menentukan standard anak perempuan harus bisa beres-beres, anak perempuan harus ini itu, saat anak perempuannya gak suka beres-beres maka di generalisisr gagal dan gak bagus. Tanpa melihat kelebihan-kelebihan lainnya. Alhasil fokus pada kelemahan bukan mengembangkan potensi.

Anak kembali menentukan standard terhadap orang tua. Orang tua harus pinter, harus bijaksana, ayah harus menafkahi, ibu harus perhatian, keharusan keharusan lainnya. Hingga sulit menerima kalau mereka manusia biasa bahkan penuh unresolved issue. 

Hidup dalam aturan sosial yang belum tentu baik, cocok, dan tepat untuk diri dan keluarga. Sibuk mengejar standard luar dengan mengabaikan kebahagian diri dan keluarga. Hidup dalam norma penuh dogmatif. Entah apa yang dikejar.

Hingga suatu waktu, Tuhan kasih jalan untuk membereskannya. Diseimbangkanlah masalah tersebut dan mulai mampu mencintai diri secara murni. Keluarga pun ikut diseimbangkan. Setelah itu, kerasa, tidak saling menuntut, mampu menerima satu sama lain, menghargai autonomy masing-masing, sikap manipulatif atas obsesif kompulsif satu sama lain menghilang. Lebih tenang aja hidup. Lebih secure, lebih pede, lebih baik thdp diri sendiri. 

Friday, February 5, 2021

Dogmatif Normatif (1)

Jadi Anak harus patuh

Jadi Anak harus banggain ortu

Jadi Anak harus nurut

Jadi Anak harus berbakti

Jadi Anak harus bahagian ortu

Jadi Anak harus ini itu.

Jadi Anak gak boleh membangkang

Jadi Anak gak boleh berbeda pendapat

Jadi Anak gak boleh malu2in keluarga

Jadi Anak gak boleh ini itu.

Lalu kapan si anak ini mengurusi diri dan memenuhi kebahagian dirinya? Lalu kapan si anak ini mempersiapkan masa depan untuk “memperbaiki” keturunan? Lalu kapan si anak ini menemukan dirinya jika semua serba diatur tanpa ada ruang explorasi dam penerimaan?

Keluarga dogmatif, masyarakat normatif. Ikut campur tanpa tanggung jawab. Menasehati tanpa diminta. Berkomentar tak tahu situasi. Ngejejelin dogma terus menerus hingga merusak jiwa seseorang. 

Biarlah orang menjadi dirinya sendiri. Melakukan kesalahan, belajar, memperbaiki hingga menjadi orang yang terus baik atas gerak hatinya sendiri tanpa beban tekanan keharusan-keharusan sosial yang memperburuk keadaan seseorang lalu saat meledak, dengan mudah disalahkan, di judging, di jauhi, di cap. Apa itu manusia dewasa? Apa itu yg disebut masyarakat dewasa?