Saturday, June 26, 2021

Sempurna

Dulu gatau kenapa nyokap sering banget ngomong "siapa yang mau nerima kamu" dan seolah-olah gw hrs perfect banget. Kalo skrg udah tau knp nyokap bs ngomong gt dan dinamikanya knp.

Nah, saat ibu ngomong gt, untuk urusan lawan jenis, gak pernah ada insecurity apapun (mungkin krn gw pny relasi emosional yg baik dengan ayah), jadi ibu ngomong kaya gt terkait pasangan hidup, gak mempan.

Dalam realitanya, emang bener ada.
Kalo diinget2, kelakuan gw minus aja, bisa ada yang suka dan ngajak nikah. Bahkan pernah gw kerjanya marah-marah mulu dan temperamental, itu ada aja loh yang naksir dan ngajak serius. Dari banyak kejadian-kejadian kaya gt, gw belajar kalau setiap orang punya pasarnya masing-masing dan pasti ada aja yang akan nerima diri. Jd yaudah aja. Gak perlu nge push diri harus sempurna, ngikutin standard sempurna sosial, dan akhirnya jd insecure.

Buat yang suka dapet kata-kata "siapa yang mau nerima kamu", 
Inget, kalo kamu sendiri harus mau dan bisa nerima diri kamu sendiri. 

Kalo skrg diomongin "siapa yang mau nerima kamu", 
gw akan jawab "aku. aku yang mau nerima diriku sendiri".

Eh belok dikit bahasannya haha...
Inti yang mau disampaikan, 
kalau tiap orang punya segmennya masing-masing dan pasti ada aja kok yang mau nerima.

26/6/21

Barusan abis nonton obrolan uus dan arap beserta istri-istrinya di youtube. Ada bahasan kalau uus berantem sama istrinya, udah gak fokus ke kata-kata (yang bs dianggap kasar) tapi ke masalah.

Tiba-tiba berasa dapat pencerahan karena dalam kehidupan sekarang, sering banget ribut karena orang mempermasalahkan reaksi bukan tentang kenapanya dan apa masalahnya. Termasuk tentang kata-kata makian, kebanyakan orang akan fokus "kok ngomong kasar", "gak boleh kaya gt", "itu namanya dosa", blabla, tidak ada ruang untuk emosi keluar. Banyak orang yang seneng untuk fix other tanpa melihat masalahnya.

Sedikit yang bisa melihat mana orang marah-marah karena melepas emosinya, mana yang marah karena untuk nyerang, marah untuk dapat kontrol, marah untuk menunjukan diri, marah untuk melindungi diri. Begitupun saat ada masalah, gak semua orang bisa membedakan mana luapan emosi dan mana masalahnya. 

Contoh:
"Dasar lo anjing blabla"
a: "yaudah masalahnya gini, jd mau gmn?" (fokus ke masalah)
b: "kok lo ngatain gw anjing, blabla, emang lo gak anjing blabla" (fokus ke reaksi dan ekspresi orang)

Duh gw ngantuk bgt, segini dulu.

Thursday, June 17, 2021

Covid

Kenapa sih covid harus diperangi?
mereka kan cuma virus yang cara hidupnya begitu.

Apakah segala sesuatu yang dianggap menganggu manusia berserta rutinitasnya, 
dianggap musuh? harus diberantas?

Kenapa respon spontan pada ketidaknyamanan dan sesuatu yang dianggap mengancam adalah dengan memeranginya?

Pernah gak dalam situasi yang dianggap mengancam, menyusahkan, dll, kita bertanya pada diri sendiri "apa ya kontribusi hal ini untuk diri? untuk dunia? untuk bumi? untuk masa depan?"
"apa ya yg bisa sy lakukan dalam keadaan seperti ini yang membuat potensi sy lebih keluar?"
"apa ya yang ingin covid fasilitasi untuk perubahan?"