Wednesday, October 31, 2018

Percaya

Semakin besar, Semakin sulit cari orang kepercayaan.
Kadang membuang orang tulus, memasukan bangkai dalam hidup.
Kadang memilih racun, mencampakan nutrisi penting.
Kadang meninggalkan apa yang disebut rumah, untuk pergi terhadap yang tak peduli.

Siapa yang kamu percaya, selain dirimu sendiri?
atau bahkan terhadap dirimua sendiri pun kau tak percaya?
Lalu siapa yang akan benar-benar bisa kau percaya jika semua orang adalah pengkhianat?

Mind Traveler, cetakan kedua.


Halloooo
Mind Traveler cetak lagi!
Bedanya, ini softcover, jadi harganya lebih hemat, yeay! Rp.68.000
Yang kemarin kehabiasan dan yang masih penasaran, 
bisa langsung pesan ke @langitlangit.yk via Instagram
atau langsung hubungi 0857 7272 4343




Tuesday, October 23, 2018

Sosialis dan Individuality.

"sama siapa?"
"jangan sendirian"
"gak boleh gitu, nanti orang gak suka"
"harus ini itu biar banyak temennya"
"harus baik biar orang baik"
"nanti apa kata orang??"
"jangan sendirian nanti kenapa-napa"
"ajak temennya"
"jangan main sama si itu, si itu blabla"
"besok bareng ya"
"beraninya lo ganggu dia! lo musuhan sama dia, berarti lo musuh kita juga"
"siapa yang berani ganggu salah satu dari kita, bakal kita hajar"
"satu sakit, sakit semua. satu susah, susah semua. satu senang, senang semua"/

Seberapa sering kalian mendengar kalimat yang "mengharuskan" kalian pergi / beraktivitas/ melakukan sesuatu secara bersamaan?
Seberapa sering kalian mendengar kalimat yang "mengharuskan" kalian mengatur sikap agar dapat diterima oleh orang lain?
Seberapa sering kalian memikirikan pandangan orang lain/ mengantungkan hidup terhadap orang lain?
Seberapa sering di alam bawah sadar kalian untuk berani mengemukakan pendapat dan keinginan tanpa takut dibenci/ tidak disukai oleh orang lain?
Seberapa sering kalian berani untuk berbeda menjadi diri sendiri hingga akhirnya dibenci dan diasingkan kelompok?
Seberapa sering kalian berjalan sendiri sendirian dalam "perjalanan" hidup?
Seberapa sering kalian mengenal, menerima, dan nyaman dengan diri sendiri?

Tanpa sadar, secara turun temurun di ajarkan untuk hidup berkelompok, bersikap agar dapat diterima kelompok, berperilaku agar menyenangkan orang lain agar tidak dibenci, bahkan diajarkan memiliki dan menggunakan topeng sesuai kebutuhan sedang berada di  kelompok mana. 

Tanpa sadar, menjadi terlalu asyik menyelami kehidupan berkelompok hingga lupa warna asli diri, hingga lupa "siapa saya", bahkan lupa untuk mengenal dan menerima diri seutuhnya.

Tanpa sadar, mengantungkan keberhargaan diri terhadap seberapa banyak yang menyukai diri, seberapa banyak yang benci, bagaimana pandangan orang (manusia lain), dan bagaimana orang memperlakukan dan mengakui diri ini.

Tanpa sadar, mengantungkan harapan pada manusia lain dalam kelompok, mengantungkan harapan untuk di dukung, dibantu, di bela. Kebersamaan yang pada akhirnya menghasilkan ketidakmandirian dan jiwa-jiwa yang rapuh.

Tanpa sadar, punya kecenderungan cari teman. Baru berani komentar, jika ada orang yang punya komentar yang sama. Baru berani ngomong kalau ada orang yang senasib. Baru berani bergerak saat sudah dapat teman seperjuangan. Semua hal dipendam dalam ketakutan dan baru berani jika ada temannya bahkan mencari teman senasib demi membuat diri kuat.

Tanpa sadar, menjadikan itu semua sebagai strategi untuk survive dalam kehidupan. Baik agar orang baik, menolong agar ditolong, mensuport agar disuport, berteman agar urusan kedepannya mudah. Investasi waktu, tenagam attitude dalam pertemanan, hubungan baik keluarga dan kolega, semata-mata agar dirinya mendapat kemudahan kedepannya (ada yang bantu, ada yang menolong, ada yang bisa diutangin, ada yang backup, dan ini itu lainnya).
--------------------

Karena pola society banyak yang menerapkan konsep hidup seperti itu, maka orang-orang yang tingkat individualitynya tinggi dan menjadi seorang loner, akan dipandang aneh, bahkan menjadi public enemy. Karena yang dianggap tidak sama dan mengacaukan pola yang sudah ada.

Misal, 
Orang pada umumnya makan di luar cari/bareng temen. Saat ada orang makan di restaurat mewah sendirian, pasti dianggap aneh, kasian, gak ada temen, lagi galau, dan segala stigma lainnya. Padahal reality nya, ya dia lagi pengen makan disitu saat itu. kalau ajak orang lain bakal lama lagi. Termasuk saat aktivitas olahraga, kerja, kegiatan sosial, kongkow, dll.

Orang pada umumnya kalau gak suka sama orang lain, diem. Kalaupun berbicara, ya dibelakangnya. gosip sana gosip sini, membangun perspektif orang sesuai keinginannya, menghasut. Saat ada orang yang blak-blak an to the point mengutarakan pendapat dan ketidaksukaannya, maka dianggap nyeleneh, nyebelin, dan berujung dijauhi tidak disukai. 

Orang pada umumnya, menjalin hubungan untuk mempermudah hidupnya, ada tujuan. Saat ada orang asing datang tukus, akan dipertanyakan "maksudnya apa ya? tujuannya apa?" padahal orang dateng ya baik karena baik tulus, gak ada maksud apapun. Jadi terlalu caution (hati-hati) sama orang di luar kelompoknya. Ya bisa bagus bisa buruk sih tergantung sikon.

Seseorang dengan individuality yang tinggi, nyaman menjadi dirinya sendiri dan kadang terkesan egois karena terlalu asertif dan mendahulukan dirinya. Yang justru jadi masalah adalah ketika seseorang memilih menjadi loner, karena banyak orang yang tidak memahami jalan hidup seorang loner, sehingga sering "berbeturan" atau bahkan loner nya yang akhirnya menarik diri.

Tidak ada salah benar, setiap orang memiliki pilihannya masing-masing dengan segala konsekuensinya. Tulisan ini hanya berbagi perspektif dalam observasi.