Thursday, April 18, 2024

18/4/24

Mungkin semakin dewasa, semakin kita menyadari: tak semua perasaan, keadaan, kondisi, perlu disampaikan atau di jelaskan. Ada hal-hal atau banyak hal yang akhirnya disimpan sendiri sekalipun disalahpahami, dianaiaya, dinilai buruk, dicemooh, dielecehkan, diabaikan, dianggap tak penting, dll. Membiarkan orang dalam pemahaman dan penialaiannya tanpa mengkomunikasikan apapun, menjelaskan, memberitahukan kebenarannya. Membiarkan orang memiliki ruang tumbuh, belajar, dan paham sendiri di suatu waktu nanti. 

Mungkin saat orang-orang itu mendadak mendapatkan kesadaran suatu kejadian, keadaan, perilakunya, dan efeknya sebesar apa pada orang lain (termasuk pada kita), kita sudah tak mampu mengingatnya lagi dan sibuk membangun hidup baru setelah berjuang mati-matian atas semua hal yang terjadi di masa lalu yang kadang dampak kekejian orang lain. 

Mungkin semakin dewasa, semakin kita menyadari, ada kehilangan-kehilangan dan kesulitan hidup yang justru menjadi ajang kenaikan spiritualitas dan kebijaksanaan diri. Kita akan mampu memahami banyak hal dari beragam sudut pandangn yang jauh lebih luas; kita mampu melapangkan hati jauh lebih lapang dan luas; kita mampu memaafkan diri sendiri atas semua hal yang terjadi termasuk membiarkan diri berada dalam situasi buruk dan mengizinkan orang  berbuat semena-mena pada diri; termasuk mampu menerima semua yang telah hadir dan berlalu dalam hidup tanpa ada penialain apapun (netral). 
------

Kadang ada hal-hal yang tak perlu disampaikan,
Kadang ada hal-hal yang cukup dipahami sendiri,
Kadang ada hal-hal yang tak perlu dijelaskan,
Kadang ada hal-hal yang dibiarkan berlalu,
Kadang ada hal-hal yang hanya diri dan 
Sang Pemilik hati ini yang tau.

Hingga pada akhirnya kesadaran dan kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya

Wednesday, April 17, 2024

17/4/24

Mungkin banyak yang sayang yang tak terucap
Mungkin banyak yang mau berkontribusi yang tak tahu
Mungkin banyak yang menjaga yang tak diperlihatkan
Mungkin banyak yang peduli yang tak dibicarakan
Mungkin banyak yang penasaran yang tak terlihat
Mungkin banyak yang ingin bersama yang tak berani

Mungkin banyak yang diam-diam memperhatikan dan mendoakan dalam diam. 

Ramadhan #29

Td pagi pas lg jalan kaki di halaman, mendadak mucul awareness dan clear aja. Rasanya netral dan ga munculin pikiran apa2, just knowing dan yaudah. Salah satu kesadaran yg muncul, ttg relasi. Saat dlm keadaan lack of, jd willing to do everything. Dan celah ini yg dimanfaatin taker to take advantages.

Kalo ada family, circle, byk candangan, ketemu org secara body/ interaksi hi doang tiap harinya even gak kenal. Secara tak langsung, "melindungi" diri dr predator2 yg cm mau taking/manfaatin. Krn nutrisi batin dan jiwa ok, cukup, gak malnutrisi. Jd pny filter siapa2 aja yg diizinkan.

Ramadhan #28

When you wear a veil, follow religious rules, yet still discriminate and even ostracize those who don't cover themselves perfectly, hmm...

My humble opinion, when our religious side align with spirtual maturity, we can see all the people through compassion and love (no matter who are they and what they decided about they life). No judgement, no assumption, no separation, no exclusivity.

Ramadhan #27

Ttg "rumah", ga semua org yg akrab dan relatives sekalipun boleh masuk. Jika memang di luar aturan, kenyamanan, apalagi mengancam, kita berhak mengusir dan tak membuka pagar sekecil apapun.  Masalahnya, dr kecil sering diajarkan untuk berbuat baik pd org lain, berpikiran positif, mendahulukan kepentingan org lain, hrs ini itu tanpa diajarkan berbuat baik pd diri sendiri dan memprioritaskan diri. Someyimes, budaya kolektif dan altruism lead to self confussion and abuse.

Realitanya: 
Gak semua orang itu baik, pny niat baik, dan layak diperlakukan baik, sekalipun satu darah. Gak semua orang2 yg sayang itu tdk akan menyakiti dan merusak. Gak semua kenalan akrab itu akan baik2 sana ke diri. Dan kita gak bs mengubah orang, jd kuncinya di diri. Apakah diri mengizinkan diperlakukan gak baik? Diambil keuntungan? Dimanfaatin? Di abuse? Di lecehkan? Jika tidak, ya jgn izinkan dan terima. Cm ya emang saat being assertive, too vocal, too honest, resikonya banyak orang yang gak suka, dibenci, di reject, diomongin, dijauhin, dll. Namun buat orang2 dan lingkungan yang sehat, dewasa, waras, bijak, sifat2 itu justru malah dihargai, di apresiasi, hal biasa, dan mempermudah relasi menjadi lebih baik, sehat, nurturing, dan nourishing

Ramadhan #25

Having fun, playfull, bermain2, bersenang2, ternyata salah satu kebutuhan dasar. Asal sama2 on the same page dan gak merugikan pihak lain. Tp biasanya emang tarik2an. Misal ada org fun nyiksa, akan narik/ketemu ma org2 yg fun untuk disiksa. Klo kasusnya gini, ya perlu disadari aja hal2 fun buat diri tuh apa. Jd bs memilih untuk stay/ hal lain. Misal, ada fun buat ngejar2, buat org2 capek/struggle/ effort bgt/ ngapain, buat yg lakuinnya sih fun dan ngasih pleasure bgt saat dapet.

Having fun, playfull, bermain2, bersenang2, ternyata salah satu kebutuhan dasar. Asal sama2 on the same page dan gak merugikan pihak lain.Tp biasanya emang tarik2an. Misal ada org fun dikejar, akan narik/ketemu sama org2 yg fun untuk ngejar2. Ada yg fun nyiksa, ya bakal ketemu org2 yg fun disiksa. Kalo kasusnya gini, ya disadari aja hal2 fun buat diri tuh apa. Jd bs memilih untuk stay di pola itu/ memilih hal lain yg berbeda.  

Kalo fun nya berbeda/ ga saling memenuhi  fun and pleasure satu sama lain, ga mereka gak akan bisa tarik2an/ menarik/ ketarik dan "dancing". Kaya kasus NPD dan condependecy kan gak akan bs danxing kalo dua2nya in the deep down gak menikmati dan fun even salah satu pihak suffering (krn keyidalsadaran dgn pola dan settingan nya). 
*dlm kasus fun yg berhubungan dgn org.

Ramadhan #26

Ttg gosip sesuatu yg fun tuh ya bener jg sih, makanya tanyangan "infotaiment artis" bs jd duit krn laku (ada audience nya). Jd dont take it serious kalo diomongin/digosipin org, bs jd org gosipin ya cm buat fun nya mrk, abis itu lupa. Mrk gak peduli2 bgt apalagi nge judge2 bgt. Ya just for info dan selewat2 aja. Kaya kita denger gosip kan yaudah aja, gak dijadiin sbg kebenaran utuh dan solid kan?

Friday, April 5, 2024

Ramadhan #24

Sebelumnya gak sadar kalau harta benda dan gaya hidup itu suatu hal yang penting dipertimbangkan dalam sebuah relasi. Hingga bertemu seseorang, di pertemuan dan interaksi pertama, ia menanyakan "kamu biasanya beli baju dimana? pakai merk apa?". Pernah ada kenalan "gilak lo hampir tiap hari makan gituan, semoga suami lo mampu kasih makan lo itu deh nanti". Dulu hal itu dianggap pertanyaan aneh dan komentar gak penting. Hingga 7 tahun kemudian baru sadar, kalau pertanyaan itu salah satu bentuk melihat gaya hidup, kenyamanan, level konsumsi, standard berpakaian, termasuk mengukur apakah orang yang berniat padaku mampu menafkahiku.


Sebagai orang yang tumbuh di lingkungan yang sangat mandiri, tak mengenal patriaki, tak kenal energy feminine (receiving), selalu terbiasa apa-apa sendiri, urus sendiri, pergi sendiri, sakit sendiri, repot sendiri, bahkan kecenderungannay selalu giving never taking. Sampai di momen sadar, kalau perempuan itu di provide, di protect, di sayang. Dalam agama, ada 4 laki-laki yang bertanggung jawab atas 1 perempuan (ayahnya, suaminya, sodara laki-lakinya, anak laki-lakinya), atas kehidupan duniawi maupun akhirat. Se dimuliakan itu perempuan dalam agama. Mungkin memang fitrahnya energy feminine perempuan muncul dan mengalir sehat, salah satunya kemampuan menerima. Sesederhana menerima bantuan, perhatiab, cinta, nafkah, dilindungi. 

Dulu mikirnya kalau perempuan punya kebutuhan X, ya harus mampu menafkahi diri sendiri. Sekarang, ya pasanganku harus mampu memberikanku X sekalipun aku mampu memenuhinya sendiri. Cara laki-laki memperlakukan perempuan, pada akhirnya cerminan akan kualitasnya sendiri. Karena gak semua perempuan mampu menerima loh. Gak semua perempuan suka bergantung, dijemput, dianterin, dibayarin, dijagain, ditemenin, di lindungi, dikasih, bisa dicintai (meski mampu mencintai). Aku termasuk seperti itu dulu. Hingga akhirnya mulai bertransformasi dengan belaja rminta tolong, membiarkan diri dibantu orang tanpa merasa hutang budi, mulai belajar menerima pemberian orang, mulai nyaman jika ada yang bayarin, mulai menghilangkan sunkan jika dijemput, mulai belajar melepas kemandiriannya sedikit. 

Pada akhirnya relasi yang sehat, terbentuk dari banyak faktor. Beberapanya adalah energy feminine dan maskulin yang seimbang, bagaimana sisi feminine perempuan bisa muncul (sekalipun perempuannya sangat maskulin: mandiri, bekerja, agresif, aktif, dominan, rasional, ngatur, dll) dan sisi maskulin laki-laki bs muncul (inisiatif, lead, protect, provide, action, active). 

Ramadhan #23

Sesuatu hal menjadi penting dan berarti, 
karena kita memberikan makna pada hal/ orang/ kejadian/ sesuatu itu. 

Misal: ada yg anggap mudik itu suatu hal penting/ keharusan meski tiap bulan ketemu. Gali2 deh, apakah krn menaruh keberhargaan diri dari penerimaan keluarga? dmn caranya mengikuti seluruh acara family sekalipun nyusahin diri sendiri? Apakah di layer bawahnya, ada perasaan kesepian sehingga butuh validasi keberhargaan dr family? Apakah layer bawahnya lg, ada memory trauma di abaikan/ di reject di masa kandungan? Atau sesederhana memang kangen ingin bertemu, atau ketidaksadaran mengikuti tradisi?

Tuesday, April 2, 2024

Ramadhan #22

Mengasihi dan mengasihani diri sendiri adalah dua hal berbeda.

Saat mengasihi, tandanya kita bersyukur pada diri sendiri, menyayangi, meraawat, menjaga, dan memperlakukan diri penuh kehormatan, kebaikan, kasih sayang, dan cinta tak bersyarat. Fokusnya pada diri sendiri untuk membuat diri lebih baik, lebih sehat, lebih luas, lebih tinggi; meningkatkan kualitas diri dan kehidupan diri. Termasuk saat menyayangi dan berbuat baik pada sekitar dan orang lain, dilakukan karena sayang pada diri sendiri dan berbagi kasih pada sekitar tanpa merusak, merugikan, dan menyakiti diri sendiri. 

Saat mengasihani diri sendiri, berarti diri memiliki judgement dan men-juduge diri sendiri less than. Bagaimana rasa syukur bisa tercipta dari energi menghakimi diri sendiri rendah dan kurang? Bagaimana rasa kasih dan cinta mampu tumbuh dengan baik dari penilaian menyedihkan akan diri sendiri? Bagaimana diri mampu menyayangi orang lain dan sekitar jika diri sendiri pun dianggap kurang dan menyedihkan? Alih-alih memberi karena diri berlimpah, yang ada malah berbuat baik, menolong, berkorban, mengurusi orang lain sebagai proyeksi mengasihani diri sendiri, dimana diri tak mampu menolong diri sendiri hingga fokusnya ke dunia luar. Fokusnya menolong orang, membantu orang, memprioritaskan orang, mengurusi urusan orang, sekalipun orang lainnya tak meminta. 

Rasa syukur muncul saat tak ada penilaian (judgement) pada diri sendiri maupun orang lain.
Rasa syukur tumbuh dari energy kasih (kasih pada diri sendiri, kasih pada orang lain, kasih pada mahluk hidup lainnya, kasih pada bumi, kasih pada alam semesta, kasih pada sang Pencipta yang rasa kasihNya tak terbatas untuk seluruh makhlukNya) yang berkembang menjadi keberlimpahan.
Dan keberlimpahan akan tumbuh menjadi energy yang terus memupuk hal-hal yang disyukuri semakin berkembang, semakin banyak, semakin hebat, semakin berlimpah. 

Ramadhan #21

Saat tak ada masalah dengan bentuk dan keadaan tubuh (kurus, berisi, gemuk, gendut, putih, hitam, belang, mulus, berjerawat, pendek, tinggi, sedang); Saat tak ada masalah dengan pergi dan datang ke tempat asing sendirian; Saat tak bermasalah melakukan aktivitas yang belum pernah di lakukan di tengah-tengah orang yang sudah berpengalaman bahkan lihai; Saat tak perlu validasi dan dukungan siapapun untuk melakukan hal-hal yang disukai, diinginkan; Saat mampu nyaman dengan diri sendiri dimanapun berada baik dengan orang-orang baru maupun sendirian; Saat mampu bahagia dan cukup dengan diri sendiri tanpa perlu mencari sumber dari luar; Saat mampu meregulasi sistem syaraf dan mendapati ketenangan dalam hitungan detik.

Mungkin hal-hal diatas sering dilakukan dan dialami dengan sangat mudah tanpa usaha apapun, terjadi bertahun-tahun, menjadi bagian diri yang jalan secara otomatis, hingga tak sadar bahwa itu adalah sebuah "privilage and power" yang mungkin lupa untuk disyukuri. Karena ternyata di luar sana banyak sekali orang-orang yang tak percaya diri dengan tubuhnya, yang tak berani melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat jika tak ada teman, yang tak yakin dengan dirinya sendiri, yang selalu butuh orang lain tanpa mengenal kemampuan dirinya sendiri. Hingga semesta mempertemukan dengan orang-orang seperti itu, mengamati sejenak berkotemplasi, dan sadar ternyata hal-hal yang mudah bagi diri belum tentu mudah bagi orang lain. Mungkin dari situ, akhirnya memunculkan rasa terimakasih pada diri sendiri.

Terimakasih telah mampu menerima tubuh seutuhnya,
Terimakasih telah mampu mandiri untuk melakukan sesuatu,
Terimakasih telah mampu percaya diri untuk pergi seorang diri,
Terimakasih telah mampu diandalkan untuk diri sendiri,
Terimakasih telah yakin dan percaya pada diri hingga tak perlu validasi siapapun. 

Ramadhan #20

Rejection: Feeling denied, refused or rebuffed; discarded as useless or unimportant; cast out; unwanted; forsaken.
Rejection tuh gede jg ya efeknya sampe bs leading to u worthy, deppresion, sucide. Sbenernya bukan ttg rejection itu cm info aja kalo kita ga masuk kriteria sesuatu/ preference org, just it. Yg jd masalah, mungkin cara org menginfokannya, dgn diemin, cuekin, ghosting, avoid, ngilang, nge gantungin, ga kasih closure, mixed signal, atau bahkan byk yg gak enak nge reject jd ttp pura2 baik/boong yg efeknya lbh boomerang.

Longing: To have a strong desire or craving; a yearning or pining; aching for; to miss someone or something; to want something you do not have (e.g. She longed for a different life).
Kadang longing sesederhana being heard, hugged, seen, loved. Dan ini bs stay sampe puluhan tahun sampe terpenuhi. Efeknya bs kmn2. Kadang ada org over achieve (akademik, kerjaan, karir, materi) dr emosi longing yg kependem. Longing di hargai misal. Krn wkt kecilnya gak pernah di apresiasi dan sering dikucilkan di lecehkan. Ada jg yg pny addiction (sex, games, shopping, porn, learning, dll) dr emosi ini.

Overjoy: Intense delight or elation which is too overpowering for the body; joy that it is a shock to the system.This one emotion will appear for any and all positive emotions that have become trapped.
Kadang ada kegembiraan2 yg tak bs, tak mampu, tak boleh di expresikan. Layaknya anak kecil menang lomba, saat mau cerita langsung di shut off care giver nya. Sampe jd gak ngerti gmn sih expresiin kegembiraan, dan bs dipake apa aja sih emosi joy berlebihan ini, ngalirinnya gmn. Berakhir stuck di badan dan munculin masalah2 lain. Seperti tanpa sadar body nya jd seneng sama penderitaan untuk mereda dan nutupin overjoy yg trapped di tubuhnya.

Ramadhan #19

Saat fasilitator/ mentor/ terapis/ dokter/ guru/ pemuka/ siapapun yang dianggap hirarkinya lebih tinggi untuk belajar, sadari apakah yg disampaikan masih murni awareness atau sudah masuk ke point of view/ judgement/ dogma nya. Sekalipun kita dalam posisi belajar, sebagai pelajar, pembelajar, never telen mentah-mentah omongan orang. Always crosscheck. And it feels heavy, just trust self.

Ramadhan #18

Mungkin ada orang-orang yang tak sadar dengan ucapan, perkataan, sifat, sikap, dan keputusannya yang ternyata menyiksa, merugikan, mempersulit, dan merusak orang lain sebegitu besar dan dalamnya. Dimana orang yang mengalaminya, tak menuntut apapun, tak dendam, bahkan tak sadar diperlakukan sekeji dan se dzolim itu oleh orang lain. Mereka fokus pada diri sendiri untuk keluar dari keadaan tersebut, untuk menyembuhkan dirinya, dan membangun hidupnya kembali yang telah porak poranda. Dan orang yang melakukannya tak peduli, tak ingat, tak sadar efeknay sejauh dan sebesar apa pada orang lain.

Hingga ada suatu waktu (entah memakan waktu hari, minggu, tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun), orang-orang tersebut tiba-tiba menghubungi, berusaha mengontak, hanya untuk meminta maaf. Maaf yang tak merubah dan memperbaiki apapun kecuali melepas rasa bersalahanya saat ia mendapati pencerahan dan kesadaran akan kejadian itu. Entah kesadaran yang muncul karena tiba-tiba mengalami hal sejenis, lewat mimpi intense, ataupun hal lainnya secara tiba-tiba. Kesadaran yang bisa jadi sebuah kenikmatan yang semesta kasih karena ada ruang untuk memperbaiki diri sendiri dan tumbuh lebih baik. Jika meomen sadar itu tak pernah di dapat, dan hidupnay berubah menjadi susah, menderita, hilang arah, bahkan penuh kegelisahan tanpa pernah tau sumbernya dari mana, bagaimana keadaannya bisa diubah?

Thursday, March 28, 2024

Ramadhan #17

Orang santun, sopan, ramah, belum tentu baik.
Orang berbuat baik belum tentu juga hatinya baik.
Orang hatinya baik, belum tentu juga ke diri baik.

Satu darah belum tentu mendukung dan menolong.
Satu darah belum tentu senang saat diri senang.
Satu darah belum tentu baik dan menutrisi.

Orang jahat belum tentu selalu jahat.
Orang berbuat jahat belum tentu hatinya jahat.
Orang jahat bentuk tentu akan pasti jahat pada diri.

Orang sayang belum tentu memahami.
Orang sayang belum tentu tak menyakiti.
Orang sayang pada diri belum tentu selamanya.

Satu darah belum tentu mengenal.
Satu darah belum tentu dekat.
Satu darah belum tentu peduli.

Orang asing belum tentu cuek.
Orang asing belum tentu tak baik.
Orang asing belum tentu tak tulus.

Cinta tak selamanya menyenangkan
Cinta tak selamanya menumbuhkan
Cinta tak selamanya mutual.

Semua hal bisa berbeda dan berubah-ubah.
Kadang ada orang baik namun ke diri tidak, 
Kadang ada orang peduli pada temannya, pada satu darah tidak. 
Kadang ada orang jahat pada yang lain, pada pasangannya sangat melindungi.
Kadang ada orang perampok kehidupan orang, pada keluarganya sangat sayang.
Kadang ada orang menolong banyak orang dengan keras, pada turnannya abai.
Kadang ada orang yang sekarang cinta, esok hari mampu menumbalkan diri ini.
Kadang ada orang yang dulunya benci, hari kemudian menjadi sangat mendukung.

Kadang ada orang berbuat baik, terlihat baik, penuh kesantunan, sangat sopan, menghargai orang penuh sapaan, mengapresiasi, ternyata hanya bentuk marketing untuk keuntungan dirinya. 
Kadang ada orang terlihat brutal tak bertatakrama, melontarkan hal-hal jujur tanpa filter, penuh emosi intense yang dianggap marah, ternyata sangat peduli, ingin menolong, tulus, hanya saja caranya tak mampu diterima ego manusia lain yang haus akan penghormatan, lemah lembut, dan sopan santun.
Kadang ada orang diam karena bingung merespon saking pedulinya, ada pula yang diamnya karena tak peduli bahkan tak menganggap diri penting di dunia ini. 
Kadang ada orang menyapa karena peduli, basa basi, sopan santun, menjaga relasi, ada pula hanya sebatas kepentingan pribadi.
Kadang ada orang beterman karena kesepian, tulus, kepentingan diri, untuk bertahan hidup dalam lingkungan baru, untuk mencari dukungan, ada pula sebagai investasi untuk kehiddupan dan bisnisnya. 

Mungkin hidup tak sehitam putih itu. Jikapun hanya ada dua spektrum hitam putih, yang hitam saat ini bisa berubah putih 2 detik kemudian, dan sebaliknya. Yang baik saat ini bisa berubah jahat di kemudian hari, dan sebaliknya. Yang benci saat ini bisa berubah cinta, begitupun sebaliknya. 

Dari itu semua, pada akhirnya di ingatkan untuk selalu mencintai diri, berbuat baik pad adiri, menjaga diri, dan mempercayai diri. Termasuk percaya pada pengalaman yang dialami, percaya pada insting dan intuisi diri akan sesuatu, percaya pada kemampuan diri. Termasuk percaya kapan perlu meninggalkan , menyudahi, memulai, menghampiri, dan berjarak terhadap sesuatu maupun orang. Perlakuan dan niat orang pada diri bisa berubah, maka peganglah diri erat penuh kasih, hingga sekalipun dunia memusuhi, mengingalkan, menyerang, menyakiti, beerkhianat, apapun itu; diri tau masiha da manusia yang sayang, setia, hadir, baik, yaitu diri sendiri. 

Ramadhan #16

Saat diri kenal diri sendiri dan merasa aman,
apapun perkataan orang lain pada diri, tak akan berdampak.
apalagi hingga membuat diri tenggelam jurang dan dalam kegelapan,

Saat diri tau tujuan dan tau apa yang dilakukan,
apapun cibiran, komentar, hambatan yang hadir, 
dilewati layaknya hembusan angin yang tak merubah arah dan mengoyangkan apapun

Saat diri sayang pada diri sendiri dan tau keberhargaan diri,
apapun perbuatan orang dan dunia luar, tak akan membuat dirinya jatuh dan "mati".

Apapun yang datang dari luar, sejatinya milik mereka,
Diri memiliki kuasa untuk apa yang bisa diterima dan tidak.
Diri memiliki kuasa untuk mengizinkan itu semua memberi dampak maupun tidak

Tuesday, March 26, 2024

Ramadhan #15

Bisa jadi saat sesuatu baik untuk diri, semuanya menjadi mudah. Begitupun saat sesuatu kurang baik bahkan buruk untuk diri, Tuhan sudah memberikan petunjuknya dengan segala kesulita selama prosesnya yang sudah muncul dari awal. Mulai dari pekerjaan, pertemanan, pasangan, perjalanan, bisnis, relasi, dan semua hal dalam aspek kehidupan dari hal kecil hingga besar. 

Saat seseorang baik untuk diri, bisa jadi tanpa perlu di cari, dikejar, berusah payah, ia akan hadir dengan sendirinya dalam hidup, prosesnya mudah, semua terjadi secara alami dan mengarahkan ke hal-hal yang terjadi memang baik dampaknya untuk diri di saat bersama maupun efek jangka panjangnya sekalipun sudah tak bersama. Saat sesuatu buruk untuk diri meski logika berfikir baik, perasaan tertarik tersangkut, banyak cara semesta melindungi diri untuk memeprlihatkan bahwa itu bukan hal baik untuk diri dan berpotensi memberikan kerusakan jangka panjang. 

Jadi tak perlu sedih jika ada sesuatu yang hilang, pergi, tertutup; saat diri diabaikan, dibuang, ditolak. Bisa jadi, itu bentuk kasih sayang semesta agar diri terjaga. Karena tahu hal-hal tersebut atau orang-orang itu tidak baik dan buruk untuk diri. Atau sudah tak relevan, berkontribusi, dan selasar dengan diri. Biarka itu terlepas, berlalu, terlupakan. Sehingga diri terus berjalan maju dan akan bertemu dengan hal-hal dan orang-orang baru yang memang pantas, selevel maupun lebih tinggi di setiap tahapannya, dan diri terus bertumbuh dan berkembang dengan baik.  

ÙˆَعَسَÙ‰ Ø£َÙ†ْ تَÙƒْرَÙ‡ُوا Ø´َÙŠْئًا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َÙŠْرٌ Ù„َÙƒُÙ…ْ ÙˆَعَسَÙ‰ Ø£َÙ†ْ تُØ­ِبُّوا Ø´َÙŠْئًا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرٌّ Ù„َÙƒُÙ…ْ ÙˆَاللَّÙ‡ُ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُ ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ Ù„َا تَعْÙ„َÙ…ُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;  Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

-------

Ramadhan #14

Bisa jadi saat seseorang marah,  kesel, depresi, atau mengalami permasalahan psikis lainnya, karena ada kebutuhan yang tak terpenuhi. Ada yang malnutrisi. Kebutuhan akan cinta, pengakuan, pengertian, keterhubungan, konsistensi, sense of belonging, aktualisasi diri, di dengar, dipahami, dll. Sama halnya dengan fisik. Jika fisiks sedang ada yang kurang (tidur, makan, gerak, dll) kemungkinan besar terjadi masalah, mulai dari kurang prima stamina hingga sakit.

Kadang memeunuhi kebutuhan orang lain akan itu, bukan hal sulit. Bisa jadi sesederhana kata "hi", "apa kabar?", "ok". Bahkan ada yang pernah menyelamatkan oranga dari depresi dan bunuh diri hanya dengan kalimat "aku disini ya". Sekalipun tak direspon dan ada tindaklanjut lain, orang merasa dirinya tak sendirian hingga mampu keluar dari struggle depresi dan suicidalnya.

Fenomena kebutuhan manusia dalam relasi dan ranah sosial, topik menarik. 
Semakin aware dan mengikuti awareness, hidup semakin mudah. Kita bisa membantu orang tanpa terbebani, mampu meraih sesuatu yang tak merugikan pihak lain, dll. Mungkin kuncinya adalah dengan menjadi sadar utuh atau being present (tidak terpengaruh emosi orang lain dan sekitar, tidak reaktif, tidak ada asumsi apapun).

Ramadhan #13

 Bisa jadi, keinginan-keinginan kita lah yang menjadi sumber penderitaan itu sendiri.

Seorang istri yang menginginkan suami bertanggung jawab dan menafkahi penuh. Saat suaminya bergaji kecil, tidak kerja, bahkan malas kerja. Maka masalah muncul. Dan penderitaan dimulai saat itu menjadi masalah tapi tidak mau pergi meninggalkannya. Karena ingin merubahnya.

Seorang suami yang menginginkan istri penurut, melayani, pintar. Saat istri pintar, kritis, bekerja, tidak bisa dikendalikan, sudah lelah dengan pekerjaannya sehingga tak melayani dengan sempurna. Maka suami mencari penganti lainnya. Dan ini akan menjadi masalah jika suami mencari pelampiasan keinginannya tanpa mau melepaskan/ menceraikan istrinya.

Seorang ibu yang mengingkan anaknya sesuai keinginannya hingga sang anak keluar dari fitrah dan jati dirinya berakhir tidak bahagia, depresi, kehilangan jiwa dan kehidupannya. Dan ini menjadi masalah saat sang anak ingin membahagiakan orang tuanya dengan menjadi penurut namun lupa merawat dirinya sendiri.

Seorang ayah yang menginginkan anak sesuai keinginannya hingga menyakiti, menghina, menganiaya saat sang anak tidak mampu mengikuti ego nya. Dan ini menjadi masalah di anaknya seumur hidup sampai ia mampu menyembuhkan segala luka batin dan lepa dari segala pengaruh ayahnya.

Seorang anak yang menginginkan orang tua yang mampu memahami, membebaskan, merawat, mendukung seccara emosi, waktu bersama, yang mampu mengayomi. Dan ini menjadi masalah saat sang anak terus mengingkan itu dikala orang tuanya pun tak mampu memberikannya. Entah karena dirinya terlalu sibuk, tidak mampu hadir secara utuh, belum dewasa secara emosi, memiliki gangguan kepribadian, kurang sehat secara mental, sehingga konflik pun muncul dan bsia berkepanjangan. Hingga keluar kata-kata "anak setan", "anak durhaka", "melawan", "hanya bisa menyusahkan" dan akhirnya sang anak tersakiti oleh keinginannya sendiri yang tak mampu ia dapati selain menambah luka dan masalah. 

Kadang keinginan-keinginan terhadap dana dari manusia lain tanpa disadari bertransformasi menjadi ekspetasi dimana menjebak diri dalam dunia utopian yang diciptakan dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Hingga diri tak mampu melihat dan menerima kenyataan dan keadaan sebenarnya. Kemudian hal itu berkembang menjadi penghakiman, tuntutan, masalah, dan penderitaan.

Saturday, March 23, 2024

Ramadhan #12

Hanya karena satu orang yang mengabaikan, membuang, meninggalkan, menolak, menganiaya, menyakiti, mengkhianati, memperbudak, merampok, memanfaatkan, merusak, mencampakan, melecehkan, berbuat jahat pada diri; bertahun - tahun fokus terhadap orang itu dikala banyak sekali keberlimpahan yang hadir, orang-orang yang menyayangi, memprioritaskan, menghargai, mencintai, menemani, membantu, mempermudah hidup, peduli, bersikap baik, berbuat baik, yang tak dilihat, disadari, disyukuri. 

Aku meminta maaf pada diriku atas segala kejahatan yang aku lakukan terhadap tubuh, pikiran, jiwa, dan segala aspek kehidupanku; dengan memasukan orang itu, memberikan seluruh energi ku saat itu dengan mengabaikan diri sendiri hingga pada penderitaan yang tak dapat dibayangkan siapapun kecuali orang-orang yang mampu merasakan jiwaku saat itu, menjadikan dia jauh lebih besar dariku dikala ia pun menyedot seluruh energi kehidupanku untuk keuntungan duniawinya bersama orang yang "membunuhku" dengan segala kiriminan energi mematikan. 

Hingga akhirnya sadar,
Ternyata aku lupa untuk berterimakasih pada diri sendiri. 
Terimakasih telah berjuang keluar dari sana, 
Terimakasih telah meminta pertolongan, 
Terimakasih telah menerima kebaikan orang,
Terimakasih telah memaafkan diri sendiri, 
Terimakasih telah mampu berbuat baik pada diri, 
Terimakasih telah bertanggung jawab pada diri sendiri, 
Terimakasih untuk akhirnya sadar, memilih diri, dan berubah. 

Dan berterimakasih terhadap segala yang hadir selama ini.
Terimakasih untuk yang telah memberi peringatan,
Terimakasih untuk yang menemani dalam kegelapan saat itu,
Terimakasih untuk yang membantu melepaskan dan membersihkan
Terimakasih untuk yang selalu hadir memperjuangkan dan mencintaiku,
Terimakasih untuk yang mampu menerimaku dan mengingatkan,
Terimakasih untuk yang hadir tanpa penilaian apapun saat itu,
Terimakasih untuk yang menjaga dan melindungi. 

Semoga senantiasa Allah memberikan segala kemudahan dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Semoga segalanya sekecil apapun diberikan balasan kebaikan olehNya.

Ramadhan #10

Berhenti sebentar untuk membeli makanan, tak ada tukang parkir, hanya sekian menit, dan pengemudi tetap di dalam kendaraan. Saat melaju melanjutkan perjalanan, ada tukang parkir meminta biaya. Saat itu tak ada uang hanya recehan koin. Lalu diberikan pada bapak-bapak tersebut, dimana ia tidak menerima, marah, hingga memukul kendaraan yang bukan miliknya. Hingga terbesit, tak ada aturan perlu membayar parkir di area itu, tak ada petugas yang hadir saat datang, tak ada yang memarkirkan, dan tak ada aturan biaya parkir berapa untuk sekian menit. 

Kemudian berhenti kembali di tempat lain untuk membeli sesuatu, tak lama, hanya sekian menit, dan ada yang menunggu di kendaraan. Karena sudah memiliki uang pecahan dalam bentuk kertas, maka kita memberi pada tukang parkir yang memang datang untuk memarkirkan pulang. Mas-mas ini berucap "terimakasih" dengan penuh suka cita dan rasa syukur. Sangat berbeda dengan yang sebelumnya, meski jumlah uang yang diberikan sama. 

Lalu terjadilah perenungan, bisa jadi saat memiliki ekspetasi mendapatkan bayar sekian dengan mental seolah-olah orang lain bertanggung jawab akan hidupnya, saat diberi yang tak memenuhi ekspetasi, akan mmebuat diri jauh dari rasa syukur. Lain halnya sata diri tak memiliki ekspetasi akan dibayar atau tidak, dibayar berapa, melakukan pekerjaan dengan santai, saat orang memberi berapapun nominalnya, maka memunculkan rasa senang dan bersyukur.

Dari kejadian sederhana diatas, memunculkan perenungan lain,
seberapa sering diri berekspetasi hingga tak mampu bersyukur atas segala berkah yang hadir?

Ramadhan #11

Saat kita mampu menyelami jiwa setiap manusia hingga kedalam. Maka kita akan mampu memperlakukan setiap orang dengan penuh compassion termasuk terhadap orang yang tak dikenal maupun yang pernah menyakiti dan menghacurkan diri separah-parahnya.

Thursday, March 21, 2024

Ramadhan #9

Emosi dan perasaan kesal saat dimanfaatkan, dijahati, ditindas, dilecehkan, diserobot, disabotase, dihina, diinjak-injak, dianiaya, ditipu, diperas, diabaikan, dibuang. Bisa jadi rasa kesal pada orang-orang yang melakukan itu pada diri, sejatinya rasa kesal pada diri sendiri.
Rasa kesal akan diri yang tak mampu menjaga diri,
Rasa kesal akan ketidakmampuan menghargai diri,
Rasa kesal akan tidak mengambil apa yang diri inginkan,
Rasa kesal tak mengutarakan perasaan dan rasa cinta, 
Rasa kesal akan ketidaksadaran untuk stand up for self,
Rasa kesal akan diri yang tak mampu menghargai diri sendiri,
Rasa kesal tak mampu memanfaatkan diri sendiri,
Rasa kesal tak percaya pada kemampuan dan intuisi diri,
Rasa kesal mengizinkan itu semua terjadi pada diri.

Bisa jadi rasa kesal yang muncul, adalah pengingat bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan untuk merubah dan melakukan itu semua. Hanya saja belum disadari dan dipergunakan. 

Ramadhan #8

Mungkin ada kalanya, kita butuh orang lain, kejadian-kejadian, dan hal-hal di luar diri, untuk bercermin, mengenali diri sendiri, dan mengakui diri. 

Saat kita sering kesal dengan orang-orang ingkar janji, lambat, membatalkan sesuatu seenaknya, tidak bisa di pegang omongannya, tak mampu berkomitmen. Bisa jadi semesta ingin memberitahu hal yang ada di diri. Hingga diri mampu menyadari dan mengakui bahwa diri sangat berkomitmen, tak membuat janji yang tak mampu dipenuhi, dan menghargai orang lain. Setelah sadar dan mengakui itu, maka diri pun akan berhenti untuk memproyeksikan hal tersebut kepada orang lain (orang harusnya komit, gak boleh batalin janji seenaknya, gak mikirin orang sudha mati-matian berusaha demi memeuhi kesepakatan bersama, dll) sehingga rasa kesal pun berkurang. Jikapun terjadi lagi bertemu orang-orang seperti itu, maka hal itu dijadikan data fakta yang diarsipkan untuk kedepannya. Sehingga kita tahu, apakah orang-orang seperti itu layak untuk diajak kerjasama, diberikan tanggung jawab besar, atau sesederhana untuk bergaul dan dijadikan teman. 

Saat kita merasa diabaikan, tidak dihargai, dianiaya, bisa jadi sebagai pengingat apakah kita melakukan itu juga terhadap diri sendiri, hingga kita menarik, mengizinkan, dan menerima perlakuan aniaya; pelecehan baik secara fisik, psikis, emosi; tidak dihargai, tidak dilihat, di dengar, diabaikan, dianggap tak ada. Saat kita sadar, memperbaiki relasi dengan diri sendiri hingga mampu menghargai diri, berbuat baik pada diri, menjaga diri, maka orang-orang seperti itu akan berhenti sendiri memperlakukan diri buruk. Bahkan mereka akan hilang sendiri dalam kehidupan kita. Lalu orang-orang baik yang mampu menghargai dan baik terhadap diri akan mulai bermunculan, bisa jadi orang baru, bisa jadi orang lama yang akhirnya baru mampu kita terima kebaikannya. 

Saat kita sering dimanfaatkan orang lain, baik secara waktu, tenaga, kemampuan diri, materi, energi, emosional, dan lain sebagainya bahkan di ekploitasi tanpa pernah memikirkan dampaknya termasuk kerusakan akut pada kita atas perbuatannya. Bisa jadi hal itu terjadi, karena kita belum bersedia dan mampu memanfaatkan diri sendiri untuk kepentingan diri. 

Semua hal yang terjadi pada diri karena kita mengizinkan itu terjadi dan mempengaruhi diri, secara sadar dan tak sadar. Saat sadar, kita akan sangat bersyukur telah diberikan kesadaraan sehingga bisa mengubah itu semua sesuai yang diri inginkan. Dan ini pun perlu selaras dengan perasaan layak. Layak dihargai, layak diperlakukan baik, layak mendapatkan hal baik, layak memiliki kehidupan yang lebih baik, layak disayang penuh ketulusan, dll. Kelayakan yang memang sejatinya diri layak menerima itu semua. 

Ramadhan #7

Ternyata banyak orang berelasi hanya sebatas kepentingan dan kebutuhan.
Dimana saat kebutuhannya sudah terpenuhi, maka hal-hal yang dianggap sudah tak penting akan dilupakannya begitu saja. Begitupun saat kebutuhannya tidak bertemu, maka ia akan mencari yang lain yang mampu memenuhinya. Sekalipun dalam relasinya (pekerjaan, teman, pasangan, kolega, teman main, geng) ada keterlibatan emosi, akan berlalu seiiring jalan. Dan pola ini berlanjut hingga akhir hayat, orang hanya datang dan pergi dalam hidupnya, menikmati setiap momennya dalam pemenuhan kebutuhan dan untuk bertahan hidup.  Saat urusan sudah selesai, maka relasi itu pun hanya sebatas masa lalu yang tak perlu dikenang, bahkan sudah tak relevan, yang akan sesekali dikunjungi jika ada kebutuhan atau hal bersinggungan.

Apakah aturan main tak terlulis memang seperti itu? sehingga orang jarang memunculkan jati dirinya, karena untuk apa terlalu terbuka dikala ia tahu tak semua orang mampu menerimanya, tak semua dirinya adalah baik dan menyenangkan, dan menjadi diri sendiri semurni-murninya kadang tak menguntungkan dirinya dalam konstruk sosial. Sehingga relasi terjaga dengan adanya sopan santun, tata krama, basa basi, menjaga situasi kondisi, tidak menyakit orang lain, mengontrol diri untuk tidak terlalu intense dan meledak, semuanya itu dilakukan untuk dirinya sendiri. Agar diri tetap dapat diterima dan mendapatkan manfaat dari setiap relasi yang dimilikinya. Jika pun ada keterbukaan, membuka sisi rapuh, memperlihatkan sisi buruk, mengekspresikan diri di momen sangat sulit dan sempit, mencurahkan emosi intense (termasuk deeply loving maupun intense anger), apakah orang akan paham? apakah orang akan menerima atau malah di judge dan dikucilkan? apakah respon orang akan baik atau malah menyakiti? apakah hidupnya semakin mudah atau menjadi senjata untuk orang lain menyerang dan memanfaatkan? apakah akan membuat kehidupannya menjadi lebih terang atau semakin gelap?

Lalu muncul perenungan, untuk apa terlalu berinvestasi mencurahkan waktu, tenaga, energi, kepedulian, kasih, ketulusan, materi usaha, pada suatu relasi jika nilai yang dianut berbeda. Untuk apa melakukan itu semua jika orang hanya datang dan pergi apalagi jika hanya ingin menggambil manfaat dan hanya satu belah pihak yang berusaha, menjaga, menganggap, mencurahkan. 

Mungkin memang tak semua orang mampu menangani energi diri termasuk menerima diri. 
Mungkin value relasi, terutama di pertemanan yang jujur, terbuka, adil, setia, penuh kasih, tulus, saling menjaga, mendukung, merawat, menghargai, memberi ruang, mendalam, mutual, menerima, ada rasa syukur, berjangka panjang, bukan value dan relasi yang dicari oleh sebagian orang bahkan mungkin terasa terlalu intense dan "mengikat".

Ramadhan #6

Mungkin orang tidak akan pernah memahami sesuatu yang belum atau tidak pernah mereka alami.
Kecuali empath dan orang-orang yang mampu merasakan perasaan orang hingga ke inti dan      menyelami jiwa manusia. 

Monday, March 18, 2024

Ramadhan #5

Mungkin kita bukanlah siapa-siapa untuk orang yang kita angap penting dalam hidup. 
Mungkin kita adalah nyawa bagi orang-orang yang tak pernah kita lihat, anggap, atau hargai. 
Mungkin kita adalah sampah bagi orang yang kita perlakukan seeprti emas tak tersentuh. 
Mungkin kita adalah debu tak berarti bagi orang yang kita berikan segalanya hingga diri suffering.

Mungkin kita adalah jiwa terbelenggu bagi yang tak mampu mencintai dan memperbudak kita.
Mungkin kita adalah burung yang terbang tinggi lepas bebas bagi yang mencintai kita.
Mungkin kita adalah tissue yang dibuang dan dilupakan bagi orang telah menemukan pengganti kita.
Mungkin kita adalah berlian bagi yang mampu melihat kemampuan dan kekuatan diri yang tak disadari.

Mungkin kita adalah penganggu bagi yang tak mampu melewati segala intensitas dan kemurnian diri.
Mungkin kita adalah cahaya penyelamat bagi yang mampu menerima segala lontaran pencerahaan. 
Mungkin kita adalah keset bagi yang hanya ingin singgah, menggunakan, lalu pergi tanpa syukur.
Mungkin kita adalah intel paling muktakhir bagi yang mampu melihat kecerdasan diri.

Mungkin kita adalah bolu kukus pasar bagi yang melihat diri hal biasa dan murah.
Mungkin kita adalah penjahat terjahat di muka bumi bagi yang mengalami rasa sakit terdalam yang tak hilang oleh waktu.
Mungkin kita adalah obat terlangka dan hadiah terbaik dari semesta bagi yang mampu bersyukur atas segala kontribus diri.
Mungkin kita adalah benang emas sangat rapuh bagi yang menghargai pekanya perasaan diri.

Mungkin kita adalah benteng baja terkuat bagi yang merasakan kekuatan diri saat keluar.
Mungkin kita adalah cinta yang dirindukan banyak orang, ataupun banjir yang dibenci banyak orang.
Mungkin kita adalah hitam, putih, dan semua warna yang dipersepsi berbeda di setiap mahluk dan tempat.
Mungkin kita adalah angin yang disyukuri, ditunggu, maupun dimaki.

Mungkin kita adalah molekul yang senantiasa berubah dan tak terdefinisikan.

Ramahdan #4

Kita ga akan sedih saat break up/ divorce, jika kebutuhan emosional dan lainnya sudah terpenuhi atau tergantikan yang lain. Selama belum ada pengantinya, belum terpenuhi, besar kemungkinan untuk masih terngiang, teringat, atau bahkan memunculkan rindu sekalipun sudah tidak ada ikatan, attachment, dan komunikasi apapun. 

Hal yang paling menyedihkan, jika kita satu-satunya yang masih berada dalam situasi seperti itu (belum menemukan penganti dan belum terpenuhi kebutuhan rulung jiwa dan raga yang dahulu pernah terisi dengan sangat intim dan menyatu). Dikala yang pernah jadi pasangan kita sudah menemukan orang baru, hidup dengan bahagia, sudah melupakan hingga tak ingat apapun tentang kita bahkan eksistensi kita pun sudah dianggap tak ada dalam kehidupan ini. 

Saat semua sudah selesai, saat semua sudah bersih, saat semua sudah bergerak maju ke hal lain, melanjutkan hidup, rasa yang pernah terisi yang belum tergantikan itu akan terus muncul untuk diisi. Memberikan sinyal alarm untuk diisi dengan memunculkan ingatan akan pasangan sebelumnya, dan ini sudah bukan tentang dia nya lagi, tapi memori tentang meyayangi, menerima sayang, mencintai, dicintai, ikatan, kebersamaan, intimasi, bonding, accompany, sense of belonging, termasuk rasa menyatu dan bersama dalam perasaan dan tujuan yang sama. Hal yang dirindukan oleh jiwa, raga, dan pikiran. 

Semoga pikiran, perasaan, jiwa, raga kita senantiasa terlindungi, terjaga untuk selalu hadir utuh di masa kita, untuk selalu sehat, jernih, berfungsi optimal, dan fokus pada hal-hal penting. Semoga ruang kosong yang terbuka karena penghuninya hilang pergi meninggalkan, tergantikan dengan penghuni baru yang jauh lebih baik. Semoga hal ini mengingatkan diri untuk tidak memberikan ruang diri yang terlalu besar pada hal-hal di luar diri, agar kekosongan itu tak terlalu terasa dan mengambil perhatian yang besar dalam waktu lama. 

Sunday, March 17, 2024

Ramadhan #3

Menjalani realita orang lain.
Saat seseorang lahir ke dunia, mungkin ia belum mengenal realita dirinya. Tentang apa yang disukai, apa yang di hasratkan, apa yang membuatnya merasa terus hidup, apa yang membuatnya bergairah, apa yang membuatnya tumbuh, di bidang apa yang dirinya mampu tumbuh besar dengan cepat, apa saja kemampuan dan potensinya, memiliki kekuatan apa saja, bagaimana sesuatu datang padanya.

Lalu diberikan segala macam perspektif, dogma, aturan, ajaran, yang tanpa sadar menjauhkan diri dari fitrahnya dan tak mengenal realitanya sendiri. Sesederhana bersekolah di sekolahan yang orang tuanya mau, menjadi profesi yang dianggap mapan oleh society, menikahi pasangan yang dianggap bagus menurut orang lain, menjalani hidup yang dianggap sukses oleh kebanyakan orang. Namun tak ada kebahagian sejati yang hadir dan dirasakan. Detik demi detik hanya terasa sebagai rutinitas dan pengumpulan pencapaian yang itu pun bukan sepenuhnya keinginan diri, menjalani hidup berdasarkan konstruk yang disepakati banyak orang yang belum tentu oleh dirinya. 

Bagaimana ia akan mengenal diri dan realitanya sendiri, jika tak pernah ada jeda untuk melihat kedalam dirinya sendiri secara jujur. Jika hidupnya sibuk untuk menjalani segala macem rutinitas dan realita orang lain?

Realita, sesederhana buat kebanyakan orang belajar itu sulit, mungkin buatmu mudah.
Buat sebagaian orang, menikah itu mengikat, mungkin buat mu tempat aman dan bebas.
Buat sebagian orang uang itu sulit, mungkin realitamu kamu mampu menarik uang datang padamu tanpa susah payah. Namun hal-hal ini tak mampu disadari jika kita tak sepenuhnya terkoneksi dengan diri sendiri dan masih tertutp dengan segala konstruk, nilai, dogma, dan segala hal diluar dirinya yang ia izinkan utnuk masuk dan mempengaruhi kehidupannya. 

Thursday, March 14, 2024

Ramadhan #2


Tidak semua hal dan orang layak mendapatkan perhatian, waktu, energi, ruang, dan kehadiran diri.
Orang yang paling layak mendapatkan itu semua ya diri sendiri.

Ramadhan #1

Semakin bertambah umur, semakin bertumbuh secara biologis, semakin besar tuntutan sosial untuk menjadi dewasa. Namun apakah itu semua selaras dengan pertumbuhan menjadi pribadi yang bijaksana?

Menjadi bijaksana bukan tentang kemampuan melihat salah benar, baik buruk, untung rugi, cari aman, dan berpusat pada diri sendiri hanya untuk keuntungan diri. Bisa jadi menjadi bijaksana, sesederhana tau kapan perlu bersuara, kapan perlu diam; sesederhana membiarkan orang menjalani kehidupannya, memberikan ruang untuk bertumbuh dan belajar sendiri, sekalipun tau itu salah; sesederhana mampu merendahkan ego tentang kebenaran, menjadi menang; sesederhana mampu melihat sesuatu tidak hanya dari sudut pandang sendiri, namun secara holistik dari segala aspek dan perspektif. 

Menjadi bijaksana sesederhana berkomunikasi dengan tubuh tentang apa yang tubuh butuhkan saat berbuka puasa. Apakah butuh minum air putih, jus, teh; butuh makan cemilan manis, makanan berat, jajanan berminyak; butuh makan sehabis shalat atau sebelumnya. Memasukan sesuatu kedalam tubuh yang tak berdasrkan ego dan nafsu, namun berdasarkan kebutuhan dan kebaikan untuk tubuh saat itu dan kedepannya.

Thursday, February 29, 2024

Never Wait, Always Create

One form of self-respect is to never wait and always create.
Because we realize that our (soul, body, energy, time) are valuable.

Never wait for opportunity, create it.
Never wait for people, reach out.
Never wait for money, make it.
Never wait for connection, build it.
Never wait for timing, choose it.
Never wait for love, love self-first.
Never wait for perfection, finish it.
Never wait for closure, do it.

Never wait for anything or anyone. 
Let everything and everyone that worthy for us, come by itself.

Friday, February 23, 2024

Happy Birthday

 Happy Birthday to my dearest myself.

Thank you for effort that I made to myself to take care, to heal, to move, to love, to be joy, to be expand, to be grateful, to be more consciousness, to be being me, to trust self, to standup for myself, to care, to see what it is, to always explore, to be strong willed, to know self-better, to build boundaries, to stay fit, what else? I am so grateful for my life, my self, and all the people (and everything) that love me. 

23/2/24

From many conversations with various people, I unconsciously reflected on what I likes and dislikes, what's acceptable and what's not, until I realized something:
  • I can't get close to more than one person even if we just met or are getting to know each other. 
  • If I'm not initially interested, no matter how hard someone tries, it won't change anything.
  • If a relationship ends, done is done. There's no going back, no playing/ dating/ having intimate with exes, no reconciliation (back together).
  • I'm not the type to be overly infatuated, especially to the point of not using my brain.
  • I can't do casual sex or undefined dating with multiple people when men do the same with multiple women. 
  • I've already decided something from the beginning (as friends or partners) and it won't change.
  • I have to be the one who likes first before anything happens.
  • I am very committed and loyal. 

Actually, from the beginning, when you meet someone, you can already see how they are, including their future, even sensing their sexual vibes, etc. So there's no need for the language of "getting to know each other first," "trying it out first," because I already know. Why bother if the ending is already known and doesn't align with personal goals (serious relationship, commitment, etc.) ? 
Anyway, so far, my intuition has been right, proven.

On the other hand, such a mindset discards the opportunity to enjoy and have fun in the midst of it (the process). Like from the beginning, knowing I won't marry that person, it could open up other things during the closeness process (in the middle) that benefit oneself (insight, pleasure, networking, etc.). Hmmm...

Then comes contemplation again, how and where to meet like-minded people with similar values and rules? Because many people (almost everyone) I meet, and the majority in society, are the type who want security, don't want to lose, and avoid risks. Such as getting close to several opposite-sex individuals during approach, dating multiple people simultaneously, being able to have casual sex without feelings, and even while in a relationship, still open to finding someone else considered better; never settling down, always searching, and keeping options open. The same applies to marriage, with the potential for divorce when needs are unmet and marrying someone who can better fulfill those needs (financially, sexually, emotionally, intellectually, spiritually).

Human and Society

Are all people only loyal to their own needs and benefits? 
Everyone I've met throughout my life, even those who seem innocent in their stories, behavior, action, and mindset, appear to be like that. Is commitment truly only to one's own happiness?

When their needs are not met or their happiness decreases, they tend to go look for something or someone else that can fulfill their needs and make them happy (friends, jobs, colleagues, partners, etc.). Is this the reason why people divorce, break up, stop being friends, resign, get fired, fire others, cheat, betray, manipulate, and even do harm just to fulfill their own needs and happiness?

Tuesday, February 20, 2024

Black and White

It turns out that kind people are limited to maintaining relationships, for marketing purposes, and just answering questions like when we ask a parking attendant for directions. They may be good only to that extent, and many may even have hidden agendas for their personal interests. So why be too grateful, especially to the point of indebting oneself and sacrificing a lot?

Similarly, when there are people who seem unpleasant, in reality, they sacrifice a lot, give much of themselves, care deeply, but may not be skilled in communicating in a pleasant way and expressing their affection in a manner that others desire and can accept.

Many things are not black and white.

Monday, February 12, 2024

Learn

I learn how to detached with everything and everyone.
I learn how to be care and love others without abused myself.
I learn how to allowance others and stand up for myself.
I learn how to receive without guilty, shame, and feel have to give back.
I learn to unlearn program, dogma, everything that irrelevant anymore.
I learn how to prioritize myself and commit to my own happiness.
I learn how to speak up, communicate my needs and fulfill it.
I learn how to know my limit and boundaries.
I learn how to put "things" on the right place. 
I learn how to see people for who they are. 
I learn to respect and honor myself. 
I learn how to see is what it is. 
I learn to let go when my needs didn't meet 
and move to others that fulfill it as soon as possible.
I learn to open with every possibility without expectation. 
I learn how to take care and protect myself. 

I learn to trust myself. 

Wednesday, February 7, 2024

Being Kind

Being kind to self are...
Letting go all heaviness,
Letting go of unkind and unpleasant moment,
Walking away from harmed and abused people,
Letting go of one-sided relationship,
Letting go of everything that doesn't work,
Letting go of everything that irrelevant anymore,
Let the emotion flowing without resistant,
Let kind, sincere people in,
Receive love, help, care.

Being kind to self are...
Having commitment to choose happiness whatever happens.
Stand up for self, pursue what desire,
Always choose self. 

Sunday, February 4, 2024

Back to own reality.

In one moment of contemplation, 
I asked myself:
What life do I really desire and lust for?
What kind of people do I desire in my life?
What kind of environment do I desire?
What kind of job do I really desire?
What do I really require, desire, lust for?
Who and what do I require to add to my life for a much better life, 
full of abundance, wealth, luxury, joy, greater, full of convenience?
Who and what do I require to let go of from my life?
What is my really truth reality?

Who am I?
What are my powers, potential, abilities, capacities?
and wwit to use it all for my own benefits and advantages?
Show me clarity and guidance~

Create

I create my own life
for good, for bad
for pain, for pleasure
for suffering, for abundance
for wealth, for broke
for health, for sick
for joy, for sadness
for content, for emptiness
for success, for failure
for shinning, for darkness
for outstanding, for looser
for being respected, for being doormat
For being spotlight, for being ignored

I create my own life,
No one can damage, harm, abuse, ruin, and destroy 
my body, my soul, my life, and my future without my permission.

It took decades to realize it all 
and take action for what I really want and deserve.

I am the creator for my own self and my life.
Celebrate for owning self and being self.

Saturday, January 27, 2024

27/01/24

I am not belonging to my family,
I am not belonging to the society.
I am not part of community.
I don't have friends.
I don't have circle.
I don't have partner.

often feel alone and deeply lonely to the core.
Nobody gets me, deep understanding me. 

Time by time, the more I know myself (accept me for who am I) and how the world functions, 
the more I know my value, what I desire, what I require, being kind to self, 
and more tolerance to others. 

Friday, January 26, 2024

Mutual

When two people have both made a choice and chosen each other, 
then everything feels very easy, effortless, and mutual.

Both choose to be open with each other
Choose to love, accept affection, and cherish.
Choose to trust and believe in each other
Choose to be present with each other
Choose to give and receive mutually
Choose each other, love each other
Choose to be together and unite.

Wednesday, January 24, 2024

Intimacy

Intimacy unfolds naturally and mutually, as two souls bare themselves to each other, revealing vulnerabilities, exchanging stories, delving into the depths of their desires and insecurities, free from any judgment. In this sacred space, there exists comfort, a sanctuary of safety, a profound connection, an unbreakable attachment, an unwavering trust, and an unending continuity. The entire experience unfolds with a natural, effortless grace, devoid of any imposition, seamlessly, and in the serene calmness of the moment. Intimacy involves nurturing and nourishing each other. Unconsciously contributing to the growth, well-being, happiness, pleasure, wellbeing, progress in life, empowerment, and success in both career and financial aspects. 

All of that happens when two souls mutually choose for it to unfold.

Wednesday, January 17, 2024

Hmmm

I'm curious, who is my husband and what kind of person is he? 
If he can be my husband, it means he can overcome all my intensity, 
and all the things in me that most people can't accept and be ease with it. 

Hmm, even if it is happiness and love, aka something fun and pleasure,
not everyone can receive my love, my joy, and my kindness. 

Intense

Many people still hard to differentiate between heaviness and intensity. There are also many who cannot handle the intensity. As simple as someone being intense, others may perceive it as anger. Similarly, when sharing a topic, those who cannot handle it may see it as anger, deep sadness, complexity, suffering, or hardship. However, the person writing it may simply be intense and doing well in life. Not everyone can handle someone's intensity.

Most of people love in surface, light energy, for fun, simple things. 

Many individuals perceive deep and intense experiences as challenging, complex, and unpleasant. As a result, some people may choose to avoid such experiences, even those who possess deep thoughts, emotions, and a keen sense of observation. This includes individuals who enjoy delving into their inner selves and confronting the darkness within. It is important to acknowledge that the deeper one delves into oneself, the darker and more intimidating it may appear. However, embracing and exploring these depths can also lead to personal growth, self-discovery, and a greater understanding of oneself.

Being honest and open

People afraid to speak up honestly, maybe afraid of people judgement. 
or aware of what people will see them and affect their life. 

While being open and transparent can foster a sense of familiarity and casual conversation, it is important to consider potential drawbacks. Some individuals may take advantage of this openness, using the information to their advantage. Additionally, there is a risk of being judged, abandoned, or experiencing strained relationships if others perceive the level of openness as excessive. It is crucial to strike a balance between sharing information and maintaining personal boundaries to ensure healthy relationships and overall well-being.

Happy New Year

Hiiii, Happy new Year Everyone!