Saturday, July 30, 2022

30/7/22

Banyak yang rumornya akan di blokir ya,
Dulu tumblr di blokir, padahal banyak kenalan yang pakai untuk menulis, saling menginspirasi, belajar, dan menghasilkan buku dari situ. Aku sempat heran kenapa, sampai di momen baru tau banyak dipake sebagai platform porn sekskual eksplisit. Ternyata twitter juga gitu, whatsapp bisa jadi dipakai perdagangan syahwat juga dengan video call sex/ phone sex, sampe ada acara mau di sadap sama pihak berwenang semua percakapan. Lalu ruang privasi orang dimana? ruang ekspresi orang dimana? apakah semua orang menggunakan media dan platform tersebut untuk hal-hal kaya gitu semua?

Jangan sampe youtube di block juga, bisa diamuk kayaknya. Secara banyak orang cari wawasan dan cuan dari situ. Ohya, tentang youtube, aku pernah kepo ada apa aja ya kontennya, ternyata banyak ya yang bikin konten dewasa dengan bungkus edukasi seksual, padahal ya gitu aja. Banyak juga yang kontennya jual body cewek dengan istilah pemersatu bangsa, ini menyedihkan bgt sebenernya, cuma penontonnya banyak, cuan yang dihasilkannya jg banyak, dan mungkin susah di block karena implisit. 

Seksualitas, alkohol, kekerasan, ya udah ada dari jaman nabi. Bisa jadi akan terus-terusan ada sampe angkatan kita punya cucu dan cicit dan seterusnya. Kalau cara ngontrolnya dengan nge cut akses, ya sulit karena orang akan terus cari cara apalagi kalau urusannya dengan perut. Kadang mikir, kenapa kita sebagai manusianya aja ya yang di update dan di upgrade awareness dan kebijaksanaannya?

Misal, kasus tempat lokalisasi psk di surabaya, saat itu di bubarin, gimana sih skrg keadaannya?
Rada bingung jg sih, kalau itu ada justru terpusat dan ngontrolnya lbh mudah dari mulai aturan hrs pake pengaman, pengendalian penyakit, akses ke media terbatas, dll. Saat bubar ya orang memasarkan dirinya sendiri lewat semua media sosial. Jadi yang awalnya media sosial anteng2 aja dipake buat hal2 lurus, dkrg bisa keserete2 di blokir karen aada unsur begituannya. Jadi ngembet kemana-mana.

Btw, ttg prostitusi ini ya kalo bayangin pasangan kita jadi konsumennya sih sedih banget, amit2 naudzubillah deh. Cuma balik ke kepribadian orang masing-masing. Ada orang yang hanya bisa sex pakai perasaan dan momogami, banyak juga orang yang bisa melakukan aktivitas sesksual sebatas kebutuhan biologis tanpa perasaan, nah ubahnya gimana? Berarti ubah kepribadian orang.

Aktivitas seksual juga ya kebutuhan selama manusia punya badan. Dan itu gak selalu sebatas selangkangan, kita bisa cari orgasmic energy dari beragama hal, cuma emang mungkin sex cara paling efisien dan cepet dibanding kita harus lari marathon 20km, sepedahan 10km, yoga intense 2jam, bertapa 2 tahun untuk naikin sexual energy. Bisa jadi masturbasi juga gak bs memenuhi karena ada kebutuhan bertemu fisik dan kontak fisik dengan manusia lain. Atau puasa tidak begitu berhasil ngontrol nafsu. dan gak semua orang jg punya nafsu berakhir sering depresi dimana justru butuh stimuli seksual buat naikin hormon dan mood nya. 

Kalau sebentar-bentar, apa-apa di blokir, ya solusi jangka panjangnya gmn?
Mungkin untuk menghasilkan solusi jangk apanjang, aksinya juga gak bs instant. Butuh observasi, ambil data, naikin awareness masyarakat, bekerjasama dengan banyak orang. Sedih sih kalau manusia dididk dengan "punishment" kaya gini, berasa kaya binatang ga sih? Yang kalau nakal, dipukul, sampe jera, sampe akhirnya perilakunya berubah. Kita kan manusia, jangan nunggu di sentil/ di hukum/ di cut untuk mulai mau mikir dan merubah perilaku. 

Friday, July 22, 2022

Cerdas

Mungkin, 
Semakin seseorang super cerdas dan bergerak cepat,
Semakin ia mudah stress, frustasi, dan kesepian.

Bagaimana tidak,
Ia bisa "melihat" hal-hal yang tidak bisa dilihat orang, sesederhana vision bbrp puluh tahun mendatang, bukan karena paranormal, namun karena kecerdaasan dan genius nya. Ujung-ujungnya dibilang gilak. Dan saat hal tersebut terjadi, orang diem atau bahkan lupa kalau mereka pernah mengolok-olok orang karena ketidakmampuan melihat jauh kedepan atau keterbatasan IQ nya.

Orang cerdas bisa jadi sulit dipahami, di salahpahami, tidak ada orang yang bisa deep understanding atau sesederhana berada dalam level yang sama. Berujung menarik diri, kesepian, dan berlabuh pada depresi atau gangguan mood lainnya.

Cerdas dan cepat, bisa disalahartikan sebagai tidak sabaran, bahkan menimbulkan banyak konflik karena tidak ada orang yang bisa menandingi kecepatannya sebagai partner, team, atau kolega. Berakhir frustasi. Ia tidak bisa membuat orang menaikan kecepatannya, namun tidak bisa menurunkan kecepatannya karena bisa merusak jiwanya. Layaknya mobil sport dengan kecepatan 300km/jam berada di tengah kemacetan ibu kota dengan mobil lain dengan kecepatan 200km/jam. Dari kecepatan sudah diatas rata-rata, dan dalam keseharian hanya digunakan sebagian, 40-60km/jam. Lama-lama mesinnya panas, rusak. Ya bisa bahagia sih mobil sport nya kalau ditaruh di area balapan, karena berada pada habitatnya dan bisa jadi dirinya sendiri. Permasalahannya, area balap dengan jalanan lebih banyak mana? 

Ya itu baru dari segi kecepatan intelektual dan pergerakan moving moving.
Kalau ditambah dengan kemampuan merasakan sesuatu secara intense mendalam dan memiliki awraeness yang tinggi serta sensitif sama energy. Gimana hasilnya? Ya bisa bolak balik ruang psikiater saking stress, frustasi, depresi, merasa diri gilak, bermasalah, dan dilabeli gangguan metal dan perilaku. Padahal sesederhana emang berbeda dan gak fit in society. 

Mungkin,
Orang pada umumnya saat masuk ke dalam ruangan, ya dia hanya melihat apa yang dilihat mata, sense hal-hal yang dapat di sense panca indra. Sesederhana ada orang senyum dianggap senang, orang ramah tamah dianggap baik. Tapi buat orang-orang yg peka, highly aware, sensitive, ia bisa nge sense every bullshit dari ramah tamah, pny lie detector (plus high moral), bisa sense emosi asli orang (orang senyum tapi dalem2nya lg depresi atau nahan sakit dada). Masih mending kalau suma nge sense dan perceive, kalau ditambah memiliki empati yang tinggi dan bisa absorb rasa sakit fisik, perasaan, dan trauma orang lain. Gimana coba rasanya? Ya puyeng, struggle.

Thursday, July 14, 2022

14/7/22

Saat flashback ke 12 tahun yang lalu.
Saat mundur lagi ke masa yang lebih lampau.

Its so big change and achievement, 
Thank you dear myself.

Pencapaian melebihi dari gelar, harta, lainnya.

Perjalanan yang cukup disimpan sendiri.

Wednesday, July 13, 2022

Tidak ada yang salah

Hai

Seberapa banyak dari kita yang merasa ada yang aneh bahkan muncul perasaan bersalah saat hidup baik-baik saja, saat kemudahan berdatangan, saat hidup penuh kedamaian, saat diri nyaman doing nothing?

Mungkin dari kecil kita terbiasa melihat atau dibiasakan untuk bekerja keras dahulu baru boleh menikmati kenyamanan entah dalam bentuk makanan enak, istirahat cukup, kesenangan bermain, atau hanya sekedar leyeh-leyeh sendiri. 

Badan dan being kita tau apa yang benar-benar dibutuhkan, mereka tau kapan ingin gerak, ngebut, atau sekedar beristirahat. Just listen, follow, and enjoy it. Tidak ada yang salah mendapati kenikmatan dan kenyamaan sebelum bersusah payah, tidak ada yang salah mendapat kemudahan dikala orang lain sulit, tidak ada yang salah menikmati kesendirian dikala banyak orang yang tidak nyaman sendiri, tidak ada yang salah memilih pekerjaan yang menyenangkan, tidak ada yang salah jika dalam sehari hanya ingin tidur, makan, merawat diri, dan olahraga.

Enjoying every moment.
Enjoying being ups and down.
Enjoying be companied by others and solitude.
Enjoying every change that come suddenly.
Enjoying yourself more and full.

Tuesday, July 12, 2022

12/7/22

Amaze sama orang-orang yang bisa nyaman dengan rutinitas dan mengerjakan hal yang cenderung sama setiap harinya atau kerjaan yang lama selesainya.

I need something new and fast pace.

Friday, July 8, 2022

Mendengarkan

Bagaimana jika seseorang hanya sibuk menjelaskan maksudnya, tujuannya, pemikirannya, sudut pandanganya terus-terusan dikala ada orang lain yang sedang asertif dan mengkomunikasikan perasaan dan dampak atas sikapnya terhadap dirinya. Its sound like defensive? immature? insecure? or inability to listen other people?

Contoh:
"Aku merasa gak dianggap keluarga, saat semua orang dikasih tau perubahan jadwal lamaran kecuali diriku". --> emosi yg dirasakan: sedih, kecewa, berasa tidak dihargai, dianggap.

Di respon:
"ya kan kita sibuk", "ya kan kita takut ganggu", "ya kan yaudahlah cuma lamaran doang", "ya kan blabla".

Alih-alih orang mau dan memahami inttention org bersikap seperti itu, malah semakin merasa tidak dipahami, kesedihannya di invalidasi, di abaikan, dan ya menyakitkan".

Logika sederhana, kalau ada orang sedih atas sikap diri yang memang begitu, yang dibutuhkan adalah comforting. Kasus diatas bisa direspon "maaf tidak memberitahu mu, karena kita punya asumsi takut menganggumu dan kita sibuk persiapan hingga lupa. mamah/papah/adik tidak sadar kalau acar tersebut berarti untukmu. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi karena memang itu tidak mengenakan. sorry. Apa ada lagi yang ingin kamu sampaikan".

-----------

Bayangkan jika keluarga mu berasumsi kamu ini itu, takut ganggu, takut blabla, dikala kamu biasa aja, terbuka, dan selalu mengkomunikasikan apapun. Tiba-tiba ayahmu sakit keras masuk RS, semua orang dikabari kecuali dirimu karena takut kamu kepikiran. Lalu sanak sodara heran melihatmu sibuk dengan pekerjaan dan keluar kota sana sini, dianggap tidak peduli keluarga hingga muncul gosip dan omongan "ortu sakit kok malah liburan", "ortu sakit kok gak peduli", "kerjaannya lebih pewnting dr nyawa ortu", "anak gak tau diri", dikala anaknya gak tau apa-apa. Gimana perasaannya? Ya gak enak. Pas pulang, ternyata ayahnya udah meninggal. Dan saat teriak marah kecewa sedih dengan kelakuan ibunya yang sellau umpetin semua yang demi hal-hal yang dianggap baik, ibumu defensif dan seolah-olah dirinya korban. Ya semakin buruk lah dirimu dilihat orang lain, dan hal kaya gitu lama-lama bisa mempengaruhi kesehata jiwa dan ragamu kelak. 

Komunikasi itu bukan balas-balasan omongan apalagi hanya sebatas logika, tapi kemampuan untuk deep listening dan merespon ddengan tepat sesuai konteksnya. Jadi nyambung. Bahkan ada respon yang hanya cukup diam mendengarkan, ada respon yang hanya butuh pelukan, ada respon yang hanya butuh tatapan kontak mata, ada respon yang hanya butuh di iyakan. Karena komunikasi itu sebuah seni mendengarkan, memahami, merespon, bukan debat tentang siapa salah siapa benar dan logika-logika dari kata-kata.

Sunday, July 3, 2022

3/7/22

Disaat orang-orang sibuk dengan dirinya sendiri, keluarganya, circle, dan kelompoknya tersendiri. Ada orang-orang yang hidup independent atau bahkan sendirian yang fokusnya untuk orang banyak secara keseluruhan, untuk orang-orang yang tak dikenalnya, untuk alam, bumi, dan kesejahteraan mahluk lainnya. Orang-orang yang terasingkan, yang merasa muak dengan dunia yang penuh ilusi yang berasal dari untuk saling menguasai dan mengontrol, dunia yang penuh dengan manusia-manusia insecure, ketakutan, saling berkompetisi untuk keamanan dirinya.

Disaat orang-orang sibuk bercerita membangakan pencapaian duniawi atas ilusi-ilusi society, ada orang-orang yang bisa melihat kebenaran dibalik itu semua dan tak tahan untuk berkoar menyadarkan. Namun suaranya di bungkam, dignity nya diinjak, di labeli gila, hanya karena orang taku melihat kebenaran, takut hidupnya terguncang, takut berubah, takut keluar dari zona aman ilusi society yang digenggamnya, takut akan perubahan. Mereka takut. 

Disaat orang-orang sibuk mengartikan apa yang dilihat secara panca indra yang tak menghindarkan dirinya untuk terkena penipuan. Saat mereka sibuk merencanangkan masa depan berdasarkan masa lalu yang banyak tidak relevan dan miss. Ada orang-orang yang terhubung dengan intuis tajamnya yang dianggap gak bener, gak logis, gak ada data scientifiknya, hanya karena mereka tak mampu menangkap apa yang bisa orang-orang ini tangkap dan akses dengan mudah.

Ada yang perlu dibayar

Bisa jadi segala keberuntungan yang hadir, segala pertolongan yang datang, rejeki yang menghampiri, sejatinya berasal dari dirimu sendiri. Diri yang menolong mahluk lain tanpa sadar, diri yang memfasilitasi orang lain dengan mengorbankan kesehatan jiwa raga dan kehidupan sendiri, diri yang mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri, diri yang tak diapresiasi justru selalu menjadi kambing hitam dan dinilai negatif oleh orang-orang yang ditolongnya. 

-------

Bisa jadi dibalik kelebihan yang Tuhan kasih, ada bayaran penderitaan yang harus dilalui bahkan dibawa hingga akhir hayat. Tuhan kasih dirimu bisa merasakan perasaan orang lain, bisa membaca pikiran orang lain, bisa melihat kejadian di beberapa waktu kebelakang maupun kedepan, Tuhan kasih kamu kemampuan menyembuhkan orang lain lewat energimu, kehadiranmu, dan perhatianmu. Tuhan kasih kamu kemampuan kecerdasan yang luar bisa, empati yang mendalam, begitupun dengan kemampuan manifestasi yang begitu besar sehingga energi dalam semesta besinergi mewujudukannya. Namun ada yang perlu dibayar, kekurangan maupun sakit fisik seumur hidup, bahkan kemampuan-kemampuan tersebut justru menjadi penderitaan tersendiri. Bagaimana tidak, diri dapat merasakan penderitaan orang lain, tidak hanya 1-2 namun ribuan dari berbagai tempat dan dimensi, bukan hanya yang dikenal namun yang tak dikenal pun terasa. Kecerdasan yang diatas rata-rata membuat diri sulit menemukan orang-orang sefrekuensi dengan kecepatan yang sama hingga terasingkan dan kesepian mendalam.

-------