Tuesday, May 24, 2016

Melihat Potensi

Paling seneng deh merhatiin orang lain, apalagi ngeliat perkembangannya. Saat dapat kesempatan jadi asisten dosen semasa kuliah, saya seneng banget liat ratusan mahasiswa dengan beragam karakter, kepribadian, dan potensinya. Diam-diam saya selalu memperhatikan secara detail dan mendalam, lalu mengklasifikasikan mereka dalam beberapa kelompok sesuai kerpibadian dan potensinya. Adapun beberapa orang yang saya "ramalkan" masa depannya. "si ini bagus nih orang, bakal sukses banget 5 tahun mendatang. si ini jg bagus cara pikirnya, bakal keren 7 tahun mendatang. si itu meski agak sembrono kuliahnya tp pny power luar biasa, bakal jadi org hebat 8 tahun lagi". Diam-diam pula saya terus memperhatikan perkembangannya dan semua hipotesa saat itu mulai memberikan hasilnya alias jadi kenyataan semua. si A yg sukses, si B yg hebat, si C yg keren. Rasanya seneng aja, bukan karena memenuhi ego krn suka merhatiin dan membuktikan "ramalan" bener. cuma gatau kenapa ssneng aja ngeliat perkembangan orang. ikut bahagia. Waktu jadi dosen di salah satu universitas swasta pun, kebiasaan itu tetap dilakukan, sayangnya gak pny kesempatan untuk taking care dan keep contact dengan mereka lbh lama lg.

Jadi inget waktu ikut tallents mapping, keliatan kemampuan diri. no 1-5 adalah potensi terbesar.
1. Ideation
2. Futuristic
3. Input (cari informasi krn rasa penasaran tinggi)
4. individualisation (berbeda)
5. intelection (perenungan).
Ya gak heran sih hasilnya gitu, udah sadar dari dulu. yang amaze adalah dari kemampuan dan potensi itu ada saran bidang pekerjaan, selain di dunia kreatif inovasi (gak salah jurusan ya berarti feeling wkt umur 9 tahun bener), salah satunya dibidang server (melayani), baru ngeh deh, pantesan seneng banget kalo jadi pengajar, jadi relawan, ngedengerin orang curhat lalu kasih dukungan mental beserta solusi, rasanya bahagia.

Sekarang alasan tetep pengen jadi dosen (satu-satunya rutinitas/ kantoran yang masih mau dilakukan) adalah karena sesuai value hidup. Itupun tak menjadikan dosen sebagai mata pencaharian, tp krn emang seneng aja. syukur-syukur bisa memenuhi kebutuhan yang glamour (baca:boros), kalo ngga bs pun, gpp, masih pny semangat dan tenaga besar untuk tetap menjadi desainer interior dan socialpreneurs (goal hidup).

Ada beberapa teman-teman yang umurnya dibawah saya, karena dulu sekampus, kenal pas acara relawan, kenal karena satu organisasi, kenal pas ikutan suatu training, kenal pas traveling. beberapa dari mereka tetap keep contact dan suka ngabari perkembangannya "kak aku ini, kak aku itu, kak aku blabla". huhuhu terharu deh, denger mereka yang dulu masih piyik berjuang kuliah, skrg udah mapan kerja, udh sukses, udh mandiri, udh berdampak bagi masyarakat luas, lanjut s2 ke luar negeri, menikah dengan pasangan luar biasa. Meski saya extrovert (cerewet, banyak ngomong), lbh milih jd pendengar kalau ketemu mereka. Ya, saya bukan siapa-siapa sih, cuma orang kepo yang seneng merhatiin dan taking care orang lain aja. Kalo mau konsultasi/ diskusi/ curhat sekalipun, sangat terbuka lebar loh... tp khusus orang-orang yg jiwanya baik dan arah tujuannya jelas (milih2 ya ini hahaha), ngga deng, siapa aja selama masih pny ambisi mengejar masa depan dan peduli sesama, saya selalu siap mendukung, mendengarkan, dan membantu.

Cheers!

Monday, May 23, 2016

Berlebihan

Ada yang cuek berlebih
Ada yang perhatian berlebih

pada akhirnya, menarik diri dalam sebuah jarak membantu untuk melihat lebih jelas, berharmoni dan memposisikan semua hal dalam takaran yg pas. tak lebih, tak kurang. seimbang.
-------

Berlebihan, sebuah istilah yang dapat diukur oleh satuan ukur yang telah disepakati secara universal. Namun, ada hal-hal yang ukurannya dirasakan oleh hati. abstrak, tak ada tolak ukur, dan anehnya dipahami secara universal.
-------

Alam semesta mengajarkan dunia pararel. sesuatu yang tak dapat diraba pancaindra namun dapat dirasakan dan dipahami dalam waktu bersamaan dengan sistem society yang bertolak ukur dalam takarannya. Semua bergerak overlap secara waktu namun dalam jalurnya masing-masing. Jalur analogi suatu linear, waktu analogi suatu pararel.
Mau nulis paragraf pertama, jadi keingetan hal lain, trs keiingetan hal lain lg. tiba2 jadi gak nyambung sama judul. hahaha. ya gitu lah :p
#kebiasan mikir ngerenung sebelum tidur

*wuallahualam bishawab

Bandung, 01:14, 23 Mei 2016

Saturday, May 21, 2016

Luruh

akad terlaksana. hidup mandiri, bertahan dalam rupiah receh yang terbagi untuk kontrakan, transport, dan makan. perih. semua disimpan dalam diam. menjalani hidup sebagai manusia dewasa berdiri diatas kaki sendiri.

Hujan, banjir, berdua bersama jabang bayi, menyapu hujan menembus atap membasahi seluruh ruang kontrakan tanpa sekat antara dapur dengan kasur. gelap. jauh dari sanak saudara. sang suami masih sibuk mencari nafkah di luar.

malam kelam, jeritan di ruang rumah sakit mengerang mempertahankan hidup mati dua nyawa. air mata jatuh seiring kumandang adzan di telingga jiwa baru. haru memancarkan harap.

segala kekhawatiran, segala hutang, segala sakit, segala badai rumah tangga, segala goresan batin, semua dipendam dalam diam, membangun benteng hati untuk bertahan hidup. berjuang demi yang dicinta hingga tak terbatas apapun.

mata. mata yang menceritakan semuanya. menyelami jiwa menembus waktu. semua rasa terasa. air mata terurai dalam isak tangis tertahan. meluruhkan semua rasa benci.

Bandung, 21 Mei 2016

Friday, May 20, 2016

Pernah ngeh nggak?

Pernah ngeh ngak? saat cerita achievement, mungkin lawan bicara sedang berada dlm fase terendahnya tp dia menutup rapat-rapat dirinya dan tetap merespon dengan antusias.

Pernah ngeh ngak? saat cerita kemajuan finansial, mungkin lawan bicara sedang dalam keadaan pas-pasan gak tau besok makan apa atau bahkan sedang terlilit hutang, tp dia simpan dalam-dalam kekhawatiran dirinya dan terus mendengarkan sambil merespon bahagia.

Pernah ngeh ngak? saat cerita masalah cinta sepele, mungkin lawan bicara sedang patah hati hancur karena gagal nikah di h-3 nya tp dia menutup kesedihannya dgn sabar mendengarkan sambil berempati.

Pernah ngeh ngak? saat cerita masalah hidup, mungkin lawan bicara punya masalah yang jauh luar biasa ratusan kali lipat tp dia menahan diri membandingkan masalahnya dan tetap sabar mendengarkan dengan respon supportif.

Pernah ngeh ngak? saat cerita panjang lebar untuk hal remeh, sebenarnya lawan bicara sedang berada dalam deadline penting, hanya saja ia meluangkan waktunya untuk mengisi kesepianmu.
Pernah ngeh ngak?

Mungkin lawan bicara hanya sebatas pengisi kebutuhanmu yang tak pernah kamu pedulikan secara tulus waktu, perasaan, pengorbanannya. Ia pun sama memiliki masalah bahkan jauh lebih besar, hanya saja hatinya lebih lapang untuk mendahulukan kebahagian orang lain, memendam masalahnya sendiri, dan memendam egonya untuk acuh sambil berkata "masalah lo cuma gt doang, masalah gw lbh gede".


Pernah ngeh ngak?

Thursday, May 19, 2016

Habis

Semua bilang aku mapan, sempurna, bahagia. Banyak yang iri, entah apa yang patut mereka irikan dari diriku. Aku hanya seorang yang tak tau apa yang dilakukan meski namaku selalu terucap dalam perbincangan internasional sebagai narasumber dan tercetak pada majalah kesehatan sebagai idola, entah siapa yang mengidolakan. Justru aku iri dengan para pengamen yang masih bisa tertawa lepas. Aku iri pada anak kecil yang mengebu-gebu belajar piano lalu menujukannya di depan umum. Aku iri pada pengusaha muda yang jatuh bangun namun tetap berjuang karena passionnya. Jiwaku telah lama mati, entah kapan tepatnya. Aku tak dapat lagi merasakan kebahagian, semua dilakukan hanya sebatas rutinitas. Lalu apa yang perlu kamu iri kan dari ku?

pendidikan? kekayaan? keternaran? semua semu dengan jarak tak terasa pada jiwa, mengambang dalam rentang tak tersentuh, sekitar yang mendekat karena atribut duniawiku bukan karena jiwaku. 

Waktuku hampir habis, dunia terasa menjemukan, memuakan. Terlalu banyak asing yang datang hanya untuk menempelkan namaku untuk ketenarannya. Terlalu banyak asing yang mendekat untuk meminjam kekayaanku, entah siapa mereka, entah untuk apa. Aku bagaikan sebuah bongkahan emas yang menarik mata siapapun, mengikisnya hingga tak tersisa. Aku tak tahu siapa yang benar tulus atau bahkan tak ada kata tulus selama perjalanan ini. Kulirik dia, yang berjanji mendampingiku seumur hidup dibawah nama agama, telah pergi bersama pengusaha mapan tampan yang sedang naik daun. Aku lirik anak-anaku yang telah merantau entah kemana tanpa pernah mengunjungiku lagi semenjak bagi waris selesai. Seandainya aku menjaga jiwaku dengan mengikuti kata hati, melakukan sepenuh hati, hidup dengan sebenar-benarnya hidup untuk “hidup", mungkin aku tak sekaya sempurna kata orang-orang, tapi aku tau yang datang adalah orang-orang tulus dengan jiwa tersambung, menjagaku hingga tanah menutupku dengan sempurna.

*cerita fiksi hasil empati menyelami jiwa dalam imajinasi dibalut perenungan.

Berdamai

Berdamai dengan diri sendiri.

Berdamai dengan diri sendiri berarti berdamai dengan masa lalu dan menerima diri sendiri.
Menerima segala perjalanan hidup diluar kendali diri.
Menerima segala kekurangan dan keterbatasan diri.
Menerima segala masa lalu, membersihkan segala trauma.
Menerima segala rasa sakit dan bahagia dalam satu paket utuh.
Menerima segala kekacauan keluarga.
Menerima segala kegagalan.
Menerima segala potensi.

Menerima. Belajar menerima tak semudah pikiran dalam logika.
Menerima keadaan saat ini dengan segala cerita dibelakangnya.

Aku, kamu, kita, terbentuk dalam cerita berbeda dengan penerimaan berbeda atas diri dan lingkungan. Berjuang dalam kepedihan yang tak pernah tampak dan dinampakan. Berjalan dalam pilihan yang diputuskan. Bertahan dalam pelindungan diri. Berdiri pada kaki sendiri dengan beban berat di punggung yang terurai terbuang seiring penerimaan diri, jauh, perjalanan masih panjang. Beban harus segera dilepaskan untuk kedamaian diri, menghidupkan jiwa. Hidup bahagia menjadi diri sendiri lepas bebas mencapai segala achievement dalam kebahagian terpancar nyata tanpa kepalsuan belenggu diri tertahan. Entah berapa banyak yang tetap menangung beban itu hingga hayatnya tanpa menyadari. Kamu tau, kamu tak sendiri, mari berjuang bersama dalam perjalanan masing-masing. 


Pom Bensin Dago, 19 Mei 2016

Tuesday, May 17, 2016

Saya Rindu

Disaat orang-orang seumuran saya, 28 tahun, sibuk mebangun karir yang mulai stabil nan mapan, membangun rumah tangga, program anak kedua, membangun "kerajaan" keluarga, investasi sana sini. Saya masih sibuk dengan self justice, masih sibuk mencari jalur karir, masih sibuk mengexplore, masih berani mengambil resiko yang gak masuk akal, masih sibuk aktualisasi diri belajar segala hal baru, masih sibuk berdamai dengan masa lalu, masih sibuk mengejar ambisi dan menghabiskan ego, masih sibuk cari partner kerja. hari ini kaya bisa kesana sini beli ini itu besok miskin gak bisa makan. berbeda 180derajat dengan teman-teman yang sudah sangat stabil (atau monoton? atau gak berani keluar zona aman?) yg mrk pny financial luar biasa dgn jenjang karir jelas. Anehnya saya gak pernah sirik sedikitpun sama temen2 kaya, sekolah s3 di luar negeri, gak pernah sirik ma orang2 berhasil untuk dirinya sendiri. Tapi kalo liat temen yg bikin sekolah gratis, jadi pengusaha dgn jiwa sosial tinggi, bisa nyekolahin 100 anak gak mampu, nerbitin buku keren, super siriiiik bgt bgt.

begitupun tentang nikah gak pernah sirik apalagi kebawa panas karena teman-teman sudah pada nikah. tapi hal ini sudah terpikirkan bahkan semua rincian biaya dan konsep kehidupan setelah nikah sudah tertulis. tapi untuk berkomitmen dan menjalin hubungan sepertinya belum, masih banyak urusan dengan diri sendiri yang belum selesai, masih banyak hal sosial yang masih ingin dikerjakan. kecuali memang sudah bertemu dengan seseorang yg bisa menerima secara utuh dan mengarahkan kompas saya untuk selalu positif. Pasangan menjadi pelengkap terbesar. variabel hidup yang paling krusial. karena seumur 28 tahun ini hidup suffering bgt bersama orang2 ISTJ sejenisnya, dominan otak kiri, pesimis, biasa aja, hidup sebatas achievement rutinitas tanpa value,  sampe titik trauma. pengen deh berada, ketemu, dan terus berada dilingkungan orang-orang idealis yg ambisius, intelektual tinggi, jiwa sosial besar, dan dengan passion sejenis. menjadi social preneurs salah satunya. semoga lekas bertemu, dipertemukan dan dijodohkan dengan orang-orang seperti itu dan berada di lingkungan kompetitif nan produktif. aamiin.

Saya rindu berjuang mati-matian, saya rindu mengejar ambisi gila-gilaan, saya rindu kerja keras abis-abisan, saya rindu lingkungan yg memberikan energi positif dan memberi peluang seprogresif dan seberkembang itu. Saya rindu menjadi diri sendiri yang fulfilment.

selama ini selalu cari cara biar bisa berada di lingkungan seperti itu, salah satunya dengan sekolah. karena lingkungan sekolah itu kompetitif, jujur, objektif. kalo kantor banyak drama, byk org licik, sikut-sikutan, meski gak terlibat dalam drama pasti menjadi penonton yg malah bikin stress liatnya. jadi gak pernah mau kerja kantoran lagi, kecuali jadi dosen (karena masih sesuai value hidup yg dianut). masalah teori, ketahan mental, dll sih udah teruji, cuma butuh bener-bener butuh ruang. media.

Bandung, 17 Mei 2016

Wednesday, May 11, 2016

Aku

Aku berjalan tak tentu arah
berjuang sesuai hasrat diri
mengikuti hati yang bias oleh nafsu

Aku diam tak bergeming
menatap dalam diri bercermin
bertanya tentang semua hal

Aku berfikir dalam tawa
bergelut dalam pikiran kelut
memendam semua rasa

Aku berlari berlinang tangis
mengurai linu hati
berdoa dalam hening


Sleman, 11 Mei 2016

Kamu

Kamu tau, apa yang membuatku percaya? percaya untuk membuka diri terhadapmu? karena kamu telah membuka pintu penerimaan sebelum aku mengetuk.

Kamu tau, apa yang membuatku mau melepaskan sedikit kebebasanku untuk belajar bergantung padamu? karena kamu telah menyiapkan tangan untuk menopang sebelum aku terjatuh.

Kamu tau, apa yang membuatku belajar menahan segala gejolak meledak dalam diri? karena pelan - pelan pancaran kasihmu berhasil menghancurkan gejolak itu.

Kamu tau, apa yang membuatku berani untuk dicintai? dicintai lebih sulit dari mencintai bukan? karena kamu memberikan ruang sabar tak berbatas untuk aku belajar dicintai.

Kamu ingat, kapan pertama kali kita bertemu? saat kita tanpa sadar sudah berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu. seperti katamu. kita bertemu di waktu yang tepat dikala diri sudah bisa menerima diri dan dikala doa-doa orang tua kita diijabah dalam waktu bersamaan.

Sleman, 11 Mei 2016

Kalian

Mungkin aku bukan orang yang akan selalu mendukung dan mengiyakan semua perkataan dan perbuatan kalian.

Mungkin aku bukan orang yang akan selalu tunduk dalam aturan kalian. Aku seorang pembangkang yang tak terhalang untuk terus mencari kebenaran. bukan karena sok benar, justru karena merasa banyak yang salah. salah dengan diri, salah dengan kalian, salah dengan society rule.

Mungkin aku tak bermanis sopan didepan kalian, tapi aku tak pernah menipu sedikitpun dibelakang kalian.

Mungkin aku bertengkar dengan segala situasi dan manusia, termasuk kalian.

Mungkin kalian hampir gila dengan perjuangan kebebasanku yang tak bisa diikat maupun dikontrol.
Aku tak akan lantang bilang sayang, tapi aku akan selalu menjadi benteng pertama saat kalian kenapa-napa.

Salam hangat untuk keluarga dari sini.

Pulau Timang

Hati - hati hati denga hati. kalimat pertama yang keluar setelah sampai ditujuan dengan segala kejutan semesta. dijalan sempet terbesit kalau perjalanan jauh lebih menarik dari tujuan. entah bagaimana apa yang membawa semesta mewujudkannya. perjalanan yang biasa saja berubah 180 derajat dengan segala hal yang terjadi, ketenangan menutupi kekhawatiran, gejolak, pertemuan dengan banyak orang yg memberikan arti hidup lainnya. seketika bersemangat, berubah deg2an, berubah tenang, berubah hampa. ternyata hati pun tidak bisa dikendalikan, semua terjadi begitu saja. keyakinan menjadi modal dasar dan paling besar.

perjalanan lintas tebing mengunakan gondola yg bertumpu pada tali2 yg mengikat di karang menjadi hal tak menarik, bahkan biasa saja rasanya, kalau beruntung dapat sensasi cipratan air dari ombak yg menghantam karang. saat berada dlm gondola entah mengapa waktu terasa lebih cepat. cepat sekali, tiba2 sudah berada di sebrang.

diam memperhatikan ombak, karang, tebing, air. satu jam berlalu. air tenang namun bs menghancurkan, api menerangi namun bs membakar, angin bebas namun tak bisa dipegang, tanah stabil namun tak bergerak. 

lalu pikiran mulai berfikir macam-macam. sebelum sampai ke hati, mungkin perlu disudahi. karena hati diam-diam berbahaya. secara pararel, menjadi sadar, pergi berdua atau banyakan akan lebih baik, karena mengurangi pikiran dan hati bergerak terlalu bebas dan menjadikannya lebih stabil.

Setelah sampai lokasi
taken by: mas2 penjaga. lokasi: Pulau Timang, gunung Kidul. 
----------------------------

Sampai kamar, mikir....

4.5 jam + 3.5 jam + 2 jam + 2 jam
nyetir sendirian di jalanan naik turun, belok terjal, sempit, mepet, buntu, batuan. ada yg pernah ke kubang? perjalanan kesini 11-12. tp pas nyasar stuck di hutan, jauh lbh gilak drpd perjalanan ke kubang, pengen nangis krn gak bs gerak bgt mobilnya meski udh buang2 batu di jalanan, koplingnya ampe bau, sendirian, plus gak ada orang sama sekali, jauh dr desa. yg bikin deg2annya adalah karena make mobil rental dgn jenis mpv (avanza), kalo jeep2 gt mah berani bablas meski ttp gak bs lewat krn ternyata itu jalur buat motor trail. masih beruntung ada ibu2 abis ngarit dan dia bawa belasan org desa buat ngedorong mobil.

Yang paling serem adalah pas malem dengan rute belokan terjal menurun tanpa pencahayaan dan pakai kacamata gak sesuai minus. beruntung selamat. "sebaik2nya penolong adalah Allah". kalo liat ini, suka bingung sendiri gak percaya bisa ngelewatinnya sampai tujuan tanpa lecet sedikitpun. pdhl blm pny pengalaman sama sekali. Amaze sama skill dan feeling nyetir yg progresif (oke skip tukang pamer ini, mari ke inti ceritanya).

dari perjalanan tersebut,  bikin mikir. awalnya liat maps udh stress sendiri liat perhitungan waktu dan medannya. sempet gak mau jadi. cuma hati berkata lain. cuma pgn sharing aja, kadang makin banyak tau dan cari tau justru makin memupuk kekhawatiran, ketakutan, dan perhitungan logika yg blm tentu benar. karena semesta punya mekanisme kerja tersendiri diluar nalar manusia. kadang yang perlu dilakukan just go! just do it! kelar.

dan diujung perjalanan bahkan terkejut sendiri kalo bisa berhasil, itu nambah kebaikan untuk diri merenung, bersyukur, dan berani kedepannya. ini bukan tentang traveling, berhubungan dengan segala aspek perjalanan dlm hidup. perjalanan karir, cinta, usaha, dll. saat keraguan/ perhitungan logika/ ketakutan datang, yg perlu dilakukan adalah stop! stop berfikir, stop mencari tau! stop bertanya. langsung aja ikuti hati, percaya, just do it! just go and do it! inshaallah bakal banyak "harta karun" yg ditemui berbalut kesusahan/kemudahan yg dtg selama perjalanan. jangan lupa berdoa untik dikasih petunjukNya, krn petunjuk buatan manusia di dunia sering bikin nyasar dan tersesat.
*wuallahualambishawab

Perjalanan Menuju Lokasi dan Pulang
taken by: me. Sleman - Jogja - Imogiri - Timang - Wonosari - Jogja - Sleman

Sunday, May 8, 2016

Menjaga Perasaan

apa yang kamu lakukan saat tahu sesuatu bakal menyakitkan hati temanmu? ya ada sebagian biasa aja, ada sebagian menjaga meski terkesan acuh pdhl peduli, dan banyak juga yang tak peduli.

acara pernikahan dimulai, satu persatu datang, haha hihi, saya hi, makan bareng, foto bareng, dan main bareng pulangnya. tiba-tiba suasana menjadi aneh, bergerombol bisik bisik, entah apa yang dibicarakannya. sekilas terdengar sayup "eh, si A bakal nyusul, tp sama pacarnya, gimana nih si X". terdengar oleh si X yg dia pun sudah tak peduli alias biasa saja. dalam hatinya "lebay banget sih nih temen2, cerita 6 tahun yg lalu masih dibahas2".

kemudian si A dateng bersama pasangannya, gesture mereka langsung pada aneh, diam, tp aneh, seolah-olah sangat menjaga perasaan si X, takut si X sedih. padahal si X nya biasa aja. aktivitas selesai, masing-masing pulang ke rumahnya, mereka masih saja ribet bersikap agak tidak menyakiti perasaan temannya.

sekilas kejadian itu terasa lebay bgt. padahal sejatinya, justru mereka-mereka adalah orang-orang yg peduli dan sangat menjaga perasaan orang lain. layaknya si B lulus dikala si C hampir DO, semua pada diam, tidak gembar gembor atau euforia berlebih, menjaga perasaan si C dalam perjuangan terakhirnya. bahkan menyembunyikan berita bahagia hanya karena takut temannya sedih mendengar mantannya menikah. "kok lo gak ngabari? biasanya kan lo ngabari ssmua info acara", pertanyaan tak dijawab, terkesan acuh, namun nyatanya ia lakukan untuk menjaga perasaan.

"eh, gak usah di upload, si f kan gak ikut, lg sakit doi, nanti dia sedih liatnya". "iya ya, yaudah gak ush di upload ya fotonya".

how care they are. but, life must go on. Dont hide anything, let it be true to make others grow up, realistic, and stronger.

awalnya berfikir seperti itu, namun saat berada diposisi terbalik, ternyata sama saja, melakukan hal yang sama seperti mereka.
b: eh kesini yuk
u: udah
b: sama siapa?
u: sama si r
b: kok dia ngajak lo?
u: gatau
b: padahal dulu gw deket bgt ma dia, sering blabla (kerasa perasaannya mulai sedih)
u: (lngsng byk boong untuk mengembirakan si b) random aja wkt itu, gak sengaja, mungkin mo ngajak lo takut lo lg repot blm dpt cuti
b: emang kpn ngajaknya?
u: bulan xx (terlalu jujur)
b: itu kan gw bs ngurus cuti
..... kemudian hening, bahas topik lain yg bs mengembirakan hatinya dan menjaga self esteem nya.

hal sepele, tapi bisa jadi triger besar buat org lain. kadang menjaga perasaan ini sedikit yg melakukannya. kalau ada yg melakukannya, worth it untuk dipertahankan sbg teman. karena mrk care, "are you okay?". sekilas terkesan seperti ngegosip. "eh si ini apa kabar? si ini sibuk apa? dll". tp mrk bertanya krn peduli bukan penasaran. terlihat dr action setelahnya. layaknya memberikan kail drpd ngasih ikannya lngsng, membantu tanpa membuat harga diri org jatuh dan ketergantungan.


Sleman, 8 Mei 2016

Saturday, May 7, 2016

Trusting

Seiring perjalanan dan pengalaman hidup tanpa sadar mengikis kepercayaan (trusting). Entah karena dikhianati, dikecewakan, ataupun dibohongi. Menghasilkan trauma, membangun benteng pertahanan diri, dan jarak. Kepercayaan seakan-akan luntur seiring waktu. Semakin besar, semakin dewasa, memberikan kepercayaan dan mempercayai tidak semudah saat kita masih anak-anak bukan?

Beruntunglah yang masih memiliki kepercayaan untuk diberikan maupun untuk mempercayai. Karena ada sebagian lain yang kepercayaannya telah hilang. lalu,
- Bagaimana bisa ia membangun hubungan dengan orang lain?
- Bagaimana bisa ia bekerja sama pekerjaan dengan baik?
- Bagaimana bisa ia membuka dirinya agar tidak kesepian?
- Bagaimana ia bisa bertahan hidup dalam kesendirian? bekerja sendiri, membangun hidup sendiri, hidup sendiri.

Kamu tau, kepercayaan itu mahal? Bahkan tak terukur dan kadang tak bisa kembali lagi dalam takaran yang sama. Be nice, be honest, jaga kepercayaan seseorang. bukan untuk dirimu agar kamu dipercaya dan bisa melangsungkan hidup dengan baik. Namun untuk menjaga kehidupan orang lain agar ia masih memiliki kepercayaan. Kepercayaan untuk mempercayai seseorang mencintainya, kepercayaan untuk berhubungan dengan dunia luar dalam pekerjaan, kepercayaan terhadap dirinya sendiri bahwa ia berharga sehingga bs survive dan berhasil.

Karena hidup bukan perkara aku, kamu, kita, kami. ada hidup orang lain yang perlu kita jaga masa depannya.


Sleman, 7 Mei 2016

Controlling Mind


e: lagi ngapain ti?
u: lg mikir
e: susah berentinya ya?
u: iya

the hardest part that i am struggling every second in every day: Controliing Mind.
Rasanya pikiran loncat sana sini, gak mau berenti, susah banget disuru diem, bahkan dikala sedang beraktivitas sekalipun, nih pikiran bisa pararel mikir banyak hal dalam waktu bersamaan. kadang bikin gak bisa tidur, kadang bikin sakit kepala, kadang bikin mikir hal baru, ribet.

---------------
seandainya pekerjaan saya adalah mikir. mikir sistem, mikir konsep, mikir pola, mikir pemecahan masalah ini itu, mikir hal kompleks, mikir semesta, dll. (mikir tp yg ngerjain org lain dgn fungsi activator/ kepribadian -ST-) mungkin sekarang udah jadi orang kaya raya yang bermanfaat bagi banyak orang. I hope, this mind can find the place where its can be valuable w/ its capability. (apapula coba ini kalimat inggrisnya haha)


Jogja, 7 Mei 2016

Rumah Tangga

2 jam telepon + 2 jam chat.
kesimpulannya: hal tersulit dari pernikahan adalah proses bisa saling menerima, merasa diterima, dan deal-deal an rumah tangga.

deal2an ttg pendapatan, pengeluaran, gaya hidup, kebutuhan rumah tangga, ini itu tanggung jawab siapa, siapa yg bakal bayar kebutuhan sehari2, siapa yg bakal bayar cicilan rumah, siapa yg bakal bayar pendidikan anak, bakal kerja atau berenti setelah pny anak, bakal ngerepotin ortu dgn nitipin ank saat kerja apa sewa suster, cari susternya dimana, idealisme mau ngurus ank sendiri dikala rmh tangga msh morat marit susah finansial gmn, konsep pendidikan, konsep value, agama, visi jangka panjang, ttg investasi, ttg komitmen dlm sikon2 terburuk.

belum lg deal2an kompromi ttg sifat dan kebiasaan masing2. pola hidup, pola kerja, sistem kerja, jam tidur, gejala pms, mood, OCD, perfeksionis, kejorokan, kebersihan, kesukaan ketidaksukaan makanan, trigger. dll.

hal sepele yg bisa jadi masalah besar kalo dr awal gak ada komunikasi, keterbukaan, kejujuran, dan penerimaan. dan itu bukan hal yg mudah ternyata. somehow makin dipikir, malah makin takut nikah (sama org yg ga pas).

prinsip satu kufu dalam agama emang udh paling pas. cari yg sejenis aka satu frekuensi udh modal dasaaaar bgt kayakya, poin pertama dr 100 poin.

cerita dan ngobrolin ginian sama temen sih terbuka dan jujur2 aja krn gak ada ketakutan apapun (takut gak diterima, takut menerima kenyataan tnyata gak match dikala udh jatuh cinta, takut ini itu). kalo sama calon gatau deh bs seterbuka dan sejujur ngobrol kaya sama tmn apa ngga.
--------

pernah ngelist biaya pernikahan, konsep keuangan saat menikah, hrs pny brp post tabungan, brp persen pengeluaran ke setiap pos2nya, nanti konsep pendidikan gmn, dll. ditulis dlm folder khusus secara rapih dr tahun 2011. dan sempet ketauan adek, "buset, ngapain rinci detail bgt. emang nanti nikah semuanya bakal dipikir sendiri? kaya udh ada calonnya aja. jgn bikin stress sendiri". rasanya persiapan (analisa, konsep, antisipasi, sistem, dll) harus sangat matang dan justru paling penting, biar pas udh waktunya gak ribet/ilang arah. pucing. udah ah mikir malem ini. nite~


Obrolan malam sebelum tidur.
Jogja, 7/5/16.

Menikah

kadang mikir, untuk tahu sesuatu perlu uji coba, experiment, bahkan dicobain dulu. idealnya gt. misal mau pilih pasangan, ya dicari tau dulu sampe layer2 terdalamnya seperti apa, dr situ bakal keliatan segala traumanya, masa lalunya, visi kedepannya, sifat, karakter, kepribadian, hasrat, kebiasaannya, wataknya, ambisnya, dll. Dari situ dianalisa pola kedepanya seperti apa, masalah2 yg bakal muncul seperti apa, potensinya apa aja, kompasnya bakal positif apa negatif, lalu dianalisa ulang beserta antisipasinya. baru diputuskan iya/ngga.

mungkin itu tujuan org pacaran (yg klo diperhatiin kayaknya 60% lust, 30% ngisi kesepian, 10% proses mengenal. *sarkas). tapi beda bgt sama aturan Islam, kita ditarik komitmen dulu dr hanya tau 1-4 layer terluar dari 100 layer (misalnya) bahkan saat sebelum tau apa2. yang artinya menikah itu kaya masuk hutan entah dmn dan gatau apa2, petualangan baru memupuk pahala, mencari cahaya-Nya. Jangankan yg gak pny bekal, yg udh nyiapin bekal banyak aja blm tentu bs berhasil dan bertahan di dlm hutan itu. Susah dan berat bgt. salut sama org2 yg pd akhirnya bs menikah, menerima, dan ttp istiqomah dalam kompas positif.

Dan.... hal berlebih itu kurang baik. jangan terlalu mengumbar euforia bahagia (apalagi sblm akad) krn blm tau kan didepan bakal ada ujian apa aja? jangan terlalu mengidolakan, krn kalau gak sesuai harapan bisa sangat kecewa atau bahkan menyalahkan diri sendiri. intinya being mature, jgn terlalu memperlihatkan euforia, biar bs belajar melewati penderitaan lbh kuat. (sok iye ya, maapin. tp ini serius mengingatkan termasuk ke diri sendiri, hehe).


secuil pemikiran sblm tidur
Jogja, 7/5/16

Thursday, May 5, 2016

Jogja, 5 Mei


if you try to judge people from what they share in public/ media,
 u never get the truth who they are.

the wise way to know each other are
going a journey together, talking a deep conversation, and living together.


selamat menerka-nerka, hati2 tersesat.


kalimilk, Jogja, 5 Mei 2016

AADC 2

80% bikin ketawa
10% gemes
10% sedih

hari ini, di tmpt jauh entah berantah, impulsif bgt keluar, dpt tukang ojek super talkactive 8.7km diisi dgn mendengarkan ceritanya dia. beli tiket AADC, pas bgt sisa kursi 1 lg, cuma nunggu 20menit buat nonton. ke toko buku kalap (abislah budget makan sebulan), beli makan dibungkus (udh telat). makan nasi di bioskop.

bukan spoiler ya ini, cm share aja. terlepas dari cerita percintaan, (secara personal) film ini bikin mikir, mengingatkan sesuatu. tentang pentingnya berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan keadaan. tentang kejujuran  atas perasaan yg sering tertutup oleh gengsi dan ego. tentang self esteem untuk berjuang dalam hidup, karena pd akhirnya kita berjuang masing2, sendirian, dan semua yg pernah datang akan pergi atau hanya sekedar singgah memberi pembelajaran dan saling belajar. belajar memaafkan, menerima, dan berjalan.
ada dialog menarik.

c: km sebenernya tau tmpt ini atau cm kira2 aja?
r: kira2
c: hah??
r: itu bedanya liburan sama traveling
c: bedanya apa?
r: traveling lbh spontan, mengambil resiko, tidur dmn aja, perjalanan hal utamanya. kalau liburan penuh rencana, jadwal, cari spot bagus buat foto, tidur di tmpt nyaman.

i couldnt agree anymore w/Rangga hahaha.

cinta berkepribadian ESFJ (extrovert, hahahihi, terencana, hangat), Rangga INFP (tertutup, perasa, spontan, intuitive). nonton pun masih sempet2nya nganalisa MBTI, maapin.

ada satu spot di film ini, pernah ke sana 5 tahun lalu saat masih super sepi ga ada yg tau, sendirian, bawa backpack, blm mandi krn semaleman di kereta, random, naik umum melewati jalan nanjak belok2 dikelilingi pemandangan kampung. entahlah selepas film ini, mungkin itu tempat bakal jd rame.


Ambarukmo Plaza, Jogja, 28 April