Thursday, December 31, 2020

Catatan 2020

2016 - 2018 
Ke Abuse, depresi.

Tengah 2018 
Mulai healing yang malah nambah2 masalah dan trauma.

Awal 2019 
Syaraf kejepit. Hampir tiap hari ke rumah sakit, depresi malah membaik.

Tengah 2019 
Holistic healing. 

Akhir 2019 - 2020 
Capek bgt struggle. Banyak pergejolakan. 

Akhir 2020 
Mulai ada titik cerah. 
Ketemu orang-orang yang beneran ngebantu. Jin-jin santet dibuang, akar trauma di beresin, depresi membaik, get my real me back, beresin apa yang perlu dibereskan, busy on my goal, dan semoga detox energy segera selesai, sabar ya badan, i love you. Mulai menerima hidup bersama syaraf kejepit.

Mengantar Tuan Putri pulang (2)

Desember 2020

Setelah sebuan intensif healing di jogja di tengah2 ujian ini itu. Dikenalkan dengan terapis2 baru dengan cara2 baru yang ternyata cocok. Samapi di sebuah pemecahan teka-teki mengapa aku seperti tuan putri di flores dan orang2 lokal disana melayani, menjaga, dan merasa bertanggung jawab dengan keselamatan dan kebahagianku selama di flores. Ternyata.....

Ternyata memang ada tuan putri di diriku yang minta tolong dianterin pulang ke rumahnya. Setelah melakukan penerawangan (ternyata aku bs nerawang, selama ini mikirnya itu cuma visual2 biasa), rumahnya di kanawa, dibelakang tenda2, di hutan dekat bukit. Dan ternyata benar.

Akhirnya setelah urusan di jogja, pulang ke jkt dan lanjut ke flores. mendarat di labuan bajo dan sudah banyak berubah, menyedihkan. Tidak ada lagi pemandangan saat jalan kaki, tidak ada lagi kemudahan cari open trip, banyak tokok-toko tutup karena corona, banyak pembangunan sampai pasar, pelelangan ikan, dan night market seafood hilang terganti mall dan tempat parkir. Sedih sekali rasanya hingga tak ingin kembali ke tempat ini. Kalau alam bisa berbicara, mereka akan menangis. Pelabuhan pun berubah, air tak sejernih dahulu, kapal lokal berpindah tempat, speed biat dan phinisi semakin banyak. ok ini aku share di postingan lain (kalao mood dan inget).

Setelah cari-cari kapal untuk ke kanawa, akhirnya dapat PP labuan bajo-kanawa. Sehari sebelum ke kanawa, ikutan open trip dulu biar rada happy dikit mengobati kekecewaan dengan pembangunan dan keadaan labuan bajo saat ini. 

pulau padar, desember 2020

Samapi di pulau, banyak yang berubah. Perahu kuning yang tahun 2013, 2018 diam dekat dermaga, sekarang entah bergeser kemana. Pulau nya sepi, resort nya tutup. Tenda dan bale sudah tidak ada, bungalow pun kumuh rusak tak terurus, wc umum sudah hilang. Aku berjalan mengikuti intuisi, samapi di sebuah pohon, ku merasakan disini rumahnya. Lalu ku duduk bermeditasi. Tiba-tiba mual, muntah, lalu nangis. Di akhir proses, tiba-tiba ada sosok serem banget diikuti satu mahluk lg kurus serem, mereka marah2 dan menakuti. Spontan segera menyelsaikan kepulangan tuan putri, semoga happy di tempatnya, dan sama-sama hidup tenang. Aku segera beranjak pengen pulang, takut. Di tengah jalan, jadi ragu antara pengen cuek pulau atau nganterin 2 perompak serem ini yang minta dianterin ke tengah hutan di dalam bukit. Sempet jadi sebel marah-marah pengen ngamuk. Lalu aku telepon salah satu tim psikolog di jogja yang membantu nge healing traumaku. Dia menyuruhku untuk berdialog dengan 2 perompak itu dan bilang kalau kita sudah beda dimensi, aku tidak mampu membantu, aku hanya bisa mendoakan. Setelah berdialog dan berdoa, aku pun pergi. Sempat kesal-kesal yang entah rasa kesalku atau rasa kesal mereka yang masih ikutin aku atau kesedot olehku. Perahu pun meninggalkan pulau kanawa, dan tidak ada perasaan sedih sama sekali seperti yang dulu2 kalau ninggalin pulau itu sampe nanggis2 mendalam parah bgt sedihnya. Tandanya kami (saya dan tuan putri bersama pengawal2nya sudah berpisah). Bye kanawa, aku gak akan foto kamu, gak akan kembali lg ke sini, ini jadi pertemuan kita terakhir. 

2 jam kemudian, perahu sampai di sebuah pulau tempat meningginap, saat menutup mata, 2 perompak itu pun sudah tidak ada. Hari berganti, dan bener aja, hidupku lebih enteng setelah menghantarkan pulang tuan putri yang entah dari kapan ada di aku dan minta tolong cuma akunya gak ngeh. 

Ya Tuhan, jika memang banyak trauma leluhur yang minta di release lewatku, maka tolonglah aku untuk mampu memisahkan mana yang menjadi urusan tanggungjawabku dan mana yang bukan.
Ya Tuhan, jika ada mahluk yang minta tolong padaku, tolong mereka dan bentengi aku dari mahluk-mahluk yang berbeda dimensi.
Ya Tuhan, jika ada orang yang jahat dan dzolim, tolong lindungiku, keluargaku, dan keturnanku kelak.
Ya Tuhan, jika ada hal-hal yang perlu aku selesaikan, tolong berikan petunjukMu dan pertolonganMu.

Thursday, December 24, 2020

Mengantar Tuan Putri Pulang (1)

Akhir desember 2013
Kapal sampai di labuan bajo, tiket pulang belum dibeli, berakhir overland flores bersama beberapa teman satu kapal sailing lombok-labuan bajo. Saat itu bareng sinta, biko, aul, dewi, dan abi yang datang dari bali. Selesai overland selama seminggu, kami kembali ke labuan bajo, berniat naik fery ke lombok, malas, berakhir pergi dan menginap di sebuah resort di pulau kanawa. Bertemu kembali dengan aul dan dewi, sedangkan biko sudah pulang duluan ke jkt. Karena tiket pesawat esok pagi jam 8 maka kami bertiga (aku, sinta, abi) menyewa perahu untuk kembali ke labuan bajo dan lanjut ke bandara. Aku pulang ke jakarta, abi dan sinta ke bali. 

Saat di perahu meninggalkan flores, ada perasaan sedih mendalam. Sebuah perasaan seperti meninggalkan rumah "home", sedih sekali rasanya hingga air mata jatuh tak tertahan. Aku berusaha menyembunyikan sedih dan tanggis dari yang lain. 

Juli 2018
Aku kembali ke tanah flores, mendarat langsung di labuan bajo. Sendirian pergi sendiri. Di saat itu habis ada kejadian yang cukup menguncang jiwa dan butuh rehat, flores menjadi tempat terdamai dengan segala memory nya. Ternyata pergi sendirian sama bahagianya saat pergi bersama teman-teman. Bahkan banyak sekali kemudahan dan keberuntungan yang di dapat. Dari mulai dapat penginapan yg orang lain perlu booking bbrp bulan sebelumnya, aku dpt on the spot. Menginap di boatel la pirates tengah laut. Dan keberuntungan terus terjadi, entah mengapa semua orang lokal yang ditemui disana sangat melayani dan menjagaku. Mulai dari tukang ojeg yang ngejagain, bawain barang, fotoin, menuntun, mengikuti sampai ke dalam hutan 10km jalan kaki pulang pergi. Aku membayar lebih/ dia minta bayaran diluar transport? Tidak. Lalu pergi ke sebuat tempat 4 jam dari kota naik motor, melewati hutan, ternyta kmrn ada kejadian bule perancis diperkosa tukang ojegnya lalu di rampok, orang2 waswas melihat ku, puji Tuhan aku sampai dengan selamat. Ikut one day trip, dapat harga diskon, dibeliin makan sama ABK gratis, dan gatau knp guide berubah jd asisten pribadi cuma ngurusin aku dr satu tempat ke tempat lain. Sampe akhirnya di pulau kanawa, hanya sebentar, pas pulang, seiring senja diatas speed boat, air mata turun tak tertahan. Menangis dalam isakan penuh kesakitan dalam dada, kesedihan tak terbendung meninggalkan pulau kanawa, rasanya sama seperti 5 tahun lalu, seperti meninggalkan rumah dalam kesendirian. 

Sampai pelabuhan, makan bakso sambil duduk liat laut. Mengobrol dengan nelayan dan tukang perahu. Terbesit dalam hati ingin kembali ke kanawa. Berakhir sewa kapal dapat 1/7 harga. Esok pagi sebelum ke bandara, aku ke kanwa kembali sendirian ditemani kapten kapal dan anak laki-lakinya. Rasanya bahagia seperti mau pulang ke rumah setelah lama merantau. Sampai lokasi, duduk pinggir pantai, tiduran santai. Lalu berjalan ke arah hutan, ada sesuatu yang menggerakanku ke arah sana. Lalu langkah terhenti saat kapten kapal berteriak memanggil mengigatkan waktu agar aku tak tertinggal pesawat. Aku pun pergi meningalkan kanawa dengan berat hati. Dan lagi-lagi air mata berlinang sedih saat perahu mulai menjauh dari pulau kanawa. Perasaan sedih teramat dalam. Rasanya ingin kembali dan tinggal disana. 

Sampai pelabuhan, bingung ke bandara pakai apa. Ketemu mobil, tawar menawar dari harga 70rb, aku hanya bayar 20rb (1/3 harga normal). Sesampai bandara, aku menjadi orang terakhir dalam antrian, was-was tertinggal pesawat. Tiba-tiba counter di closed tepat 2 orang terakhir. Lalu kami (aku dan satu bapak2) dikasih tiket bisnis. Kami menunggu di louge khusus yang dilengkapi makanan prasmanan. Pesawat delay 4 jam karena cuaca, orang-orang mulai marah karena pada kelaparan (tempat makan di bandara saat itu sangat minim bahkan hampir tidak ada). Aku merasa beruntung sekali saat itu, apat kelas bisnis tanpa keluar uang sepeserpun, menunggu di lounge dengan makanan berlimpah dan sofa nyaman. Akhirnya pesawat datang, kami naik ke pesawat. Bapak-bapak yang bersamaku ternyata nomer kursi pesawatnya sebelahan. Dia orang lokal flores, dan anehnya, ia seperti orang-orang flores yang ku temui sebelumnya, ia melayani dan seolah2 merasa bertanggung jawab dengan ku. Aku gerak dikit, dia langsung sigap. Minuman datang, dia ambil minumanku dari pramugari dan menaruhnya. Saat sampai, ia pun menurunkan barangku dan mempersilahkanku turun duluan. 

12 malam sampai di bandara soekarno hatta. Sendirian, gak ada yang bantuin bawa barang, di tolak taxi-taxi, sudah capai sekali rasanya ingin pulang tp gak bisa pulang, kesal. Telepon ortu, mereka tidur. Akhirnya 2 jam kemudian dijemput. Hidupku berubah 180 derajat sampai Jakarta. di Flores ku merasa seperti tuan putri, semua melayani, baik, semua yg dimau di dapat, orang2 menjaga. Sampai rumah berubah ajdi "gelandangan" dan terabaikan. 

Saturday, December 12, 2020

Wednesday, December 9, 2020

Berkoloni

Datang ke sebuah tempat baru, yang dicari pertama adalah teman.
Berteman untuk mengisi kekosongan, memenuhi kebutuhan memberi dan diberi, memenuhi kebutuhan dalam proses bertahan hidup. Urusan selesai, kedekatan di masa itu hanya sebuah kenangan. Lalu hidup berlanjut dari satu tempat ke tempat baru, dari satu fase ke fase selanjutnya, dengan pola cara bertahan hidup yang sama, mencari teman. Begitupun saat sulit, yang dicari adalah teman senasib. Dimana saat nasibnya berbeda, tidak ada hasrat untuk memulai bertemanan. Berteman atas dasar kesamaan issue.

Hidup dalam koloni.
Menutup diri asli untuk dapat diterima, mengikuti aturan kelompok agar tidak terbuang, mengikuti arus agar tak dimusuhi. Hidup bahagia dalam kelompok, tidak dengan saat sendirian. Kelompok menjadi sebuah identitas diri, sebuah tempat kembali pulang, sebuah tempat singgah berteduh. Sebuah simbiolis mutualisme antar manusia-manusia yang tak aman dalam kesendiriannya, yang takut menjadi dirinya, yang takut dibenci, yang takut ditolak.

Hidup dalam koloni.
Menghadirkan kenyamana, keamanan, dan kehangatan. Zona aman yang nyaman untuk ditinggalkan. 

Orang-orang berkoloni akan bingung dengan jalan hidup seorang loner. Bahkan dianggap abnormal, mengancam, dan tidak nyaman hanya karena berbeda. Loner always say what they mean directly without sugarcoat dan menjadi diri aslinya tanpa takut untuk ditolak. Begitupun bagi seorang loner, akan sulit memahami bagaimana manusia bisa sampai dititik "mengemis" hanya untuk diterima secara sosial, bagaimana seorang manusia bis asangat berani hanya saat ada temannya, bagaimana manusia saling berkelompok hanya sebatas hubungan transaksional untuk kepentingan pemenuhan kebutuhannya masing-masing. 
--------

Kadang orang-orang berkelompok menjijikan.
Seorang pemuka agama yang bersekolah kembali, setinggi apapun pangkat dalam tempat ibadahnya, ternyata tetap sama saja dengan manusia lain yang hidup dalam ketakutan. Tetap membuat kelompok sebagai cara bertahan hidupnya sekalipun dalam proses berkelompoknya menyakitkan orang lain yang dia anggap tidak penting dan tidak menguntungkan untuk hidupnya. Seorang pemuka agama yang katanya pegabdi Tuhan, mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, pada akhirnya sama saja dengan manusia-manusia yang ketakutan akan ketidak mampuannya bertahan hidup sendiri dan cari aman meski tidak adil bagi orang lain. Culas. Menjijikan.


9/12/20

Di tempat ini 4,5 tahun lalu.
Bergelut dalam kesepian, gejolak, kesedihan, kehilangan.

Tempat yang tenang, sunyi, namun banyak orang.
Tempat yang menghadirkan password wifi ajaib,

Sekarang kembali lagi kesini dalam keadaan diri yang berbeda.


-BlancoCoffeeShop.Jogja-

8/12/20

Hari ini saya belajar tentang pentingnya kata-kata: 

Say hallo

Say Thank You

Say Goodbye 

Sapaan sederhana yang bisa membuat keadaan seseorang lebih baik. 
Meningkatkan perasaan dihargai, dianggap ada, di apresiasi, diterima. 

Sunday, December 6, 2020

03:00

Aku berlari dalam ketakutan
Menjauhi kekosongan hati
Berputar dalam putaran kelam
Melawan sepi tak berujung. 
———————

Seorang anak kecil menangis
Sendiri dalam sepi
Terbuang terlupakan
Meronta ingin di sayang. 

Pergi membawa luka
Hidup dalam kesedihan
Meratapi dirinya hadir
Hadir untuk akhirnya hilang. 

Cinta yang tak selesai

Sebuah jalan tak berujung
Gelap dalam kesunyian
Badan melangkah kosong
Berpijak pada kehampaan.

Rasa yang tak terungkap
Melebur dalam pahit
Menjelma ketakutan tak henti
Terkubur dalam tak tersentuh.

Monday, November 23, 2020

Giver or Taker?

Menolong orang adalah hal yang bisa dilakukan semua orang yang memiliki kemampuan untuk menolongnya dan setiap orang punya hal yang bisa ia lakukan untuk menolong orang. Menolong rasanya membahagiakan, bahagia saat melihat orang lain bisa keluar dari masalahnya, bis ajuga bahagia karena self esteem naik dan feeling good about self. 

Aktivitasnya sama (menolong), jenis manusia yang melakukannya beda.

1. Tipe altruism (giver)

2. Tipe egois (taker).

Tipe altruism. giver, dia menolong murni untuk kebaikan orang yang ditolongnya, terlepas orang yeng menolongnya tau terimakasih ataupun tidak. Fokusnya untuk kebaikan orang lain, bukan untuk dirinya. Lain halnya dengan tipe egois/taker, ia menolong orang untuk kepentingan dirinya bahkan mengambil manfaat dari orang lain. Misal, ada seorang nolong orang yang kesulitan agar dirinya merasa hebat, superior, self esteem nya naik, dan ngambil manfaat dari keadaan orang yg sulit dengan bikin orang tersebut berterimakasih, memuja muji dirinya, bahkan jadi "dependable" dmn akhirnya ia merasa punya kontrol terhadap orang yang ditolongnya. Kalau yang altruism, dia nolong ya nolong aja bahkan bikin orang yang ditolongnya independent bisa menolong dirinya sendiri, krn motivasinya adalah untuk kebaikan orang yang ditolongnya bukan untuk kepuasan dirinya semata.

Aktivitasnya sama, motivasinya beda.

Yang bahaya itu kalau ketemu orang narsistic personality disorder, psikopat, sosiopath, yang kadang mencari mangsa orang2 yg lagi susah, fragile, dan sejenisnya. Datang sebagai orang yang bisa menolong dan baik, kenyataannya hanya eksploitasi orang, hanya jadiin orang objek agar dirinya dapat puja puji, jahat2nya bikin orangjd tergantung sama dirinya dan akhirnya dia bs seenak udel mainin orang kaya boneka. Krn tujuan nolongnya adalah untuk mendapati pujian dan kontrol. Dia gak peduli sama keadaan orang yang ditolongnya. Lalu saat ia tidak mendapati apa yang diinginkan dari "korbannya", orang itu dibuang gitu aja tanpa closure, dignity, dan fair. Lain halnya kalau orang nolong dengan motivasi altruism, ia akan tulus. Kalaupun ada orang yg ditolongnya menyalahpahami dirinya dengan nuduh ini itu, orang ini gak akan bereaksi, karena tujuan dia menolong orang murni bukan untuk pride dan keegoisan pribadi lainnya. Jika ketrlaluan, orang ini akan menyampaikan boundariesnya dengan fair dan ada closure. 

Taker and Giver.

Karena tidak semua orang berlaku baik aslinya baik. 


Tuesday, November 3, 2020

Sebuah Jeda Tak Berjeda

Matahari hadir di setiap waktu yang kita kenal sebagai pagi.

Ia tenggelam seolah-olah meningalkan kita terganti oleh bulan.

Matahari memberi jeda manusia untuk berjeda dalam kesibukannya.

Matahari memberi jeda manusia untuk mengenal dirinya.


Matahari  memberi jeda, seolah-olah ia pun berjeda dalam memberikan cahayanya.

Matahari tidak hilang, ia hanya tak menampakan diri, dan dalam jedanya ia terus bekerja.

Manusia terus berfikir dalam tidurnya, manusia terus merasa dalam jedanya.

Manusia terus bergerak dalam jedanya, tak pernah benar-benar berjeda.


3/11/20

Dari semua yang terjadi. ada validasi yang didapat.

Validasi dari realita yang di invalidation selama ini oleh sekitar yang berhasil bikin diri kehilangan kepercayaan terhadap diri bahkan keluar dari jati diri asli.

Jika pada akhirnya, semua kesulitan, struggle, dan suffering selama ini adalah sebuah jalan Tuhan menunjukan siapa diri sebenarnya dan sebuah kasih sayang untuk dir kembali padaNya, tidak ada kata yang dapat diucapkan selain Alhamdulillah.

Jika keadaan selama ini adalah sebuah persiapan untuk ujian-ujian selanjutnya, maka taka da pertolongan yang diri minta selain atas izinNya.

Thursday, October 15, 2020

Perempuan

Saat seorang perempuan tau nilai dirinya, tau value nya, ada prinsip yang dipegang, tau apa yang diinginkannya, tau apa tujuan hidupnya, hidup dalam dunia yang ia ciptakan.

Maka, tidak akan ada rasa tak aman terhadap bentuk tubuh, tak akan merasa tak berharga selaput dara tak ada, tak akan merasa rendah hanya karena "perempuan", tak akan merasa tak laku karena belum menikah, tak akan kesepian saat sendirian dan tak ada tempat bergantung, tak akan ada persaingan terhadap sesama untuk menutupi insecurities.

Know yourself, your value.


Tuesday, September 29, 2020

Leluhur

Leluhur yang melakukan syirik, anak keturunan yang kena petakanya.

Leluhur yang berhutang sana sini, anak keturunan yang melunasinya.

Leluhur yang mempunyai luka batin tak terobati, anak keturunan yang suffering.

Leluhur yang berbuat baik, anak keturunan terkena berkahnya.


Dan kita semua akan menjadi leluhur dari anak keturunan selanjutnya.

Bijak-bijaklah melangkah, berbuat, memutuskan, agar tak merusak jiwa-jiwa baru.


Punya trauma, selesaikan.

Punya hutang, lunasi.

Punya perjanjian jin, putuskan.


Orang-orang yang suffering dan struggle bebenah diri untuk memutus rantai trauma, rantai ketidakberesan, rantai pola toxic, sesungguhnya mereka sedang berbuat baik bagi keturunannya. Karena warisan bukan hanya harta benda, tapi kesehatan jiwa jg.


Saturday, September 26, 2020

26/9/20

- Sleeping proper

- Feeling content

- Feeling whole

- Comfortable with myself

- Mentally strong

- Having purpose

- Feeling secure.


are the best thing(s) I grateful for in life. 

I wish i could feel that forever.

Live in present, accepted the past, trust the future.


Living with rollercoaster emotion its not easy. 


Sunday, September 13, 2020

Struggle

Terimakasih untuk para ayah yang struggle bekerja keras demi keluarga.

Terimakasih untuk para ibu yang struggle maninggalkan anak demi memenuhi kebutuhan hidip.

Terimakasih untuk para bayi dan anak yang struggle kesepian bersama pembantu.

Terimakasih untuk para pembantu yang struggle meninggalkan keluarga demi untuk bertahan hidup.

Terimakasih. Semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih sayang-Nya.


Jika bisa memilih, para ayah tak akan rela istrinya ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Jika bisa memilih, para ibu diam di rumah menemani anaknya dengan cinta yang hadir utuh bersama fisik.

Jika bisa memilih, para anak ingin bersama ayah ibunya, ibu hadir dlm kesehariannya dan ayah yang hadir sebelum dirinya terlelap tidur malam.

Jika bisa memilih, para pembantu tak akan merantau jauh meninggalkan keluarga demi bertahan hidup.


Kadang ada hal-hal yang tak bisa dipilih, diri hanya menjalani sebaik mungkin keputusan terbaik dari keadaan saat itu.

Dan dari setiap keputusan selalu ada yang dikorbankan sekalipun pengorbanan yang dilakukan untuk tujuan yang baik. Semua pihak struggle dalam setiap perannya.


Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap kesulitan hidup.

Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap kesedihan mendalam.

Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam kesepian jiwa.

Terimakasih untuk yang terus bertahan dalam setiap perjuangan.

Tuesday, September 8, 2020

Value

Setiap orang, normalnya memiliki value-value dalam hidupnya.

Value yang membuat diri tau arah tujuan, batasan, dan menghargai diri sendiri. Saat value yang dipilih dalam hidup untuk jadi pegangan, di junjung tinggi penuh disiplin, maka apapun yang orang katakan tidak akan membuat diri goyah. Karena diri tau dimana diri berdiri.

Value mampu membuat self esteem dan sense of self terjaga, misal: diri tau siapa Tuhannya, punya konsep spiritual yang ia pahami dan yakin dari dasar hati bukan atas dogma. Saat ada orang bilang munafik, bisa bodo amat. Gak peduli dan terpengaruh dengan label-label sosial, karena yg diri pegang dr sebuah agama adalah esensi spiritual bukan identitas, dan ada nilai yang dijunjung tinggi.  

Memegang value, salah satu yang membentuk integritas diri. Misal punya value kejujuran dan bermain adil. Dan value ini teraplikasikan dari hal sesederhana ujian bikin SIM meski gagal berkali-kali cm krn hal sepele dan ditawari jalur belakang sama petugas, diri menolak dan tetap pada prinsip yg dipegang hingga ia berhasil mendapatkan SIM dengan cara jujur.

Pada akhirnya, value atau bahasa lainnya dikenal sebagai prinsip, membentuk karakter diri dan sense of self. Saat karakter kuat, orang gak akan "sembarangan" memperlakukan diri karena diri sudah mampu menghargai diri sendiri.

So, pilihlah 5 value penting dalam hidup yang dijunjung tinggi dan menjadi patokan standard dari semua hal yang dilakukan dan di pilih.

Value ini gak bisa nyontek orang lain, harus diri sendiri yang nyari dan bikin.

Monday, September 7, 2020

Putusnya Attachment dan Cord

Dalam hidup, kita terikat secara emotional maupun pikiran terhadap manusia lain, material, maupun dogma. Ada yang disadari, ada yang tak disadari. Ada yang mudah untuk dilepaskan dan diterima, ada yang butuh waktu tahunan bahkan puluhan tahun untuk membebaskan diri dari hal tersebut.

Terikat secara emotional (baik krn cinta/ sakit hati/ dendam) dengan seseorang, saat terpisahkan dengan keadaan, jarak, waktu, bahkan dunia, apakah diri bisa dengan mudah melepaskan ingatan dan perasaan terhadap orang tersebut? 

Terikat dengan nilai-nilai budaya yang diyakini dan di junjung, saat melakukan suatu hal tanpa sengaja atau terpaksa yang bertentangan denga nilai budaya yang dipegang, apakah diri mampu melepaskan diri dari rasa bersalah dan berdosa dari hal tersebut?

Terikat dengan harta benda, saat  mengalami kebangkrutan atau kejadian yang menelan semua harta benda, apakah diri mampu melepaskan perasaan kehilangan atas kepemilikan tersebut dengan cepat?

Jawabannya, bisa iya, bisa tidak.


Saat diri mampu menerima dan melepaskan dari ikatan emosional thdp pasangan yg selingkuh, orang tua yang meninggal, teman yg menyakitkan, orang baik yg disayang, rasanya bagaimana?

Saat diri mampu melepaskan nilai budaya sebagai pemahaman bukan bagian identitas diri, apakah saat melakukan kesalahan yang bertentangan dengan nilai tersebut, diri mampu memaafkan diri lebih mudah?

Saat diri mampu memahami bahwa semua yang dimiliki di dunia ini hanyalah titipan Tuhan, melepaskan diri dari rasa memiliki, apakah saat diri kehilangan harta benda akan terasa berat dan membuat stress?


Memutuskan attachment dan cord, mampu membantu diri hidup lebih ringan, mampu membantu diri menikmati setiap momen dan proses, menghargai present moment, dan menyehatkan diri sendiri.


Beberapa tahun ini, menjelang tidur, aku menutup mata, membebaskan pikiran dan hati memilih ikatan yang muncul saat itu, lalu memvisualisasikan ada tali yang menghubungan ku dengan benda/dogma/ orang tersebut. Lalu memutus tali tersebut sekuat tenaga. Tali tipis butuh bbrp hari (di aku) untuk benar2 putus dan rasanya beban di diri berkurang. Pernah ada attachment bagaikan besi dengan diamter 2m menancap dari hati ke hati orang tersebut, butuh waktu setahun hingga akhirnya bisa memutuskan itu, capek banget prosesnya. Setelah keputus, rasanya lega banget, jiwa bebas dan wellbeing kembali sehat.

Monday, August 24, 2020

Perpanjangan

*ini cerita kisah, bukan ngomongin orang. Focus on value, moral, and insight ya.

Beberapa tahun lalu, di perjalanan pulang dari tempat kerja, ada berita uwa meninggal. Sontak rasa sedh melanda dan langsung menayakan alamat lengkap untuk langsung pergi ke rumahnya naik gocar. Setelah dipikir, lebih baik pulang ke rumah nenek dulu dan berangkat bareng dengan orang rumah. Nenek sudah berangkat duluan, dan di rumah masih banyak orang yang pergi masing-masing. 

Singkat cerita sampai lah di rumah uwa. Sanak saudara menanyakan kemana ibu, saya bilang sedang di Thailand dari kantornya. Lalu beberapa om dan uwa berkomentar "teteh disuruh ibu ya kesini", "teteh ngewakilin ibu ya", dan kalimat-kalimat sejenis. Sampai di titik, kenapa saya dilihat sebagai perpanjangan dan wakil orang tua? Kenapa mereka gak melihat saya sebagai keponakan yang memang datang atas keinginan sendiri karena kepedulian dan rasa kasih terhadap uwa? Kenapa saya dikait-kaitan dengan orang tua? Apa pentingnya jg ibu menyuruh saya mewakili dirinya, memang menghadiri kematian sanak saudara itu diabsen layaknya meeting kantor yang butuh perwakilan saat yang bertugas tak dapat hadir?

Selama di rumah tersebut, saya memperhatikan, setiap orang sibuk dengan orang-orang yang dianggap "penting", seperti para orang tua, saudara berumur, tetangga, rekan kerja. dan para sepupuh pun bareng sama keluarga intinya masing-masing. Disitu saya merasa sendirian banget, bener-bener sendirian. Kemudian, saat shalat jenazah, cuma satu saudara yang gak memetingkan keluarga intinya aja, dia menyapa "sini, disini aja shalatnya" sebelahnya, dikala saya tersisih hingga barisan terbelakang sesendirian. 

Hari semakin malam, bingung mau pulangnya gimana. Akhirnya saya pulang bersama istri om, nebeng gocar sepupuh. Itu pun turunnya di pinggir jalan terus lanjut nyebrang dan jalan kaki sampai rumah. Sampai rumah, saya merenung "gini ya saat datang ke acara keluarga tanpa orang tua alias sendirian, ya hasilnya sesendirian meski dikelilingin orang-orang satu darah. Mereka melihat saya sebagai anak ibu, bukan sebagai keponakan layak anaknya sendiri, bukan sebagai sepupuh yang dianggap kakak/adiknya sendiri". Dan realita kenyataan tersebut saya terima. 

Sebelumnya, ada beberapa kejadian sejenis. Kalau diperhatiin, kadang ada orang2 menolong/ nganterin/ nengok karena takut dianggap ini itu, dengan kata lain motivasi bukan dari gerak hati spontannya. Hal kedua yang diamati yang sering terjadi adalah kalau ada yang bermasalah pasti sekeluarga ikut-ikutan/ kebawa-bawa. Misal ortu bermasalah, anaknya ikut2an musuhin orang yang dianggap musuh ibunya. Anak bermasalah, ortunya belain dengan ikut2an musuhin orang yang dianggap menganggu wellbeing anaknya. 


Sunday, August 16, 2020

16/8/20

Kadang mikir,
Kalau kangen sama orang, orang itu kangen jg ga?

Sebenernya perasaan itu dua arah ga?

Pernah ada momen kangen bgt sama seseorang, bawaannya udh pgn cerita banyak kalo ketemu. Pas ketemu, orangnya senyum excited jg dan dengan happy siap mendengarkan. Disitu sadar, oh ternyata perasaan kita sama dan dua arah, secara natural connect. 

Pernah jg ketemu 2 orang temen. Sebut saja A dan B. Pas ngobrol2, si A ini menyudahi dan ngajak B pulang. Disitu gw ngerasa si B ini ada perasaan gak enak dan kaya tau aja gw msh pgn ngobrol. Trs jalan ke depan kita dan berpisah. Mereka ke kiri, gw ke kanan. Baru bbrp langkah, merasa ada yg ngeliatin, pas nengok, ternyata si B lg ngeliatin dgn tatapan yg bikin sedih (haru), trs jd pgn nangis dan berakhir balik badan lanjut jalan cepet. 

Disisi lain, pernah ada temen “gw abis ngobrol sama lo, kepikiran berhari2”. Trs gw bingung, emang wkt itu bahas apa ya. Dia kepikiran berhari2 di kala gw gak inget sama sekali. Berarti tandanya pikiran dan hati kita gak connect, gak dia arah. 

Dr bbrp kejadian kaya gt,
Jd bertanya2, apa petanda kalau kita berada dalam hubungan dua arah? Dmn satu sama lain saling bs merasakan hal yg sama? 

Tuesday, August 11, 2020

Hari Raya

Takbir menggema sepanjang malam

Aku terjaga dengan jam tidur berantakan.


Subuh berkumandang dilanjut takbir haru

Tak lama langkah para tetangga menuju masjid 

Dan aku pun mulai memasuki alam mimpi.

Sang merah sedang datang di bulannya.


Terbangun pukul 2 siang, sendirian, belum mandi, belum makan.

Hari raya terasa seperti hari-hari biasa, tak ada yang spesial.

Aku beranjak ke dapur mencari makanan di kulkas.

Adzan Ashar berkumandang, menelepon adik di luar kota.


Malam mulai mengantikan terangnya siang

Teman mengucapkan selamat hari raya,

Bertanya bangaimana lebaran di musim corona

Aku diam karena tak ada yang berubah.


Sudah lama tak menjadikan mudik sebagai keharusan.

Sudah beberapa tahun lebaran sesendirian tanpa bertemu siapapun.

Lalu apa bedanya lebaran saat corona dengan lebaran sebelumnya?

Hari Raya tetap menjadi Hari Raya dimanapun diri berada dan sekalipun sendirian.


Tak perlu memberatkan diri dengan segala budaya yang menjadi keharusan.

Harus mudik, harus bertemu ortu, harus bertemu sodara, harus kumpul,

harus beli baju baru, harus beli mukena baru, harus makan ketupat,

harus makan opor, harus bagi angpau, dan keharusan ini itu lainnya.


Tuesday, August 4, 2020

Trauma

Bagaimana jika trauma yang dialami telah berubah menjadi patologi?
Apakah dengan memaafkan akan terhapus dan hilang?

Layaknya lidah yang terpotong, 
Apakah dengan memaafkan akan mengembalikan fungsi lidah?

Bagaimana jika patologi yang muncul merusak kehidupan seumur hidup?
Apakah mendekatkan diri pada Tuhan mampu menyembuhkan?

-----------------------
Patologi,
Personality disorder, Mental illness, Substance abuse.

Orang punya gangguan kepribadian karena trauma menumpuk semasa pertumbuhan masa kecilnya,  lalu dikucilkan hingga ia dewasa bahkan seumur hidupnya. Menambah luka yang terus dalam dan banyak. Alih-alih kehidupan sosial menjadi area terapi, malah memperparah.

Orang yang punya mental illness, mendapat stigma. Ironinya stigma tersebut datang dari para tenaga medis dan terapis. Banyak pula disepelekan oleh orang-orang tak teredukasi tentang hal tersebut. alih-alih membaik, malah meningkatkan angka bunuh diri.

Orang terkena narkoba, eating binge, kecanduan sex, dihujat, dinilai rendah, dipaksa mendekatkan diri pada agama, tanpa diselesaikan akarnya. Trauma masa kecil, luka batin yang menjadikan false belief terus menguasai hati dan pikiran. 
------------------------

Orang dengan mudah berkata "maafkanlah", lalu berlalu.
Orang dengan mudah berteriak "kurang agama", lalu mencibir.
Orang dengan mudak berkomentar "kemasukan jin", lalu menghakimi.
Orang dengan mudah berkhotbah bagaimana seharusnya bersikap, menjalani hidup, dengan otak kosong tanpa mengetahui masalahnya apa dan proses seseorang menjadi begitu.

Orang-orang tanpa empati.
Mengandalkan keyakinan akan Tuhan tanpa usaha untuk teredukasi.
Mengandalkan logika atas kejadian saat ini tanpa melihat sejarahnya.
Mengandalkan pemahaman bak tetesan air dilaut tanpa analisa mendalam.
------------------------

Trauma.
Memaafkan mengurangi beban diri, namun banyak hal yang perlu dibenahi bahkan proyek seumur hidup. Bukan seperti penyakit patah tulang yang tinggal operasi.
Memaafkan menjauhkan dari dendam, sehingga diri mampu fokus untuk mengobati di masa sekarang demi masa depan yang lebih baik, namu tak menyembuhkan.
Memaafkan sebagai bentuk menyayangi dan menghargai diri sendiri, sehingga tak menambah luka-luka menjadi-jadi.
------------------------

5/8/20

Berjalan tak tentu arah, tersesat dalam hiruk pikuk perkotaan.
Riuh tanpa jeda, semua sibuk. Sibuk mengurusi diri masing-masing.

Berjalan sampai ke hutan, tak tau jalan keluar kemana.
Bertemu seseorang menjanjikan cahaya terang dalam kegelapan.
Tak disangka semakin tenggelam dalam kegelapan hutan.
Tersesat tanpa arah dan ditinggal sendirian.

Berjalan dalam kepincangan, menahan sakit dalam pacuan.
Semua berlari, kencang tak teralihkan, berlomba dalam kemenangan.

Tuesday, July 28, 2020

Kebebasan

Dari lahir, kita sudah diberikan identity oleh sekitar, identitas anak siapa, dari keluarga apa, agamanya apa, dan lain sebagainya.

Selama perjalanan, tak jarang, orang tua bahkan orang sekitar ikut campur terhadap urusan pribadi. Mengatur dengan siapa harus berteman, mengatur harus punya pasangan seperti apa, mengatur rutinitas ibadah, mengecek keimanan, memilihkan sekolah, memilihkan jurusan, mengatur jalan karir, mengatur pernikahan seperti apa, ikut campur tentang keputusan mamiliki ketrunan, cara mendidik anak, bahkan memberikan banyak nasehat yang tidak diminta.

Membimbing, mengarahkan, dan mengatur menjadi tipis batasannya.
Hirarki usia menjadi utama, berkeyakinan bahwa orang lebih tua pasti tau yang terbaik untuk orang yang usianya lebih muda. Realitanya belum tentu. Banyak orang berumur mentalnya masih kekana-kanakan, banyak orang mendapati pengalaman yang tidak dibarengi kemampuan berefleksi yang menghasilkan kurangnya kebijaksanaan, banyak jg orang berumur yang hidupnya hasil dari proyeksi trauma orang tuanya alias tidak menjadi diri sendiri bahkan tak mengenal dirinya dan menjalani hidup secara bebas.

Hidup di disini (ya tidak semuanya) serba diikut campuri, di doktrin, dijejeli dogma.
---------

Ada seorang muslimah baik sekali nan taat, ternyata orang tuanya beda keyakinan agama. Orang tua nya mampu merelakan anaknya untuk memilih keyakinannya sendiri. Ada juga yang menjadi agnostik dan keluarganya tetap baik. Kalau itu terjadi sama diri sendiri bagaimana? Bisa-bisa dimusuhi sekelurga, bahkan dicoret dari akte keluarga.

Tidak mudah bagi orang tua untuk memberikan anak kebebasan dalam memilih jalan spiritualnya sendiri. Tidak mudah bagi orang tua untuk menyadari bahwa anak bukanlah perpanjangan dirinya, namun individu yang memiliki kedaulatan penuh terhadap dirinya. Tidak mudah juga bagi orang sekitar untk tidak menjudge dari sudut pandang benar sala menurut belief nya dan menghargai keputusan seseorang.

Seberapa bebas kah seorang manusia untuk memilih?
- Memilih jalan spiritualitas
- Memilih orientasi seksual
- Memilih untuk menikah dan memiliki anak
- Memilih jalan karir
- Memilih bagaimana menjalani kehidupan
- Memilih kebahagiannya
- Memilih jalan hidupnya.

Apakah di umur sekarang yang dianggap dewasa dalam sudut pandang society, kita benar-benar menjadi individu yang independent? Independent menjadi diri sendiri, memilih jalan hidup sendiri dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Atau masih hidup dalam bayang-bayang orang tua, lingkungan sekitar, dan dogma-dogma?

Dan kenyataan yang perlu diterima,
Semakin diri menjadi diri sendiri, semakin sedikit orang yang mau dan bisa menerima.
Semakin nyaman dengan dikitnya penerimaan dan validasi, semakin independent diri.

Saturday, July 25, 2020

25/7/20

Apakah yang dilakukan saat ini adalah benar-benar yang diinginkan?
Atau hanya sekedar mengisi waktu, menghindari usikan sekitar?

Apakah yang diusahakan saat ini adalah benar-benar mendekatkan pada tujuan?
Atau hanya ledakan energi ke segala penjuru tanpa arah?

Apakah yang dikejar saat ini adalah benar-benar sesuai tujuan?
Atau hanya berputar dalam kegelapan tanpa cahaya?
------------

Apakah yang dilakukan saat ini adalah benar-benar yang diinginkan?
Apakah yang diusahakan saat ini adalah benar-benar mendekatkan pada tujuan?
Apakah yang dikejar saat ini adalah benar-benar sesuai tujuan?

Aku menutup mata, berharap esok pagi menemukan jawabannya.
Dan bangun dalam keadaan yang sama, pertanyaan yang sama.
Berlalu dari waku ke waktu, jawaban itu tak kunjung datang.

Kesibukan menenggelamkan perasaan diatas logika.
Kecepatan membiaskan diri mengenal keinginan.
Keriuhan menutup hati memberikan jawabannya.

Wednesday, July 8, 2020

Parasit

"/pa·ra·sit/ n 1 benalu; pasilan; 2 organisme yang hidup dan mengisap makanan dari organisme lain yang ditempelinya" - KBII

Parasit ada dimana- mana, mungkin orang di sebelah kita, rekan sekantor, teman, bahkan pasangan sendiri. Ada orang-orang yang hidupnya senang mengambil untung dan manfaat bagi dirinya tanpa peduli dengan orang yang dirugikannya, semua berpusat pada kepuasan dan kepentingannya. 

Seseorang yang membantu orang lain untuk menaikan self esteem nya hingga membuat orang yang dibantunya merasa hutang bida dan bergantung padanya hingga ia merasa berkuasa dan bisa memaikan orang tersebut seperti boneka. Ada model begini.

Seseorang yang datang dengan menawan menawarkan kerjasama, lalu memanipulasi untuk rekannya bekerja penuh dan hasilnya di klaim sebagai hasilnya demi dapat penghargaan untuk menaikan self worth nya. Ada juga model kaya gitu.

Seseorang yang berkata bahwa dirinya hebat, mampu punya kendali hidup, menyebut dirinya guru, membolak balikan fakta untuk pembenaran dan gak berani melihat kebenaran untuk menutupi insecurity dirinya. Hingga orang-orang sekitarnya mempertanyakan kewarasan dirinya masing-masing atas realita yang terjadi. Model kaya gt ada.

Seseorang yang selalu butuh "victim"/ supply untuk memuja-muji dirinya sebagai kebutuhan untuk merasa dirinya berharga dan secure dengan membuat orang merasa terbantu padahal hanya dimanfaatkan, dimana saat sudah habis "energi" dari supply/ victim nya ya dibuang gt aja. Model gini jg ada.

Parasit. 
Bisa dalam bentuk materi/ uang, status, keberhargaan diri, sense of self, dimana semua yang ia cari didapatkannya dari sekitar dan orang lain dengan cara yang merugikan dan merusak orang lain.

Hanya orang-orang insecure dan lemah di dasar jiwa nya yang berakhir hidup sebagai parasit dengan segala teknik manipulasi nya. Karena orang secure dan kuat akan mampu berdiri sendiri, jika pun bersingungan dengan orang lain, akan memberikan keuntungan yang mutual, bahkan ia bisa memberi banyak ke sekitar tanpa mengambil apapun karena dirinya sudah utuh. 

8/7/20

Hidup akan lebih mudah saat diri merahasiakan masalah, rencana, dan keputusan.

Friday, July 3, 2020

3/7/20

Beberapa tahun kebelakang, rajin mantau instagram. Banyak influencer dan psikolog yang bahas tentang edukasi seksual. Suatu topik yang dianggap tabu. Lalu mereka jualan topik atas dasar ke-tabu-an nya. Dan yang bahas topik sex education atas dasar tabu lama2 jadi banyak, lama2 jd membosankan, lama2 udah gak bisa lagi deh jualan atas dasar tabu. Kalau diperhatiin, bukan topik sex education yg jd jualannya tapi tabu nya yg narik perhatian orang2. Pdhl kalo niat mau belajar, bisa baca2 buku, kamasutra, tantra, jurnal, artikel, nonton video edukasi di youtube, ngobrol sama orang2 yg udah sexual active, kalau ada biaya ya tinggal nanya2 ke psikolog/obgyn. Ya cuma orang banyak yang gak mau ribet/ susah2 belajar, pengennya yang instant dan gratisan. Alhasil ya jualan influencer yg sbenernya B aja topiknya bs jd heboh. Heboh bukan krn kualitasnya, justru heboh karena audience nya yg malas edukasi diri sendiri secara intense dengan baca dan nyari sendiri dengan telaten.

Beberapa tahun kebelakang, apalagi beberapa bulan kebelakang saat mulai corona, topik mental health booming bgt. Orang2 bergelar psikolog dan psikiater pada muncul, praktisi holistik healing jg muncul, dan biasanya gandeng influencer/artis. Dan perhatiin deh kedalaman kontennya, cuma gitu2 aja alias bisa research sendiri. Lagi2 ya menandakan banyak masyarakat kita yang awareness nya kurang, males baca dan research mandiri. Lagi2 perlu diajak, perlu di kasih poster dlu, perlu merasakan sendiri dulu (byk yg stress wfh dan dipecat) baru pada mulai melek ttg mental health. Nah abis itu, psikolog psikiater mulai rame deh di datengi orang2. Termasuk psikolog modal gelar doang alias baru lulus kuliah dan pengalaman masih minim, berbekal ilmu proses di kampus. Dan berakhir banyak yang malah jd stress abis ke psikolog krn byk di judge/di diagnosa/ psikolognya gak bs empati. Psikiater mulai kewalahan krn persentasi dokter spesialis kejiwaan masih kurang dgn persentasi jumlah pasien.

Pesan moral:
- Rajin-rajinlah kepo untuk belajar.
- Jangan males baca dan research.
- Kalau milih psikolog/psikiater hati2 jgn 

Wednesday, July 1, 2020

1/7/20

Dari perjalanan sejauh ini, merangkum 3 kunci utama untuk menjadi waras dan hidup sehat:
1. Dont try to change people
2. Built healthy boundaries
3. Practice self priority (self care, self compassion, self respect, self love).

Wednesday, June 24, 2020

24/6/20

Entah sejak kapan, jadi gak suka daging ayam.
Jaman eat clean sering makan dada ayam di grill. Dulu2 masih doyan opor, ayam goreng, soto ayam. Sekarang gak suka. Gatau kenapa. Malah jadi makanan yg jd pilihan terakhir kalau gak ada makanan lain. 

Thursday, June 11, 2020

11/6/20



11/6/20

“How you are going to be doing this is, from this moment onwards you become as though you were two people; one person will be the doer and the other person will watch the experience of what the “doer” is doing." - Sadhguru

Jadi, gw lagi ikutan inner engineering Sadhguru, baru 2 sesi dari 7.
Di sesi 2 ini bahas tentang desire dan banyak, lupa saking banyak dan diri gak fokus pas ikutan kelas. Terus di akhir kelas, ada kata-kata itu dan bikin inget sesuatu....

Diri kita ini kaya semesta, banyak sekali yang ada dan terjadi dan bisa di observasi.
Intinya sih belajar mindfullness.

Misal, kita lagi capek banget ngerjain sesuatu, terus ketemu orang stress yang ngamuk2 ke kita sampe kita jadi kebawa reaktif. Nah, amati deh, amati apa yang sedang terjadi, kejadiannya apa, lalu terima. Jadi gak perlu kebawa-bawa emosi. Contoh lainnya, diri lagi down banget, ya diamati aja perasaanya "oh lagi sedih" trs yaudah terima sebagai data kalau diri lagi sedih.

Tuesday, May 26, 2020

26/5/20

Kadang dalam hidup dipertemukan dengan orang-orang yang connect secara intelektual, emosional, dan spiritual. Sayangnya, cross path nya hanya sekejap.

Thursday, May 21, 2020

20/5/20

Mau niat nulis tiap hari selama Ramadhan, jreng2 lupa.
Tiba-tiba udah mau lebaran aja.

Tadi sore ngobrol sama temen. Sampe di obrolan,
"Kadang ikut sedih ti kalo lo lg nulis2 apa gt, pgn bantu tp gatau bantu apa"
"Hah sedih knp?"
"Ya gmn ya, kaya tmn disakitin gmn sih? kan pasti ada rasa pengen belain".

Nah sebelum tmn ini ngomong gt, gw sempet mikir negatif duluan kalo tmn ini mau negatif.
taunya malah bertolak belakang. Lalu sadar, knp diri bs mikir se negatif itu?
Karena dulu byk pengalaman-pengalaman negatif yg mungkin masih membekas di alam bawah sadar sehingga secara spontan hal yg keluar pikiran negatif.

Jadi inget deh, pernah nonton youtube salah satu artis indo
Dia nikah sama perempuan mantan pecandu narkoba.
Nah istrinya ini setiap diajak ke lingkungan baru suaminya, selalu merasa orang lain akan menilai dia negatif cm krn dia terbiasa mnedapati perlakuan negatif dr orang lain. Mungkin jatuhnya jadi paranoid ya. Sampe akhirnya dia melihat skema baru seperti temen2 suaminya baik, pola pikir negatifnya pelan-pelan berkurang dan berakhir jd "normal".

Wednesday, April 29, 2020

29/4/20

Mendadak emosional wkwk.
Gak kerasa perkuliahan mau selesai dan berpisah ke minor nya masing-masing.


Friday, April 24, 2020

24/4/20

Seharian beberes file di laptop, persiapan bootcamp.
Pindahin data-data yang dianggap perlu ke hardisk external,
pas di bagian pindahin foto-foto jadi berefleksi.

Ada hal-hal yang ya gitu aja dan udah.
Udah gak perlu diinget2, dibahas2 diambil aja pelajarannya.
letting go.

Waktu gak kerasa banget,
liat foto ternyata udah 7 tahun lalu, 3 tahun lalu.

Tuesday, April 7, 2020

Jembatan

Mungkin aku sebuah jembatan,
yang menghantarkan adam pada hawa nya,
yang menghantarkan gelap pada terangnya.

Jika memang peranku sebagai jembatan,
apa yang kudapatkan dari itu semua?
Jika kebutuhanku saja tak ada yang terpenuhi.

Apkah itu adil, Tuhan?

Atau aku nya saja yang bodoh
tak memanfaatkan peran jembatan
untuk menghasilkan keuntungan diri sendiri?

Jembatan menghantarkan orang pada tujuannya,
lalu apa yang bisa jembatan lakukan untuk dirinya?

Sunday, April 5, 2020

5/4/20

Banyak sekali pikiran yang berkeliaran di kepala yang tak mampu diceritakan.
Banyak sekali perasaan yang datang dan hinggap di hati yang tak mampu diungkapkan.

Hingga diam menjadi pilihan.

5/4/20



Thursday, March 26, 2020

26/3/20

Setahun ini, teman cerita saya adalah dokter saya.
Pertama dokter rehab, kalau sama beliau saya gak bisa curhat hanya bisa konsultasi.
Kedua, psikiater. Saya gak tau apakah beliau lama-lama pusing punya pasien kaya saya yang kalau lagi kenapa-kenapa bisa nge email tiap hari bahkan sehari lebih dari sekali. Semoga saja tidak.

Singkat cerita setelah drama abusif 2017, depresi 2018, syaraf kejepit 2019, dan mulai memulai hidup baru di 2020 yang ternyata mulai kacau acak2an lagi tapi berusaha terus diperbaiki dan survive.

2019.
Awalnya cidera betis berantem berakhir ketahuan syaraf kejepit. Saat itu keadaan diri super burn out iya, depresi iya, kacau sekali. Saya gak akan mau mengingat hal-hal tidak enaknya di masa-masa itu yang banyak sekali, yang mau diceritain hal-hal yang baiknya saja. Di moment itu, dokter rehab sempet menyemangati dan secara pribadi saya banyak kebantu dari segi psikis meski banyak juga traumanya sama beliau. Lalu pengobatan berlanjut ke dokter spesialis kejiwaan, karena ada dugaan anxiety. Diawal psikiater saya ini nyebelin sebenernya, saat itu saya merasa dia agak menstigma dan kurang ramah. Seiring waktu, psikiater banyak banget nolong sampai di maret 2020 ini.

Bayangin deh, kalau kita lagi sakit, pas kambuh, bingung harus apa, minum obat apa, trs gimana, dll, wajar sekali nanya ke dokter konsultasi, sekalipun urusannya cuma fisik yg gak jauh2 dari "kompres", "coba streching", "obat nyerinya ganti panadol 2 biji".

Lha ini psikolog, udah acak2 mental, pas diri lagi kambuh gmn2, no responding, padahal urusan mereka sama psikis orang yang potensi destruktifnya lebih besar dari keadaan fisik saya saat itu. Untungnya, psikiater saya baik. Gak sebatas konsul, tebus obat, bayar, trs udah. Tapi mau membimbing, terbuka untuk konsultasi, responsif. Sebentar lagi saat diri sudah mulai bisa mengolah emosi, ngontrol diri, belajar semua yg pernah diskusikan dan diaplikasikan dengan baik, udah gak butuh ke dokter dan minum obat lagi.

Terus jadi sedih...
Ke dokter rehab sih udah cut dr tengah tahun lalu karena bbrp kejadian yg super bikin upset selain ngerugiin banyak materi dan waktu karena ketidaktelitiannya. Cuma tetep sedih gt, soalnya ada momen dimana dokter ini pernah berhasil memperbaiki self image.
Ke psikiater juga sedih, kemarin-kemarin sempet panik nanti cerita-ceritanya kesiapa ya kalau udah gak ada urusan lagi sama dokter ini. 

cuma ya pada akhirnya, mungkin takdir jalan hidup gw jg ya, ya orang datang dan pergi. Kalau urusan profesional ya memang begitu. Tapi di urusan personal, belum pernah mengalami ada orang yang bener-bener stay, jadi ada trauma dan trust issue tersendiri sih sebenernya. Sekarang lagi belajar menerima realita mungkin jalan hidup gw memang gt, kalau gak jadi jembatan orang, ya begini. Kadang sedih juga sih. Kayaknya enak gt punya temen cerita yang bener2 bisa cerita nyambung dr jaman kapan tau sampe kedepan, dr segala tahap kehidupan yg up and down. 



Wednesday, March 25, 2020

25/3/20

Depresi gw kambuh lg ini.
Ditambah keadaan social distancing yg jd self isolation jatohnya.
Tidur udh gak bener sehari cuma 2-3 jam.
Kerjanya nangis2.
Energi berasa drop gak ada tenaga.
Gak ada hasrat2 ambisi ini itu.

Monday, March 23, 2020

Jogja

Pindah Jogja hidup bahagia banget.
Ada ruang aktualisasi diri,
Teman2nya baik,
Lingkungan sosialnya baik,
Tinggal sendirian di tengah sawah,

Bahagia banget lah merasa disayang padahal hidup sendirian tanpa keluarga di kota asing.

Sampe tiba-tiba WFH, semua online....
langsung frustasi berat, kesepian krn di rmh terus gak ada interaksi sosial.

-----

Ada 2 tempat yang selalu berhasil bikin bahagia sekalipun pergi sendirian, gak ada kerabat, gak kenal siapa2. yaitu Flores dan Jogja. 

Flores tuh dahysat bgt, selalu berlimpah cinta setiap kesana. berasa kaya tuan puteri. ada aja yg nemenin, ada aja yg nolong, ada aja yg ngejagain, ada aja yg ngelayanin, full of love and abudance.

Kalau jogja, suka sama kehidupan bermsyarakatnya. Terus sunyi, enak deh pokonya.


Rindu

Kadang aku rindu.
Entah rindu dengan orangnya atau moment nya.
Entah rindu dengan  atau rindu perasaan sendiri di saat itu.

Kadang aku rindu.
Entah ini sebuah kerinduan atau hanya fantasi diri.
Entah ini sebuah kerinduan atau hanya pelarian.

Kadang aku rindu.
Entah kerinduan atas dasar cinta atau obsesi.
Entah kerinduan atas dasar cinta atau hasrat.

Kadang aku rindu.
Entah perasaan satu arah atau orang itu pun merasakan hal yang sama.
Entah perasaan sementara atau justru terus menumpuk tak terbendung.

Kadang aku rindu.
Rindu untuk bertemu meski selalu lari saat bertemu.

Friday, March 20, 2020

20/3/2020

Ada perasaan-perasaan yang sulit diungkapkan.
Tenggelam dalam rasa yang semakin dalam.

Wednesday, February 26, 2020

Its You

Its You

Lagu yang berhasil mengingatkan pada seseorang.
Kalau denger lagu ini, suka jadi inget.
Kalau lagi tiba-tiba keingetan/ kangen, suka dengerin lagu ini.

Sebelum menyimak liriknya, nadanya sangat mengambarkan seseorang itu.
Kadang diri sulit menjelaskan dan mendeskripsikan sesuatu, dan lagu ini berhasil dengan tepat mendeskripsikan orang itu dengans egala sifat alamnya.

Wednesday, January 22, 2020

22/1/20

Hidup dalam budaya penuh hirarki dan otoritas, tidaklah mudah.
Banyak hal dinilai dari "siapa kamu" baru orang mau dengar. 
Begitupun dalam keluarga, otoritas ini tetap teraplikasikan.
Hubungan antara orang tua dan anak yang satu arah.
Orang tua bicara, anak mendengarkan.

Tak ada ruang bagi sang anak untuk berbicara atau sekedar mengeskpresikan menyampaikan perasaan, hasrat, pikira, dan aspirasinya. Jika anak berbicara maka dianggap gak sopan. Jika anak asertif menyatakan kesetidaksetujuannya, dianggap melawan. Jika anak mengingatkan, dianggap menggurui.


Apresiasi

Tadi siang makan di Aglioo Jogja. Terus lanjut makan eskrim di tempo gelato.
Ya seperti biasa, sendirian.

Lagi asik makan es krim penuh fokus, ada cewek di sebelah nyapa
"Halo kak, rambutnya bagus. di cat pake apa? keren banget"
"Haii, pake xxx, makasih ya".

Apresiasi.
Ditengah kehidupan penuh kritik dan judgment, masih ada orang - orang yang dengan mudah mengungkapkan kesukaan sesuatu terhadap orang laing dan mengapresiasi. Nice.

Sudahkah kalian mengapresiasi diri sendiri dan seseorang hari ini?
Mari menebarkan cinta :D

Tuesday, January 21, 2020

21/1/20

2014
"Kamu disayang susah ya"
"dulu aku punya mantan dari keluarga broken home, cara ia memandang cinta beda. Pisah ranjang jg termasuk broken home. Ortu gw sampe detik ini setua ini masih suka pelukan dan sayang2an".

2017
"apa itu namanya cinta? jika mengungkit apa yang dilakukan?"
"apa itu cinta ika berharap sesuatu?"

2019
"menurutmu cinta itu apa sih?"
"pengertian cinta menurutmu apa?"

---------

2020.
Aku bertanya dalam hati,
Apakah selama ini aku dicintai?
Apakah selama ini aku pantas dicintai?
Cinta itu apa?

Bagaimana ku sanggup menerima cinta jika diri pun tak cinta pada diri sendiri?
Bagaimana ku mampu mencintai diri jika rasa cinta pun tak pernah kurasakan?


Sunday, January 19, 2020

Tahun Lalu

"Kamu tau dir kamu kan?
Kalau kamu tau diri kamu,
Omongan orang gak usah di denger".
- Baridah

Monday, January 13, 2020

Dogma Yang Terlepas

Aku dibesarkan dengan dogma "siapa yang mau temenan sama kamu?", "siapa yang manu nerima kamu?", "kalau keluarga gak bisa nerima kamu apalagi orang lain". "jadi orang bisanya cuma merusak" saat ku membuat kesalahan kecil. Saat sifatku bertentangan dengan lingkungan tumbuh, pasti aku yang dianggap anomali. Saat hal-hal yang tak sesuai keinginan dan harapan ortu, jadi aku yang disalahkan, dianggap cacat. Saat lingkungan terkecil tak bisa menerima, ibu ku mendogma dengan pikiran hitam putih seolah-olah keluarga itu pusat duniaku dimana menjadi tolak ukur keberhargaanku sebagai manusia. 

Dogma itu terus tumbuh dalam jiwa dan pikiranku selama puluhan tahun hingga menjadi core belief bahwa aku buruk, aku salah, aku tak berharga, aku tak mampu apapun.

Saat ku tumbuh dewasa, bergaul dengan beragam jenis orang, berada di lingkungan baru, dogma itu perlahan luntur oleh realita. Realitanya, banyak yang bisa menerima diri apa adanya, banyak yang sayang, banyak yang mau temenan, dan hidup tak sehitam putih dogma ibu.

Wajar manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan. Wajar manusia membuat kesalahan. Wajar manusai ada yang suka dan tidak suka. Wajar manusia tidak cocok di suatu lingkungan. Dan itu semua bukan berarti dunia hancur karena diri buruk seutuhnya. 

Terimakasih ibu, engkau telah mengasuh ku dengan dogma penghancur keberhagaan diri.
telah erawat ku penuh rasa bersalah dan ketidaklayakan. Terimakasih telah memproyeksikan luka batinmu terhadap anak perempuanmu. Terimakasih telah membuatku rusak puluhan tahun hidup tersesat tanpa arah diliputi rasa tak berharga dan inferior.

Dan Teriamakasih semesta, telah membuat ku sadar dan bebenah diri, agar perusakan generasi ini tidak berlanut ke generasi selanjutnya.

Tuesday, January 7, 2020

7/1/20

Thank you for caring me
Thank you for being kind
Thank you for cheering me up
Thank you for your emphaty
Thank you for listening me
Thank your for your lesson.

I love you without your knowing
Its time to cut this soul tie.