Showing posts with label journal. Show all posts
Showing posts with label journal. Show all posts

Saturday, December 2, 2023

Mas Kawin

Setiap datang ke acara akad nikah, saat dibacakan mas kawin, tidak pernah terpikirkan apapun, bahkan di diri hanya terdefinisikan sebagai syarat untuk nikah saja. Setiap dengar obrolan orang terkait calon, mahar, uang, harta benda, aku tuh gak ngerti apa yang orang-orang bahas dan debatkan. Sampai di momen....

Buatku, mahar, mas kawin, seserahan itu sebagai bentuk kasih sayang. Bagaimana sang calon suami mampu menafkahi istrinya, memenuhi kebutuhan istrinya, memberikan keamanan dan kenyamanan di area material world/tangible things. Sesederhana mampu memberikan tempat tinggal yang layak, trasnportasi mumpuni, makanan sehat bernutrisi yang baik, pakaian layak nan nyaman, kebutuhan merawat tubuh dan kulitnya, kebutuhan bersenang-senang, kebutuhan explorasi belajar, termasuk kebutuhan pendukung aktualisasi diri. Kalau calon istrinya suka belajar, setidaknya ia mampu bayarin kelas-kelas pengembangan diri. Kalau istrinya senang bekerja, ya ada dukungan material things juga seperti jam tangan, satu set podcast misal, hal-hal yang dipakai sehari-hari. 

Mas Kawin
- Mahar emas 200 gram (misal), buat ku bentuk memberikan keamanan finansial yang suatu waktu mungkin jika diperlukan, sang istri bisa menjual untuk kebutuhannya, dengan kata lain tidak ada penelantaran. Dan ini bentuk kasih sayang juga. 
- Satu set perhiasan berlian misal, bentuk honoring istrinya agar terlihat lebih anggun, cantik, apalagi jika istrinya memang memakai perhiasan dalam kesehariannya, selain keindahan visual, perasaan bahagia, bisa menyeimbangkan energy nya yang berkontribusi juga untuk kesejahteraan suami dan kehidupan bersamanya. 
- Dan sejumlah uang dalam bentuk cash yang setelah acara di taruh di bank, 
to give feeling secure and abundance. Dari perasaan itu, bisa attract abundance more and more money. 

Seserahan
Hal-hal yang dipakai sehari-hari, bukan ajimpumpung atau untuk pamer-pamer.
Misal, jika biasa pakai skin care la mer, ya calon suaminya mampu memenuhi kebutuhannya tersebut. Jika biasa pakai sepatu merk dan kualitas tertentu, ya diberikan yang sama atau setara yang biasa dipakai. Jika biasa menggunakan pakaian dalam seharga 800rb karena cocoknya dengan kualitas yang harganya segitu, ya mampu di penuhi juga. Jika biasa menggunakan shampoo merk X, ya diberikan merk dan variant yang sama dengan yang biasa dan cocok digunakan sehari-hari. Dan tak ada kata mahal, high maintenance jika memang menerima, menghargai, mencintai istrinya dan dirinya mampu. 

Rumah, kendaraan, hal dasar lainnya. Bukan tentang megah, mewah, namun layak. Dan layak ini bisa beda-beda tiap orang. Ada yang ia bisa tidur di kasur 200rb an, ada yang badannya baru bisa tidur di kasur 20jt an. Layak bagiku adalah momen dimana kebutuhan bertemu, terakomodasi, terfasilitasi dengan baik yang menunjang kesehata jiwa, raga, mental. Termasuk lingkungan tempat tinggal, baik secara bangunan, lokasi, udara, orang-orang sekitarnya seperti apa, dekat dengan kehidupan sosial kah, akes untuk kesana sininya mudah kah, dsb. 

Ternyata hal-hal materi bukan tentang matre karena tamak, keserakahan, atau norak untuk pamer.
Dalam level tertentu atau perspektif tertentu, justru itu salah satu bentuk kasih sayang, menghargai, melindungi, merawat, menutrisi. Saat diri memiliki perspektif seperti ini, ya akan menarik calon suami yang sejenis, yang memberikan itu semua dengan value yang sama. Bukan untuk "membeli", mengontrol, menguasai, pamer, memperbudak, sebatas syarat, atau apapun itu. 

------

Jika perempuan terbiasa hidup mandiri, memenuhi kebutuhannya sendiri, terbiasa memberi. Dominan dengan energy maskulin. Bisa jadi, bertemu pasangan (berpasangan) menjadi ajang untuk belajar menerima. Menerima cinta, menerima kasih, menerima diurus orang lain, menerima perlindungan, dukungan, pemenuhan kebutuhan, dmenerima ditemani dan ada teman, dijaga, diayomi. Hingga sisi dan energy feminine nya yang mengendap puluhan tahun, mampu naik muncul ke permukaan. 

Friday, November 17, 2023

Tak ada hubungannya

Sadar ga?
Apapun yang orang lain lakukan, gak ada hubungannya sama diri.
Mau bahas tentang family (no offense ya. Disclaimer dulu).
--------

Orang tua abusif, harming, jahat, tak mampu mencintai, controling, manipulatif, apapun yang mereka lakukan pada anaknya, tidak ada hubungan sama sekali dengan anaknya. Mereka hanya memproyeksikan ketidaknyamanan pada dirinya sendiri, lukanya, expetasinya, judgementnya kepada anaknya. Misal, orang tua pernah dipukul pas nangsi waktu masih kecil. Saat ia memiliki anak, anaknya masih balita dan nangis, teringat trauma dirinya yang berakhir marah-marah dan memukul anaknya. Contoh lainnya, orang tua tidak mendapat cinta kasih seorang ibu, karena ibunya tak mendapat cinta kasih dari nenek sejak lahir, maka ia pun tak mengerti cara mencintai anak perempuannya, sehingga anak perempuannay cenderung terabaikan secara emosi. Atau orang tua memiliki cita-cita menjadi dokter, lalu gak kesampean, dan ia proyeksiin ke anak-anaknya harus jadi dokter sekalipun naaknya gak mau dna gak bahagia; jika melawan dan memilih pilihan lain, maka di abuse dengan menahan biaya kuliah dan biaya hidup. 

Banyak sekali hal yang gak beres sebenarnya dalam relasi orang tua dan anak, termasuk dalam keluarga, jika mau disadari. Tidak semua lahir dari keluarga yang sehat, dinamika keluarga yang eling, dan dari pribadi-pribadi yang healed. Banyak yang menikah dikala belum membereskan masalah-masalahnya, belum melepaskan attachment terhadap keluarganya (termasuk attachment beban emosi, masalah, trauma, warisan trauma, belief, pola, dll); belum menjadi diri nya sendiri yang jejeg, secure, full autonomy yang menjalani realita aslinya dengan penuh tanggung jawab. 

6 Tahun lalu di usia 20an, aku masih melihat laki-laki dari:
Agamanya, ibadanya (yg keliatan kan kuantitasnya aja), lulusan mana (masih sih sampe sekarang), pendidikan, pekerjaan, kekayaan, kepribadian, dan hal-hal yang masyarakat dan society pertimbangkan untuk menjadikan pendamping dan menikah. 

Saat ini, yang aku minta dan liat lebih ke arah: kemampuan dan kapasitas untuk nurturing, nourishing, membebaskanku jadi diri sendiri, provide money, good sex, align, make me greater, co-creating, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan bertumbuh, kind to my body and being. Yang bisa receiving and gifting, konsisten, saling gratitude, connected, trusted, respect. Di bayangan ku kaya 2 anak kecil happy joy yang energy nya bermain dalam menciptakan kehidupan dan saling mencintai penuh syukur dengan tetap membebaskan satu sama lain menjadi dirinya sendiri. 

Eh kok bahasannya ajdi belok wkwk.
Ok balik ke topik tentang ortu. Ya intinya, saat ortu tak memberikan cinta tulus murni yang penuh kasih dan nurturing, bukan berarti kita tidak layak akan cinta. Namun ya ortu tersebut yang tak mampu mencintai, bukan karena tak sayang, tapi karena ia gak tahu gimana cara mencintai yang membuat anak merasa dicintai. Begitupun sata seorang orang tua sering memukul secara fisik, sering menganiaya secara emoosional dengan holding, guilty trip, shamming, bullying, silent treatment, dll. Ya bisa jadi cara yang ia tahu dalam mengkomunikasikan emosinya, dirinya, dan mendidik itu seperti itu. Bukan berarti si anak tak berharga sampe seolah-olah panats untuk dipukuli dan di abuse emotionally. Apalagi jika orang tuanya memiliki gangguan kepribadian atau jiwa, seperti depresi sehingga tidak "hadir" daam hidup anak, atau axniety dan manic marah meledak-ledak, kurangnya kemampuan coping yang sehat, ego nya fragile, pola pikirnya hitam putih, ocd, ya secara tidak langsung memang mempengaruhi swlf worth, self esteem, self confidence, dan sense of self si anak. Dimana itu semua secara tak langsung mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan si anak. Baik dari segi relasi dengan dirinya sendiri, dgn orang lain, dengan pekerjaan, dengan uang, dll. 

Menariknya, dalam society ini, keberhasilan mendidik dilihat hanya sebatas lulusan mana, kerja dimana, material things yang dihasilkan, terlihat soleh, tau sopan santun, menikah, pny anak. Siapa dan seberapa banyak orang yang nanya atau nge cek "are u really happy?", "are u really know yourself?, "are u live in your reality?", "do u really know what do you want and your purpose?", "are u fully healed?", melihat dari level awarenessnya, level kedewasaannya (secara intelektual, mental, emosi, dan spiritual, holistic), kemampuan bertransformasinya, kemampuan visioner, kepribadian real nya, dsb nya?

Kalau mau dan berani melihat, banyak anak-anak yang dianggap sukses, pekerjaan ok, harta ok, pendidikan ok, sangat sopan nan santun, ternyata zina, korupsi, nyikut orang, dzolimin org lain, main pelet santet "membunuh" orang lain secara perlahan, dll. Hanay chasingnya tau sopan santun dengan tutur kata baik, emosi yang terjaga, dan bereprilaku yang dianggap baik (menyenangkan), hal-hal tersebut ta dilihat, tak dipercayai, bahkan dianggap tak ada. Realitanya, masyarakat dan society hanya mau melihat dan menerima hal-hal yang mereka mau lihat saja berdasarkan aturan yang berlaku. Apapun truthnya, kenyataannya, aslinya, bukan hal penting, yang penting tampilan luar dan yang ditampilkan sesuai aturan. Perhatiin deh....

Kembali lagi, tentang orang tua,
Intinya mau share, apapun yang mereka lakukan pada anaknya/ kita, sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri. Jangna sampai kita masukan ke dalam diri terlalu dalam merusak dan menyakiti diri sendiri hingga menganggu keberfungsian diri, hak untuk bahagia dan tumbuh besar. Ya sederhananya, orang bahagia akan memancarkan kebahagian, orang yang sayang dirinya akan mampu menyayangi orang, orang yang naman dan secure dengan dirinya akan mampu bersikap baik jg terhadap orang lain. Begitupun dengan orang yang tak bahagia tanpa sadar ia akan menarik orang dalam ketidakbahagiannya. Orang yang tersakiti akan menyakiti. Orang yang luka akan melukai. Orang yang sembuh ya akan menyembuhkan tanpa menyakiti dirinya sendiri. 

Makanan

Beberapa waktu lalu, ada suatu hal yang aku beresin. Saat itu selesai, salah satu perubahannya, selera makan ku hilang. Jadi aku makan bener-bener cuma seperlunya badan. Kalau maksain ngemil aja langsung muntah. Dan ternyata badanku minta makannay cuma sekali. Dan itu rasanya aneh banget awal-awal, berasa super gabut. Waktu makan pagi, malam, ngemil, jadi hilang. Plus waktu cari makan, nunggu makanan, nyari cemilan, masak, nyuci piring, semuanya jd ilang. Dengan kata lain sebenarnya menguntungkan buat diri karena jadi punya waktu lebih banyak dari sebelumnya, cuma malah jadi bengong-bengong aneh dan "ngapain ya? ngapain ya?". Kebayang ga? misal pagi jam 6 kita udah siap2 masak/ cari sarapan, terus nunggu, makan, terus beres2. Trs sore dari jam 3 udah mikir mau ngemil apa, lanjut gofood jam 4 sore, nunggu, trs ngemil. Pulang mikir, cari makan, mampir sana sini, pesen online, nunggu, makan sambil ngobrol atau nge date, trs santai sambil minum. Dan semua waktu untuk nyiapin makanan, nunggu, makan, dan afternya tuh ilang. Seberapa banyak waktu yang akhirnya ke save? Ternyata banyak! lebih dari 2 jam. Bahkan bs sampe 4 jam hemat waktu untuk tidak mikirin makanan, nyiapin makanan, nunggu makanan, makan, dan beres2 terkait makanan. Termasuk waktu perjalanan untuk pergi ke suatu tempat hanya untuk makan. 

Awal-awal sampe sekarang bahkan, rasanya aneh.
Bahkan baru sadar, ternyata diri kalau lagi stress, gabut, mager, larinya ke makan. Nah sekarang kan makanan itu ilang dr kamus body and mind, jadi bengong2 deh "ngapain ya". Logikanya, waktu/times itu bisa dipake buat bekerja lebih, berkarya, menghasilkan uang, realitanya malah dipake diem. Sanpe kalau ada yang ajak ketemu di resto/bar/cafe, bingung aja mau pesen apa ya. Makan nggak, minum nggak. Ujung-ujungnya ya air putih aja. Bukan karena diet, tapi badannya gak mau, lg ga require, dan udh gak mau maksa/abuse body lg dgn masukin hal2 yg dia gak mau. 

Itu baru dari segi makanan.
Kedua dari segi jwa raga. Dulu suka absorb2 emosi, pikiran, pain orang, sampe repot sendiri. mnedadka nelangsa, suffering, gak bahagia, berat di dada; trs pikiran rame, penuh, stress, depresi; badan suka ikut2an sakit org sekitar atau penyakit yg lg hits padahal diri baik2 aja dan ok. Ujung2nya repot banget sampe menganggu kehidupan. Nah skrg itu semua lepas, gone. Alhasil, pikiran space, gak mikir apa2, kosong. Batin/jiwa, space, gak perecive emosi2 berat atau apapun itu. Fisik jg sehat2 aja bugar. Dengan kata lain keadaan inii bisa bikin diri terbang lebih tinggi, lari lbh cepat, dan hidup jauh lebih ringan dna mudah. Kenyataannya (samapi saat ini ya) malah aneh. Yang baisanya penuh penderitaan, berat, sempit, byk pikiran, sakit2, gak bahagia, dll, mendadak space nan kosong. Ujung2nya bengong2. 

Benefitnya dalam keadaan space tsb, diri lebih jeli, being present, dan aware.
Jadi saat ada orang yang datang untuk manipulasi, gaslight, controling, ini itu, diri bisa liat dengan jernih dan gak masuk ke permainan/ jebakannya. Termasuk jadi lebih mudah mendengarkan badan dan jiwa sendiri. Sesederhana, mau makan apa, mau ngapain, lg require apa, happy/nggak, apa yang bisa bikin greater? Dan spontan bisa ke attract sama hal-hal kind to body and being, dan spontan menjauh dr hal2 yg unkind. 

Saat space gini, bawaannya malah pengen sendiri, males ketemu siapa-siapa, males interaksi ma orang, males keluar-keluar, alhasil energy diri jadi terjaga. Awal-awal aneh, sampe jadi melakukan kebiasaan dengan kontak orang2, pgn pergi-pergian, pgn telpon orang-orang. Dan anehnya pada gak diangkat, org2 pd ga bisa. Sampe sadar, sebenernya emang lg ga mau ketemu orang2, mungkin energy ini jg kerasa ma org2 itu. Jd saat mrk ga angkat/ ga respon/ ga bs, diri biasa aja. Jadi bengong-bengong lagi "ngapain ya"  wkwk. 

Ternyata kalau gak ngambilin masalah orang, gak nangkepin hal-hal yang not mine, hidup enteng banget. Pertanyaannya sekarang: 
what I really desire?
what I really want?
What I really lust for?
What works for me?
What my body and being require?
What and how my real reality?
Show me clarity about it all.

Monday, November 6, 2023

Nurturing

 Ternyata nurturing itu sesederhana,
- Mampu berempati
- Menjaga/ Protecting 
  (perasaan, self esteem, self worth, kredibilitas, dsb)
- Meet the needs
- Validate
- Non Judgemental
- Membebaskan diri jadi diri sendiri
- Encourage
- Caring
- Accompany
- Being space
- Trust
- Listened
- Respect
- Accomodating

Terimakasih untuk orang-orang yang hadir yang telah nurturing me.
Sekalioun crosspathnya sebentar dan tidak selalu hadir ataupun memiliki relasi longterm, 
setidaknya aku jadi mengenal energy nurturing seperti apa dan mampu mempraktekan ke diri sendiri. 

Friday, November 3, 2023

Pada Akhirnya

Tidak ada yang benar-benar peduli,
Tidak ada yang memprioritaskan,
Tidak ada yang bisa diandalkan, 
Tidak ada yang memberi jalan,
Tidak ada yang memberi tahu,
Tidak ada yang menemani, 
Tidak ada yang menolong.

Tidak ada yang hadir,

Munculah pertanyaan:
- What I really require?
- What I really desire?
- What I really lust for?
- Do I love myself?
- Do I choose myself?
- Do I take cere of myself?
- Do I prioritize myself?
- What I really want?

Pada akhirnya, 
Perjalanan kedalam diri sendiri dimulai, 
mencari, mengenal, belajar, merawat, menjaga,
menolong, dan memperjuangkan diri. 

3/11/23

 Nothing meaningless when you know what you want and what you do. 
- Andhira, 2023

Banyak Hal Tak Penting

Ternyata banyak sekali hal tak penting yang hadir dalam hidup dan perjalanan hidup. 
Seperti objek bergemelap berkilau yang menarik perhatian mata dan perhatian untuk berhenti, melihat, menghampiri, mengambil, bermain, bahkan terseret jauh hingga menyusahkan diri sendiri. Teralihkan dari tujuan penting yang seharuanya dilakukan dan sedang dilakukan, hingga lupa arah. 

Banyak hal tak penting
- Hiruk pikuk jalanan yang tanpa sadar membuat energi bocor dengan ikut bereaksi atau berkomentar.
- Berita-berita yang tak relevant dan tak berkorelasi dengan diri yang kita lirik dan menimbulkan emosi.
- Orang-orang entah berantah yang hadir atau kita masukan ke dalam hidup yang ternyata membuat diri terlena dan melupakan hal penting yang memang penting untuk diri pilih dan lakukan.
- Permainan dan pesta kesenangan melepas dahaga yang terlalu jauh diikuti hingga terjerat masuk ke dalam kolam penuh air, bermain di dalamnya hingga lupa untuk naik, mengeringkan diri, dan kembali ke realita.
- Percintaan ataupun sakit hati kemarahan dengan emosi yang sangat intens euntuk menjadi budak cinta ataupun budak dendam hingga luput untuk merawat diri sendiri dan berjalanan pada arah seharusnya.
- Hal-hal yang sedang naik daun yang menarik perhatian hanya agar mampu mengikuti alur masa kini yang sebenarnya tidak ada relevansinay sama sekali terhadap diri apalagi kehidupan diri.
- Omongan-omongan orang asing sekalipun orang lama yang sebenarnya tidak benar-benar mengenal diri ataupun peduli yang benar-benar peduli layaknya ke dirinya sendiri.
- Keributan yang terjadi di sekitar termasuk di depan mata yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali, hanya karena terjadi sangat dekat dan diri terganggu dengan segala drama itu. Dikala ada pilihan untuk tak peduli, pergi, menjauh, meninggalkan, dan hilang.
- Ketidaknyamanan yang di proyeksikan oleh orang-orang yang tidak bahagian dengan dirinya sendiri.
- Dan lainnya.

Saling Memanfaatkan

Bagaimana jika dunia yang kita huni sekarang, banyak sekali orang yang berfungsi dari hubungan transaksional, saling mencari keutungan, saling memanfaatkan, saling memenuhi, dan semua dilakukan timbal balik secara sadar maupun tidak, secara sengaja maupun tidak? Dan saat kebutuhannya sudah tak terpenuhi, maka akan meninggalkan hal-hal yang sudah tak memberi manfaat dan mencari sumber lain yang mampu dan mau memenuhi kebutuhannya? Bagaimana jika banyak orang hanya peduli pada pemenuhan kebutuhannya? Bahkan mencintai pun sebuah kebutuhan, sekalipun tujuannya untuk memberikan cinta pada orang lain. Saat kebutuhan mencintai itu tidak terpenuhi, sesederhana belum mememukan orang untuk dicintai atau ditolak, ada ketidaknyamanan dalam dada seperti sesuatu menganjal yang tak mengalir. 

Bagaimana jika dunia yang terlihat sempurna, penuh kasih, penuh kegembiraan, penuh kekuatan, penuh kematangan, sejatinya hanya orang-orang yang meneumukan orang-orang yang sama-sama saling memanfaatkan satu saam lain?

Bagaimana jika kita tak mau memanfaatkan siapapun dan apapaun, termasuk memanfaatkan diri sendiri; justru diri yang selalu di manfaatkan oleh apapun dan siapapun hingga menjadi keset dan habis tanpa mendapatkan apapun selain menyengsarakan dan menyusahkan diri sendiri?

Thursday, November 2, 2023

Tidak peduli

Bagaimana jika di dunia ini tidak ada satupun yang peduli?
Bagaimana jika orang peduli karena di dalam-dalamnya karena peduli pada diri nya sendiri?

Seperti, menjaga seseorang karena cinta, karena saat orang yang dicintainya tersakiti, maka dirinya ikut hancur arena adanya empati, ikatan, dan keterikatan dengan orang yang dicintai. Maka menjaga orang yang dicintai sebenarnya secara tidak langsung untuk menjaga dirinya sendiri dari segala perasaan sedih, kehancuran, dan ketidaknyamanan lainnya. 

Bagaimana jika kenyataannya, orang hanya peduli pada dirinya sendiri?
Bagaimana jika tidak ada yang benar-benar peduli?
Kesadaran apa yang bisa didapatkan dari ini?

Apakah diri sudah benar-benar peduli pada diri sendiri?
Apakah diri sudah menjadikan diri sebagai nomer satu dalam hidup ini?
Apakah diri sudah berbuat baik pada diri sendiri tanpa mengantungkan apapun pada dunia luar?

Monday, October 30, 2023

Mencintai Diri

 Menyayangi diri sendiri, sesederhana:
- Tidur cukup
- Makan sehat
- Olahraga
- Tidak merespon makian orang
- Tidak masukan ke hati omongan orang
- Melepaskan hal-hal yang tak nyaman
- Memiliki kehidupan sosial yang nurturning
- Memiliki perkejaan dan penghasilan
- Mandi, pakai skincare.
- Menggunakan pakaian yang diri happy 
- Bersenang-senang tanpa merugikan orang lain
- Memiliki teman yang mutual
- Memiliki pasangan dan intimasi.
- Memiliki hobby
- Menghargai boundaries diri dan orang lain
- Bercerita
- Membangun hubungan emosional
- Berbagi
- Bermain
- Becanda
- Memelihara hewa peliharaan
- Mencintai orang dengan tulus
- Berbuat baik pada diri sendiri
- Memvalidasi diri
- Menghargai diri sendiri
- Mengasuh diri
- Beramal
- Membuka hati
- Menerima rasa cinta dan bantuan orang lain
- Meninggalkan orang-orang yak tak memilih diri ini
- Melepaskan hal-hal yang sudah tidak baik untuk diri
- Menerima diri secara utuh penuh kasih dan toleransi
- Merasakan seluruh emosi yang hadir dan melepaskannya
- Meencintai orang lain dan menerima cinta
- Berpetualang
- Beraktualisasi diri
- Menikah

Saturday, July 25, 2020

25/7/20

Apakah yang dilakukan saat ini adalah benar-benar yang diinginkan?
Atau hanya sekedar mengisi waktu, menghindari usikan sekitar?

Apakah yang diusahakan saat ini adalah benar-benar mendekatkan pada tujuan?
Atau hanya ledakan energi ke segala penjuru tanpa arah?

Apakah yang dikejar saat ini adalah benar-benar sesuai tujuan?
Atau hanya berputar dalam kegelapan tanpa cahaya?
------------

Apakah yang dilakukan saat ini adalah benar-benar yang diinginkan?
Apakah yang diusahakan saat ini adalah benar-benar mendekatkan pada tujuan?
Apakah yang dikejar saat ini adalah benar-benar sesuai tujuan?

Aku menutup mata, berharap esok pagi menemukan jawabannya.
Dan bangun dalam keadaan yang sama, pertanyaan yang sama.
Berlalu dari waku ke waktu, jawaban itu tak kunjung datang.

Kesibukan menenggelamkan perasaan diatas logika.
Kecepatan membiaskan diri mengenal keinginan.
Keriuhan menutup hati memberikan jawabannya.

Saturday, October 12, 2019

Penerimaan

Stasiun padat berisi, hilir mudik orang memenuhi ruang dengan gema pengeras suara bercapur teriakan manusia satu sama lain memanggil dan mencari.

Aku duduk dalam diam memperhatiakn orang yang berlalu lalang, mencari seorang sosok temannya teman yang akan pergi bersama. Tiba-tiba ada mata yang saling bertemu, ada perasaan sepertinya ini orang yang dicari, ternyata benar. Namanya Vilda, teman satu kampusnya Ratih. Ratih adalah seorang yang mengantikan ku di kantor setelah resign. 

Kami bertiga masuk ke dalam kereta. kereta bisnis yang seperti kereta ekonomi. Dengkul saling bertabrakan antar penumpang di depan. 8 jam berlalu, sampai di sebuah stasiun pagi buta dengan udara dingin nan lembab. Kota yang terkenal dengan makanan gudeg nya. Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah bude nya Ratih.

Sampai rumah, kami bebersih, lalu bersiap tidur mengganti waktu tidur yang hilang sepanjang perjalanan yang habis dipakai mendengarkan seorang bapak di depan kami bercerita panjang dan menahan rasa tak nyaman badan duduk berjam-jam. 

Mata baru terpenjam, alarm telepon genggam milik Vilda berbunyi. Aku yang sangat lelah dan baru hampir tertidur mendadak kesal, satu bantal terlempar keras menuju Vilda oleh tanganku. Vilda dengan gesit mematikan alarmnya. Lalu kami bertiga tidur.

Bangun tidur, bersiap-siap untuk jalan-jalan. Vilda tak membahas soal bantal melayang dengan kasar atas perbuatanku. Kami tak membahas dan tak mempermasalahkan. Lalu teringat, jika kejadian itu terjadi pada orang lain, mungkin orang akan marah, akan membalas, akan bermusuhan, namun tidak dengan Vilda. Ia menerima dan bertoleransi terhadap sikapku yang memang tidak baik. Disitu ada sebuah penerimaan, penerimaan terhadap keburukan orang lain, penerimaan terhadap keadaan seseorang, sebuah toleransi dan empati.

Thursday, October 10, 2019

New Life #1

Hari kedua memulai kehidupan baru.
Semalem gak bisa tidur karena ada suara mesin air berirama, bikin stress dengernya.
Sehabis adzan subuh sempet ketiduran sejam, bangun-bangun mendadak insecure. Terus panik, terus cerita ke temen, terus idiingetin tujuan awal dan jalanin step by step. Jadi tenang lagi hahaha.

Tuesday, October 1, 2019

1/10/19

Gak kerasa 3 bulan lagi 2020.
Gak kerasa sudah setahun lebih bolak balik psikolog dan psikiater.
Gak kerasa umur terus berkurang dan bentar lagi ulang tahun lagi.
Gak kerasa syaraf kejepit belum sembuh-sembuh.
Gak kerasa sakitnya jadi ngembet di punggung atas.
Gak kerasa uang habis banyak untuk berobat.
Gak kerasa banyak yang sudah dipelajari, banyak "puzzle" yg selesai.
Gak kerasa diri semakin aware dan terus membaik.
Gak kerasa adik ipar sudah mau lahiran.
Gak kerasa sudah mulai melepaskan attachment2.
Gak kerasa warna rambut sudah hampir pudar.
Gak kerasa badan naik 6kg dalam 2 bulan.
--------

Hari ini akhirnya memutuskan kembali ke psikiater dan mulai mau minum obat tambahan. Depresi gak kelar-kelar. Kembali ke dokter Cecilia di rumah sakit kesayangan, Awal Bros. Tak disangka konsultasi ada terapinya. I feel better dan pikiran lebih bener dikit, banyak pencerahan. Obat mulai diminum malam ini, semoga efek sampingnya baik-baik saja.

Saturday, May 11, 2019

Rehabilitasi Medik

Akhirnya nulis juga tentang ini setelah 3.5 bulan “ngantor” ke rehab hampir tiap hari.

3.5 bulan ini, kerjaan gw bolak balik rumah sakit mulu. Ada aja yg diurus dan perlu dibenahi. Awalnya stress, lama-lama malah bikin depresi gw sembuh karena tiap hari ketemu dan interaksi sama banyak orang kayaknya. Orang-orang yang ditemui di RS jg baik-baik, ya 80%nya sih, karena ada aja yang annoying dan bikin emosi. 

Rehabilitasi Medik ini lama-lama kaya rumah kedua. Meski isinya manula yang abis stroke, hnp, ku bahagia aja berada diantara mereka. Cuma gak bahagia di duit aja yang makin jebol dan syaraf kejepit yang entah sembuh kapan. Alhamdulillahnya sih masih bisa aktivitas normal, jalan kaki, cuma ya terbatas (gak bisa muaythai lagi, kalau nyetir jd ribet, ya intinya jd belajar slow living). Its okay.

Di Rehab ini banyaaak sekali hal menarik dalam pengamatan selama ini. Dari mulai jenis karakter pasien-pasiennya, lucu-lucu gitu nenek2, kakek2. Lama-lama saling kenal, sering dicurhatiin sampe jadi tau kisah hidup dan masalah2nya. Lama-lama berasa antara jadincucu dan konselor haha. 

Kalau dokter ya biasa aja kaya dokter pada umumnya. Kebetulan gw dapet dokter yang kadang baik bgt, kadang nyebelin, overall gw suka karena banyak ngasih insight dan mau dengerin curhat. 

Suster dan terapisnya juga baik2, sabar2, gak semuanya care banget, tapi ada yang benrran care. Dari mulai ngasih tips n trick, teknis angkat beban, inisiatif kasih latihan, sampe anterin ke lobby (jaman awal2 susah jalan). 

Intinya, ku bersyukur, dibalik sakit kemarin, jadi dipertemukan orang2 baik, jadi masuk ke lingkungan baru, jadi happy, jadi nambah pengalaman hidup, jadi banyak belajar. 

Panjang nih kalau mau diceritain detail tiap hari fisio dibikin jurnal, bisa jadi satu buku hehe. 

Sunday, March 18, 2018

Khutbah Nikah #1 - Tanggung Jawab


"Kamu gak punya tanggung jawab terhadap ayah, ibu, mertua, suami. Begitupun sebaliknya, kamu gak punya tanggung jawab terhadap ayah, ibu, mertua, dan istri. Kalian hanya punya tanggung jawab terhadap Allah." - Khutbah Nikah di akad tadi pagi.

Lalu ku nangis. Udah mah setiap akad nikah selalu bikin haru, ditambah khutbahnya yang bikin mikir dan menyadari banyak hal.

Jadi mikir, seorang ayah bertanggung jawab terhadap keluarga dengan memberi nafkah serta menjalani fungsinya, semata-mata untuk mempertanggungjawabkan hidupnya terhadap yang menciptakannya. Begitupun dengan anak yang berbakri, istri yang solehah, tentannga yang baik, teman yang soleh, semuanya tidak memiliki tanggung jawab terhadap manusia lain. Masing-masing manusia hanya punya tanggung jawab terhadap Tuhannya dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya.

Semua manusia yang pernah hadir dan bersinggungan dalam hidup, hanya sebagai ujian, cobaan, tempat belajar, mengajari, dan media dalam mempertanggungjawabkan diri terhadap Tuhan.

Pada akhirnya, kita akan kembali dalam kesendirian, sendiri. Sendiri dalam kubur, sendiri dalam mempertanggungjawabkan semuanya tanpa siapapun.


Bandung, 17 Maret 2018

Khutbah Nikah #2

Masih blm bs move on dr khutbah nikah td pagi. Singkat tp deep. Bagus bgt.
Sering denger bahasan hubungan anak terhadap orang tua. Nah td bahas hubungan seseorang terhadap adik/kakak (jarang bgt denger bahasan ini). Intinya, saat mau nikah, selain sama ayah ibu, perlu minta restu sama adik/kakak juga. Dan itu sama2 penting. Dan jangan jadikan kehidupan setelah menikah sebagai perlombaan.

Terus kepikiran banyak hal.
1. Perhatiin deh, berapa banyak orang ngebet nikah yang gak mikirin perasaan saudaranya sendiri? Alias cm minta izin ke ortu trs udah aja harus terlaksana secepat mungkin. Gak mikirin keadaan adik/kakaknya lg gimana, gak mikirin apa saudara kandungnya sudah ridho? Ya namanya sodara kandung pasti seneng saudaranya nikah, cm dlm situasi tertentu hal itu jadi menyedihkan apalagi kalo landasannya hanya mementingkan kebahagian diri sendiri. Yg diamati sejauh ini, biasanya laki2 kalo udah pengen nikah, gak bisa ditawar apapun alias harus terlaksana as soon as possible. Beda sama perempuan, lebih banyak pertimbangan dan mikirin orang lain (mikirin apakah ayah ibu nya sudah ikhlas melepas?, apakah adik/kakaknya sudah ikhlas melepas dan jadi “sendirian”?, apakah semuanya telah ridho? dll. Karena ikhlas dan ridho pun butuh prosss dan waktu. Gak bisa maksain diri “ya kalian ridho lah” di detik itu.

Ada yg dilangkahi adiknya nikah. Adiknya baru lulus SMA tp ngebet nikah. Sampe kakaknya ngomong “lo jangan nikah kalo cuma pengen pacaran islami!”. Sedih pasti tiba2 ditinggal saudara nikah apalagi dengan alasan yg belum terlalu matang.
Ada jg yg dilangkahi adiknya tanpa warning apapun, tiba2 mau nikah aja, ga liat keadaan (psikis, fisik, dan materi) ortunya, ga liat keadaan saudaranya lg gmn. Yg dipikirinnya cuma hajat dirinya aja dengan alasan “niat baik jangan ditunda”. Gak mikir, apa ortunya ada biaya? Krn yg namanya ortu pasti pengen berpartisipasi saat anaknya nikah. Gak bs asal jawab “ya nikah di KUA aja dulu”. Pd akhirnya setelah nikah belum2 punya anak pdhl subur, mungkin disitu ada ridho adik/kakak nya yg belum didapat alias masih ketahan. Atau ketahan ridho nya justru sama orang lain, orang yg pernah sakit hati.
Jadi mikir aja, berarti saat nikah minta ridho orang tua, adik/kakak, saudara, dsb nya itu penting. Penting untuk kelancaran hari H dan setelahnya. (*jd notes buat diri sendiri jg).

2. Suka merhatiin orang2 yg berumah tangga dan punya anak ga? Berapa banyak orang yang suka pamer kebahagiaan saat hamil? Berapa banyak ibu2/bapak2 yg suka banggain anaknya sampe seolah2 berlomba2 anaknya yg terbaik? Berapa sering ngeliat orang lagi ngebangain cara mendidik anak? 
Kadang mikir, ini mereka beneran lagi sharing kebahagian dan pengalaman mendidik, atau emang lagi pamer ya? Pamer “gw lebih bener ngedidik dan anak2 gw lebih berhasil”.

3. Perhatiin deh perbedaan keluarga kecil (2 anak) dengan keluarga besar (yg anaknya diatas 10). Keluarga besar cenderung kompetitif dengan siapa lebih baik, siapa lebih berhasil, siapa lebih ini itu lainnya. Entah apa fungsinya dan entah apa dasarnya sampai terbentuk mindset dan sikap seperti itu. Tapi mereka semeng banget mgebangain anaknya masing2, ngebangain cara mendidik anaknya, ngebangain kehatmobisan keluarganya, dsb nya. 
Beda sama keluarga kecil yg cm 2 anak. Anak2nya cenderung saling melindungi, menguatkan, gak ada istilah berkompetisi antar sodara. 
Kalo merhatiin dan ngeliat gakta2 yg terjadi, suka mikir, kenapa ya? Kenapa bs gt? Knp keluarga yg anaknya lebih dikit cenderung lebih solid?

Bandung, 17 Maret 2018

Thursday, February 8, 2018

Loose Weight Journey

Transformation. ya kira2 begitulah, jarang foto2. yang pasti tiap hari setiap pagi dan mau tidur
selalu nimbang berat badan. cuma mau dimasukin banyak banget ratusan foto timbangannya hahaha


Ceritanya, Berat badan terus-terusan naik sampe nyentuh 68 Kg (Terberat). Biasanya gak pernah nyentuh angka 60 kg. Apalagi dulu pernah 48kg badan enak banget. Karena terus-terusan naik jadi yaudah aja cuek padahal ortu, adik, temen udah bawel banget nyuruh kurusin badan. Sampe di momen, ngerasa sakit ini itu, cek ke dokter dikira ini itu, taunya fatty liver, terus hormon kacau, pola tidur berantakan, muka kucel jerawatan, kacau banget lah keadaan fisik saat itu sampe ngaruh ke otak dan psikis karena ya saling nyambung gt. Yang ngikutin proses diet selama satu tahun di instagram, pahamlah ya gimana-gimananya. Intinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat dan otak yang cemerlang. hahaha. 

Pertama, menganalisa penyebab gendut. Ternyata kurang tidur, sering begadang, dan gak tidur malem. Itu berhasil bikin perut laper terus, mood kacau yang larinya ke makan, ada hormon2 yg gak keproduksi, metabolisme lambat, dan sistem di tubuh kacau. Akhirnya benerin pola tidur (tidur sebelum jam 11 malem perhari). Alhasil badan dan mood mulai stabil, lumayan enak, nafsu makan jg lebih terkontrol. Setelah itu benerin pola makan dengan eat clean (makanan sehat, organik, fresh, raw. alias rebus2an, mentah, sayuran, buah, protein) diiringi olahraga untuk naikin metabolisme. Yaudah deh jadi lifestyle sampe kalo makan makanan aneh (nasi gorengan) baan gak nerima, kalo gak olahraga badan malah pegel2.

Intinya, gak pake metode apapun, balikin lagi aja semuanya ke seharusnya secara natural. Dengerin badan sendiri butuh apa, perlu apa, dll. Jadi metode yg saya lakukan adalah secara intuitif gak ngikutin metode2 diet yg udah ada. Kalo badan pengen makan manis, ya makan. kalo badn pengen gerak ya gerak sampe badan bilang udah. kalo badan butuh tidur ya tidur. sesederhana itu. Yang perlu dicermati adalah denger kebutuhan badan baik2, maka akan tau mana kebutuhan mana nafsu dan bisa membedakannya. Listen to your body dan lakukan secara intuitif. Satu hal penting, lakukan secara konsisten, pelan2 tapi stabil dan grafiknya terus berprogress baik. Sebulan 2 kg yaudah pertahanin itu sampai goal tercapai, 2 kg/ bulan.

Yang dirasain setelah badan kembali normal (idealnya 48-52kg). Itu tuh enak banget. gerak jadi lebih ringan, gesit, muka cerah bersih meski gak pake skincare, haid ancar gak sakit2 lebay, pola tidur stabil bener, lebih produktif, lebih positif, dan enak aja. Yuks jaga kesehatan badan dan menjadi wellbeing, karena itu salah satu cara mensyukuri pemberian Tuhan, menyayangi diri sendiri, dan investasi untuk masa depan thdp anak keturunan (ya biar nanti kalo punya anak, bisa ngurus, gak sakit2an dikala anak masih kecil, atau ngerepotin anak krn sakit parah).


Thursday, October 13, 2016

What are you doing?

haiii apa kabar semua? lama bingits deh gak update blog~

sering banget dapet pertanyaan, 
"lo ngapain sekarang?"
"kerjakah?"
"lo dmn skrg?"

yang kalo secara logika, apa pentingnya orang bertanya hal yang tak menambah kebermanfaatan apapun. mereka ga tiba2 ngasih proyek, gak tiba2 jalin silahturahmi, gak tiba2 mendoakan (mungkin), intinya aneh aja pertanyaan kepo yang gak jelas tujuannya. hahaha. Sebenernya paling gak suka kegiatan, aktivitas, kerjaan, purpose, goal diketahui orang lain. Lebih seneng diem-diem dan ngerjain sendiri tanpa sorotan. Ya sekarang mau update deh. ini yg dilakukan tahun ini dan bbrp foto kemarin hingga barusan. Jadi, lo ngapain aja selama ini?

1. Belajar. i really love learn to learn. mulai dari belajar jahit, belajar piano (iya, belajar piano diumur segini hehe, kapan2 deh nanti di share video nya), belajar tentang human behaviour melalu observasi, memahami semesta melalui observasi dan perenungan, belajar untuk belajar, semua hal dipelajari. gatau karena haus pemahaman atau punya tingkat curiousity yang tinggi alias banyak kepo tentang ini itu. ini nih yang akhirnya gak ada detik terlewat tanpa mengobservasi dan berfikir.

2. Ngajar jadi dosen luar biasa (bukan asdos dan bukan dosen tetap). Ngajar di universitas swasta (sbenernya udah dari jaman kuliah s2 sih, bahkan awal2 kuliah s2 sempet jd asdos di almamater sendiri setahun).

hasil mahasiswa. foto kemarin. seneng banget deh saat anak didik bisa menyelesaikan dengan baik dan mencerna setiap proses asistensi yeay. ini matakuliah nirmana dwimatra, salah satu matkul yang diajar semester ini.

3. Proyekan interior, freelance. ya, sendiri. tahun ini ngerjain beberapa dan masih dalam ranah residensial dan commercial place. sekarang ada satu proyek kafe yang lagi di bangun di bandung dan satu proyek residential di jakarta timur masih dalam tahap perancangan.

foto diambil hari ini tadi sore menjelang magrib pulang ngajar dari kampus. on going project.

4. Nulis buku. jadi ada beberapa yang lagi ditulis dan gak selesei. ujung2nya yang mau diterbitin malah yg iseng gak sengaja gitu, draftnya udah selesei, tinggal urusan teknis ini itu, inshaallah desember (kalau gak ada hambatan) launching. doakan lancar ya

beberapa tulisan yang gak selesei-selesei, alhasil ada satu folder yang udah jadi draft naskah mulai masuk ke editor. doakan ya. ini folder pribadi yang di screenshoot barusan.

5. Self improvement (baca buku, perbaiki ini itu, bertransformasi), dan hura-hura. hahaha. kalau dari luar terlihat pendiam dan pemalu, kalau ngomong terlihat serius, aslinya seneng main, hura-hura, hidup nomaden, pergi kesana sini, ketemu orang-orang, ngobrol. traveling terakhir ke eropa bulan april lalu. eh ke jogja deng 3 bulan (sampe dikira pindah kesana).

foto kemarin malam. hura-hura sepulang kerjadan berganti baju. mereka anak couchsurfing bandung, saya bukan haha.
 kalau temen deket dan teman diskusi, jarang ketemu tapi tetap dihati hahaha.

6. ngurusin kawinan adek. dua bersoadara, saya anak pertama perempuan, adik laki2 tapi dia duluan nikah. bukan perkara dilangkahinnya, tapi sedih aja bakal super kesepian soalnya cuma dua bersodara, kebayang ga sih pas nanti nikahan, ayah ibu adik di pelaminan, gw sendirian celingak celinguk dari akad sampe selesei resepsi. ada sodara tp mereka kan gak stay seharian, paling cuma bentar, mana dari sd sampe kuliah (selain sma) gw satu sekolahan ma adek, makin ngenes aja dah "kasian ya kakanya". sedih banget bayanginnya aja suka sedih sendiri. meski dari luar keliatan fine, but in deep my heart, i feel so deep emotionally. sapa sih orang tua yang rela anak perempuan satu2nya dilangkahin adik laki2 satu2nya? yang ada, malah gw yg disuruh cepet2 nikah dan dikasihani orang2. yaelah. kalau ada yang mau nemenin gw selama adek nikah, 7 januari di jakarta timur. boleh loh. 

Gallery photo hp, isinya persiapan pernikahan adek. Seneng aja sih ngurus2 ginian.

Jadi sehari-hari, lo ngapain?
jam 7 malem - 3 subuh adalah jam kerja gw. karena hanya bisa produktif malem. ngerjain tulisan, ngerjain kerjaan interior.
jam 5 pagi - 10 pagi tidur.
jam 10 pagi - 12 siang leyeh-leyeh.
siang - sore ketemu orang, urus2 kerjaan yang haru keluar rumah dan ketemu orang.
dan berlanjut terus. kecuali kalo ngajar, pasti malemnya tidur, karena paginya ahrus udah ke kampus sampe sore. weekend ngapain? sama aja kerja kalo lagi ada kerjaan, main/ leyeh2/ baca buku/ belajar ini itu kalo lagi luang.

Kenapa sering dirumah?
karena kerja sendiri, kantornya adalah kamar. kecuali pas ngajar ya harus ke kampus atau ngecek proyek dan ketemu klien. sisanya ngerjain di kamar, mulai dr nulis sampe kerjaan interior. keluar kalo ada urusan sama orang aja. 

Kenapa sih gak kerja kantoran?
karena gw bisa mati sekejap kalo kerja kantoran. Kalau mau bunuh gw, gampang bgt. Jebak aja di rutinitas dengan kerjaan detail. sehari udah bisa berhasil bikin gw gilak dan die. thats why, lebih suka pola kerja dinamis. jadi dosen, tetep bisa ngerjain proyek interior dan personal project. yang penting mah produktif. berutinitas belum tentu produktif loh. bahkan sampe tenaga udah abis seharian pun, tiap malem jam ngantuk, otak masih tetep produktif mikir ini itu dan beberapa di share di fb deh jadinya biar otak rada kosong dan bisa tidur.

Yang dikerjain banyak banget. emang kelar? bisa multitasking?
nah ini gw jg gak paham sama hasrat banyak mau. cuma hidup emang adil kali ya. dibalik sifat banyak mau dengan ide ini itu, diseimbangkan dengan kemampuan menjaga semua hal tetep on fire dalam waktu bersamaan. gw juga heran kenapa bisa gt. berasa mengebu-gebu kaya gak ada tenang dan jedanya. kalau masalah kelar sih kelar. planning itu wajib bagi gw,  meski makan waktu bertahun. dan meralisasikan hukumnya fardhu ain alias super wajib. inshaallah semua kelar pada waktunya.
Doakan :D

Bandung, 13 Okt 2016, 22:07

Thursday, June 9, 2016

Ramadhan #4: Takut

"sama siapa?"
"jangan jauh-jauh"
"jangan sendiri"
"ajak siapa gitu buat nemenin"

Sadar tak sadar, kalimat tersebut sering kita dengar dalam lingkungan kehidupan sehari-hari atau bahkan akrab di telinga yang bersumber dari lingkungan terkecil kita. Tanpa disadari, di bawah alam sadar kita, kalimat tersebut secara tak langsung mengajarkan untuk takut hidup sendiri, takut gak ada temen, takut gak bisa pergi karena tidak ada temen, takut pergi sendirian, takut ini itu, seolah-olah semuanya harus ada teman, aman, ke tempat yang dikenal, takut ini itu.

kalau sendirian kenapa?
kalau jauh kenapa?
kalau ke tempat asing kenapa?
kalau tak ada teman kenapa?
*diluar konteks kalau perempuan pergi harus ada mahramnya ya

ya, semua punya alasan yang masuk akal, sebuah runtutan pola pikir logika manusia yang dirancang dalam pikirannya sendiri tentang sebab akibat dalam ranah ke arah negatif. "takut kenapa-napa".

Kita lupa bahwa sejatinya, sekalipun kita sendirian, kita tak pernah sendirian.
Apakah kamu percaya Tuhan?
Apakah kamu percaya Dia selalu ada? selalu mengawasi? selalu menjaga?
Apakah kamu percaya Dia Sang Maha Penolong, Berkehendak, dan Berkuasa atas semua hal di alam semesta ini?

Lalu, kenapa perlu khawatir?
Kenapa perlu takut pergi tak ada teman? 
Selalu ada "keluarga baru" yang disiapkan oleh-nya di tempat lain, selalu ada pertolongan tak terduga dari Nya, selalu ada cinta yang mengisi hampa meski sendirian ke tempat asing.
Bumi Allah luas, apakah Tuhan di Indonesia dengan di Eropa berbeda? apakah takdir meninggal akan hilang dikala bersamaan dan akan hadir dikala sendirian? semua sudah memiliki ketetapannya masing-masing.
Hasbunallah wani'mal wakil Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar.  (Al Imran: 173)
Yang perlu ditakutkan adalah, tujuan dan niat kita.
Apa niat kita? Apa tujuan kita?
Apa baik? apa buruk? apa pantas?

Btw, selalu ada orang-orang yang berani untuk berjalan sendirian menuju tujuannya, jadi bakal pasti ketemu orang-orang lain yang setujuan dalam setiap perjalanan kok. so, why so worry? 

Ramadhan #4