Monday, October 30, 2023

Mencintai Diri

 Menyayangi diri sendiri, sesederhana:
- Tidur cukup
- Makan sehat
- Olahraga
- Tidak merespon makian orang
- Tidak masukan ke hati omongan orang
- Melepaskan hal-hal yang tak nyaman
- Memiliki kehidupan sosial yang nurturning
- Memiliki perkejaan dan penghasilan
- Mandi, pakai skincare.
- Menggunakan pakaian yang diri happy 
- Bersenang-senang tanpa merugikan orang lain
- Memiliki teman yang mutual
- Memiliki pasangan dan intimasi.
- Memiliki hobby
- Menghargai boundaries diri dan orang lain
- Bercerita
- Membangun hubungan emosional
- Berbagi
- Bermain
- Becanda
- Memelihara hewa peliharaan
- Mencintai orang dengan tulus
- Berbuat baik pada diri sendiri
- Memvalidasi diri
- Menghargai diri sendiri
- Mengasuh diri
- Beramal
- Membuka hati
- Menerima rasa cinta dan bantuan orang lain
- Meninggalkan orang-orang yak tak memilih diri ini
- Melepaskan hal-hal yang sudah tidak baik untuk diri
- Menerima diri secara utuh penuh kasih dan toleransi
- Merasakan seluruh emosi yang hadir dan melepaskannya
- Meencintai orang lain dan menerima cinta
- Berpetualang
- Beraktualisasi diri
- Menikah

Thursday, October 26, 2023

Make Me Greater

Well, Lately I often ask about "going to the xx make me greater?", "meeting with xx make me greater?", "doing xx make me greater?" every time I want to do something, meet someone, or just communicate with someone. I f my awareness say no, I don't do that. If my awareness say yes, so be it. In the past, it was not uncommon to ignore and betray my own awareness, and the result was terrible things and heaviness. 

Pernah mau pergi ke suatu acara yang secara logika hal baik, aktivitas menguntungkan untuk diri, orang-orang yang gak aneh-aneh. Di tenag jalan, pop up "gak bikin greater" dan "disuruh" pulang. Lalu logika mikir "kok bisa gak bikin greater", di ignore dan di terobos lah tuh awareness. Sampai lokasi, semua berjalan baik, dan diakhir ada kejadian yang bikin jiwa gak enak, dan not kind for me efeknya. Diistu, aku berjanji untuk tidak betrayed myself lagi apapun itu. Dimana sebelumnya sering kejadian hal seperti itu. Aku berjanji untuk trust my awareness more dan berlatih untuk tidak terlalu banyak menggunakan logika atau bahkan sesekali di off in dulu. 

Kemabli ke bahasan "make me greater", pernah datang ke suatu acara, sebelumnya cek "datang ke acar ini make me greater?" dapatnya ya. Padahal saat itu keadaanya sedang gak logis lah untuk datang kesana. Akhirnya terobos segala pikiran logika, sampai lokasi nothing special. Endingnya, ada kejadian yang bikin diri expand dan gratitude.

Mungkin asking question disetiap langkah yang diambil, salah satu mengakses keasadaran.
Kesadaran itu netral, guiding and protecting us. 
 

Semakin Kesini

Semakin kesini, semakin aku menggenal diriku sendiri.
Menggenal diriku, kebutuhanku, hasratku, kemampuanku, power potency ku, batasanku, apa yang aku suka, apa yang bikin aku happy, apa yang badanku butuhkan, apa yang kurang baik untuku, apa yang aku cari dalam setiap halnya, luka dan trigger ku, pola-pola diri, termasuk mengenal mana energy ku dan bukan. 

Semakin kesini, semakin aku bersyukur pada diriku sendiri setiap waktunya.
Bersyukur telah sadar, menyembuhkan diri, bertransformasi, menarik hal-hal yang diri require, belajar mencintai diri, mulai memilih diri sendiri, merawat diri, mengasuh diri, memberi nutrisi baik, menerima diri, terus berkembang, membereskan masalah-masalah diri, menyudahi hal-hal yang tidak baik, meninggalkan hal-hal yang sudah tak relevant, banyak sekali yang sudah berubah dan disadari yang diri ini syukuri. 

Semakin kesini, semakin aku tau apa yang aku butuhkan.
Apa yang ku butuhkan dalam setiap relasi, pekerjaan, mengasuh diri, dan lainnya.

Semakin kesini, semakin aku yakin dengan diriku sendiri.
Yakin akan kemampuanku, keterampilanku, intuisiku, instingku, awarenessku, termasuk yakin bahwa semesta on my back (I am alwnever alone, I am never lack of, everything will be ok and greater). 

Semakin kesini, semakin aku utuh dengan diriku sendiri.

Monday, October 23, 2023

Membantu

Ada orang-orang yang dibantu dikit aja, rasa syukurnya tak terhingga bahkan hingga merasa berhutang budi dan rela melakukan apapun untuk orang yang membantunya. Dikala orang yang membantunya pun tak sadar bahkan dilakukan secara effortless

Ada pula orang-orang yang dibantu abis-abisan, diberesin semuanya, disembuhkan permanent, diangkat hidupnya sampe benar-benar berubah drastis. Dan Ia taken for granted untuk itu semua bahkan jahat, dzalim, dan "membunuh" orang yang membantunya. Dikala orang membantunya hingga sangat suffering jiwa raga dan kehilangan kehidupannya. 

Ada orang-orang yang membantu dan mengharapkan balasan. Balasan untuk diakui, diterimakasih, untuk diperlakukan baik, dan jika yang dibantu melakukan hal-hal tak berkenan, maka bantuannya itu akan diungkit-ungkit, hingga mungkin keluar kata-kata "sudah dibantu juga blabla". 

-----

Bagaimana jika ada orang yang membantu, itu karena memang jatah kita?
Bagaimana jika kita di dzolimin orang yang kita dibantu, adalah jalan pintas untuk doa terkabul?
Bagaimana jika kita membantu dan dianggap sampah, debu, bahkan tai tak bernilai, 
adalah ajang kita untuk belajar ikhlas dan menerima (receiving)?
Bagaimana jika bantuan yang kita lakukan tanpa sadar, adalah tabungan untuk diri kita sendiri?
Bagaimana jika bantuan yang kita berikan kepada orang hingga membuat diri suffering, 
adalah pengingat untuk berbuat baik pada diri dan memprioritaskan diri sendiri diatas siapapun?

Sunday, October 22, 2023

Menjadikan diri sumber

Apa yang menjadi miliki diri, akan kembali pada diri, tak ada yang bisa menghalangi 
sekalipun sudah dirampas dan dirampok hingga abis.

Apapun yang memang milik diri, akan bisa dipanggil pulang kembali pada pemiliknya, 
tak tertinggal sedikitpun.

Apapun yang diri ciptakan, bisa diri musnahkan dan hancurkan kapanpun dan dimanapun.

Apapun yang diri bangun, bisa diri rusak, rawat, kembangkan, diamkan, 
berikan, nikmati, banyak kemungkinan.

--------

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber, 
Tak perlu mengemis, memanipulasi, memanfaatkan orang lain. 
Tak perlu juga melakukan sesuatu timbal balik untuk memenuhi kebutuhan.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Tak perlu iri, berkompetisi, jahat, saling menjatuhkan, hanya untuk dipilih. 
Tak perlu benci, takut, dan melakukan semua cara untuk mengisi diri dari dunia luar.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Tak perlu menjadi palsu hanya untuk mengumpulkan kekuatan mencapai tujuan. 
Tak perlu mencari dukungan sana sini untuk kesejahteraan hidup.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Seluruh tanggung jawab ada di diri, seluruh kontrol ada di diri. 
Kontrol untuk merespon, mengabaikan, membuang, termasuk kontrol untuk tidak mengontrol. 

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Apapun yang orang lain rampas, bisa diri ambil kembali kapanpun untuk pulang ke tempat asalnya, diri.
Apapun yang orang lain ambil dan hancurkan, selalu ada kemampuan untuk mencabut semua izin itu.

Tak ada satupun yang bisa mengambil apa yang bukan miliknya,
Semua akan kembali pada pemilknya. 

Friday, October 20, 2023

1

Langit cerah, suasana tenang, angin sejuk, koper dan semua barang yang sudah masuk ke dalam bagasi, siap untuk berpindah ke provinsi lain. Kabar baik pun terdengar dengan tiba-tiba ada orang yang keluar dari tempat yang aku inginkan, sehingga ada kamar kosong yang bisa langsung aku tempati sesampai disana. Semua berjalan sangat indah. Audy, teman kuliahku yang aku anggap seperti adik, laki-laki yang sangat baik dan bertanggung jawab menanyakan teknis pertemuan. Akhirnya ia datang ke kosanku di jakal 12 bersama seorang teman lainnya, Hamidah. Kami mengobrol sebentar, lalu audy masuk kursi kemudi, aku duduk di sebelahnya, dan Hamidah pulang dengan motornya.

Perjalanan dimulai, ada sedikit rasa syahdu dan bersyukur. Audy menanyakan tentang tol, lalu kita mengisi bensin dan tol. 5 jam perjalanan tak banyak obrolan, hanya diam diiringi playlist dari iphone nya temanku. Sempat berhenti di rest area saat siang, untuk mengisi perut dan shalat. Lalu kami melanjutkan perjalanan, saat papan jalan "Surabaya" terlihat, terasa ringan diiring excited dan happiness. "I am on the right path" gumamku. Jarak demi jarak di tempuh hingga samapi di sebuah bangunan 3 lantai berisi 60 kamar seperti hotel namun disii para mahasiswa dan pekerja yang dibayar bulanan. Kami turun, meminta tolong penjaga disana untuk dibawakan barang ke lantai 3. Hampir saja temanku turut membantu membawakan barang0barang, tapi kubilang tak usah, aku takut merepotkannya, dan rasanya bantuan ia padaku sudah cukup besar.

Tak lama, Audy menghubungi temannya minta dijemput, menginap untuk kembali ke Jogja esok hari. Aku berterimakasih padanya. Saat temannya sampai, Ia pun segera meninggalkan kosanku diiringi penjaga kosan, Pak Mo melindunginya dari air hujan menggunakan payung. Entahlah apa yang membuat penjaga kosanku sangat baik sekali pada teman laki-laki ku, dikala terhadapku yang jelas-jelas penghuni tempat itu, agak sedikit ketus saat itu dan mengira aku satu geng dengan salah satu penghuni disana. Tak aku ambil pusing hal itu. Aku bersama sebentar, lalu masuk ke kamarku.

Aku buka bingkisan dari Hamidah, berisi sebuah surat yang berhasil membuat air mata jatuh tak tertahan, tulisan yang indah nan tulus. Lalu kulihat ada sekotak coklat ferrero rocher merk coklat kesukaanku sejak kecil. Entah sebuah kebetulan atau bagaimana, ia memberikan itu tanpa tahu bahwa itu coklat kesukaanku. Ku buka satu demi satu, memakannya perlahan penuh kebahagian sambil terisak. Aku membuat telepon selularku, mengucapkan terimakasih padanya. Lalu ia menanyakan perjalananku. Kami mengobrol sebentar. Dan keesokan harinya, aku mendapat kabar Audy telah sampai dengan baik di Jogja di jemput oleh Hamidah. Semoga kebaikan selalu menyertain kalian ya.

Thursday, October 19, 2023

Fantasi

Dunia Dalam Imajinasi, Menjual Mimpi, Meraup Untung.

Buku, film, serial, sinetron, cerita, sebuah komoditas bisnis dalam ranah menjual mimpi, mengisi kekosangan, kabur dari ketakutan, menutup mata dari realita diri. Dari kisah yang dibagikan, dikonsumsi, para penikmat (pembaca, penonton, pendengar) bebas mengembangkan imajinasinya masing-masing berdasarkan ekspetasi, proyeksi, hasrat, kebutuhan, fantasi, ilusi, delusi, dan kecanduannya. Sinetron orang susah mendadak kaya raya, menjual mimpi hasrat orang-orang yang ingin hidupnya berubah drastis. Adengan film yang memperlihatkan keluarga ideal, paras indah, harta berlimpah, mobil bagus, pasangan sempuran, menjual utopian ideal akan kehidupan yang bisa jadi tidak ada di dunia nyata ini. Cerita buku yang mengambarkan persahabatan abadi yang penuh kasih dan kesetiaan, memberika pandangan akan sebuah persahabatan seperti itu. Sekelipun di dunia nyata, banyak kemungkinan yang bisa terjadi atau bahkan terjadi, seperti pengkhianatan, manipulasi, dibohongi, dimanfaatkan, bahkan hanya digunakan sebagai kebutuhan untuk menaikan status sosial, pendukung karir dan bisnis. Tak sedikit yang berinvestasi pertemanan untuk kemudahan bisnis yang orientasinya keuntungan secara finansial. Kisah audio tentang kesedihan, tanpa sadar bisa membangkitkan imajinasi, adanya orang senasib, yang memahami, mengerti, atau malah mendramatisir keadaan nyata yang terjadi. Jika tidak berada dalam kondisi hadir utuh saat ini, menyadari mana dunia nyata dan bukan, hal tersebut bisa menyeret seseorang masuk ke dalam fantasi, ilusi, delusi, hingga obsesi. 

Selain komoditas diatas, perkembangn teknologi memberikan ruang kreasi yang lebih luas dalam ranah penjualan imajinasi. Dari mulai jasa VCS (video call sex), phonesex, teman curhat, teman ngobrol, teman bincang sebelum tidur, hingga jasa menemani sebagai pacar virtual dalam bentuk chat maupun telepon hanya dengan beberapa sentuhaan klik. Untuk jasa yang produknya berbentuk suara dan wajah, para pekerja tetap merasa aman akan indentitasnya sehingga tidak mempengaruhi kehidupan sehari-harinya dan orang-orang terdekatnya. 

Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain, rasa keterhubungan, dan intimasi. Tak lain salah satu antisipasi dari kesepian dan depresi, atau justru cara untuk keluar dari itu semua. Manusia memiliki kebutuhan untuk di dengar, berbicara, mendengar, bercerita, hubungan berkelanjutan, ditemani, menemani, dipahami, diterima, dan ruang berekspresi. Termasuk kebutuhan akan keterhubungan satu sama lain secara emosi, pikiran, fisik, spiritual. 

Untuk phonesex dan VCS (Video Call Sex), selain untuk membantu dalam penyaluran birahi lewat mastrubasi ditemani orang secara nyata lewat suara nyata maupun visual untuk membangkitkan imajinasi kesenangan. Jika dipikir, untuk apa VCS? bisa saja ditemani video porno atau film semi, namun jasa ini masih sangat marak. Bisa jadi orang ingin adanya hal nyata di waktu yang sama dengan orang yang memang benaran melakukan itu di tempat lain yang terhubung lewat video call, dengan kata lain orangnya benar ada. Selain itu mungkin bisa dipilih sesuai selera, sesuai permintaan, preferensi, dan hal lainnya yang lebih memuaskan. Tarifnya pun ternyata sangat terjangkau dibanding menggunakan jasa nyata secara fisik yang saling bertemu. Dari 2 jenis layanan yang menjajakan pemenuhan kebutuhan biologis sebagai pelepas birahi, stress, ataupun sebuah kecanduan, yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri hanay dengan menggunakan imajinasi tanpa perlu stimuli dari orang lain dan membayar. Hal ini memperlihatkan adanya bergama faktor, entah kemampuan imajinasi orang yang berbeda-beda atau hal lainnya: ada yang kuat dan mampu sendiri; ada yang butuh di stimuli langsung secara visual, suara, ataupun keduanya; ada yang butuh ditemani secara nyata selama prosesnya, ketakutan zina jika dilakukan langsung, masalah biaya, rasa kesepian yang begitu pekat, dan perhitungan lainnya. Itu semua yang dijual adalah imajinasi, fantasi, ilusi, delusi. Karena pembeli jasa tak kenal apapun secara nyata dengan memberikan jasa. Mereka bebas membangun kisah, imajinasi, cerita yang saling dikembangkan untuk tujuan kepuasan diri. Dari mata dan telingga, di proses di kepala, terealisasikan lewat tubuh dan genital. 

Untuk teman ngobrol, teman bicara, teman curhat. Sekilas terkesan miris, masa iya ada orang yang sesedih itu, se kesepian itu, sesendirian itu. Realitanya ada, dan banyak. Jikapun ada yang memiliki teman, belum tentu temannya bisa diajak ngobrol, curhat, bicara di momen yang sangat dibutuhkan. Jikapun ada, belum tentu bisa menemani sesuai kebutuhan, karena teman memiliki prioritas dan urusan lainnya. Apalagi saat usia sudah 20 tahun ke atas, dimana secara psikososial dalam tahap membangun intimasi, merantau sendirian ke tempat asing, teman-temas sudah berpasangan, waktu dan biaya bersosialisasi kurang, tahapan psikososial tersebut menjadi sangat berat. Sehingga kebutuhan akan layanan ini pun semakin meningkat, apalagi bayar, setidaknya orang yang dibayar punya tujuan memuaskan dan menyenangkan pembeli. Kalau ngobrol dengan orang lain secara nyata, mereka tidak ada tanggung jawab itu, mereka bisa respon susak hatinya, dan belum tentu responnya baik, bisa jadi malah jadi debat, konflik, atau pengalaman tak menyenangkan hati. Ya teman ngobrol ini sebenarnya sudah ada dari lama. Di tahun 90an ada sahabat pena, lewat internert ada MIRC, kemudian 2000an ada yahoo messanger yang populer. Orang bisa terhubung dengan siapa aja, mengobrol, bercerita, curhat, dan dua arah. Bedanya kita terhubung secara alami karena tidak ada yang dibayar dan membayar. 

Jasa-jasa tersebut dianggap aman, jika dibandingkan dengan aplikasi kencan. 

Tuesday, October 17, 2023

Perubahan

Awalnya, aku sangat terbuka. Bercerita di blog, soscial media dibuat public. Sampai di momen, menjadi jujur dan terbuka dalam era teknologi seperti sekarang menjadi ancaman tersendiri bagi diri sendiri. Ditahun 2011 aku mulai menghapus social mediaku secara permanent satu persatu hingga hanya menyisakan satu sosial media dan ini. 2017 aku mulai membuat akun sosmed private. Sekalipun approve orang-orang baru, setidaknya orang yang pernah aku temui secara langsung meski sekali (entah di acara, pesta, atau apapun itu). Di beberapa tahun sempat malah menulis, berbagi, dan membuka diri di blog. 

Ada 2 aplikasi komunikasi yang digunakan. Whatsapp dan telegram, Itu pun aku baru tahu ternyata banyak yang mengunakan telegram untuk hal-hal tak senonoh. Dikala aku tau telegram gara-gara jaman pandemi banyak ikutan webinar, seminar, kelas-kelas, yang materinya di share di telegram. Bagiku telegram isinya kaya aplikasi sekolah, banyak materi dan ajang belajar bersama. Dan menariknya, semua data yang disimpan di telegram itu benaran tersimpan dengan baik dan rapih. 

Yang aku amati, banyak sekali orang-orang yang kenal di dunia nyata namun sebenarnya tak mengenal diri, yang mencari informasi lewat sosial media. Lalu mereka membentuk asumsi, menyimpulakan, dan memiliki judgement tersendiri dari hasil proyeksi pikirannya sendiri. Yang sebenarnya untuk apa? jika yang ingin diketahui adalah kabar orang, ya tinggal tanya langsung "apa kabar? dmn skrg? sibuk apa?",. rasanya lebih manusiawi dan beradab. Apalagi jika itu dilakukan oleh kerabat. Lain halnya saat strangers yang kepoin, ya buat apa juga sih sebenernya, ya urusan orang deh.

Sudah lama pula ku tak penasaran dengan kehidupan orang lain. Tak bergeming dengan yang di lakukan orang lain. Tak menghasilkan iri atau kesedihan dari postingan2 orang. Ya intinya, orang yang benar-benar bahagia dengan hidupnya, ia akan sibuk menikmati tanpa kepikiran untuk share atau posting. Dan saat kita menggunakan media sebagai ajang eskpresi diri, gak akan ada cerita kesinggung, kesenggol, jikapun ada yang jahat, ya dibiarkan saja seperti anjing menggongong. Point of view ku saat ini sih itu. 

Fake Account

Mungkin dalam dunia yang serba instant dan bisa diakses dari mana saja, apalagi semua tersedia daam layar melalui jaringan internet, banyak sekali yang menggunakannya secara tidak bertaanggung jawab. Mungkin hal tersebut terjadi karena banyak orang yang muak akan hidupnya, tidak bahagia, memiliki hasrat-hasrat yang dinilai butuk dalam society, mememnuhi kebutuhannya akan uang dan lainnya dengan cepat, dimana itu semua ingin mereka keluarkan dengan cara aman tanpa merusak kredibilitasnya di dunia nyata. 

Misal, date app, kadang heran aja ngapain orang pake foto palsu, nama palsu, identitas palsu. Rasanya kalau intentionnya baik, benar, dia akan bertanggung jawab atas segala perbuatan, sikap, perkataannya sesederhana menggunakan nama dan foto asli yang bisa di googling, bisa diketahui dan terbuka akan latar belakangnya sesederhana pekerjaannya, kantornya, lulusan mana, tingga dimana. Anehnya lagi, jika ditanya kerja dmn dan kuliah dimana, banyak yang tersinggung dan nge cut atau bahkan jadi kasar, padahal itu pertanyaan standard dan biasa. Ada juga yang pakai foto orang lain (mempermaikan imajinasi orang lain), pakai nama palsu dan memberikan nomer handphone yang memang khusus untuk main-main irresponsible. Itu baru dari date app, dimana tidak ada mutual friends sama sekali, jadi orang bebas berbuat apapun tanpa perlu bertanggung jawab. Begitupun di platform yang jelas-jelas orang yang kenal, ada mutual friendsnya, atau bahkan hanya strangers, banyak yang tutur kata, komentar, sikap, perilakunnya tidak baik, tidak jarang pula mencibir dengan nama anonim (tidak berani menyebutkan nama asli/ emailnya). 

Menarik, seberapa banyak orang yang sebenarnya bermental pengecut, cari aman, berantakan di dalamnya, self centered, penuh kebencian, memiliki dark side yang sangat merugikan orang lain yang bertebaran dan terbentuk di masa sekarang?

Kalau kembali ke tahun 90an, jaman sahabat pena. Sesungguhnya aku lupa bagaimana awal sahabat pena ini dimulai. Setidaknya, kita benar-benar bisa tahu alamat rumah orang yang kita interaksi meski belum pernah atau tak bertemu secara langsung. Bahkan jaman dulu, semasa telepon rumah masih aktif, kita bisa mencari di buku kuning tentang pemilik nomer itu dan alamat rumahnya. Jaman sekarang, kita tidak bisa melacak identitas (lokasi, alamat) orang-orang yang memiliki nomer handphone sekalipun saat registrasi wajib memasukan no ktp dan kk. 

Semua telah berubah, entah for good or bad, yang pasti dari semua itu, kembali untuk menjaga diri dengan lebih ketat, lebih waspada, lebih hati-hati. Dimana ini semua bisa melahirkan trust issue satu sama lain. Dan kadang saking tidak percaya dengan orang-orang baru, dunia luar, kita menaruh kepercayaan lebih pada orang-orang yang sudah dikenal lama, satu sekolah, satu komunitas, satu tempat tinggal, satu naungan, dimana kita juga tidak pernah tahu apakah mereka memang benar-benar baik dan bisa dipercaya, atau hanya menggunakan topeng, manipulatif, dan ya begitu saja. 

Beruntung

Suatu sore sampai di sebuah tempat para satu darah berkumpul. Baru saja ku langkahkan kaki ini masuk, terdengar suara sebaya "kamu beruntung". Entah apa yang sedang mereka para lintas generasi bicarakan tentangku sebelumnya. Saat itu, hanya muncul reaksi spontan "enak saja hidupku sebatas beruntung, aku bekerja kerasa untuk semuanya". Ternyata ada perasaan ingin dilihat, dihargai, diakui, di validasi, di puja. 

Sepulang perjalanan panjang keliling Asean, bertemu seorang kenalan di sebuah tempat makan. Ia bercerita banyak hal, tanpa sadar aku jadi bercerita tentang pengalaman perjalanan kemarin. Lalu ia berkomentar "wah beruntung banget kamu, biasa bareng orang yang se menjaga itu". Padahal saat itu aku sedang meluapkan kekesalan dengan teman jalanku. 

Ada suatu kejadian besar dalam hidup, terpontang panting tahunan dalam lumbang kegelapan, kesempitan, penderitaan, kesulitan, dan kegundahan hati tak berharga nan sedih yang tak kunjung selesai. Hingga akhirnya muncul sebuah clarity yang langsung aku lakukan untuk menyelesaikan itu semua. Semua orang yang aku require saat itu datang semua membantu. Hingga keluar "ya ampun, semesta sayang banget sama lo. ini maps nya aja jadi ngarahin ke arah rumah lo" saat teman sudah frustasi berjam-jam di jalanan macet dan arah rumahnya bertolak belakang denganku. 

Bercerita pada seorang kolega, direspon "kamu sadar tidak, kalau kamu itu beruntung?"
Tiba-tiba semua memory muncul dan menyadari banyak hal. Hal lampau yang sering orang sampaikan padaku, yang aku kesal mendengarnya, yang netah dari mana mereka melihat itu sebagai suatu keberuntungan, ternyata banyak sekali keberuntungan yang tidak aku sadari dan mungkin lupa disyukuri. 

17/10/23

Hujatan, hinaan, judgement, rejection, humiliation, abuse, betrayal, abandonment, sihir, rasa benci, tak jarang kudapati itu semua. Begitupun dengan rasa sayang, bantuan, kebaikan, ketulusan, pertolongan. Kadang bertanya-tanya, aku ini apa? siapa? bagaimana bisa banyak orang yang tak suka dan banyak pula yang senang. Hingga di momen menyadari, orang suka dan tak suka, baik dan jahat, sayang dan benci, apapun yang mereka lakukan padaku meski dalam level energy (di pikiran, batin, perasaan) bisa jadi murni keputusan dan pilihan mereka masing-masing. 

Working on Self

Rasanya sangat terlambat sekali baru menyadari ini semua di usia sekarang.
Apa yang tercipta jika sejak usia 3 tahun semua intuisi, awareness, willingness diberi ruang untuk direalisasikan secara maksimal dan mendapati semua yang diri require seperti tanaman yang cukup cahaya, air, udara, pupuk, dan disayang.

Banyak hal terjadi, saat kembali ke memory itu, rasanya seperti keajaiban bisa bertahan dan melewatinya. Banyak sekali orang-orang asing dari arah tak disangka-sangka yang hadir menemani, membantu, dan membukakan pintu selanjutnya. Sayangnya, saat itu banyak sekali hal yang masih konslet di diri, rejection ku terhadap orang-orang yang kind for me besar, dan sabotase diri akan keberhasilan tinggi sekali dan sering dilakukan tanpa sadar bahkan sadar.

Waktu terus berlalu, kesadaran bermunculan, rasa bersalah semakin besar.
Hingga akhirnya ada jalan lain yang terbuka. Melepaskan segala rasa bersalah.
I am working on myself now. 

Sunday, October 15, 2023

Clubbing

Entah ada stigma dan judgement apa saja yang beredar dalam society ini tentang clubbing dan partying. Ada sebagian yang sangat melarang, ada yang membolehkan, ada yang takut, ada yang santai, ada yang apatis, ada yang biasa saja, ada pula yang tak peduli bahkan tak tahu. 

Dictionary.com defines “clubbing” as the activity of going to nightclubs, especially to dance to popular music, drink, and socialize.

Sebagai yang tumbuh di lingkungan penuh norma, dogma, religius, clubbing dianggap hal buruk, negatif, haram, sesuatu yang perlu dijauhi. Tak ada pengalaman partying dan clubbing di masa remaja. Selain dogma, ajaran, serta larangan; ada faktor internal seperti malu, tidak berani menari, tidak berani mengekspresikan diri, belum percaya diri, dan lain sebagainya.

Hingga suatu saat, saat energy sedang tinggi, hasrat untuk bergerak melonjak, butuh kanal untuk mengalirkan energy tersebut dalam bentuk gerak fisik yang biasanya dilakukan lewat traveling yang aktif secara fisik. Akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah club dan clubbing. Saat itu, tidak tahu harus apa, kemana, pakai baju apa, ada aturan apa saja, belum berani sendirian karena minim informasi dan ketakutan atas segala rumor beredar tentang dunia malam. Singkat cerita, ada seorang kenalan di sosial media (stranger) yang menemani, pertamakalinya aku pergi bersama orang asing di pertemuan pertama. Kenalan ini cukup expert di dunia seeprti itu. Singkat cerita kami janjian bertemu di depan club yang telah disepakati. 

Club pertama yang dikunjungi tergolong club menengah yang mayoritas isinya anak muda selebgram. Tempatnya kecil, penuh, banyak orang merokok, berdesakan, padat. Dan disitu pertamakalinya aku mengerakan badan mengikuti irama tanpa ada rasa malu apapun, tanpa perlu tipsi dahulu. Rasanya benar-benar bahagia 2 jam nonstop, bahkan ingin lanjut ke tempat lain karena masih banyak energi. 

Dalam keadaan being present, mindfull dengan beat berat dan connect dengan badan sendiri lewat gerak, disitu awarenessku malah meningkat. Aku jeli mengamati sekitar, merasakan yang terjadi di sekeliling tanpa berdampak padaku. Ternyata di club itu banyak sekali orang yang tak percaya diri, yang tak berani sendiri, yang merasa keren karen pergi rame-rame dan bagian dari kelompoknya, banyak yang tak berani gerak kecuali telah tipsi, ada yang takut, dan lainnya. Begitupun dengan hidden agendanya, beragam. Ada yang kesepian, pelarian, bingung, tak tau tujuan hidup, mengisi waktu, ikut-ikutan, takut tidak punya teman, jualan, cari mangsa, dll. Bagaimana aku bisa tau? ketika kamu sensitif, highly aware, or empath, you will know that effortless. Kalau tidak percaya dengan informasi yang hadir, ya tinggal make sure aja ajak ngobrol orang random atau tanya-tanya santai.

Kembali ke topik, 
Sepulangnya clubbing perdanaku, aku bahagia sekali. Benar-benar merasa bebas, semakin nyaman dengan diri sendiri, semakin terkoneksi dengan tubuh sendiri, rasanya bahagia sekali. Bahagia karena memenuhi apa yang tubuh butuhkan sebenarnya. Dari pengalaman itu, banyak sekali hal yang dipelajari dan membuat sadar. Diantaranya: belajar fokus pada diri sendiri apapun yang terjadi di dunia luar dan di luar diri. Saat clubbing, aku benar-benar aware semua hal tanpa terdistraksi sama sekali. Wow. Bagaimana jika attitude itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, apa yang akan tercipta?

Sebagai yang sering melakukan olah fisik, mulai dari beres-beres rumah, jogging, jalan kaki, nge gym, yoga, renang, muaythai, backpakeran, clubbing menjadi salah satu kanal mengalirkan energy dan olahraga dan meditasi paling efisien untukku. Fisik bergerak dan ada kehidupan sosial sekalipun datang sendiri. Sempat ada pikiran "dari dulu, body ku udh aware require ini tapi gak pernah kesampean dan gak diikutin, coba kalau tahu sejak awal, semenjak sma atau kuliah misal, bisa nge boost area kehidupan lainnya seberapa jauh ya?", Sampai di momen, yang sudah ya sudalah, nikmati saja segala possibilities yang hadir dan keadaan saat ini. 

Oke, mungkin aku akan me review beberapa club yang pernah di kunjungi terkait desain, interior, lighting, sirkulasi, flow activity, hingga observasi human behaviour dan lainnya. Btw, sehabis pengalam pertamaku ditemani stranger expert itu, aku pergi clubbing sendirian benar-benar sendiri dan totally everything okay baik secara personal (secure, pede, nyaman, aman, happy) maupun internal (hal2 selama clubbing, di lokasi, dll nya). 

Tips: punya tujuan yang jelas dan tau apa yg dimau. 
Misal, aku clubbing karena dengerin apa yang badan butuhkan (gerak, mindful, bersosialisasi), dari situ cek apa yang diri mau, mau club kaya apa, yang isi orang-orangnya seperti apa, yang music nya bagaimana, aksesnya, lokasi, dll. Setelah diputuskan, saat di lokasi yang lakukan hal-hal sesuai tujuan: dancing. Jadi gaka da cerita mabuk, gak ada cerita dibungkus, ga ada cerita bingung mau ngapain. Karena saat kita sudah jelas dengan tujuan dan tau apa yang dicari, ada boundaries yang otomatis berjalan dan seperti ada pancaran energy dalam diri yang ditangkap orang sekitar, alias gak ada orang yang berani macem-macem (di aku sih gitu ya), malahan sejauh ini sering ketemu orang2 yg baik, bantu sesuatu, dan menyenangkan. 

Instropeksi

Aku berada dan tumbuh dalam lingkungan yang melihat semua dari kacamata penilaian, benar salah, harus menjelaskan, harus dikasih tau, harus ini itu lainnya. Tak jarang saat dua orang atau lebih bermasalah, mereka saling berteriak menyuruh "instropeksi". Dan aku menangkap instropeksi itu sebagai bentuk blamming, kabur dari masalah, merasa dirinya benar dan orang lain yang disuruh instropeksi yang salah. Dan tak jarang, sering sekali aku disalahkan. Hingga sering ke trigger saat disuruh isntropeksi. Sampai di momen sadar, instropkesi itu bentuk mengevaluasi diri untuk perkembangan yang lebih baik, bukan untuk mencari apa yang salah apda diri dan memperbaiki. Namu untuk melihat semuanya secara objekti dari kacamata orang ketiga, mengamati diri sendiri, hingga menghasilkan kesadaran akan sesuatu termasuk tentang pola. 

Misal, saat berada dalam relasi tak sehat yang beracun. Lalu di suruh instropeksi dalam konteks mencari kesalahan diri untuk di perbaiki, hasilnya malah memperparah keadaan. Saat menganti definisi instropkesi untuk kebaikan diri, saat dilakukan, maka akan sadar ternyata diri berharga, ternyata diri terlalu baik, ternyata diri terlalu percaya dan melihat semua hal dari sisi baik, hingga mudah meaafkan orang, mudah masuk ke relasi beracun, sulit keluar dari relasi tak sehat. Dari situ muncul kesadaran akan diri sendiri, tentang apa yang layak untuk diri, dan dengan mudah merubah pola. Pola yangs ering memilih relasi satu arah , tak sehat, abusif, ke relasi yang penuh respect, mutual, dan sehat.

In my perosnal opinion, aku lebih memilih kata "kontemplasi" daripada "instropeksi". Entahlah masih memiliki judgement apa terhadap kata "instropksi", dia aku masih menyisakan energy untuk menacri kesalah diri, memeprbaiki, dan menyalahkan diri sendiri. Bagaimana jika tidak ada yang salah? hanya belum sadar saja. Bagaimana jikam tidak ada yang rusak? hanya tak sempurna saja. Kalau kotemplasi, buat ku sebagai ajang me review semua hal yg terjadi, mengamati secara objekti, membuka ruang kesadaran, dan memilih hal berbeda. 

Rejection

Banyak sekali orang yaang menolaku. Entah apa yang mereka tolak.

Saat aku masih menaruh keberhargan diri pada penerimaan orang, 
Saat masih ingin seperti orang lain yang kaya akan penerimaan dan kawan,
Saat masih terdoktrin segala dogma harus menjadi orang yang disukai,
Saat masih setuju dengan pikiran bahwa ditolak itu buruk, ada yang salah dengan diri, diri buruk, diri tak layak, diri tak menarik, diri tak layak dicintai, diri tak berharga, dan lainnya,

Penolakan-penolakan yang orang lakukan apdaku baik secara halus, kasar, dibuang, diabaikan, dikucilkan, di jauhi, dipermalukan, di aniaya secara psikis, di sakit, di sisihkan, rasanya sangat menyakiti, membuat diri semakin merasa buruk, terasing, mengisolasi diri, dan tak jarang masuk ke dalam lembah depresi.

Hingga akhirnya aku sadar,
apapun yang dilakukan orang, tak ada hubungannya dengan diri.
Mereka menolaku karena mereka tidak dapat menerimaku, entah apa alasannya, itu urusannya.
Mereka menolaku karena tidak kuat dengan energy ku yang kadang terlalu besar ataupun intense. 
Karena ternyata, untuk orang-orang yang mampu melewati barrier emosiku, yang kuat dengan intensitas ku, yang energy nya sebanding bahkan lebih, mereka mampu menerimaku, bahkan nurturing and guiding.

Juni 2022

A: aku merasa terabaikan saat kamu tak membalas pesanku hingga hitungan hari, minggu, bahkan tak pernah ada respon, balasan, dan kejelasan apapun. Dan ternyata itu semua mempengaruhi self worth ku. Aku merasa tak berharga saat kamu mengabaikan ku berkali-kali, terus menerus. 

Pesan yang entah dibuka, dibaca, tak terbaca, atau di abaikan.

Seminggu kemudian,
X: aku gak pernah mengabaikan kamu. aku selalu excited tiap kamu kontak dan respon. Cuma aku bingung. Aku gak kaya kamu, aku ngomongnya emang dikit.

Lalu diabaikan kembali, tanpa pernah ada percakapan tektok responsif dan ending tuntas.
Esoknya, nomerku dhapus dengan hilangnya foto dirinya. 

"Tentang Kita"

A: (bercerita tentang harinya penuh emosi)
mendadak terpotong
H: tentang kita, kita tidak ada hubungan apa-apa kan?
H: kita tidak akan ada hubungan apa-apa kan ke depannya?
A: (diam seketika) aku tidak pernah ada pikiran apa-apa, tidak ada perasan apa-apa, bahkan tidak menganggap ini semua, apa yang terjadi diantara kita, semua relasi dan hubungan emosi yang ada sebagai sesuatu yang lebih. Aku tak ada pikiran apapun. Aku kira kita dari dulu hingga nanti akan begini.

Dan esoknya ia memblokir nomerku, entah apa yang ada dipikirannya. Krena buatku semuanya seperti teman baik yang saling peduli, mendukung, dan menyayangi.

Tak ada rasa kesal, benci, marah, atau hal lainnya. Tak ada perasaan ditolak, dibuang, ataupun dijauhi. Bagiku semuanya terasa sama. Karena aku tak pernah menaruh attachment apapun padanya.

Tak ada perasaan ingin menghubunginya, menjalin interaksi kembali, atau apapun. Buatku tak pernah ada masalah diantara kita, tak pernah ada hal-hal yang perlu dibatasi, ditolak, diberi jarak, ataupun disudahi.

Saat dua orang memiliki kesetaraan dalam emosi, intelektual, memiliki frekuensi yang sama, emosi yang terhubung, empati yang kaya, apakah hal-hal tersebut harus berakhir menjadi sesuatu? 

Saturday, October 14, 2023

Semakin kesini, semakin sadar

Banyak hal yang tak perlu dibahas, dibalas, di respon, ditindaklanjuti.
Banyak hal yang dibiarkan saja pergi entah kemana. 

Banyak hal terjadi, dan cukup numpang lewat saja tanpa perlu dibahas.
Banyak hal yang dialami, dan pergi lewat dengan sendirinya.

Semakin kesini, semakin sadar,
mungkin banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri, 
banyak yang hanya peduli dan memprioritaskan  dirinya dan hal-hal terkait dengan dirinya, dimana itu semua tujuannya untuk melindungi dan menyamankan dirinya sendiri, 

Semakin kesini, semakin sadar,
mungkin setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri, menjadikan orang lain dan lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan dan hasratnya. Dan masing-masing dari mereka berakhir saling memanfaatkan satu sama lain, mengisi satu sama lain, mebguatkan satu sama lain, melindungi satu sama lain, yang tujuannya untuk keamanan, kenyamanan, dan pemenuhan dirinya sendiri. 

Semakin kesini, semakin sadar, semakin....

Letter for you

Aku gak tau kalau kamu suka samaku saat itu.
Aku gak tau kalau kamu mau relationship saat itu.
Aku gak tau kalau kamu beneran mau samaku saat itu.
Aku gak tau.

Aku minta maaf kalau aku gak peka
Aku minta maaf kalau aku gak sampaikan perasaanku
Aku minta maaf kalau aku gak bisa menerima yang mau kamu kasih padaku saat itu.
Aku minta maaf.

Aku telah memilihmu dari awal, dari awal bersapa 
Aku telah memilihmu dari awal, dari awal memberikan nomerku
Aku telah memilihmu dari awal, dari awal kita bertatapan di layar
Aku telah memilihmu dari awal, dengan meningalkan semuanya kecuali kamu.

Aku suka, aku sayang, aku mau sama kamu. 

-----------

Aku menyesal, waktu awal itu gak ketemu kamu, aku takut. 
Aku menyesal tidak menyampaikan perasaanku dari awal.
Aku menyesal telah menyampaikan harapanku jika kita satu kota, 
yang ternyata menginspirasimu untuk bertemu dan menjalin hubungan kembali.
Aku menyesal, saat tau kamu kangen, aku malah diam dan menjauh. 
Aku menyesal diam untuk sesuatu yang benar-benar aku inginkan. 

Aku menyesal saat sadar mantanmu akan harming kamu, aku sembuhkan tuntas 
dengan mengambil semua penderitaan, trauma, dan sampahnya. Dan kalian kembali bersama.
Aku menyesal terhasut teman yng satu leluhur dengan mantanmu, hingga akhirnya 
kamu memutuskan untuk tidak maua da aku lagi dalam hidupmu dan tak bisa diubah lagi. 

Aku menyesal saat kita terakhir ketemu, aku telat. 
Aku menyesal saat itu aku tak menyampaikan semuanya, aku bingung.
Aku menyesal saat itu aku menolak apa yang ingin kamu berikan.
Aku menyesal saat kamu memberikan kesempatan, aku melepaskannya lagi. 

Aku merasa bersalah pada diriku sendiri, 
untuk tidak mengambil apa yang benar-benar aku inginkan
untuk tidak menyampaikan dan minta apa yang benar-benar aku rindukan
untuk tidak meraihmu
untuk tidak melawan segala asumsi dan ketakutan.

Aku merasa bersalah pada diriku,
yang telah mengabaikan diri,
yang telah menyembuhkanmu meski kamu tak sadari
yang telah menyayangimu dan mencintai mu dalam diamku
yang telah menyembuhkan mantanmu hingga kalian kembali bersama dan membuangku 
layaknya tissue tak bernilai yang pergi bersama angin dan dilupakan terlupakan. 
Aku menyesal menyadari saat semuanya telah terlambat, sata kamu telah berpaling, 
saat kamu telah memilih yang lain, saat kamu meninggalkanku, dan tidak mau ada aku lagi. 

Kamu tau, aku tak menyesal pernah mencintaimu secara mendalam, menjatuhkan hatiku sejatuh-jatuhnya padamu, dan menyerahkan jiwaku padamu. Sekaliun tak ada yang aku dapatkan dari mu selain harming, abuse, kejahatan yang dilakukan kamu dengan mantanmu saat itu. 

Yang paling aku sesali, aku tidak memilih diriku sendiri. 
memilih kebahagianku, memilih kebutuhanku, memilih diriku. 

-----------

Saat aku baru sadar dengan perasaanku, semua sudah terlambat.
Saat kamu menyuruhku untuk melanjutkan hidup, melupakanmu, 
rasanya sakit, sesak, yang sulit aku eskpresikan. 

Aku gak pernah ambil apapun dari kamu, aku gak pernah manfaatin kamu, aku gak pernah jahat sama kamu, aku gak pernah manipulasi apapun, aku gak pernah bohong, aku gak ada hidden agenda apapun, aku gak pernah main-main. Dari awal aku serius, jujur, bener, dan aku mau sama kamu. 
-----------

Saat semuanya terbuka,
tentang hidden agenda kamu, intention mu, semua yg kamu lakukan selama ini setelah connection kita putus, aku kaget, Aku gak sangka kamu tega melakukan itu semua dan berbuat sejahat itu. Bahkan aku tak menyangka segala penderitaanku dari awal kenal kamu, ternyata ulah mantanmu dengan segala kiriman sihir yang membuatku tersiksa dan gilak. Dan sisa-sisa kiriman itu masih membunuh jiwa dan hidupku hingga tahun berganti hingga akhirnya semua terungkap dan banyak sekali yang membantuku saat itu. Termasuk saat kalian sudah mulai menyatu dan bersengkongkol "membunuhku". Kebencian, cinta, ketakutan, dan keserakahan. Kebencian perempuanmu padaku, rasa cinta kamu pada perempuanmu, ketakutanmu untuk bertanggung jawab dan membayar hutang padaku, ketakutan kalian akan kehidupan, dan keserakahan kalian atas harta duniawi. Dan saat iu terungkap, banyak sekali yang bantu menghentikannya. 

Butuh waktu lama untuk ku menerima kalau kamu berubah, terus berubah, dan sejahat itu.
Butuh waktu lama untuk memaafkan diriku sendiri. Memaafkan diri yang tak mengikuti intuisi, yang tak berjuang mendapatkan apa yang dimau, yang berkorban habis-habisan untuk orang yang dicintai meski diri menderita dan terabaikan, yang terlalu naif, yang setia, yang membiarkan orang menghisap energiku,  yang kebobolan dapat kiriman-kiriman, yang terus mencintaimu meski sudah kamu lepaskan, yang terus berharap meski sudah tak kamu ingat, yang terus menjaga meski sudah kamu buang, yang mengizinkan orang berbuat jahat padaku. Aku minta maaf pada diriku sendiri.

Dan untuk kamu, aku gatau,
masih sayang dan menginginkanmu, apakah hal bodoh?
masih berbaik hati dan terbuka dengamu, apakah hal bodoh?
tidak ada dendam dan hasrat membalas, apakah hal bodoh?
memaafkanmu, segala kelakuan perempuanmu, apakah hal bodoh?
pernah mencintaimu hingga seperti itu, apakah hal bodoh?
-----------

Buatmu mungkin ini sepele, karena kamu tak menyadari dampaknya atau tanpa sadar senang melihat orang menderita dan menjadi budakmu. Buatmu mungkin ini sepele, karena tak mengalami apa yang aku alami, semua kebutuhanmu telah terpenuhi semua, kamu telah bahagia dengan segala pilihanmu yang entah sampai kapan. 

Seandainya kamu tahu semua yang telah terjadi, semua dampaknya, semuanya. 6 keturunanmu tak sanggup membayar itu semua. Dan aku masih menghitung ini sebagai hutang. Untuk perempuan itu, tak ada satupun keturunannya yang bahagia; dan segala yang dilakukan dia, leluhurnya, dan satu darahnya, semoga kembali padanya tanpa kurang sedikitpun. 

Wednesday, October 11, 2023

Letter from past lover.

"Aku mencintaimu, tapi aku tak mampu membahagiakanmu, aku tak bisa memberikan apa yang kamu butuhkan dan inginkan. Aku kecewa dan frustasi pada diriku sendiri atas itu semua, yang aku muntahkan padamu dalam segala penyiksaan terhadap batin dan fisikmu. Dan hal itu semakin menyiksaku seiring semakin aku menjauhimu. Aku tak mampu bertemu dengamu, tak ada nyali, aku takut. Meski kamu tahu betapa kamu merindukanku hingga merana, dan semua sikapku hanya membuatmu semakin menderita. 

Dan energy ini aku bawa hingga beberapa kehidupan setelahnya. Hingga di kehidupan ini, saat aku melihatmu, ada rasa cinta besar untuk menyayangi, mencintai, bersama, tapi aku tidak berani. Aku takut. Aku ingin bersamamu, tapi aku takut. Aku ingin memelukmu, tapi aku takut. Aku ingin bilang aku sayang, tapi aku takut. Aku ingin mendekatimu, tapi aku takut. Dan aku mengulangi penyiksaan dan pembunuhanku padamu. Dan kamu tetap setia menungguku, mencintaiku, merawatku, melindungiku, menyayangiku, menyembuhkanku, dikala aku tetap setia untuk menyakitimu, menghianatimu, memperbudakmu, menganiayamu, membohongimu, melecehkanmu. 

Sampai kamu menyelesaikan semuanya, semua masalah diantara kita yang kita bawa dari banyak kehidupan sebelumnya, aku tak menyadari semua yang telah kamu lakukan dan berikan padaku. Aku hanya peduli pada diriku sendiri, pada jiwaku, kehidupanku, keuanganku, nafsuku, dan perasaanku. Aku tak peduli pada dirimu, aku hanya peduli pada diriku. Saat semua kebutuhanku terpenuhi, aku sudah tak membutuhkanmu lagi, apalagi semuanya sudah kamu selesaikan. 

Saat kamu mencabut segala sumpah untuk tidak mencintai diri, barulah rasa cintaku yang selama ini ingin kuberikan sampai padamu, barulah kamu mampu menerimanya, dan aku kaget. Aku kaget ternyata aku punya rasa sayang begitu besar pada mu. Aku kaget ternyata ada rasa cinta untukmu yang diriku pun tak sadar. Tapi aku sudah memutuskan tidak mau ada lagi kamu dalam hidupku. Sebuah keputusan yang tak bisa diubah lagi. Aku ingin menyudahi semuanya, membuangmu dalam hidupku, dan tak mengingat apapun tentangmu sekecil apapun. Aku sudah memilih perempuan lain. Orang lama yang hanya memanfaatkanku tapi kamu sembuhkan dia karena kamu sangat mencintaiku dan takut aku tersakiti. Dan akhirnya kami kembali bersama, aku memilihnya karena dia ada secara fisik bersamaku, memenuhi segala kebutuhanku termasuk gejolak birahiku. Dan segala kedekatan, ikatan, kemelekatan yang tumbuh seiiring peluh yang bertukar setiap malam, tubuh yang hadir setiap hari, interaksi dan ikatan emosi yang tumbuh karena tinggal bersama. Bahkan kami telah menyatu dan menjadikanmu tumbal untuk keuntungan duniawi kami. Karena aku tau, kamu masih mencintai dan menungguku. Aku masih bisa memperbudakmu dan mengikuti pasanganku yang memang tak suka padamu. 

Kamu lanjutkan hidupmu ya, lupakan aku. Kalimat termudah untuk ku sampaikan padamu, karena hidupku sudah bahagia, aku tak membutuhkanmu lagi, semua kebutuhanku sudah terpenuhi, dan aku tidak memilihmu. Aku ingin mengakhiri ini semua, karena aku sudah bahagia, memiliki kehidupan lain, dan aku tak mau bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi padamu atas segala ucapan, sikap, dan perilaku ku.

Kamu tahu, saat ikatan emosi kita hilang, aku hanya menjadikanmu mainan. Saat mantanku kembali hadir, aku hanya memanfaatkanmu dan mengambil seluruh energi uangmu untuk aku ubah kedalam uang fisik. Saat kamu menyelesaikan semua masalah past life kita, aku hanya menjadikanmu budak. Saat kamu menyembuhkan semua trauma, ketakutan, ketidakamananku, aku hanya menjadikanmu keset yang tak pernah aku anggap ada. Saat kamu merubah kehidupanku melesat jauh, aku hanya peduli dengan perempuan disampingku, menganggap dia sebagai bagian perubahanku, bersyukur atas dirinya, dan aku tak pernah melihatmu meski selama ini, kamu yang melakukan semuanya dan memfasilitasiku untuk sampai ke titik ini. Sejauh ini, aku tak menyesal dengan segala ketidaksadaran dan kejahatanku padamu."

Trust Self

Seberapa sering kita mengabaikan intuisi, awareness, suara hati, dan insting kita sendiri?
Gw seriiiing berakhir bencana buat diri sendiri. Apalagi semakin tinggi pendidikan, semakin sering bekerja menggunakan logika pikiran yang harus ada bukti fakta, penelitian, dll. Semakin sering mengabaikan intuisi sendiri.

Pernah ketemu orang (kenalan 10 tahun lalu), intuisiku nyuruh jauhin. Tapi logika mikir "knp ya? kan dia baik, dia mantannya xx dmn xx itu org baik. ga ada yg aneh, ga ada yg salah". Diterobos lah tuh intuisi, berakhir ngobrol di acara reuni, terus diajak ketemuan bahas kerjaan. Pas di pertemuan kedua itu, sudah sampai parkiran depan pintu, tiba-tiba males, berakhir panjang urusan: ke abuse, depresi 2 tahun, mengalami kerugian secara psikis, mental, fisik, finansial, dan semua relasi berantakan. Butuh waktu 5 tahun recovery dr hal itu. 

Masih blm kapok, kejadian lg hal persis beda orang. 
Abis itu, masih kejadian lagi, pake acara ketiban di pelet hampir gilak dan di santet mantan dr orang itu pdhl gw am org itu ga ada urusan, sama mantannya apalagi. Kenal aja nggak, gak pernah interaksi, ga ada urusan. Ini Allahuakbar bgt efek dampaknya. definisi dzolim se dzolim-dzolimnya. Dan dalam 1.5 tahun itu, banyak banget orang yang dateng bantuin, nolong, nemenin proses healingnya, dll. Sebesar dan sebanyak itu bantuan yg hadir dari mana-mana. Sampe pas semuanya beres, baru sadar yang terjadi dan masih kaget sampe sekarang "seheboh itu ya dulu", "jd dulu begini begitu efek santet dan pelet. dan sata mrk balik bahagia, lupa aja sama kelakuannya. dan masih aja numbalin", "bs jahat gt ya orang". Jujur, sejauh ini, mereka orang terjahat yang pernah gw temui dlm hidup. Ngebunuh secara perlahan. Mmebunuh jiwa, dari jiwa berantakan ngembet ke fisik sakit2an, relasi berantakan, kerjaan, finansial amburadul, kehidupan berantakan, dan semuanya ancur, Efeknya bukan ke diri dan kehidupan sendiri aja, tapi ke orang2 sekitar gw jg. 

Dari itu semua, selain sebagai reminder untuk trust intuisi diri, jadi belajar untuk liat kenyataan: kalo ga semua orang baik, ga semua org pny pure intention, ga semua org kind, ga semua org peduli sama org lain. Ada orang2 self centered, yg cm mikirin dirinya, memenuhi kebutuhan hidupnya dengan segala cara, yang gak peduli sama orang meski jiwa dan kehidupannya habis, dijadiin tumbal untuk hartanya, diperbudak. Dan jahat. Meski cashing luarnya sopan, charming, lemah lembut, bahkan ceweknya cantik. Definisi iblis dalam tubuh manusia.

Dari kejadian-kejadian itu, aku makin percaya sama diri sendiri. Udah gak liat orang dari cashing lluar, dari kenal tak kenal, dari status dan latarbelakangnya, dari tampilannya. Sekarang kalo ada deal atau sesuatu, ya di cek energetically dulu. Kaya wkt itu random ketemu org online, pas di cek, ini org make me greater, tau deh apa. Yaudah interaksi, berelasi, dan ternyata dlm bbrp minggu, efek dgn org ini calming my nervous system, beresin trust issue, tau energy konsisten gmn, dan kind aja buat gw efeknya dan make my life greater. 

Kenal orang belasan tahun, baik2 aja, masih bs ke abuse dan berantakan bertahun2. 
Kenal org itungan menit, ga kenal, dlm itungan minggu, ngasih byk kontribusi.

Monday, October 9, 2023

Kesadaran

Larangan mabuk, mungkin salah satunya adalah cara menjaga kesadaran.
Karena saat diri kehilangan kesadaran, banyak hal yang bisa terjadi di luar kendali dan merugikan. Baik kerugian untuk diri sendiri maupun orang sekitar. Jangankan dalam keadaan mabuk, dalam keadaan tidak mengkonsumsi hal-hal yang berpotensi memabukan saja, diri bisa hilang kesadaran. Mungkin ini alasan mengapa ibadah perlu ada gerak fisik (untuk menyelaraskan jiwa, raga, dan pikiran, latihan mindfull dan being present), doa itu diucapkan meski dalam hati, jangan melamun, bergerak, dan lainnya, berguna untuk menjaga kesadaran, sesederhana terkoneksi dengan stimuli yang diterima 5 panca indra.

Untuk alkohol, banyak sekali sumbernya dengan kadar berbeda-beda.
Dari pisang matang, durian, tape, makanan yang dianggap biasa pun ada kadar alkoholnya. Bir, sake, soju, whiskey, tequila, vodka, gin, rum, wine, champange, dan minuman berakohol lainnya. Permasalahannya adalah, saat kita gatau batasan dimana kita masih berada dalam kesadaran, ambang sadar, dan mabuk. 

Ada yang pertama kali minum, 1 shot tequila langsung mabuk tidak sadar, tidur.
Ada yang pertamakali minum, 5 shot tequila baru mabuk. Ada yang 6 gelas masih ok.
Hal ini tidak ada yang tahu kecuali diri sendiri mencobanyanya langsung.
Nah, apakah kita perlu mencoba langsung hanya untuk mengetahui toleransi tubuh terhadap alkohol? karena saat kita mabuk, kita tidak sadar apapun. Termasuk tidak sadar, di gelas keberapa kesadaran diri hilang. Masih mending kalau dilakukannya di rumah sendiri, atau ada yang menemani mengurus sambil ngitungin. Kalau dilakukan di tempat umum, sendirian, siapa yang mau ngurus? Masih mending kalau didiamkan tepar terkapar tidur di sofa atau lantai. Kalau ada yang berniat jahat atau iseng? Ini yang perlu diantisipasi. Kecuali, kalau diri sudah tau batasan, misal batas sadarnya 2 gelas. Ya aman pergi sendirian ke tempat umum, cukup 1-2 gelas. Masih sadar, bisa aktivitas normal, koordinasi otak dan tubuh masih ok. 

Dalam level yang lebih dalam, apapun makanan dan minuman, cek ke dalam diri sendiri dulu. Apakah tubuh membutuhkannya, apakah tubuh mau, apakah tubuh happy konsumsinya. Karena tubuh kita tau yang dibutuhan dan terbaik untuk tubuh sendiri. Kadang, ada momen-momen tubuh minta wine karena sedang require, in my opinion sih ya kasih-kasih aja, paling cm 1-2 teguk udah happy body nya dan gak pake acara mabuk. Dan ini berlaku untuk apapun, melakukan sesuatu berdasarkan kesadaran, bukan tentang benar salah, harus ini itu, baiknya buruknya, dll. Just ask yourself, listen your body and your awareness. 

Sadar

Mungkin butuh waktu tak sedikit hingga tahunan untuk menyadari dampak dan efek yang terjadi pada orang lain atas sikap dan perilakuan diri. 

Mungkin butuh waktu tak sedikit untuk menyadari ada hidup orang lain di tempat lain yang rusak, tercabik-cabik, berantakan, dan hancur hidupnya dari perbuatan diri yang bahkan hanya kesenangan sesaat atau bermain-main, dikala diri hidup penuh kegembiraan, baik-baik saja, dan bergelimang harta. 

Mungkin saat waktu itu datang, bisa jadi orang itu sudah lupa, sedang menata kembali kehidupannya, atau justru sudah mati dari efek panjang sebelumnya. 

Mungkin saat waktu itu datang, bisa jadi kamu bisa menghubunginya untuk melunturkan rasa bersalah pada diri, bisa jadi tak dapat dihubungi sama sekali dan tenggelam dalam rasa bersalah seumur hidup, bisa jadi tak terjadi apa-apa selain munculnya kesadaran dan semuanya sudah terlambat.

Sunday, October 8, 2023

01:18

01.18 AM
Keluar dari hingar bingar penuh dentuman irama.
Meninggalkan gedung, menyebrangi jalan, menuju sebuah lahan.
Mendekati sang penunggu, masuk ke dalamnya.
Sesosok tubuh muncul, meminta imbalan.

Sang kawan tak bergerak, menunggu
Ada kaca yang turun, dengan suara "Andhira, ada?"
Ternyata memastikan ada uang cash bayar parkir.

Hal sederhana yang membuka banyak sekali kesadaran.
Ingatan lampau kembali bermunculan.
Semua terlihat jauh lebih jernih.
Dan air mata meluap diiringi rasa syukur.

8/10/23

Kadang kita gak kenal, ga ada urusan, ga ngapa-ngapain, ada aja orang ngejahatin.
Kadang kita baik, berkorban, nolong, ngasuh, masih aja diajahatin.
Kadang kita diem pun, orang masih aja bisa jahatin.

Orang jahat ya karena dia bisa, mau, mampu, dan melakukannya.
Kadang banyak hal gak ada hubungannya sama kita.

Kita gak ngapa-ngapain, gak kenal, ga ada urusan,
orang bisa nyantet membunuh perlahan dari jiwa, 
cuma karena gak suka, ya gak suka aja, just it.

Keep Going

Menarik,
Saat diri sudah lepas dari belengu, saat sibuk terbang tinggi, saat sudah jauh dari posisi sebelumnya, ada saja yang menariknya kebawah kembali, entah dilakukan secara sadar atau tidak. Dari mulai tiba-tiba menyeret kedalam drama, menciptakan masalah, memperburuk keadaan, memicu emosi, mengubek sampah yang sudah tak ada, menggali hal-hal yang sudah terkubur bahkan lenyap namun menghasilkan kekacauan atas pengalian tersebut, ya ada saja caranya. Dan hal terpenting dari itu semua adalah menjadi sadar. Sadar tentang apa yang terjadi, situasinya, kondisinya, dan sadar keadaan dan posisi diri sudah sampai mana dan dimana. Jika tidka relevan, ya biarkan saja. Jika tidak membuat lebih maju dan mempercepat laju, ya abaikan. Jika tidak mempermudah hidup dan urusan, ya lepaskan.

Selalu banyak cara tak terbatas yang dilakukan orang-orang sekitar secara sadar dan tak sadar, untuk menarik kita kembali pada posisi awalm pada level yang sama dengan mereka. Sadari ini.

Karena saat level kita naik, kehidupan kita berubah, secara alami kita akan melepaskan dan meninggalkan hal-hal yang sudah tak selevel, se fekuensi , dan se vibrasi. Dan di momen itu, mungkin ada orang-orang yang merasa kehilangan, kangen, dan sebagainya.

Fokus ku saat ini: taking care myself di seluruh area kehidupan.
Everything and everyone that doesn't align with my mission, bye.
Everything and everyone that doesn't align with my pace of growth, bye.
Everything and everyone that doesn't align with my new energy, bye.

Wednesday, October 4, 2023

Cepetan gih

Gw bener-bener gatau siapa jodoh gw, gak muncul siapa-siapa.
Ya siapapun itu, yuk cepet ketemuan kita.

Kalau kamu belum beres sama diri sendiri, beresin dulu ya.
Kalau kamu masih pusing muter-muter, beresin dulu ya.
Kalau kamu masih berantakan sama hidupmu, beresin dulu ya.
Kalau kamu masih belum siap, beresin dan segera siap ya.

Aku udah gak mau beresin siapapun kecuali diri sendiri.
Udah gak mau beresin hidup siapapun kecuali hidupku sendiri.
Udah gak mau beresin siapapun, apapun, kecuali diri sendiri. 

Kamu kalo emang jodoh aku, cepetan ya beresin diri dan kehidupanmu.
Biar kita cepet ketemu dan cocreation bareng. 
Biar 1 + 1 jadinya 2juta atau lebih. bukan 2. 

Lover say goodbye

Its been 1 years ago. 

Dinginnya Jogja terguyur hujan, lantai keramik, kipas angin, ruangan luas penuh ventilasi hilir mudik angin. Tempat yang menyenangkan, nyaman, adem, dan jiwa yang lapang. Ada rasa cinta yang dirasakan, ada energy yang menemani, ada rasa sakit yang hilang. Rasanya bahagia sekali saat itu, meski banyak hal yang menghalangi, memanipulasi, merusak, memisahkan hingga diri berhasil terhasut dan penyesalan luar biasa. Ditinggalkan dan dilupakan saat tak ada satupun yang sempat bertemu. Keputusan yang tak dapat diubah. Kesedihan luar biasa, kekesalan besar pada diri sendiri kenapa percaya orang lain, kenapa terhasut, kenapa termanipulasi, kenapa takut, kenapa gak memperjuangkan apa yang dimau, kenapa kenapa lainnya. 

Puji syukur, semua sudah terlewati, dan diri kembali utuh. 

Ya, setahun lalu. Dan aku pun berjanji pada diri sendiri, untuk lebih percaya pada diri, mengambil apa yang diri mau, standing up for myself, menghilangkan rasa takut saat yang diinginkan hadir. Terimkasih dear myself, untuk mampu memaafkan diri, melepaskan semuanya, dan kembali berkasihs ayang dengan diri sendiri, tidak apa-apa kok makan waktu hampir setahun. 

Sebenarnya masih ada rasa "kita masih ada change ga?", "bakal ketemu lagi ga?", "yang belum kesampean bakal kesampean ga?". 

Sbux

Jadi tadi gw ke sebuah coffee shop. Di sebelah gw ada mas-mas berlaptop dengan kabel chargeran menempel.

Sejam kemudian, batre laptop gw abis, yaudah gw bilang gantian dong ya, mas-masnya bilang "sebentar lagi" sontak gw kesel. Terus gw nafas, tenangin diri, sambil asking apa yg bikin gw kesel. Sampe di momen sadar, kalau mas-mas ini egois, dia udah sejam nyolokin chargeran laptopnya, masih nyuruh gw nunggu dikala batre laptop gw udah hampir sekarat. fuck fuck fuck you dalam hati, terus meditasi bentar, gak ilang-ilang, mau pindah tempat lain penuh. Akhirnya 10 menit kemudian gw bilang lagi ke dia, sambil dalem hati "lo cabut gak cabut, bakal gw cabut, gantian nyet". akhirnya dia cabut jg tuh charger an nya.

Yang gw sadari dari kejadian ini, rasa kesal/ marah itu timbul karena banyak hal: boundaries ke cross, sense lies, needs didnt meet, treated unfair, etc. Dalam kasus ini, emosi gw muncul karena mas-mas tadi egois and sense lies (bentar lagi dikala udh nge charge sejam) dikala kebutuhan gw hampir die (my battery).

Saat dia nyabut, dan nulis ini, perlahan emosi gw memudar.

Nah situas-situasi tak terhindarkan seperti itu, mungkin banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Antara kita keluar dari situasi itu (pindah tempat, cari tempat lain, apapun itu) atau being assertive (ngomong langsung, to the point, jelas, dan bilang kebutuhan diri apa). 2 itu sih kuncinya, masalah meditasi, regulasi emosi, itu cuma biar diri lebih tenang, gak ngerusak diri sendiri mendem emosi, atau jadi ribut sama orang merusak kredibilitas diri wkwk.

Dulu, gw tipe yang sangat mendahulukan orang dengan mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Sampe kok sering ketemunya orang-orang egois, taker, di abuse, di manfaatin. Baru deh melek, kalau dunia memang seperti itu, orang selalu mendahulukan dirinya sendiri, kebutuhannya, kenyamanannya, dan ya tentang dirinya sendiri. Disitu mulai lah berlajar untuk mengenali kebutuhan diri, belajar memenuhinya, belajar being asertif, dan standing for myself. Hal-hal yang gak daiajarin dari kecil dan terbiasa untuk peduli sama diri sendiri. Dan hal itu dimulai dari sesederhana "maaf, boleh geser" saat kita gak dapet tempat duduk karena orangs ebelah maruk, atau "saya suka sekali warna ini, ada lagi?", "bisa dikecilkan sedikit volume suaranya, disini sudah jam 1 pagi, mau tidur". Karena dulu kerjaan gw adalah diserobot orang dan di dzolimin mulu, pas kesel marah karena milik diri terampas, boundaries ke cross, hidup makin sulit frustasi, ya orang-orang itu malah ngeliat negatif dan nambah-nambahin masalah hidup. Sekarang sih no deh. 

Tuesday, October 3, 2023

Meninggalkan

Aku gak pernah ninggalin orang, orang-orang yang ninggalin.
Mungkin dulu merasa ada yang salah di diri, merasa tidak berharga, tidak layak, tidak penting, dan mempengaruhi self esteem, self worth, self image. Sampai di momen, banyak kejadian yang harusnya aku tinggalkan, lepaskan, bahkan buang, tidak mampu aku lakukan. Aku gak pernah ninggalin orang, tidak menyelesaikan sesuatu, tidak menepati janji. Tapi seiiring jalan malah sering ketemu orang-orang yang mudah meninggalkan, membuang, mengingkari janji. 

Disitu yang aku sadari, aku tak bisa merubah diriku untuk seperti mereka, untuk sama dengan orang-orang agar diri tak tersakiti dan habis, aku gak bisa  mengingkari janji, meninggalkan sesuatu, tidak menyelesaikan sesuatu. Aku gak bisa ternyata. Sampai akhirnya banyak hal terjadi yang membuat orang-orang, pekerjaan, kejadian itu pergi, hilang, dan meninggalkanku. Semesta membantu sedemikian karena ketidakmampuanku untuk meninggalkan sesuatu yang pernah di dengar, di ucap, disampaikan, dipilih, beririsan, dan singgah.

Tak jarang merasa diabaikan, dibuang, di tolak, ditinggalkan, ternyata itu semua terjadi karena ketidakmampuan diri untuk meninggalkan hal-hal yang sudah tak relevant, yang gak baik, yang beracun, yang harming, yang membuat diri lama untuk tumbuh dan terbang tinggi. Dan selama belsan bahkan puluhan tahun, aku lupa untuk melihat dibalik itu semua.