Friday, February 24, 2023

Loving

In my option, loving someone is a decision.
You (or maybe just me?) can decide to love someone at the first meet.

Loving someone does not mean there should be something or to be his/her someone's special, or to be with him/her. Loving just loving without expectation to be mutual or having return. 

When you love someone on the state of wholeness and abundance, not on the state of lack of, you don't have expectation or demand to have the same love you give to others. And when someone you love hurting, betraying, and harming, you can still love that person as well as the love you can share.

This Energy

This Morning, I am playing This Mood (on 15 Dec 2022).
The space, lightness, love that I share, and hmm (how I describe this?)

Its like a big space, really like space on the universe that you can see all of galaxy, earth, everything. It full of space, lightness, love that will not run out to be shared, sense of tranquil, wholeness, oneness, You are part of yourself and the universe is within you. 

You ok with everything that come to you and go from you.
People, things, experience, place, memory. The good and the bad, the shit and the miracle, the pleasure and the pain, the ugly and the nice, the asshole and the angel, the whole and the broken to pieces, the space and the contract, the sweet and the bitter, the love and the hate, the clarity and the confusion, etc.

Friday, February 17, 2023

HBD to Me

 

HBD to Me!
I love You, dear Myself. Thankyou.

Gratitude, 
- Semalam my high energy come back (Thanks God), being joy, being active, being creative, 
being me,  excitement spark kaya anak kecil yang super happy loncat-loncat.
- Pagi-pagi dapet kado yang menyenangkan buat gw haha
- Sarapan di Anomali Menteng sendirian, menerobos tanggal ganjil. 
- Banyak yang disyukuri, all of abundance, all of magic, all of everything that come to my life,
especially thankyou to myself for being here and being me like now. What else is possible?

Change Molecule

Mentor gw beberapa kali keluar  kata-kata "change molecule" saat gw cerita janjian ma orang batal, tiba-tiba ada temen lain yang dateng, dan hal-hal sejenis dikala gw di khianati, diabaikan, ditinggalin, di php in, dan tiba-tiba suka ada aja yang tiba-tiba muncul. Dan hal ini disadari salah satu teman "kok lo, tiap gimana2, suka ada aja yang yang nolong, yang dateng, ini itu".

Awalnya gak sadar, pas temen bilang gitu baru sadar dan baru ngeh juga maksud omongan mentor meski gak ngerti definisinya. Jadi inget, waktu tahun 2016 apa 2017 ya? Lupa. Malamnya lagi pergi ma temen deket, terus dia mau ikut nemenin sampe aku ulangtahun (jam 12 malem lebih) tapi aku tolak karena pengen sendiri (seharian capek). Besoknya, aku ajak dia dateng buat makan siang bareng, dan aku di ghosting. Saat itu sempet merasa gak berharga, dan sedih banget. Tiba-tiba ada temen kontak "dmn?", terus di dateng nyamperin sambil bawa kue dan kado. Orang yang gak gw sadari inget ultah gw, nyiapin ini itunya, dan dateng. Salahnya, dulu gw kurang bersyukur dan being present di moment itu, malah masih larut dalam kesedihan dan perasaan gak beerharga digituin sama tmn deket, boro2 say sorry, boro2 dateng, bales ngasih rejection (kejelasan) aja nggak dan di cut bertahun-tahun. Sampai akhirnya aku sadar, mungkin buat sebagian orang Ulang tahun itu hal intimate, yang kesannya terlalu emotional, attached, dan spesial. Entah merasa aku bukan siapa-siapa, atau ketakutan aku gimana-gimana. Padahal gw ngeliat temen tuh ya temen aja, gak merasa baper atau gmn2 jg. Cm saat gak dpt closure, nge gantung, gak ada jawaban, diabaikan gt, apalagi saam orang yang gw anggep deket dan sebelumnya dia mau dateng, itu tuh rasanya bener-bener gak berharga banget, sedih. Dulu.

Saat ini, aku memilih orang-orang nurturing yang masuk ke dalam hidupku, dan say goodbye (ngelepas, ngebuang) orang-orang harming buatku. Kadang ada orang baik dan baik ke bbrp orang, tapi ke akunya harming. Jadi bukan tentang baik buruknya orang, tapi bagaimana sikap dan energy mereka ke aku, harming atau nurturing. 

Kembali ke topik change molecule, entahlah istilah dan definisinya, Cuma mau bilang makasih buat orang-orang yang sadar dan bikin aku sadar juga, tiap kenapa-kenapa, ada aja yang bantu, ada aja yang hadir, termasuk tiap di harming orang, suka ada aja yg baik yang hadir. Kaya akhir desember, janjian lama, nunggu sampe 10 bulanan, udah sampai lokasi, gak ada kabar, pas di kontak, bilang batal dan gak jelas kapan, apa, boong, malah dia yang marah, dan terjadi berkali-kali. Sampe bingung bisa ketemu dan kenal orang model gini. Di momen itu, hampir ngedrop, eh ada temen lain yang tiba2 kontak "dmn?". Berakhir ketemunya sama dia. 

Thursday, February 16, 2023

Emotionally Freedom

 

Apa yang tercipta saat diri tidak memiliki attachment terhadap apapun dan siapapun?


Financially Freedom

Suatu malam, after office hour, di tengah obrolan tentang kesibukan, tiba-tiba teman merespon "oh lo udah financially freedom ya", tiba-tiba ku langsung memahami maksudnya. "Maksudnya gw secure apapun keadaan finansial gw?", Dia jawab: "iya". Lalu ku menyadari sesuatu....

Mungkin dalam masyrakat, kebebasan finansial itu disaat diri sudah memiliki pendapatan sekian, sekian besar tabungan, memiliki suatu atau beberapa aset. Inti yang dicari dari kebebasan finansial itu rasa aman, aman memiliki dana untuk kehidupans ehari-hari, memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, serta tabungan untuk masa tua, sehingga tidak perlu lagi bekerja. Rasa aman ini yang menjadi intinya. Mungkin banyak yang telah memiliki tabungan sekian besarnya serta beragam aset dan pendapatan tinggi, namu belum merasa aman akan keadaan finansialnya apalagi dengan perhitungan masa depan, untuk keturunan, untuk ini itu lainnya. Alih-alih menjadi semangat dan joy dalam berkarya dan bekerja, bisa menjadi sebuah tekanan, kecemasan, dan mendorong diri sangat keras untuk mencapainya.

Dari respon singkat teman, yang aku sadari adalah tentang rasa aman. Bisa jadi kebebsan keuangan atau financial freedom itu saat kita merasa (dan memang) aman akan apapun keadaan keuangan diri. Misal, pendapatan sekian, tabungan belum ada, dan diri aman-aman saja santai menikmati hidup penuh joy. Begitupun saat pendapatan besar dan tabungan besar, diri pun tetap aman-aman saja menikmati hidup tanpa beban. Apapun keadaan keungan, tidak ada yang dikejar atas dasar ketakutan, kekurangan, kecemasan. Kecuali mengejarnya memang karena senang dengan uang, senang berkarya nya, senang mengumpulkan, atas dasar joy.

Tuesday, February 14, 2023

Mood


Light and Ease

a: "berantakan bgt nih kamar gw"
a: "berantakan bgt deh nih tmpt tinggal gw"

Dan setiap ngeluh2 gt, respon temen:
t: "ya lo beresin, biar nanti kalo pulang tuh enak tinggal istirahat"
t: "ya lo beresin, biar pulang2 enak"

Dan entah sejak kapan, gw udah bisa cuek
Jadi dulu, seberantakan-berantakannya, sebelum tidur, gw harus beresin sampe bener-bener rapi dan bersih. Sekalipun diri super capek dan ngantuk, harus bersih rapih baru bisa tidur, yang berakhir ngantuknya ilang, gak bisa tidur, terus kesel-kesel sendiri karena badan super lelah. Hahaha. Sekarang, gw cuma butuh menyingkirkan hal-hal yang ada di area tidur aja (bisa jadi cuma 1/2 kasur, sisanya berantakan) dan bisa tidur. Kemarin buka kulkas, ada telor jatoh pecah, dan bisa gw abaikan dibersihin besok aja, setelah "ok gak bau". Tutup pintu, terus tidur.Termasuk cucian piring, udah tangan sensitif ngelupas tiap cuci piring, males nyuci juga suka numpuk, berakhir makan di warung makan aja sebelum pergi dan saat pulang biar pakai piring gelas mereka, jadi gak ada cucian di rumah. 

Gak nyangka, diri se enteng ini sekarang. what else is possible?
Ini di urusan domestik rumah, di area lainnya jg banyak perubahan yang yaudah aja, dilepas, ditinggal, 
nanti dulu, yg perlu-perlu aja dulu. Hasrat membenahi dan membuat semua rapi sempurna sudah gone~

Monday, February 13, 2023

13/2/23

Akhir-akhir ini, mulai mikir tentang pasangan hidup.
Ya, mungkin kehidupan percintaan dan beginian gw telat. Dulu boro-boro kepikiran, orang-orang yang dateng aja diabaikan bahkan di reject. Malahan seringnya gak sadar. Gatau deh dulu gw sibuk apa dan apa yang dicari, sampe sadarnya lama banget. Sadar kalau cinta-cintaan, pasangan, dan sejenisnya itu sesuatu yang memang diri require yang efeknya kemana-kemana. 

Lalu terbesit pertanyaan "siapa ya?", "orang yang udah kenal atau belum ya?", "ketemu dmn?", "ketemunya kapan ya?", Penasaran aja, dan menariknya (atau perlu disyukuri ya?) gak muncul expetasi. Dan sampe detik ini, gw bener-bener gak tau siapanya, gak kebayang. terus yaudah.

Secure

Tadi pas pulang, iseng baca berita dan komentar orang-orang, lalu menyadari sesuatu, 
Mungkin, komentar dan judgement orang akan kena kalau orang tersebut memiliki value/ point of view sejenis. 

Misal: Masturbasi dosa, saat seseorang melakukannya (terencana atau spontan) selesainya muncul rasa bersalah, dilakukan oleh orang yang memang tidak melihat sebagai dosa, dilakukan orang yang terpengaruh lingkungan, dilakukan oleh yang kecanduan, oleh orang yang memang menganggap itu biasa saja sebatas kebutuhan dan tidak dosa, dan oleh orang yang melakukannya dengan awareness di level tertentu. 

Kalau orang yang melakukannya masih merasakan berdosa karena memiliki value itu dilarang tapi kebutuhan biologisnya berkata lain, maka akan mudah bereaksi saat ada orang bawa-bawa agama, akan sangat mudah terkena manipulasi lewat ranah dosa, akan sangat mudah dikontrol lewat dogma yang diyakininya. Berbeda dengan orang yang melakukannya atas dasar awareness, bukan sebatas nafsu, namun sadar efeknya pada keseimbangan hormon, psikis, kesehatan fisik, dan lainnya, ditambah tidak memiliki judgement salah benar. Jika ada orang yang menyerang dengan bawa-bawa dosa/salah benar, ya akan santai-santai aja, tidak reaktif, tidak defensif, yaudah aja. Karena ia tau apa yang dilakukannya dan secure. 

Hal tersebut terjadi di berbagai ranah: aktivitas, finansial, pilihan hidup, gaya hidup, penampilan, apapun itu. Selama diri secure, tau apa yang dilakukan, memiliki awareness yang baik, maka apapun kata orang ya tidak akan berdampak apapun, termasuk tidak ada hasrat untuk menjelaskan apapun terhadap siapapun. 

Contoh lain:  Seorang laki-laki yang memiliki anak istri, memutuskan tidak bekerja untuk mengurus anaknya dans udah memiliki kesepakatan dengan istrinya siapa yang akan bekerja dan mendampingi anak. Laki-laki tersebut dinafkahi oleh istrinya, diam di rumah mendampingi anaknya. Saat pasangan tersebut secure dan tau apa yang dilakukan dan diputuskannya, maka gunjingan apapund ari siapapun ya disenyumin aja. Bahkan tidak perlu menjelaskan pertimbangan dari keputusannya.

-----
Semakin banyak identitas yang kita pegang, semakin banyak prejudice yang hadir. 
Semakin banyak identitas yang dilepas, semakin lapang dan santai hidup. 

Misal: lulusan X harusnya blabla, jadi blabla. Saat seseorang lulusan x gagal, dia akan stress. Aatau seorang suami harus bisa menafkahi, harus ini itu, saat gajinya kurang cukup menafkahi hingga istri perlu membantu, maka akan timbul stress atau perasaan negatif lainnya yang berpotensi menghasilkan konflik - konflik lainnya. Kalau kita gak punya identitas apapun, ya santai-santai aja, malah sibuknya ya sibuk cari peluang, possiblities lain, apa yang bs diuubah dan di create, sesederhana saat gagal ya santai aja tinggal bangun dan bangun hal baru. 

Sunday, February 12, 2023

"Apa Kata Orang?"

Seberapa banyak orang yang ingin mengontrol persepsi orang lain terhadap dirinya, orang terdekatnya, organisasi, lembaga, dan instituasinya?

Mengontrol dengan segala aturan, hukuman, maniuplasi, holding hak, apapun itu. Seederhana aturan tidak boleh gondrong untuk laki-laki karena dianggap negatif, buruk, tidak berpendidikan, kurang bermoral, dll, yang dianggap akan mempermalukan institusinya. Karena banyak orang dalam masyarakat yang menilai seseorang dari penampilan lewat persepsi, dimana prejudice tersebut diasumsikan (mungkin) akan berpotensi merugikan bagi image institusi. 

Alih-alih mengedukasi masyarakat luas, memberikan contoh berbeda, sesederhana gondrong juga bisa rapih, bersih, santun, sopan, cerdas, tidak mempengaruhi kualitas seseorang. Ujung-ujungnya hanyut dalam aturan dan persepsi society. 

Sama hal nya (misal) dengan parents yang stress banget sama pilihan anaknya dan terlontar "apa kata orang?" saat anaknya mau bertato, mau tambha tindikan, mau lepas jilbab, mau berkarir yang memiliki stigma negatif dan rendahan dalam masyarakat, mau tidak bekerja kantoran untuk ngurusin keturunanya di masa golden age (0-5 tahun), atau pas tau anaknya pake narkoba atau melakukan hal ilegal. Yang kalo dipikir-pikir, apa hubungannya? Anaknya kan sudah dewasa, dan saat dewasa kita berhak mua menjadi apa dan seperti apa, kita putuskan itu semuanya sendiri, memiliki autonomy sendiri. Gak perlu lah bawa-bawa nama keluarga, nama orang tua, sampe menghubungkan dan ikut-ikutan menilai keluarganya. In my humble opinion, buat apa?

Ada kok yg dari kecil di didik penuh agama, pas sudah dewasa ya zina-zina aja, tinggal bareng pacarnya, atau korupsi. Sekalipun tampilan luarnya alim, penuh sopan santun tata krama. Semua sudah pilihannya. Ada juga yang keluarganya berantakan, broken home, bapaknya napi, ibunya psk, eh anaknya baik2 aja dan berbeda. Tiap manusia kan punya ruang berpikirnya sendiri, bahkan banyak juga yang cerdas untuk keluar dari pattern keluarganya, kritis mempertanyakan semua nilai dan value yang ditanamkan, dan mencari sendiri dirinya sendiri. 

Kapan ya masyarakat kita dewasa akan perbedaan? bisa memisahkan persepsi dengan prejudice? bisa santai melihat hal-hal yang berbeda dengan yang ada pada umumnya? bisa melihat objektif dengan tidak mengkait-kaitkan dengan hal lain? mau melihat what it is dan seseorangs ecara real bukan dr tampilan luar dan topen tata krama sosial? 

Kalua diri tidak takut apapun alias secure, kan sebenernya gak perlu pusing dengan "apa kata orang", gak perlu mengontrol dunia luar, gak perlu controling/mengarahkan persepsi orang. Termasuk saat denger gosip tentang sesuatu/seseorang, meskipun banyak yang bilang gak bener/negatif/ buruk, kita bs pny kedewasaan dan autonomy untuk melihat itu just point of view dan ngecek sendiri, sesederhana pakai awareness, bukan logika nalar "kalo A pasti B", "kalo xyz, berarti blabla", "buktinya udh banyak, pasti bener, berarri dia/ hla itu/ itu blabla". 

Problem?

Apakah banyak orang yang meliat dunia sebagai masalah ya? 
Sampe kerjanya sibuk cari solusi? 
Bagaimana jika dunia ya seperti liburan, yang cukup diamati dan dinikmati?
Bagaimana jika masalah itu sebenernya gak ada? 
kecuali kalau diri anggap itu masalah. Kalau gak anggap masalah, apakah sesuatu 
yang sebelumnya  dianggap masalah itu masih ada eksistensinya?

Contoh:
"gw lg gak pny uang deh".
Direspon spontan "coba cari kerja blabla, apa yg lo bs bikin? apa yg bs lo jual? apa yg bs lo karyakan yg menghasilkan blabla". apalagi responnya sangat teknikal "coba lo apply ke xx, coba lo ini itu".

Pertanyaannya, apakah orangnya bertanya?
Atau hanya mengeluh? atau hanya menginformasikan? atau hanya ingin diskusi hal terkait fenomena uang yang membuat expand knowledge and awareness?

Coba amati deh, seberapa banyak orang yang sudah riweuh (ribet) dan sibuk jejelin solusi, tanpa nge cek dulu apa yang sebanr-benarnya orang lain sedang sampaikan, arahnya kemana, dan apa. 

Dan hal aneh lainnya, banyak yang sbenarnya baik-baik saja, tapi dibikin sebagai masalah, hanya untuk memenuhi ego tentang benar salah dan 'harusnya-harusnya" berdasarkan norma sosial yang sebenarnya sudah tidak relevant juga dalam kasus tersebut dan beda konteks. 

Clarity

Saat mendapatkan clarity, rasanya males untuk cerita-cerita, bahas ke orang-orang. 
Semacam "oh", terus udah. 

Entah clarity yang ternyata diselingkuhi, clarity di dzolimin, clarity ditipu, clarity dimanfaatin, 
clarity whats going on, clarity apapun dari yang enak sampe super gak enak. 
Kaya yaudah aja. Just aware, just know. 

Friday, February 10, 2023

Being Vulnerable

Bagaimana jika being vulnerable adalah sebuah kekuatan?
Kekuatan untuk menyelami diri sendiri; melihat segala ketidaknyamanan dalam diri; 
mengakui segala emosi, perasaan yang ada dan hadir.

Bagaimana jika being vulnerable adalah sebuah kekuatan?
Kekuatan untuk melihat diri apa adanya dan membuka diri apa adanya terhadap dunia luar. 
Termasuk berani menerima segala judgement dari siapapun yang menilainya.

Bagaimana jika being vulnerable adalah sebuah kekuatan?
Kekuatan untuk menciptakan intimasi bagi diri sendiri atau bisa jadi digunakan 
sebagai alat untuk mendapatkan apa yang diinginkan?

Bagaimana jika being vulnerable adalah sebuah kekuatan?

Being Space

Thank you for being vulnerable, for opening yourself, for trusting me.

Saat seseorang (dikenal maupun orang asing) tiba-tiba membuka dirinya, bercerita hal-hal terdalam dirinya, seberapa sering kita membuka diri untuk menjadi space untuk mereka? Menjadi space, tanpa penilaian apapun, tanpa interupsi, tanpa tawaran solusi? Seberapa sering juga kalimat terimakasih telah bercerita, terimakasih telah bertahan selama ini, terimakasih dan apresiasi yang kita utarakan?

Bagaimana dari setiap cerita dan perjalanan hidup siapapun itu, ada kontribusinya untuk diri? entah membuka wawasan, perspektif, atau justru diri yang bisa berkontribusi dengan menjadi space baginya?

Bagaimana jika tidak masalah, tidak ada yang perlu diselesaikan?
Bagaimana jika menjadi space merupakan solusi bagi mereka?
Bagaimana jika orang hanya butuh cinta terhadap sesama?

Thursday, February 9, 2023

9/2/23

Seberapa banyak orang yang saat memiliki anak, ingin memberikan yang terbaik termasuk menjejalkan semua hal yang menurutnya baik, tanpa memberikan ruang berkembang, tumbuh, berfikir, dan eksplorasi sendiri?

Seberapa banyak orang yang memiliki anak, merasa tahu apa yang terbaik dan merasa paling tahu dan melihat anak tidak tahu apapun sehingga harus dikasih tahu dan diarahkan sesuai value dan pola pikirnya?

Seberapa banyak orang yang memiliki anak, ingin membentuk anak sesuai ekspetasi, proyeksi, fantasi, ilusi, dan ambisinya? 

Seberapa banyak orang yang memiliki anak, mampu allowance terhadap segala pilihan anaknya tanpa interupsi? Mampu melihat anaknya jatuh bangun atas segala kosekuensi pilihannya sendiri? Mampu menerima segala pilihan jalan hidup dan segala prosesnya? Mampu melihat anak sebagai sesama orang dewasa yang memiliki autonomy nya tersendiri?

Mau sampai kapan society ini mengaplikasikan authority dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam relasi anak dan orang tua, dengan memposisikan anak selalu dibawah orang tua yang tidak tahu apa-apa, harus patuh, harus menurut, harus diam saat di nasehati, dan begitupun orang tua harus selalu berada di atas anaknya dari segi kedewasaan, pengalaman, dan harus memberikan nasehat? Bisa jadi jiwa anaknya lebih tua dari orang tuanya, bisa jadi lebih dewasa, dan tidak menutup kemungkinan (atau sudah banyak terjadi) banyak anak yang justru perannya sebagai orang tua dari orang tuanya. Mau sampai kapan kita terjebak dalam form and structure yang kaku tentang relasi, hirarki, dan authority? Bagaimana jika kita melihat semua orang siapapun itu setara, selevel? Apa yang akan tercipta saat kita mampu melepaskan aturan-aturan tentang keharusan-keharusan dan membuka diri seluas-luasnya untuk belajar dan menerima dari siapapun, apapun, dimanapun? Sesederhana orang tua belajar dari anaknya, belajar sabar dan jujur pada diri sendiri misal. Bagaimana jika kekurangan ortu bukan sebuah aib melainkan sebagai ajang belajar anak? 

Wednesday, February 8, 2023

8/2/22

Lagi mampir cafe sebelum pulang, karena kelaperan. Tiba-tiba inget tmn lama, nanya-nanya kontaknya, dapet. Say hi dan mendadak nangis2. Terus curhat panjang ke fasil, ngetik sambil nangis-nangis. Di respon "kamu lagi healing?" , "kalo iya, perlu?". Tiba-tiba tersadar, lalu cek, eh kok iya lg healing, trs stop, dan mood balik joy lg. Gw pikir udah gak begini2 lagi. At least sekarang sadarnya lebih cepet.

Dulu mah parah banget, semua sampah, trauma orang (termasuk begar yg selewat di jalan dan strangers) dan lainnya diambil, Sampe sering depresi, sakit-sakitan, udah gitu masih kena judgement negatif orang-orang yg gw tolongin. ini itu. Sampe ada salah satu kenalan komen "ability gede tapi bego, kerjanya ngambilin sampah orang mulu". Pas ke abuse, ya sering banget ke abuse, dikomen "kerjanya masukin orang harming, reject orang2 nurturing". Dulu belum paham, skrg baru sadar dan itupun masih suka spontan ngambilin sakit2nya orang (psikis fisik mental) dan healing, untung ada aja yang ingetin. Sekarang no more deh.

Jadi gw sering banget sehat-sehat aja, papasan ma orang di lift, mendadak sakit sebadan2, muntah2, pas diobatin gak sembuh2. Depresi jg sama, tiba2 depresi, sedih2 mendalam, diobatin gak sembuh2. sampe ada yang ngasih tau "kalo bukan punya diri kan gak akan beres2, orang bukan sampah kamu". Disitu sadar dan balikin semuanya ke pemilik sebelumnya, lalu done. Ada juga sih yang jadi maksa orang2 (kalo dikenal) itu buat healing dirinya, pas mereka reda, sakit2 di diri ilang sendiri. 

Nyangkut

Jadi, dulu gw sering banget nyangkut sesuatu.

Sampe sadar...
Bisa jadi orang-orang yang hadir hanya sebatas kepentingan, saat kepentingannya sudah terpenuhi, ya mereka pergi, meminggalkan, melupakan, bahkan gak inget apapun tentang semuanya. Jd selama ini ngapain gw loyal sama orang? Ngapain capek-capek jaga relasi? Ngapain mengusahakan sesuatu yang sudah selesai mati-matian sendirian? 

Sampe di momen sering banget ketemu orang-orang egois, self centered, NPD, ke abuse, ke harming, dimanfaatin, macem-macem sampe berantakanlah. Lalu merenung, apakah semua manusia di dunia ini benar-benah hanya sebatas kepentingan, transaksional, dan fokus ke apa yang bisa mereka dapatkan ya? Kok gak dimana-mana, beda sendiri gini sih. Gw gak pernah kepikiran untuk taking apapun dari siapapun, meski ujung2nya kalo gak di suudzonin ya dimanfaatin. Gw gak pernah ninggalin, buang, dan lupain orang. Gak pernah cuma mikirin diri sendiri. Yang ternyata itu semua bentrok dengan pola sistem dalam society dan orang-orang di dalamnya.  Sistem kerja dan cara berfungsiku beda sendiri. 

Balik ke masalah nyangkut, at least skrg udh bisa move move, yeaaay. 
The more I honoring myself, the less I nyangkut2 ternyata hehe

OCD and Messy

Well, gw rapih banget dan berantakan banget.
Semua barang disusun super organize tp berantakannya bisa sampe lantai gak keliatan.
Baru beberes, gak sampe sekian jam udah kaya kapal pecah. Sempet terbesit, kalau udah nikah tinggal di rumah mertua gimana nasib ya? Suka main naro sembarangan, gak bisa cuci piring (tangan langsung ngelupas), jam tidur berantakan (sering baru tidur subuh, krn diri fokus dan produktif malem pas orang-orang tidur), gak suka disuruh, males kalo di atur2/diceramahin. Bisa-bisa ribut gak jelas. 

Lucunya, pernah di luar kota sama nyokap, tiba-tiba butuh barang. Alhasil kontak adek cowok dan ayah di rumah buat kirimin barang-barang itu. Kamar gw jelas kaya kapal pecah tapi gw apal setiap detail semua barang-barang gw dimana. Gw kasih guide tuh posisinya "di lemari nakas, laci ke-3, di sebelah kota ke-2 dari kiri", "di lemari satu lagi yg sebelah kanan, buka pintu kiri, disebelah dress biru". Dalam sekejap orang rumah fotoin barang-barang yang gw minta sebagai konfirmasi bener/nggak. Dan ketemu semua. Dikala nyokap yang super rapih kamarnya, minta tolong dikirimin barang, orang ruah gak ada yang nemuin dan lamaaaa bgt prosesnya sampe nyokap iri "kamar kamu kan berantakan, kok gampang sih ketemu barangnya". Disitu, yg gw sadari, seberantakan2 nya gw, semuanya ttp terorganize dengan baik dan gw inget semuanya secara detail. Justru kalo diberesin orang dari kecil suka ngamuk karena semua posisinya berubah diberesin sotoy dimana kalo ditanya, tuh yang beresin gak inget naro dmn, jd nambah kerjaan bongkar2. Jadi ya emang enak beberes tuh sendiri dan kasih aturan "jangan sentuh barangku apapun apalagi mindahi meski cm digeser satu centi". 

Nah skrg, udah belasan tahun sih tinggal sendirian, kadang pusing tuh pulang2 berantakan, berujung beberes dulu sebelum tidur, dan besok paginya berantakan lagi. Meskipun berantakan, tapi bersih. Cuma ajdi mikir aja, ini gw kenapa ya bisa berantakan terus-terusan tapi inget semua posisinya secara detail? 

Hal lainnya, suka lupa. Kemarin-kemarin kunci kamar gatau ilang kemana, sejam nyari2 di parkiran gak nemu, udah capek bgt pengen tidur. Ditambah hp ilang udah 3 hari dan gw bisa cuek gak ngurus/ nyari. Pernah hp gatau kemana selama 2 minggu dan gw bodo amat, kontak2an ma org segala urusan via wa laptop dan email. Ya ketemu sih meski aneh ternyata ada disana disini yg sebelumnya udah diubek2 disisir segala sudut gak ketemu. Parahnya kalo lupa naro kacamata, ya minus 9 tanpa kacamata, apa yang diliat? mau nyari pun sulit. Mungkin yang gini-gini gak bisa diterima semua orang, belum tentu juga saat bareng ma orang, bisa santai2 aja. 

Tuesday, February 7, 2023

Relevant

"RELEVANT implies a traceable, significant, logical connection."
www.merriam-webster.com

Relevan sesederhana buku pelajaran kelas 1 SD penting saat kita kelas 1 SD tapi udah gak penting, gak berguna, gak relevan saat kita kelas 3 SMP. Ya begitu juga dengan tempat, orang, kejadian, barang, pekerjaan, dan hal-hal lain yang hadir dalam hidup. Bukan merenddahkan/ menilai buruk/ kurang akan sesuatu, hanya di waktu saat ini, hal-hal tersebut sudah tidak pas dengan kapasitas diri, tujuan, keadaan, kualitas, level, dan sudah tidak ada kontribusinya lagi.

Menariknya, kadang banyak hal dan orang yang sudah tidak relevan lagi untuk diri saat ini, tapi justru diri yang tidak mau melepaskannya, tidak mau meninggalkannya, masih diingat-ingat dan dibawa-bawa. Hal tersebut berujung pada terhambatnya hidup dan kemajuan diri. Ya contohnya seperti buku pelajaran, saat kita kelas 3 SMP, apakah kita masih membutuhkan buku pelajaran kelas 1 SD? apakah masih diperlukan? apakah masih berfungsi dan berkontribusi? atau hanya memenuhi ruang penyimpanan? Itu kalau disimpan, kalau dibawa-bawa, apakah tidak memberatkan dan memperlambat langkah? Bayangkan seberapa banyak hal dan orang yang sudah tidak relevan dengan diri yang masih diri simpan dan bawa-bawa? Apa yang terjadi saat kita tidak mau melepaskan itu semua? Dan apa yang terjadi jika melepaskan semua yang memang sudah tidak relevan?

Relevan tidak untuk hal-hal berdurasi lama atau sudah lama, kadang kesadaran kita akan peluang di menit ini, bisa jadi sudah tidak relevan di 10 menit selanjutnya. Kesadaran kita atas whats going on nya kejadian beberapa tahun lalu, bisa jadi hanya sebuah kesadaran dan sudah tidak relevan untuk kehidupan kita saat ini. Pekerjaan, pasangan, teman, orang-orang siapapun dalam hidup kadang sudah tidak relevan juga untuk kehidupan kita saat ini. Layaknya komputer tahun 1990an mungkin sudah tidak relevan dipakai di tahun 2023 meskipun masih dapat menyala.

Dan kadang banyak hal yang sudah tidak relevan justru terlepas sendiri tanpa perlu proses, tanpa masalah, bahkan tanpa diri sadari, dan semuanya terasa netral. Seperti "yaudah aja", entah tiba2 selesai aja relasi sama oraang meski tidak ada obrolan perpisahan, entah tiba-tiba move on di detik saat habis kontrak, entah tiba-tiba diri bergerak sendiri meninggalkan suatu tempat beserta isinya tanpa ada perhitungan logika dan perasaan apapun. Just move, just done, just gone.