Sunday, December 31, 2023

31/12/23

 Bismillahirrahmanirrahim.

Alhmadulillah sudah mulai bisa melepaskan, meninggalkan, menyudahi, dan hilang begitu saja.
Apa yang tercipta ya jika diri mampu melakukan itu di seluruh area kehidupan terhadap semua hal, orang, apapun, siapapun, yang memang sudah tidak relevant, tak mutual, tak memilih, dan meninggalkan diri? Seberapa cepat hal itu semua bisa dilakukan? Perubahan apa saja yang akan terjadi? Apa saja yang akan hadir mengisi ruang baru yang telah kosong bersih itu? Kemungkinan apa saja yang akan dan hadir? Keberlimpahan apa yang akan mengisi? 

Terimakasih atas segala perubahan yang dilakukan, atas segala transformasi yang dijalani, atas segala pilihan yang dipilih, atas segala kesadaran yang bermunculan ang kiranya tak hanya lewat tanpa aksi nyata yang memberi manfaat baik pada diri. 

Aku sangat bersyukur sekali.

Friday, December 29, 2023

29/12/23

I once loved you with all my soul.
I position you far above myself to be very superior.
I devote all my energy and life to you.
I once cared for, protected, healed and nurtured you.

Until I finally realized,
I am the person who most deserves it all. 

Celebrate

I celebrate myself for every little thing that changed. 
Being whole, being me, being love, being joy, being fun, being ease, being myself again.

Mood

Dating

Ternyata jaman sekarang, orang dengan mudah memilih orang lain mengangtikannya, mengunakan, saling menggunakan, dan memposisikan orang sebagai pilihan dari banyaknya pilihan yang tersedia. Layaknya permainan, seperti datang ke minimarket gratisan tanpa modal apapun dan bisa memilih apapun. Apalagi di dating app, jadi yang benar-benar mencari pasangan serius ya lumayan terhalang orang-orang gak jelas. Ibarat supermarket 80% yang datang hanya ingin lihat-lihat dan coba sample gratis, dan hanya 12% yang benar niat membeli. 8% nya hanya penghibur. Kebayang kan 12% ini harus bercampur dengan 80% pengunjung lainnya dalam lokasi yang sama? Lama kelamaan fenomena ini pun memunculkan trust issue satu sama lain terutama untuk orang-orang yang benar-benar mencari jodoh serius. 

Dan yang aku amati, jika tidak ada yang berniat jahat seperti menggunakan pelet (ya ada yang menggunakan pelet, bukan untuk membuat orang jatuh cinta, tapi meng hook orang agar bisa ai manfaatkan sesuai kepentingannya dan bisa sangat abusif nan harming merusak jiwa raha dan kehidupan seseorang). Jika semuanya dalam state normal, memilih orang benar-benar bisa dilakukan secara logis.

Jika di dunia nyata, orang beerkencan secara nyata. Dimulai kenalan langsung, ngobrol, makan bareng, beraktivitas bareng. Di dunia maya, banyak yang hanya main-main, tanpa komitmen, tanpa menghargai orang, dan anehnya banyak yang tidak mau bertemu atau bertatap muka online. Banayk juga yang sudha memiliki pasangan bahkan menihak yang menggunakan aplikasi kencan, entah untuk apa. 

Hmmm tadi mau cerita apa ya? jadi lupa.
Ohya, mau cerita kalau jaman sekarang saking banyaknya pilihan dan mudahnya akses, orang jadi senaknay dan semena-mena tanpa empati dan bertanggung jawab atas sikapnya. Dan saat berakhir, itu berakhir begitu saja dan dianggap lumrah. Tidak ada bahasa "aku sudah menemukan yg lain", "kita sudahi ini semua", "aku sudah tak tertarik lg padamu". Diam, didiamkan sudah menjadi closure tak tertulis. Padahal bisa jadi ada orang yang diam dan mendiamkan karena dirinya sedang repot urusan lain dan sebenarnya sangat tertarik hanya saja belum sempat ungkapkan. Lagi-lagi asumsi saling bermunculan dan penuh dengan asumsi sebagai bentuk perlindungan diri, atau apapun itu. Begitupun boundaries dan trust issue kadang beda tipis. 

Saturday, December 23, 2023

Hegemoni, Konformitas, Budaya Kolektif.

Hegemoni, Konformitas, Budaya Kolektif.
Banyka lingkungan dimana semua saling terlibat satu sama lain, ada kecenderungan sulit untuk membangun boundaries. Ada perasaan tak enak, alasan kedekatan, ketakutan dijauhi, ketakutan dibuang, ketakutan tak diterima, ketakutan dinilai, harus menjadi sama; harus mengikuti sekalipun tak mau, tak suka, dan tak relevant; termasuk setiap keputusan harus memikirkan banyak orang hingga kebutuhan dan kepentingan diri terabaikan.

Melihat manusia sebagai perpanjangan dari suatu daerah, lingkungan, keturunan, dan organisasi. Bukan manusia sebagai manusia. Sesederhana, dalam meilih sekolah, jurusan kuliah, bekerja, menikah, harus mempertimbangkan seluruh anggota keluarga, keluarga besar, organisasi, sampai satu kampung. Padahal urusannya cuma satu orang, semua hal yang terlibat dengan orang ini menjadi pertimbangan. Begitupun saat seseorang mengalami suatu kejadian yang dianggap melanggar norma (hamil di luar nikah/ kasus narkoba/ ketahuan selingkuh/ korupsi/ ketauan clubbing di luar negeri saat bulan puasa, misal), keluarga besar, tetangga, kantor, kampus, semuanya ikut terserat malu. 

Pada akhirnya banyak sekali yang menggunakan topeng, menutupi jati dirinya, agar aman di mata public, jatohnya ya membohongi orang lain. Dan orang seneng-seneng aja dibohongi karena hanya mau melihat, mendengar, dan tahu apa yang dimau saja. Ada pula yang akhirnya menekan kebutuhannya, keinginannya, kepentingannya demi bisa diterima masyarakan dna lingkungan, membohongi dirinya sendiri berakhir meledak kedalam alias depresi.

Eh udahan deh ya, mau pergi dulu.
*Gak janji diterusin dan kapannya

Tuesday, December 19, 2023

Fisik

Romance, relationship, hal-hal yang aku anggap gak penting, dulu. Fisik apalagi. 
Jadi, saat ada yang bahas tenatng romance, relationship, preferensi fisik lawan jenis, aku gak tertarik, gak ngerti, dan gatau pentingnya apa. Singkat cerita, 8 tahun kemudian, baru lah sadar. Ternyata kebutuhan romance ku rendah; pinter menyembunyikan perasaan (ga akan keliatan kalau lagi bener-bener suka orang) sampe pernah di komen bos "kayaknya calon suami kamu tuh harus cenayang ya"; relationshipku based on strong friendship (no romance2), dimana sering di komen "you treat me like a friend"; termasuk sadar preferensi fisik lawan jenis. Fisik yang aku anggap gak penting, ternyata matter. Yang energy nya abundance, restless, high energy, active lifestyle, suka olahraga, yang badannya proporsional, metabolismenya tinggi, bersih, mulus, putih (cerah). Even udah nikah dan punya anak pun, ya laki-laki tetep perlu jaga badannya juga dari makan sehat, olahraga, stamina, bentuk badan, kebersihan, kesehatan, dll. 

Dulu aku kalo stress pasti gendut (dulu ya), terus hidup sehat (eat clean, olahraga tiap hari, ngitung kalori) turun 20kg dan stabil beberapa tahun, sampe ada accident, sempet naik. Ajaibnya, saat ini BB ku turun banyak dari hasil beberes trauma, sampah2 diri, emotional baggage, dans eiiring itu nafsu makan jadi gone. Sekarang makan bener-bener seperlunya, olahraga kalau body minta (niatnya sih nge gym lagi ya, cuma belum bisa komitmen waktunya), dan mulai taking care fisik. Bukan untuk terlihat okey di mata orang, lebih ke arah karena sayang sama diri sendiri, excited merawat badan sendiri, semangat untuk nurturing badan. Bahkan sudah persiapan hamil meski belum ketemu jodohnya. Ya persiapan dari turunin BB, nambah masa otot, makan makanan bernutrisi, jaga pola makan, tidur yang bener (ini masih suka berantakan, tidur masih cm 4jam an dan gt deh), jaga wellbeing, mindset, pola pikir, stress/trigger management. Hasilnya ya siklus haid teratur dan haid di tanggal yang sama tiap bulannya, badan lebih happy. Dan gak abuse/maksain diri untuk harus kurus, harus bb sekian cepet, gak makan ini itu, dll. Semuanya dilakukan based on awareness dan happy. Misal, kalo suatu waktu badannya minta kue manis, ya makan. Kalau badannya lagi minta pasta karbo banyak, ya kasih-kasih aja. So far sih, saat dengerin badan sendiri dan gak bawa "sampah2" orang (dulu suka absorb pain, suffering, emotion, feeling, though orang2 sampe stress sendiri) itu makan cuma cukup sekali siang aja, mintanya juga banyak protein; pagi cuma minta jus atau buah; malem ya ngemil ringan bahkan ga mau apa-apa. Cuma rasanya kok aneh ya, jadi suka maksain diri dengan jejelin ini itu ke badan, I am sorry dear my body. 

Ok, balik ke topik awal. Intinya, aku baru sadar ternyata fisik buatku penting dan ternyata punya preferensi fisik juga hahaha. Kirain selama ini nggak. Ya emang sih dari dulu milihnya laki-laki yang fisiknya kaya yang disebutin, cuma gak sadar. Dan compatibility energy tuh penting. Misal, traveling dari jam 6 pagi, jam 10 malem energy ku masih tinggi, terus partner udah tidur ya bete. Traveling 2 minggu energy fit stamina oke, sehat, eh partner hari ke-4 sakit, ya bete. Gimana mau happy berpetualang dan main bareng, kalo dari segi level energy dan stamina gak sebanding dan compatible. Sama kaya kemampuan nalar, intelektual, deep thought, deep feeling, kalo gak selevel kan sebel. Boro-boro bisa joy and create more; connect and align aja nggak. Karena pada dasarnya emang nyari temen ngobrol dan diskusi yg pinter, wawasannya luas, nan bijaksana; temen main; partner co-creation and exploration. Ya bisa jadi romance nya minim. Dan yang aku amati, gak semua orang tahan sama intensitasku. 

Monday, December 18, 2023

Trust Issue

Trust Issues are formed from small things to big one.
When you meet someone of the opposite sex who is just playing you, making fun with your pure attention and real affection, say what they don't mean it, making promise that never be kept, tell you sweet things just for having fun, never value you, make you feel special when you just an option from a lot of option. 

You never know, how far and how deep you destroy other people (trust to others, trust to themself; self-worth; self-esteem; sense of self; their life physically, psychologically, mentally, financially). If you knew that, maybe you wouldn't even care except for your own pleasure and benefits. 

May what you plant and give to others will come back to you without the slightest loss.

Maybe people unaware what goodness their given to others, because they never have bad intentions to others and never calculative what they're doing detrimental to themself. Maybe, its same as when people do harm, they unaware because they used to always priority them self, take everything that benefit them without considering other people's side and their effects as long as they get the benefit. 

We met many people in life, knew their energy. 
So, we can use it as information when we decide something.

Thursday, December 7, 2023

Relevant

Entah apa yang terprogram untuk memikirkan banyak hal dan mengurusi hal-hal di luar diri. Semakin kesini semakin menyadarii, banyak sekali hal yang tak ada hubungannya dengan diri dan tak penting.

Keluarga yang desktruktif nan abusif, 
Rekan kerja yang jahat nan harming,
Pasangan manipulatif nan toxic,
Figure authority yang tak adil, 

Mereka seperti itu ya karena mereka bisa melakukannya, mau, dan melakukannya.
Saat seseorang dimaki, dianiaya, dibunuh pun kadang tak ada hubungan dengan dirinya. 

Semakin jelas melihat, semaki menyadari banyak sekali hal yang tak relevant dan tak penting.
Entah apa yang dipikirkan orang-orang untuk mengurusi moral seseorang, pilihan hidup orang, kebahagian orang, dan semua hal yang dialami orang lain, dimana mereka pun tak memberikan kontribusi apapun sesederhana pencerahaan apalagi bantuan nyata secara emosional maupun hal tangible. 

Tuesday, December 5, 2023

Relationship

Gw udah berada di titik memilih berelasi dengan orang yang beres-beres aja deh.

Orang yang udah selesai dengan dramanya, sembuh dari segala luka batin dan traumanya, melepaskan segala emotional baggage nya, whole, secure, content, udah ga ada yang perlu di healing lagi, awaken, bertransformasi menjadi diri sejatinya, high vibration and frequency, emotionally mature and available, mampu being vulnerable, having value, knowing what he want and need, having purpose and clear life direction, living in his truth reality. 

Relasinya pun, relasi yang nurturing, nourishing, gratitude, committed, mutual connection, open, honest, trusted, saling bertumbuh dan terus berkembang, explorative, co-creation, calm, fun, anteng tanpa drama, mature, responsible, similiar value, same goal, active and healthy lifestyle. 

Berelasi dengan orang yang beres dgn relasi yang tak hanya untuk kepentingan, keuntungan, kebahagian, dan kepuasan berdua, namun bisa memberikan kontribusi bagi sekitar secara luas baik mikro maupun makro. 

Perfect Body

Its not about how perfect your body,
Its all about how you feel about yourself,
What judgement do you have to your body?

The more you accept yourself, kind to yourself, less or no have judgement to your body, 
The more people see you comfortable, attractive, loveable, pleasant, joy, sexy.
What people see and feel to you, is reflective what you see and feel you yourself. 

Saturday, December 2, 2023

Mas Kawin

Setiap datang ke acara akad nikah, saat dibacakan mas kawin, tidak pernah terpikirkan apapun, bahkan di diri hanya terdefinisikan sebagai syarat untuk nikah saja. Setiap dengar obrolan orang terkait calon, mahar, uang, harta benda, aku tuh gak ngerti apa yang orang-orang bahas dan debatkan. Sampai di momen....

Buatku, mahar, mas kawin, seserahan itu sebagai bentuk kasih sayang. Bagaimana sang calon suami mampu menafkahi istrinya, memenuhi kebutuhan istrinya, memberikan keamanan dan kenyamanan di area material world/tangible things. Sesederhana mampu memberikan tempat tinggal yang layak, trasnportasi mumpuni, makanan sehat bernutrisi yang baik, pakaian layak nan nyaman, kebutuhan merawat tubuh dan kulitnya, kebutuhan bersenang-senang, kebutuhan explorasi belajar, termasuk kebutuhan pendukung aktualisasi diri. Kalau calon istrinya suka belajar, setidaknya ia mampu bayarin kelas-kelas pengembangan diri. Kalau istrinya senang bekerja, ya ada dukungan material things juga seperti jam tangan, satu set podcast misal, hal-hal yang dipakai sehari-hari. 

Mas Kawin
- Mahar emas 200 gram (misal), buat ku bentuk memberikan keamanan finansial yang suatu waktu mungkin jika diperlukan, sang istri bisa menjual untuk kebutuhannya, dengan kata lain tidak ada penelantaran. Dan ini bentuk kasih sayang juga. 
- Satu set perhiasan berlian misal, bentuk honoring istrinya agar terlihat lebih anggun, cantik, apalagi jika istrinya memang memakai perhiasan dalam kesehariannya, selain keindahan visual, perasaan bahagia, bisa menyeimbangkan energy nya yang berkontribusi juga untuk kesejahteraan suami dan kehidupan bersamanya. 
- Dan sejumlah uang dalam bentuk cash yang setelah acara di taruh di bank, 
to give feeling secure and abundance. Dari perasaan itu, bisa attract abundance more and more money. 

Seserahan
Hal-hal yang dipakai sehari-hari, bukan ajimpumpung atau untuk pamer-pamer.
Misal, jika biasa pakai skin care la mer, ya calon suaminya mampu memenuhi kebutuhannya tersebut. Jika biasa pakai sepatu merk dan kualitas tertentu, ya diberikan yang sama atau setara yang biasa dipakai. Jika biasa menggunakan pakaian dalam seharga 800rb karena cocoknya dengan kualitas yang harganya segitu, ya mampu di penuhi juga. Jika biasa menggunakan shampoo merk X, ya diberikan merk dan variant yang sama dengan yang biasa dan cocok digunakan sehari-hari. Dan tak ada kata mahal, high maintenance jika memang menerima, menghargai, mencintai istrinya dan dirinya mampu. 

Rumah, kendaraan, hal dasar lainnya. Bukan tentang megah, mewah, namun layak. Dan layak ini bisa beda-beda tiap orang. Ada yang ia bisa tidur di kasur 200rb an, ada yang badannya baru bisa tidur di kasur 20jt an. Layak bagiku adalah momen dimana kebutuhan bertemu, terakomodasi, terfasilitasi dengan baik yang menunjang kesehata jiwa, raga, mental. Termasuk lingkungan tempat tinggal, baik secara bangunan, lokasi, udara, orang-orang sekitarnya seperti apa, dekat dengan kehidupan sosial kah, akes untuk kesana sininya mudah kah, dsb. 

Ternyata hal-hal materi bukan tentang matre karena tamak, keserakahan, atau norak untuk pamer.
Dalam level tertentu atau perspektif tertentu, justru itu salah satu bentuk kasih sayang, menghargai, melindungi, merawat, menutrisi. Saat diri memiliki perspektif seperti ini, ya akan menarik calon suami yang sejenis, yang memberikan itu semua dengan value yang sama. Bukan untuk "membeli", mengontrol, menguasai, pamer, memperbudak, sebatas syarat, atau apapun itu. 

------

Jika perempuan terbiasa hidup mandiri, memenuhi kebutuhannya sendiri, terbiasa memberi. Dominan dengan energy maskulin. Bisa jadi, bertemu pasangan (berpasangan) menjadi ajang untuk belajar menerima. Menerima cinta, menerima kasih, menerima diurus orang lain, menerima perlindungan, dukungan, pemenuhan kebutuhan, dmenerima ditemani dan ada teman, dijaga, diayomi. Hingga sisi dan energy feminine nya yang mengendap puluhan tahun, mampu naik muncul ke permukaan. 

Friday, December 1, 2023

It's not about you anymore

It's not about you anymore.
It's not about you harming, abusing, killing, dumping me anymore.
It's not about trauma, struggle, suffering, loss of self and life anymore.
It's not about being chosen, not chosen, nurtured, not nurtured, kind, unkind.
It's not about how stupid and naive I am, skip opportunities. 
It's not about being stuck, letting go, moving on, forgetting it all, erasing all of it.

Now, I see you as a gift.
The gift that teaches me how to learn to love myself.
The gift that teaches me to get what I want.
The gift that teaches me how to choose self-first.
The gift that teaches me to speak my feelings.
The gift that teaches me to receive love. 

The gift that teaches me to feel worthy no matter what.
The gift that teaches me to deserve abundance, love, equality, and mutual.
The gift that teaches me to be more appreciative of people around me who love, are kind, and nurturing.
The gift that teaches me to take care of myself like a top priority business.
The gift that teaches me to look deep inside and know myself. 

The gift that teaches me how to ask for help and support.
The gift that teaches me to receive people who offer help.
The gift that teaches me how worthy I am.
The gift that reflects my inner world.
The gift that reminds me to my real issue. 

The gift that teaches me to set priorities.

Thursday, November 30, 2023

Shifting

This morning, I cleaned several betta fish aquariums.
The aquarium is very dirty, cloudy, full of food residue, and starting to get slimy.
If left longer, there is a big possibility that the fish will die.

I prepared a container filled with clean water as a temporary place for the fish while the aquarium was cleaned. There is an interesting thing, when I pick up a fish by hand, the fish struggles, runs away, moves, until the water runs out, then the fish can be picked up and moved. Likewise, when they were taken with a net, there was a rebellion, and they ran away. Even though I have no intention of harming, killing, or even wanting these fish to get better, healthier, cleaner water, a more beautiful and clear aquarium life. If the fish knew what it was going to get, it would probably be silent when it was picked up and moved to a new place. But what he did was the opposite, my good intentions were considered attacks, threats and the process of giving good things to the fish took quite a long time which actually put the fish in its own trouble.

Imagine if that happened to us, humans.
How when God creates, gives good things that are much more beautiful, happy, enjoyable, worthy, healthy, clean. Where in the process of moving or cleaning, we actually rebel, get stressed, feel insecure, get busy here and there, even though we just have to keep quiet, obey, follow, and voila we can have a better and better life.

Tadi pagi, aku membersihkan beberapa aquarium ikan cupang.
Aquariumnya sangatlah kotor, keruh, penuh endapan sisa makanan, dan mulai berlendir.
Jika dibiarkan lebih lama, besar kemungkinan untuk ikannya mati. 

Aku siapkan wadah berisi air bersih sebagai tempat sementara ikan saat aquarium dibersihkan.
Ada hal menarik, saat mengambil ikan dengan tangan, ikan berontak, kabur, bergerak, hingga airnya habis, barulah ikannya dapat diambil dan dipindahkan. Begitupun saat di ambil dengan jaring, ada pemberontakan yang dilakukan dan kabur-kaburan. Padahal aku gak ada niat mencelakai, membunuh, bahkan ingin ikan-ikan ini mendapat air yang lebih baik, sehat, bersih, kehidupan aquarium yang lebih indah dan jernih. Seaindainya si ikan tau apa yang akan dia dapat, mungkin ia akan diam manut saat diambil dan dipindah ke tempat baru. Namun yang dilakukannya sebaliknya, niat baikku dianggap serangan, ancaman dan proses memberikan hal baik untuk ikan menjadi cukup lama yang sebenarnya membuat si ikan berada dalam keribetannya dia sendiri.

Bayangkan jika itu terjadi pada kita, manusia.
Bagaimana saat Tuhan menciptakan, memberikan hal baik yang jauh lebih indah, membahagiakan, menyenangkan, layak, sehat, bersih. Dimana dalam proses perpindahaan tersebut atau pembersihannya, kita malah berontak, stress, merasa tak aman, ribet sana ribet sini, padahal tinggal diem aja udah, manut, ikutin, dan voila dapat kehidupan yang lebih baik dan oke. 

Sunday, November 26, 2023

26/11/23

Beberapa tahun terakhir, haid ku sangat teratur dan udah gak pernah ada gejala apapun secara fisik, psikis, mental. Kemarin-kemarin karena tidur sempet berantakan gak jelas hampir seminggu, bahkan H-2 sebelum jadwal haid gak tidur, alhasil seharian sakit kepala, malam berikutnya susah tidur, sakit banget kepala, kebangun-bangun. Akhirnya minum obat tidur. bangun2 udah gak se heboh kemarin sakitnya tapi pusing. Trs olahraga ringan jalan kaki, baru 3 menit mendadak mual banget sampe pengen muntah. Akhirnya berhenti, diem, meditasi. Malah mules. Keluar wc masih pusing dan mual bgt. 

I am sorry dear my body...

Seneng deh

Seneng banget deh kalo liat postingan orang yang lagi having fun, olahraga, hidup sehat nan aktif, makan proper mindfull nan bergizi, going to nature, traveling; surrounded by healthy, wealthy, smart, genuine, kind, warm heart, pleasant, and joyfull people. I want it too.

Saat traveling, partying, clubbing, going to the gym, catching up, doing activities together because we are  happy with ourself and doing it because we love ourselves, Itu tuh menyenangkan banget sih. Apalagi ketemu orang-orang yang satu value, mutual, high energy, and high vibration jg. 

Saturday, November 25, 2023

Nurturing

Tahun lalu saat sadar dan tau kalau seseorang sangat nurturing ke mantannya tapi tidak padaku bahkan harming, rasanya sedih banget. Sedih diperlaukan berbeda bahkan sangat jomplang dikala aku abis2an taking care, protecting, healing, dan sangat nurturing him. It leads to feel unworthy and abandonment. Kemarin tiba-tiba sadar dan kaget ternyata selama ini semua orang-orang yang aku temui dalam hidup, yang hadir dalam keseharianku, yang aku pilih dan masukin ke dalam hidupku, adalah orang-orang yang tidak nurturing me. Dari mulai lingkungan terkecil, teman-teman kosan, teman-teman sekolah, pekerjaan, tempat tinggal, fasilitator, semuanya ga not nurture me. Lalu jadi ngecekin orang satu-satu dan semakin kaget, sedih, sampai di momen: Bodo amat deh orang mau nurturing gw kek, mau kagak kek, gw commit ma diri sendiri ajalah to care myself dimanapun, kapapun, saat sendiri atau sedang bareng siapa. 

Berarti selama ini yang aku rasain tuh ya bener, valid. 
Dear universe, hadirkan dong orang-orang, tempat, pengalaman, pekerjaan, 
semua hal yang nurturing and nourishing me.

Friday, November 17, 2023


Ternyata hanya butuh ketemu 1 orang yang mature, konsisten, nurturing, kehidupan langsung berubah. 

Dua Jiwa

Pertemuan dua jiwa yang pernah mengenal sebelumnya, pernah bersama, menyatu, dan memiliki janji untuk selalu bersama. Rasanya seperti telah kenal lama, akrab, ada ikatan yang tak dapat di deskripsikan meski baru pertama bertemu sekdar berpapasan kontak mata ataupun melihat wajah selewat sekian detik. 

Dua jiwa yang pernah terikar janji setia selamanya untuk saling mencintai, menjaga, bersama, melindungi, menyayangi, atau pun untuk saling membenci dan membunuh. Gejolak emosi muncul dengan sangat kuat, entah untuk mencelakai, mencintai, bersama, atau "membunuh". Dua jiwa yang belum menyelesaikan urusan dan janjinya di kekhidupan sebelumnya, kembali dipertemukan. Entah dua-duanya merasakan  atau hanya salah satu pihak yang merasakan karena di masa lampau hanya dia yang masalahnya belum selesai.

Dua jiwa yang entah saling bersatu kembali dalam ikatan, dalam perselingkuhan, dalam pengkhianatan, dalam permusuhan, dalam peperangan, ataupun pembunuhan. 

Dua jiwa yang mereka pun tak sadar dengan segala apa yang terjadi di balik emosi, perasaan, dan pikiran yang muncul dengan sangat kuat seperti tak mampu dilepaskan dan tidak terjadi pada semua orang yang mereka temui apalagi hanya orang asing.

Dua jiwa yang akhirnya menggulang pola yang sama dan meninggalkan masalah tanpa menyelesaikannya entah hingga di kehidupannya keberapanya. 

Sumpah

Seberapa banyak sumpah yang terucap lewat kata atau hanya terbesit di hati yang secara sadar dan tak sadar dilakukan?

Seberapa banyak sumpah-sumpah tersebuat yang termanifestasikan dalam kenyataan dan menghambat diri sendiri?

Seberapa banyak sumpah-sumpah tersebut terus terkunci dalam sumpah hingga di kehidupan selanjutnya dan membelengu diri sendiri?

Seberapa banyak sumpah akan sesuatu, kejadian, terhadap orang, termasuk terhadap diri sendiri?

Sumpaha pa yang sata ini kamu sadrai dan ingin putuskan?

Tak ada hubungannya

Sadar ga?
Apapun yang orang lain lakukan, gak ada hubungannya sama diri.
Mau bahas tentang family (no offense ya. Disclaimer dulu).
--------

Orang tua abusif, harming, jahat, tak mampu mencintai, controling, manipulatif, apapun yang mereka lakukan pada anaknya, tidak ada hubungan sama sekali dengan anaknya. Mereka hanya memproyeksikan ketidaknyamanan pada dirinya sendiri, lukanya, expetasinya, judgementnya kepada anaknya. Misal, orang tua pernah dipukul pas nangsi waktu masih kecil. Saat ia memiliki anak, anaknya masih balita dan nangis, teringat trauma dirinya yang berakhir marah-marah dan memukul anaknya. Contoh lainnya, orang tua tidak mendapat cinta kasih seorang ibu, karena ibunya tak mendapat cinta kasih dari nenek sejak lahir, maka ia pun tak mengerti cara mencintai anak perempuannya, sehingga anak perempuannay cenderung terabaikan secara emosi. Atau orang tua memiliki cita-cita menjadi dokter, lalu gak kesampean, dan ia proyeksiin ke anak-anaknya harus jadi dokter sekalipun naaknya gak mau dna gak bahagia; jika melawan dan memilih pilihan lain, maka di abuse dengan menahan biaya kuliah dan biaya hidup. 

Banyak sekali hal yang gak beres sebenarnya dalam relasi orang tua dan anak, termasuk dalam keluarga, jika mau disadari. Tidak semua lahir dari keluarga yang sehat, dinamika keluarga yang eling, dan dari pribadi-pribadi yang healed. Banyak yang menikah dikala belum membereskan masalah-masalahnya, belum melepaskan attachment terhadap keluarganya (termasuk attachment beban emosi, masalah, trauma, warisan trauma, belief, pola, dll); belum menjadi diri nya sendiri yang jejeg, secure, full autonomy yang menjalani realita aslinya dengan penuh tanggung jawab. 

6 Tahun lalu di usia 20an, aku masih melihat laki-laki dari:
Agamanya, ibadanya (yg keliatan kan kuantitasnya aja), lulusan mana (masih sih sampe sekarang), pendidikan, pekerjaan, kekayaan, kepribadian, dan hal-hal yang masyarakat dan society pertimbangkan untuk menjadikan pendamping dan menikah. 

Saat ini, yang aku minta dan liat lebih ke arah: kemampuan dan kapasitas untuk nurturing, nourishing, membebaskanku jadi diri sendiri, provide money, good sex, align, make me greater, co-creating, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan bertumbuh, kind to my body and being. Yang bisa receiving and gifting, konsisten, saling gratitude, connected, trusted, respect. Di bayangan ku kaya 2 anak kecil happy joy yang energy nya bermain dalam menciptakan kehidupan dan saling mencintai penuh syukur dengan tetap membebaskan satu sama lain menjadi dirinya sendiri. 

Eh kok bahasannya ajdi belok wkwk.
Ok balik ke topik tentang ortu. Ya intinya, saat ortu tak memberikan cinta tulus murni yang penuh kasih dan nurturing, bukan berarti kita tidak layak akan cinta. Namun ya ortu tersebut yang tak mampu mencintai, bukan karena tak sayang, tapi karena ia gak tahu gimana cara mencintai yang membuat anak merasa dicintai. Begitupun sata seorang orang tua sering memukul secara fisik, sering menganiaya secara emoosional dengan holding, guilty trip, shamming, bullying, silent treatment, dll. Ya bisa jadi cara yang ia tahu dalam mengkomunikasikan emosinya, dirinya, dan mendidik itu seperti itu. Bukan berarti si anak tak berharga sampe seolah-olah panats untuk dipukuli dan di abuse emotionally. Apalagi jika orang tuanya memiliki gangguan kepribadian atau jiwa, seperti depresi sehingga tidak "hadir" daam hidup anak, atau axniety dan manic marah meledak-ledak, kurangnya kemampuan coping yang sehat, ego nya fragile, pola pikirnya hitam putih, ocd, ya secara tidak langsung memang mempengaruhi swlf worth, self esteem, self confidence, dan sense of self si anak. Dimana itu semua secara tak langsung mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan si anak. Baik dari segi relasi dengan dirinya sendiri, dgn orang lain, dengan pekerjaan, dengan uang, dll. 

Menariknya, dalam society ini, keberhasilan mendidik dilihat hanya sebatas lulusan mana, kerja dimana, material things yang dihasilkan, terlihat soleh, tau sopan santun, menikah, pny anak. Siapa dan seberapa banyak orang yang nanya atau nge cek "are u really happy?", "are u really know yourself?, "are u live in your reality?", "do u really know what do you want and your purpose?", "are u fully healed?", melihat dari level awarenessnya, level kedewasaannya (secara intelektual, mental, emosi, dan spiritual, holistic), kemampuan bertransformasinya, kemampuan visioner, kepribadian real nya, dsb nya?

Kalau mau dan berani melihat, banyak anak-anak yang dianggap sukses, pekerjaan ok, harta ok, pendidikan ok, sangat sopan nan santun, ternyata zina, korupsi, nyikut orang, dzolimin org lain, main pelet santet "membunuh" orang lain secara perlahan, dll. Hanay chasingnya tau sopan santun dengan tutur kata baik, emosi yang terjaga, dan bereprilaku yang dianggap baik (menyenangkan), hal-hal tersebut ta dilihat, tak dipercayai, bahkan dianggap tak ada. Realitanya, masyarakat dan society hanya mau melihat dan menerima hal-hal yang mereka mau lihat saja berdasarkan aturan yang berlaku. Apapun truthnya, kenyataannya, aslinya, bukan hal penting, yang penting tampilan luar dan yang ditampilkan sesuai aturan. Perhatiin deh....

Kembali lagi, tentang orang tua,
Intinya mau share, apapun yang mereka lakukan pada anaknya/ kita, sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri. Jangna sampai kita masukan ke dalam diri terlalu dalam merusak dan menyakiti diri sendiri hingga menganggu keberfungsian diri, hak untuk bahagia dan tumbuh besar. Ya sederhananya, orang bahagia akan memancarkan kebahagian, orang yang sayang dirinya akan mampu menyayangi orang, orang yang naman dan secure dengan dirinya akan mampu bersikap baik jg terhadap orang lain. Begitupun dengan orang yang tak bahagia tanpa sadar ia akan menarik orang dalam ketidakbahagiannya. Orang yang tersakiti akan menyakiti. Orang yang luka akan melukai. Orang yang sembuh ya akan menyembuhkan tanpa menyakiti dirinya sendiri. 

Makanan

Beberapa waktu lalu, ada suatu hal yang aku beresin. Saat itu selesai, salah satu perubahannya, selera makan ku hilang. Jadi aku makan bener-bener cuma seperlunya badan. Kalau maksain ngemil aja langsung muntah. Dan ternyata badanku minta makannay cuma sekali. Dan itu rasanya aneh banget awal-awal, berasa super gabut. Waktu makan pagi, malam, ngemil, jadi hilang. Plus waktu cari makan, nunggu makanan, nyari cemilan, masak, nyuci piring, semuanya jd ilang. Dengan kata lain sebenarnya menguntungkan buat diri karena jadi punya waktu lebih banyak dari sebelumnya, cuma malah jadi bengong-bengong aneh dan "ngapain ya? ngapain ya?". Kebayang ga? misal pagi jam 6 kita udah siap2 masak/ cari sarapan, terus nunggu, makan, terus beres2. Trs sore dari jam 3 udah mikir mau ngemil apa, lanjut gofood jam 4 sore, nunggu, trs ngemil. Pulang mikir, cari makan, mampir sana sini, pesen online, nunggu, makan sambil ngobrol atau nge date, trs santai sambil minum. Dan semua waktu untuk nyiapin makanan, nunggu, makan, dan afternya tuh ilang. Seberapa banyak waktu yang akhirnya ke save? Ternyata banyak! lebih dari 2 jam. Bahkan bs sampe 4 jam hemat waktu untuk tidak mikirin makanan, nyiapin makanan, nunggu makanan, makan, dan beres2 terkait makanan. Termasuk waktu perjalanan untuk pergi ke suatu tempat hanya untuk makan. 

Awal-awal sampe sekarang bahkan, rasanya aneh.
Bahkan baru sadar, ternyata diri kalau lagi stress, gabut, mager, larinya ke makan. Nah sekarang kan makanan itu ilang dr kamus body and mind, jadi bengong2 deh "ngapain ya". Logikanya, waktu/times itu bisa dipake buat bekerja lebih, berkarya, menghasilkan uang, realitanya malah dipake diem. Sanpe kalau ada yang ajak ketemu di resto/bar/cafe, bingung aja mau pesen apa ya. Makan nggak, minum nggak. Ujung-ujungnya ya air putih aja. Bukan karena diet, tapi badannya gak mau, lg ga require, dan udh gak mau maksa/abuse body lg dgn masukin hal2 yg dia gak mau. 

Itu baru dari segi makanan.
Kedua dari segi jwa raga. Dulu suka absorb2 emosi, pikiran, pain orang, sampe repot sendiri. mnedadka nelangsa, suffering, gak bahagia, berat di dada; trs pikiran rame, penuh, stress, depresi; badan suka ikut2an sakit org sekitar atau penyakit yg lg hits padahal diri baik2 aja dan ok. Ujung2nya repot banget sampe menganggu kehidupan. Nah skrg itu semua lepas, gone. Alhasil, pikiran space, gak mikir apa2, kosong. Batin/jiwa, space, gak perecive emosi2 berat atau apapun itu. Fisik jg sehat2 aja bugar. Dengan kata lain keadaan inii bisa bikin diri terbang lebih tinggi, lari lbh cepat, dan hidup jauh lebih ringan dna mudah. Kenyataannya (samapi saat ini ya) malah aneh. Yang baisanya penuh penderitaan, berat, sempit, byk pikiran, sakit2, gak bahagia, dll, mendadak space nan kosong. Ujung2nya bengong2. 

Benefitnya dalam keadaan space tsb, diri lebih jeli, being present, dan aware.
Jadi saat ada orang yang datang untuk manipulasi, gaslight, controling, ini itu, diri bisa liat dengan jernih dan gak masuk ke permainan/ jebakannya. Termasuk jadi lebih mudah mendengarkan badan dan jiwa sendiri. Sesederhana, mau makan apa, mau ngapain, lg require apa, happy/nggak, apa yang bisa bikin greater? Dan spontan bisa ke attract sama hal-hal kind to body and being, dan spontan menjauh dr hal2 yg unkind. 

Saat space gini, bawaannya malah pengen sendiri, males ketemu siapa-siapa, males interaksi ma orang, males keluar-keluar, alhasil energy diri jadi terjaga. Awal-awal aneh, sampe jadi melakukan kebiasaan dengan kontak orang2, pgn pergi-pergian, pgn telpon orang-orang. Dan anehnya pada gak diangkat, org2 pd ga bisa. Sampe sadar, sebenernya emang lg ga mau ketemu orang2, mungkin energy ini jg kerasa ma org2 itu. Jd saat mrk ga angkat/ ga respon/ ga bs, diri biasa aja. Jadi bengong-bengong lagi "ngapain ya"  wkwk. 

Ternyata kalau gak ngambilin masalah orang, gak nangkepin hal-hal yang not mine, hidup enteng banget. Pertanyaannya sekarang: 
what I really desire?
what I really want?
What I really lust for?
What works for me?
What my body and being require?
What and how my real reality?
Show me clarity about it all.

Takut

Takut salah
Takut ditinggalkan
Takut diabaikan
Takut ditolak
Takut tak dipilih
Takut gagal
Takut rugi
Takut miskin
Takut kaya
Takut sukses
Takut sendirian
Takut mati
Takut ini itu

Tanpa sadar, menghindari ketakutan itu dengan bergerak ke arah sebaliknya yang justru malah menari rasa takut itu sendiri menjadi kenyataann. Bagaimana jika tidak ada keputusan yangs alah dan benar? Bagaimana jika sekalipun gagal, semua bisa diciptakan kembali dna meraih sukses, hanay saja jalannya agak bergelombang dikit? Bagaimana jika ketakutan-ketakutan tersebut hanya distraksi untuk diri keluar dari zona aman dan meraih banyak sekali possibilities yang terbuka lebar yang dapat membuat diri lebih greater? Bagaimana jika rasa takut itu sesuatu yang tidak nyata, hanya sebuah kecemasan, atau proyeksi asumsi diri dari pengalaman masa lalu dan pov sekitar? Bagaimana jika dunia ini memang hanya sebuah permainan? Apa yang perlu ditakutkan? 

Mencintai

Mungkin kita tidak bisa mencintai orang lain sebelum mampu mencintai diri sendiri.
Cinta tanpa mencintai diri mungkin akan termanifestasikan sebagai bentuk condependecy, dengan berkorban, menyenangkan orang lain, menyelamatkan orang, melindungi, merawat, dengan membuat diri sendiri menderita dan tenggelam dalam kegelapan kesempitan jiwa raga. Bisa jadi hal yang dianggap cinta adalah pengorbanan, sebagai bentuk mencari validasi atas keberhargaan diri. 

Saat diri mulai mampu mencintai diri sendiri, kita akan melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda. 
Kita akan mampu mencintai orang lain tanpa perlu menyakiti diri sendiri. Termasuk saat mencintai orang yang tidak memilih diri ini. Melepaskan, membiarkan dengan pilihannya, menghargai pilihannya, menerima apa adanya sebagaimana dirinya, sebuah bentuk cinta. Layaknya merawat pohon mengga menjadi pohon mangga yang besar, kuat, dan terus tumbuh, tanpa pernah memaksanya berubah menjadi pohon manggis atau bunga anggrek; tanpa pula menghakiminya jika kurang ini itu, tidak sesuai ekspetasi dan fantasi diri. Begitupun saat orang yang kita cintai membuat keputusan yang berpeluang menyakiti dirinya sendiri, diri mampu berlapang hati memberikan ia ruang tumbuh dari segala kosekuensi keputusannya. 

Wednesday, November 8, 2023

Fokus

Saat ada suatu kejadian, fokus kita kemana?
- Ke masalah
- Ke perubahan
- Ke kesalahan
- Ke kemungkinan
- Ke kejadian
- Ke hikmah dan maknanya

Saat ada pengalaman tak enak, fokus kita kemana?
- Meratapi kesedihan
- Memendam amarah
- Melepaskannya apapun caranya
- Merasakan segala empsi yang hadir dan beralalu
- Menghindari 
- Memproses dan kembali utuh

Saat ada konflik, fokus kita kemana?
- Ke masalah dan penyelesainnya
- Ke intonasi suara teriak
- Ke kepanikan
- Ke asumsi
- Ke perlindungan diri
- Ke ketakutan

Saat melakukan kesalahan, menyadari membuang peluang/sabotase diri, fokusnya kemana?
- Menyalahan diri sendiri
- Mengkritik diri
- Memaafkan diri
- Mencari peluang lainnya
- Memperbaiki diri
- Menciptakan hal baru

Saat salah membuat keputusan, fokusnya kemana?
- Merasa bersalah
- Mencari peluang lain
- Memperbaiki yang bisa diperbaiki
- Menciptakan keputusan baru yang lebih baik
- Move on
- Stuck di kesalahan itu

Semua hal yang hadir yang kita ciptakan sendiri maupun hal-hal di luar kontrol diri, selalu tersedia banyak pilihan untuk dilih dan mengarahkan fokus diri. Menjadi mental korban kah, menyakiti diri sendiri kah, melepaskannya kah, kabur kah, menciptakan hal baru, memperbaiki, atau apapun itu, diri sendiri yang menentukan dan mau dibawa kemana selanjutnya. Pertanyaannya, dari semua yang terjadi, dari segala keputusan yang diambil, dari fokus yang kita tentukan, apa yang sebnar-benarnya sedang kita ciptakan?

Tuesday, November 7, 2023


Mungkin di dunia ini, orang hanya peduli pada dirinya sendiri dan hanya setia pada tujuannya.

Valid

Semua valid.

Saat sedih ditinggal orang yang disayang
Saat muncul rasa tak berharga ketika diabaikan
Saat merasa kecil tak bernilai ketika dikucilkan dan dinilai rendah
Saat amarah muncul ketika hak ditahan dikala seluruh kewajiban telah dituntaskan
Saat merasa sendiri ketika selalu disalahpahami
Saat sakit sesak ketika dibuang dan tak dikasih ruang menyampaikan langsung
Saat muncul ketidaknyamanan ketika ditolak 
Saat muncul haru ketika ada orang baik hadir
Saat muncul rasa syukur besar saat ada orang menolong
Saat tangisan tak henti ketika mendapatkan pelukan tulus
Saat merasa aman dan berharga ketika ada yang konsisten

Apapun yang terjadi dan apapun yang muncul, semuanya valid.
Karena diri yang mengalami semuanya dengan segala luka dan pengkondisian yang pernah hadir.

Monday, November 6, 2023

Dzalim

Waktu ortu di dzolimin hingga sekarat hampir mati, tak ada sedikitpun dendam di hati mereka.
Saat aku di dzalimin bertumpuk dalam satu waktu, dimana rusak seluruh area kehidupanku, dan baru mengetahui saat tahun berganti, tak ada sedikit pun rasa dendam dalam hati, meski berada dalam kebingungan untuk memulai dan membangun kembali dari mana dan bagaimana. 

Orang-orang dzalim itu, apakaah sadar dirinya dzalim dan menciptakan kerusakan separah apa pada jiwa, raga, dan kehidupan seseorang? Atau baginya seperti menyiram bensin pada rumah orang disertai lemparan satu korek api menyala. Suatu hal ringan, mudah, dan cepat. Lalu berlalu pergi meninggalkan, hidup tenang, damai, tentram, dan tak tahu apa-apa lagi. Enetah dilakukan dengan penuh niat akan kebencian, ketakutan terasaingi, ataupun hanya iseng semata.

Tentang dendam, entahlah apakah tidak memiliki rasa dendam dan ingin membalas setelah diri dan hidup hancur-sehancur-hancurnya adalah hal baik, atau hanya ketidakmampuan standing up for self.

Nurturing

 Ternyata nurturing itu sesederhana,
- Mampu berempati
- Menjaga/ Protecting 
  (perasaan, self esteem, self worth, kredibilitas, dsb)
- Meet the needs
- Validate
- Non Judgemental
- Membebaskan diri jadi diri sendiri
- Encourage
- Caring
- Accompany
- Being space
- Trust
- Listened
- Respect
- Accomodating

Terimakasih untuk orang-orang yang hadir yang telah nurturing me.
Sekalioun crosspathnya sebentar dan tidak selalu hadir ataupun memiliki relasi longterm, 
setidaknya aku jadi mengenal energy nurturing seperti apa dan mampu mempraktekan ke diri sendiri. 

Friday, November 3, 2023

Pada Akhirnya

Tidak ada yang benar-benar peduli,
Tidak ada yang memprioritaskan,
Tidak ada yang bisa diandalkan, 
Tidak ada yang memberi jalan,
Tidak ada yang memberi tahu,
Tidak ada yang menemani, 
Tidak ada yang menolong.

Tidak ada yang hadir,

Munculah pertanyaan:
- What I really require?
- What I really desire?
- What I really lust for?
- Do I love myself?
- Do I choose myself?
- Do I take cere of myself?
- Do I prioritize myself?
- What I really want?

Pada akhirnya, 
Perjalanan kedalam diri sendiri dimulai, 
mencari, mengenal, belajar, merawat, menjaga,
menolong, dan memperjuangkan diri. 

3/11/23

 Nothing meaningless when you know what you want and what you do. 
- Andhira, 2023

Banyak Hal Tak Penting

Ternyata banyak sekali hal tak penting yang hadir dalam hidup dan perjalanan hidup. 
Seperti objek bergemelap berkilau yang menarik perhatian mata dan perhatian untuk berhenti, melihat, menghampiri, mengambil, bermain, bahkan terseret jauh hingga menyusahkan diri sendiri. Teralihkan dari tujuan penting yang seharuanya dilakukan dan sedang dilakukan, hingga lupa arah. 

Banyak hal tak penting
- Hiruk pikuk jalanan yang tanpa sadar membuat energi bocor dengan ikut bereaksi atau berkomentar.
- Berita-berita yang tak relevant dan tak berkorelasi dengan diri yang kita lirik dan menimbulkan emosi.
- Orang-orang entah berantah yang hadir atau kita masukan ke dalam hidup yang ternyata membuat diri terlena dan melupakan hal penting yang memang penting untuk diri pilih dan lakukan.
- Permainan dan pesta kesenangan melepas dahaga yang terlalu jauh diikuti hingga terjerat masuk ke dalam kolam penuh air, bermain di dalamnya hingga lupa untuk naik, mengeringkan diri, dan kembali ke realita.
- Percintaan ataupun sakit hati kemarahan dengan emosi yang sangat intens euntuk menjadi budak cinta ataupun budak dendam hingga luput untuk merawat diri sendiri dan berjalanan pada arah seharusnya.
- Hal-hal yang sedang naik daun yang menarik perhatian hanya agar mampu mengikuti alur masa kini yang sebenarnya tidak ada relevansinay sama sekali terhadap diri apalagi kehidupan diri.
- Omongan-omongan orang asing sekalipun orang lama yang sebenarnya tidak benar-benar mengenal diri ataupun peduli yang benar-benar peduli layaknya ke dirinya sendiri.
- Keributan yang terjadi di sekitar termasuk di depan mata yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali, hanya karena terjadi sangat dekat dan diri terganggu dengan segala drama itu. Dikala ada pilihan untuk tak peduli, pergi, menjauh, meninggalkan, dan hilang.
- Ketidaknyamanan yang di proyeksikan oleh orang-orang yang tidak bahagian dengan dirinya sendiri.
- Dan lainnya.

Saling Memanfaatkan

Bagaimana jika dunia yang kita huni sekarang, banyak sekali orang yang berfungsi dari hubungan transaksional, saling mencari keutungan, saling memanfaatkan, saling memenuhi, dan semua dilakukan timbal balik secara sadar maupun tidak, secara sengaja maupun tidak? Dan saat kebutuhannya sudah tak terpenuhi, maka akan meninggalkan hal-hal yang sudah tak memberi manfaat dan mencari sumber lain yang mampu dan mau memenuhi kebutuhannya? Bagaimana jika banyak orang hanya peduli pada pemenuhan kebutuhannya? Bahkan mencintai pun sebuah kebutuhan, sekalipun tujuannya untuk memberikan cinta pada orang lain. Saat kebutuhan mencintai itu tidak terpenuhi, sesederhana belum mememukan orang untuk dicintai atau ditolak, ada ketidaknyamanan dalam dada seperti sesuatu menganjal yang tak mengalir. 

Bagaimana jika dunia yang terlihat sempurna, penuh kasih, penuh kegembiraan, penuh kekuatan, penuh kematangan, sejatinya hanya orang-orang yang meneumukan orang-orang yang sama-sama saling memanfaatkan satu saam lain?

Bagaimana jika kita tak mau memanfaatkan siapapun dan apapaun, termasuk memanfaatkan diri sendiri; justru diri yang selalu di manfaatkan oleh apapun dan siapapun hingga menjadi keset dan habis tanpa mendapatkan apapun selain menyengsarakan dan menyusahkan diri sendiri?

Thursday, November 2, 2023

Tidak peduli

Bagaimana jika di dunia ini tidak ada satupun yang peduli?
Bagaimana jika orang peduli karena di dalam-dalamnya karena peduli pada diri nya sendiri?

Seperti, menjaga seseorang karena cinta, karena saat orang yang dicintainya tersakiti, maka dirinya ikut hancur arena adanya empati, ikatan, dan keterikatan dengan orang yang dicintai. Maka menjaga orang yang dicintai sebenarnya secara tidak langsung untuk menjaga dirinya sendiri dari segala perasaan sedih, kehancuran, dan ketidaknyamanan lainnya. 

Bagaimana jika kenyataannya, orang hanya peduli pada dirinya sendiri?
Bagaimana jika tidak ada yang benar-benar peduli?
Kesadaran apa yang bisa didapatkan dari ini?

Apakah diri sudah benar-benar peduli pada diri sendiri?
Apakah diri sudah menjadikan diri sebagai nomer satu dalam hidup ini?
Apakah diri sudah berbuat baik pada diri sendiri tanpa mengantungkan apapun pada dunia luar?

Monday, October 30, 2023

Mencintai Diri

 Menyayangi diri sendiri, sesederhana:
- Tidur cukup
- Makan sehat
- Olahraga
- Tidak merespon makian orang
- Tidak masukan ke hati omongan orang
- Melepaskan hal-hal yang tak nyaman
- Memiliki kehidupan sosial yang nurturning
- Memiliki perkejaan dan penghasilan
- Mandi, pakai skincare.
- Menggunakan pakaian yang diri happy 
- Bersenang-senang tanpa merugikan orang lain
- Memiliki teman yang mutual
- Memiliki pasangan dan intimasi.
- Memiliki hobby
- Menghargai boundaries diri dan orang lain
- Bercerita
- Membangun hubungan emosional
- Berbagi
- Bermain
- Becanda
- Memelihara hewa peliharaan
- Mencintai orang dengan tulus
- Berbuat baik pada diri sendiri
- Memvalidasi diri
- Menghargai diri sendiri
- Mengasuh diri
- Beramal
- Membuka hati
- Menerima rasa cinta dan bantuan orang lain
- Meninggalkan orang-orang yak tak memilih diri ini
- Melepaskan hal-hal yang sudah tidak baik untuk diri
- Menerima diri secara utuh penuh kasih dan toleransi
- Merasakan seluruh emosi yang hadir dan melepaskannya
- Meencintai orang lain dan menerima cinta
- Berpetualang
- Beraktualisasi diri
- Menikah

Thursday, October 26, 2023

Make Me Greater

Well, Lately I often ask about "going to the xx make me greater?", "meeting with xx make me greater?", "doing xx make me greater?" every time I want to do something, meet someone, or just communicate with someone. I f my awareness say no, I don't do that. If my awareness say yes, so be it. In the past, it was not uncommon to ignore and betray my own awareness, and the result was terrible things and heaviness. 

Pernah mau pergi ke suatu acara yang secara logika hal baik, aktivitas menguntungkan untuk diri, orang-orang yang gak aneh-aneh. Di tenag jalan, pop up "gak bikin greater" dan "disuruh" pulang. Lalu logika mikir "kok bisa gak bikin greater", di ignore dan di terobos lah tuh awareness. Sampai lokasi, semua berjalan baik, dan diakhir ada kejadian yang bikin jiwa gak enak, dan not kind for me efeknya. Diistu, aku berjanji untuk tidak betrayed myself lagi apapun itu. Dimana sebelumnya sering kejadian hal seperti itu. Aku berjanji untuk trust my awareness more dan berlatih untuk tidak terlalu banyak menggunakan logika atau bahkan sesekali di off in dulu. 

Kemabli ke bahasan "make me greater", pernah datang ke suatu acara, sebelumnya cek "datang ke acar ini make me greater?" dapatnya ya. Padahal saat itu keadaanya sedang gak logis lah untuk datang kesana. Akhirnya terobos segala pikiran logika, sampai lokasi nothing special. Endingnya, ada kejadian yang bikin diri expand dan gratitude.

Mungkin asking question disetiap langkah yang diambil, salah satu mengakses keasadaran.
Kesadaran itu netral, guiding and protecting us. 
 

Semakin Kesini

Semakin kesini, semakin aku menggenal diriku sendiri.
Menggenal diriku, kebutuhanku, hasratku, kemampuanku, power potency ku, batasanku, apa yang aku suka, apa yang bikin aku happy, apa yang badanku butuhkan, apa yang kurang baik untuku, apa yang aku cari dalam setiap halnya, luka dan trigger ku, pola-pola diri, termasuk mengenal mana energy ku dan bukan. 

Semakin kesini, semakin aku bersyukur pada diriku sendiri setiap waktunya.
Bersyukur telah sadar, menyembuhkan diri, bertransformasi, menarik hal-hal yang diri require, belajar mencintai diri, mulai memilih diri sendiri, merawat diri, mengasuh diri, memberi nutrisi baik, menerima diri, terus berkembang, membereskan masalah-masalah diri, menyudahi hal-hal yang tidak baik, meninggalkan hal-hal yang sudah tak relevant, banyak sekali yang sudah berubah dan disadari yang diri ini syukuri. 

Semakin kesini, semakin aku tau apa yang aku butuhkan.
Apa yang ku butuhkan dalam setiap relasi, pekerjaan, mengasuh diri, dan lainnya.

Semakin kesini, semakin aku yakin dengan diriku sendiri.
Yakin akan kemampuanku, keterampilanku, intuisiku, instingku, awarenessku, termasuk yakin bahwa semesta on my back (I am alwnever alone, I am never lack of, everything will be ok and greater). 

Semakin kesini, semakin aku utuh dengan diriku sendiri.

Monday, October 23, 2023

Membantu

Ada orang-orang yang dibantu dikit aja, rasa syukurnya tak terhingga bahkan hingga merasa berhutang budi dan rela melakukan apapun untuk orang yang membantunya. Dikala orang yang membantunya pun tak sadar bahkan dilakukan secara effortless

Ada pula orang-orang yang dibantu abis-abisan, diberesin semuanya, disembuhkan permanent, diangkat hidupnya sampe benar-benar berubah drastis. Dan Ia taken for granted untuk itu semua bahkan jahat, dzalim, dan "membunuh" orang yang membantunya. Dikala orang membantunya hingga sangat suffering jiwa raga dan kehilangan kehidupannya. 

Ada orang-orang yang membantu dan mengharapkan balasan. Balasan untuk diakui, diterimakasih, untuk diperlakukan baik, dan jika yang dibantu melakukan hal-hal tak berkenan, maka bantuannya itu akan diungkit-ungkit, hingga mungkin keluar kata-kata "sudah dibantu juga blabla". 

-----

Bagaimana jika ada orang yang membantu, itu karena memang jatah kita?
Bagaimana jika kita di dzolimin orang yang kita dibantu, adalah jalan pintas untuk doa terkabul?
Bagaimana jika kita membantu dan dianggap sampah, debu, bahkan tai tak bernilai, 
adalah ajang kita untuk belajar ikhlas dan menerima (receiving)?
Bagaimana jika bantuan yang kita lakukan tanpa sadar, adalah tabungan untuk diri kita sendiri?
Bagaimana jika bantuan yang kita berikan kepada orang hingga membuat diri suffering, 
adalah pengingat untuk berbuat baik pada diri dan memprioritaskan diri sendiri diatas siapapun?

Sunday, October 22, 2023

Menjadikan diri sumber

Apa yang menjadi miliki diri, akan kembali pada diri, tak ada yang bisa menghalangi 
sekalipun sudah dirampas dan dirampok hingga abis.

Apapun yang memang milik diri, akan bisa dipanggil pulang kembali pada pemiliknya, 
tak tertinggal sedikitpun.

Apapun yang diri ciptakan, bisa diri musnahkan dan hancurkan kapanpun dan dimanapun.

Apapun yang diri bangun, bisa diri rusak, rawat, kembangkan, diamkan, 
berikan, nikmati, banyak kemungkinan.

--------

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber, 
Tak perlu mengemis, memanipulasi, memanfaatkan orang lain. 
Tak perlu juga melakukan sesuatu timbal balik untuk memenuhi kebutuhan.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Tak perlu iri, berkompetisi, jahat, saling menjatuhkan, hanya untuk dipilih. 
Tak perlu benci, takut, dan melakukan semua cara untuk mengisi diri dari dunia luar.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Tak perlu menjadi palsu hanya untuk mengumpulkan kekuatan mencapai tujuan. 
Tak perlu mencari dukungan sana sini untuk kesejahteraan hidup.

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Seluruh tanggung jawab ada di diri, seluruh kontrol ada di diri. 
Kontrol untuk merespon, mengabaikan, membuang, termasuk kontrol untuk tidak mengontrol. 

Saat diri menjadikan diri sebagai sumber,
Apapun yang orang lain rampas, bisa diri ambil kembali kapanpun untuk pulang ke tempat asalnya, diri.
Apapun yang orang lain ambil dan hancurkan, selalu ada kemampuan untuk mencabut semua izin itu.

Tak ada satupun yang bisa mengambil apa yang bukan miliknya,
Semua akan kembali pada pemilknya. 

Friday, October 20, 2023

1

Langit cerah, suasana tenang, angin sejuk, koper dan semua barang yang sudah masuk ke dalam bagasi, siap untuk berpindah ke provinsi lain. Kabar baik pun terdengar dengan tiba-tiba ada orang yang keluar dari tempat yang aku inginkan, sehingga ada kamar kosong yang bisa langsung aku tempati sesampai disana. Semua berjalan sangat indah. Audy, teman kuliahku yang aku anggap seperti adik, laki-laki yang sangat baik dan bertanggung jawab menanyakan teknis pertemuan. Akhirnya ia datang ke kosanku di jakal 12 bersama seorang teman lainnya, Hamidah. Kami mengobrol sebentar, lalu audy masuk kursi kemudi, aku duduk di sebelahnya, dan Hamidah pulang dengan motornya.

Perjalanan dimulai, ada sedikit rasa syahdu dan bersyukur. Audy menanyakan tentang tol, lalu kita mengisi bensin dan tol. 5 jam perjalanan tak banyak obrolan, hanya diam diiringi playlist dari iphone nya temanku. Sempat berhenti di rest area saat siang, untuk mengisi perut dan shalat. Lalu kami melanjutkan perjalanan, saat papan jalan "Surabaya" terlihat, terasa ringan diiring excited dan happiness. "I am on the right path" gumamku. Jarak demi jarak di tempuh hingga samapi di sebuah bangunan 3 lantai berisi 60 kamar seperti hotel namun disii para mahasiswa dan pekerja yang dibayar bulanan. Kami turun, meminta tolong penjaga disana untuk dibawakan barang ke lantai 3. Hampir saja temanku turut membantu membawakan barang0barang, tapi kubilang tak usah, aku takut merepotkannya, dan rasanya bantuan ia padaku sudah cukup besar.

Tak lama, Audy menghubungi temannya minta dijemput, menginap untuk kembali ke Jogja esok hari. Aku berterimakasih padanya. Saat temannya sampai, Ia pun segera meninggalkan kosanku diiringi penjaga kosan, Pak Mo melindunginya dari air hujan menggunakan payung. Entahlah apa yang membuat penjaga kosanku sangat baik sekali pada teman laki-laki ku, dikala terhadapku yang jelas-jelas penghuni tempat itu, agak sedikit ketus saat itu dan mengira aku satu geng dengan salah satu penghuni disana. Tak aku ambil pusing hal itu. Aku bersama sebentar, lalu masuk ke kamarku.

Aku buka bingkisan dari Hamidah, berisi sebuah surat yang berhasil membuat air mata jatuh tak tertahan, tulisan yang indah nan tulus. Lalu kulihat ada sekotak coklat ferrero rocher merk coklat kesukaanku sejak kecil. Entah sebuah kebetulan atau bagaimana, ia memberikan itu tanpa tahu bahwa itu coklat kesukaanku. Ku buka satu demi satu, memakannya perlahan penuh kebahagian sambil terisak. Aku membuat telepon selularku, mengucapkan terimakasih padanya. Lalu ia menanyakan perjalananku. Kami mengobrol sebentar. Dan keesokan harinya, aku mendapat kabar Audy telah sampai dengan baik di Jogja di jemput oleh Hamidah. Semoga kebaikan selalu menyertain kalian ya.

Thursday, October 19, 2023

Fantasi

Dunia Dalam Imajinasi, Menjual Mimpi, Meraup Untung.

Buku, film, serial, sinetron, cerita, sebuah komoditas bisnis dalam ranah menjual mimpi, mengisi kekosangan, kabur dari ketakutan, menutup mata dari realita diri. Dari kisah yang dibagikan, dikonsumsi, para penikmat (pembaca, penonton, pendengar) bebas mengembangkan imajinasinya masing-masing berdasarkan ekspetasi, proyeksi, hasrat, kebutuhan, fantasi, ilusi, delusi, dan kecanduannya. Sinetron orang susah mendadak kaya raya, menjual mimpi hasrat orang-orang yang ingin hidupnya berubah drastis. Adengan film yang memperlihatkan keluarga ideal, paras indah, harta berlimpah, mobil bagus, pasangan sempuran, menjual utopian ideal akan kehidupan yang bisa jadi tidak ada di dunia nyata ini. Cerita buku yang mengambarkan persahabatan abadi yang penuh kasih dan kesetiaan, memberika pandangan akan sebuah persahabatan seperti itu. Sekelipun di dunia nyata, banyak kemungkinan yang bisa terjadi atau bahkan terjadi, seperti pengkhianatan, manipulasi, dibohongi, dimanfaatkan, bahkan hanya digunakan sebagai kebutuhan untuk menaikan status sosial, pendukung karir dan bisnis. Tak sedikit yang berinvestasi pertemanan untuk kemudahan bisnis yang orientasinya keuntungan secara finansial. Kisah audio tentang kesedihan, tanpa sadar bisa membangkitkan imajinasi, adanya orang senasib, yang memahami, mengerti, atau malah mendramatisir keadaan nyata yang terjadi. Jika tidak berada dalam kondisi hadir utuh saat ini, menyadari mana dunia nyata dan bukan, hal tersebut bisa menyeret seseorang masuk ke dalam fantasi, ilusi, delusi, hingga obsesi. 

Selain komoditas diatas, perkembangn teknologi memberikan ruang kreasi yang lebih luas dalam ranah penjualan imajinasi. Dari mulai jasa VCS (video call sex), phonesex, teman curhat, teman ngobrol, teman bincang sebelum tidur, hingga jasa menemani sebagai pacar virtual dalam bentuk chat maupun telepon hanya dengan beberapa sentuhaan klik. Untuk jasa yang produknya berbentuk suara dan wajah, para pekerja tetap merasa aman akan indentitasnya sehingga tidak mempengaruhi kehidupan sehari-harinya dan orang-orang terdekatnya. 

Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain, rasa keterhubungan, dan intimasi. Tak lain salah satu antisipasi dari kesepian dan depresi, atau justru cara untuk keluar dari itu semua. Manusia memiliki kebutuhan untuk di dengar, berbicara, mendengar, bercerita, hubungan berkelanjutan, ditemani, menemani, dipahami, diterima, dan ruang berekspresi. Termasuk kebutuhan akan keterhubungan satu sama lain secara emosi, pikiran, fisik, spiritual. 

Untuk phonesex dan VCS (Video Call Sex), selain untuk membantu dalam penyaluran birahi lewat mastrubasi ditemani orang secara nyata lewat suara nyata maupun visual untuk membangkitkan imajinasi kesenangan. Jika dipikir, untuk apa VCS? bisa saja ditemani video porno atau film semi, namun jasa ini masih sangat marak. Bisa jadi orang ingin adanya hal nyata di waktu yang sama dengan orang yang memang benaran melakukan itu di tempat lain yang terhubung lewat video call, dengan kata lain orangnya benar ada. Selain itu mungkin bisa dipilih sesuai selera, sesuai permintaan, preferensi, dan hal lainnya yang lebih memuaskan. Tarifnya pun ternyata sangat terjangkau dibanding menggunakan jasa nyata secara fisik yang saling bertemu. Dari 2 jenis layanan yang menjajakan pemenuhan kebutuhan biologis sebagai pelepas birahi, stress, ataupun sebuah kecanduan, yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri hanay dengan menggunakan imajinasi tanpa perlu stimuli dari orang lain dan membayar. Hal ini memperlihatkan adanya bergama faktor, entah kemampuan imajinasi orang yang berbeda-beda atau hal lainnya: ada yang kuat dan mampu sendiri; ada yang butuh di stimuli langsung secara visual, suara, ataupun keduanya; ada yang butuh ditemani secara nyata selama prosesnya, ketakutan zina jika dilakukan langsung, masalah biaya, rasa kesepian yang begitu pekat, dan perhitungan lainnya. Itu semua yang dijual adalah imajinasi, fantasi, ilusi, delusi. Karena pembeli jasa tak kenal apapun secara nyata dengan memberikan jasa. Mereka bebas membangun kisah, imajinasi, cerita yang saling dikembangkan untuk tujuan kepuasan diri. Dari mata dan telingga, di proses di kepala, terealisasikan lewat tubuh dan genital. 

Untuk teman ngobrol, teman bicara, teman curhat. Sekilas terkesan miris, masa iya ada orang yang sesedih itu, se kesepian itu, sesendirian itu. Realitanya ada, dan banyak. Jikapun ada yang memiliki teman, belum tentu temannya bisa diajak ngobrol, curhat, bicara di momen yang sangat dibutuhkan. Jikapun ada, belum tentu bisa menemani sesuai kebutuhan, karena teman memiliki prioritas dan urusan lainnya. Apalagi saat usia sudah 20 tahun ke atas, dimana secara psikososial dalam tahap membangun intimasi, merantau sendirian ke tempat asing, teman-temas sudah berpasangan, waktu dan biaya bersosialisasi kurang, tahapan psikososial tersebut menjadi sangat berat. Sehingga kebutuhan akan layanan ini pun semakin meningkat, apalagi bayar, setidaknya orang yang dibayar punya tujuan memuaskan dan menyenangkan pembeli. Kalau ngobrol dengan orang lain secara nyata, mereka tidak ada tanggung jawab itu, mereka bisa respon susak hatinya, dan belum tentu responnya baik, bisa jadi malah jadi debat, konflik, atau pengalaman tak menyenangkan hati. Ya teman ngobrol ini sebenarnya sudah ada dari lama. Di tahun 90an ada sahabat pena, lewat internert ada MIRC, kemudian 2000an ada yahoo messanger yang populer. Orang bisa terhubung dengan siapa aja, mengobrol, bercerita, curhat, dan dua arah. Bedanya kita terhubung secara alami karena tidak ada yang dibayar dan membayar. 

Jasa-jasa tersebut dianggap aman, jika dibandingkan dengan aplikasi kencan. 

Tuesday, October 17, 2023

Perubahan

Awalnya, aku sangat terbuka. Bercerita di blog, soscial media dibuat public. Sampai di momen, menjadi jujur dan terbuka dalam era teknologi seperti sekarang menjadi ancaman tersendiri bagi diri sendiri. Ditahun 2011 aku mulai menghapus social mediaku secara permanent satu persatu hingga hanya menyisakan satu sosial media dan ini. 2017 aku mulai membuat akun sosmed private. Sekalipun approve orang-orang baru, setidaknya orang yang pernah aku temui secara langsung meski sekali (entah di acara, pesta, atau apapun itu). Di beberapa tahun sempat malah menulis, berbagi, dan membuka diri di blog. 

Ada 2 aplikasi komunikasi yang digunakan. Whatsapp dan telegram, Itu pun aku baru tahu ternyata banyak yang mengunakan telegram untuk hal-hal tak senonoh. Dikala aku tau telegram gara-gara jaman pandemi banyak ikutan webinar, seminar, kelas-kelas, yang materinya di share di telegram. Bagiku telegram isinya kaya aplikasi sekolah, banyak materi dan ajang belajar bersama. Dan menariknya, semua data yang disimpan di telegram itu benaran tersimpan dengan baik dan rapih. 

Yang aku amati, banyak sekali orang-orang yang kenal di dunia nyata namun sebenarnya tak mengenal diri, yang mencari informasi lewat sosial media. Lalu mereka membentuk asumsi, menyimpulakan, dan memiliki judgement tersendiri dari hasil proyeksi pikirannya sendiri. Yang sebenarnya untuk apa? jika yang ingin diketahui adalah kabar orang, ya tinggal tanya langsung "apa kabar? dmn skrg? sibuk apa?",. rasanya lebih manusiawi dan beradab. Apalagi jika itu dilakukan oleh kerabat. Lain halnya saat strangers yang kepoin, ya buat apa juga sih sebenernya, ya urusan orang deh.

Sudah lama pula ku tak penasaran dengan kehidupan orang lain. Tak bergeming dengan yang di lakukan orang lain. Tak menghasilkan iri atau kesedihan dari postingan2 orang. Ya intinya, orang yang benar-benar bahagia dengan hidupnya, ia akan sibuk menikmati tanpa kepikiran untuk share atau posting. Dan saat kita menggunakan media sebagai ajang eskpresi diri, gak akan ada cerita kesinggung, kesenggol, jikapun ada yang jahat, ya dibiarkan saja seperti anjing menggongong. Point of view ku saat ini sih itu. 

Fake Account

Mungkin dalam dunia yang serba instant dan bisa diakses dari mana saja, apalagi semua tersedia daam layar melalui jaringan internet, banyak sekali yang menggunakannya secara tidak bertaanggung jawab. Mungkin hal tersebut terjadi karena banyak orang yang muak akan hidupnya, tidak bahagia, memiliki hasrat-hasrat yang dinilai butuk dalam society, mememnuhi kebutuhannya akan uang dan lainnya dengan cepat, dimana itu semua ingin mereka keluarkan dengan cara aman tanpa merusak kredibilitasnya di dunia nyata. 

Misal, date app, kadang heran aja ngapain orang pake foto palsu, nama palsu, identitas palsu. Rasanya kalau intentionnya baik, benar, dia akan bertanggung jawab atas segala perbuatan, sikap, perkataannya sesederhana menggunakan nama dan foto asli yang bisa di googling, bisa diketahui dan terbuka akan latar belakangnya sesederhana pekerjaannya, kantornya, lulusan mana, tingga dimana. Anehnya lagi, jika ditanya kerja dmn dan kuliah dimana, banyak yang tersinggung dan nge cut atau bahkan jadi kasar, padahal itu pertanyaan standard dan biasa. Ada juga yang pakai foto orang lain (mempermaikan imajinasi orang lain), pakai nama palsu dan memberikan nomer handphone yang memang khusus untuk main-main irresponsible. Itu baru dari date app, dimana tidak ada mutual friends sama sekali, jadi orang bebas berbuat apapun tanpa perlu bertanggung jawab. Begitupun di platform yang jelas-jelas orang yang kenal, ada mutual friendsnya, atau bahkan hanya strangers, banyak yang tutur kata, komentar, sikap, perilakunnya tidak baik, tidak jarang pula mencibir dengan nama anonim (tidak berani menyebutkan nama asli/ emailnya). 

Menarik, seberapa banyak orang yang sebenarnya bermental pengecut, cari aman, berantakan di dalamnya, self centered, penuh kebencian, memiliki dark side yang sangat merugikan orang lain yang bertebaran dan terbentuk di masa sekarang?

Kalau kembali ke tahun 90an, jaman sahabat pena. Sesungguhnya aku lupa bagaimana awal sahabat pena ini dimulai. Setidaknya, kita benar-benar bisa tahu alamat rumah orang yang kita interaksi meski belum pernah atau tak bertemu secara langsung. Bahkan jaman dulu, semasa telepon rumah masih aktif, kita bisa mencari di buku kuning tentang pemilik nomer itu dan alamat rumahnya. Jaman sekarang, kita tidak bisa melacak identitas (lokasi, alamat) orang-orang yang memiliki nomer handphone sekalipun saat registrasi wajib memasukan no ktp dan kk. 

Semua telah berubah, entah for good or bad, yang pasti dari semua itu, kembali untuk menjaga diri dengan lebih ketat, lebih waspada, lebih hati-hati. Dimana ini semua bisa melahirkan trust issue satu sama lain. Dan kadang saking tidak percaya dengan orang-orang baru, dunia luar, kita menaruh kepercayaan lebih pada orang-orang yang sudah dikenal lama, satu sekolah, satu komunitas, satu tempat tinggal, satu naungan, dimana kita juga tidak pernah tahu apakah mereka memang benar-benar baik dan bisa dipercaya, atau hanya menggunakan topeng, manipulatif, dan ya begitu saja. 

Beruntung

Suatu sore sampai di sebuah tempat para satu darah berkumpul. Baru saja ku langkahkan kaki ini masuk, terdengar suara sebaya "kamu beruntung". Entah apa yang sedang mereka para lintas generasi bicarakan tentangku sebelumnya. Saat itu, hanya muncul reaksi spontan "enak saja hidupku sebatas beruntung, aku bekerja kerasa untuk semuanya". Ternyata ada perasaan ingin dilihat, dihargai, diakui, di validasi, di puja. 

Sepulang perjalanan panjang keliling Asean, bertemu seorang kenalan di sebuah tempat makan. Ia bercerita banyak hal, tanpa sadar aku jadi bercerita tentang pengalaman perjalanan kemarin. Lalu ia berkomentar "wah beruntung banget kamu, biasa bareng orang yang se menjaga itu". Padahal saat itu aku sedang meluapkan kekesalan dengan teman jalanku. 

Ada suatu kejadian besar dalam hidup, terpontang panting tahunan dalam lumbang kegelapan, kesempitan, penderitaan, kesulitan, dan kegundahan hati tak berharga nan sedih yang tak kunjung selesai. Hingga akhirnya muncul sebuah clarity yang langsung aku lakukan untuk menyelesaikan itu semua. Semua orang yang aku require saat itu datang semua membantu. Hingga keluar "ya ampun, semesta sayang banget sama lo. ini maps nya aja jadi ngarahin ke arah rumah lo" saat teman sudah frustasi berjam-jam di jalanan macet dan arah rumahnya bertolak belakang denganku. 

Bercerita pada seorang kolega, direspon "kamu sadar tidak, kalau kamu itu beruntung?"
Tiba-tiba semua memory muncul dan menyadari banyak hal. Hal lampau yang sering orang sampaikan padaku, yang aku kesal mendengarnya, yang netah dari mana mereka melihat itu sebagai suatu keberuntungan, ternyata banyak sekali keberuntungan yang tidak aku sadari dan mungkin lupa disyukuri. 

17/10/23

Hujatan, hinaan, judgement, rejection, humiliation, abuse, betrayal, abandonment, sihir, rasa benci, tak jarang kudapati itu semua. Begitupun dengan rasa sayang, bantuan, kebaikan, ketulusan, pertolongan. Kadang bertanya-tanya, aku ini apa? siapa? bagaimana bisa banyak orang yang tak suka dan banyak pula yang senang. Hingga di momen menyadari, orang suka dan tak suka, baik dan jahat, sayang dan benci, apapun yang mereka lakukan padaku meski dalam level energy (di pikiran, batin, perasaan) bisa jadi murni keputusan dan pilihan mereka masing-masing. 

Working on Self

Rasanya sangat terlambat sekali baru menyadari ini semua di usia sekarang.
Apa yang tercipta jika sejak usia 3 tahun semua intuisi, awareness, willingness diberi ruang untuk direalisasikan secara maksimal dan mendapati semua yang diri require seperti tanaman yang cukup cahaya, air, udara, pupuk, dan disayang.

Banyak hal terjadi, saat kembali ke memory itu, rasanya seperti keajaiban bisa bertahan dan melewatinya. Banyak sekali orang-orang asing dari arah tak disangka-sangka yang hadir menemani, membantu, dan membukakan pintu selanjutnya. Sayangnya, saat itu banyak sekali hal yang masih konslet di diri, rejection ku terhadap orang-orang yang kind for me besar, dan sabotase diri akan keberhasilan tinggi sekali dan sering dilakukan tanpa sadar bahkan sadar.

Waktu terus berlalu, kesadaran bermunculan, rasa bersalah semakin besar.
Hingga akhirnya ada jalan lain yang terbuka. Melepaskan segala rasa bersalah.
I am working on myself now. 

Sunday, October 15, 2023

Clubbing

Entah ada stigma dan judgement apa saja yang beredar dalam society ini tentang clubbing dan partying. Ada sebagian yang sangat melarang, ada yang membolehkan, ada yang takut, ada yang santai, ada yang apatis, ada yang biasa saja, ada pula yang tak peduli bahkan tak tahu. 

Dictionary.com defines “clubbing” as the activity of going to nightclubs, especially to dance to popular music, drink, and socialize.

Sebagai yang tumbuh di lingkungan penuh norma, dogma, religius, clubbing dianggap hal buruk, negatif, haram, sesuatu yang perlu dijauhi. Tak ada pengalaman partying dan clubbing di masa remaja. Selain dogma, ajaran, serta larangan; ada faktor internal seperti malu, tidak berani menari, tidak berani mengekspresikan diri, belum percaya diri, dan lain sebagainya.

Hingga suatu saat, saat energy sedang tinggi, hasrat untuk bergerak melonjak, butuh kanal untuk mengalirkan energy tersebut dalam bentuk gerak fisik yang biasanya dilakukan lewat traveling yang aktif secara fisik. Akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah club dan clubbing. Saat itu, tidak tahu harus apa, kemana, pakai baju apa, ada aturan apa saja, belum berani sendirian karena minim informasi dan ketakutan atas segala rumor beredar tentang dunia malam. Singkat cerita, ada seorang kenalan di sosial media (stranger) yang menemani, pertamakalinya aku pergi bersama orang asing di pertemuan pertama. Kenalan ini cukup expert di dunia seeprti itu. Singkat cerita kami janjian bertemu di depan club yang telah disepakati. 

Club pertama yang dikunjungi tergolong club menengah yang mayoritas isinya anak muda selebgram. Tempatnya kecil, penuh, banyak orang merokok, berdesakan, padat. Dan disitu pertamakalinya aku mengerakan badan mengikuti irama tanpa ada rasa malu apapun, tanpa perlu tipsi dahulu. Rasanya benar-benar bahagia 2 jam nonstop, bahkan ingin lanjut ke tempat lain karena masih banyak energi. 

Dalam keadaan being present, mindfull dengan beat berat dan connect dengan badan sendiri lewat gerak, disitu awarenessku malah meningkat. Aku jeli mengamati sekitar, merasakan yang terjadi di sekeliling tanpa berdampak padaku. Ternyata di club itu banyak sekali orang yang tak percaya diri, yang tak berani sendiri, yang merasa keren karen pergi rame-rame dan bagian dari kelompoknya, banyak yang tak berani gerak kecuali telah tipsi, ada yang takut, dan lainnya. Begitupun dengan hidden agendanya, beragam. Ada yang kesepian, pelarian, bingung, tak tau tujuan hidup, mengisi waktu, ikut-ikutan, takut tidak punya teman, jualan, cari mangsa, dll. Bagaimana aku bisa tau? ketika kamu sensitif, highly aware, or empath, you will know that effortless. Kalau tidak percaya dengan informasi yang hadir, ya tinggal make sure aja ajak ngobrol orang random atau tanya-tanya santai.

Kembali ke topik, 
Sepulangnya clubbing perdanaku, aku bahagia sekali. Benar-benar merasa bebas, semakin nyaman dengan diri sendiri, semakin terkoneksi dengan tubuh sendiri, rasanya bahagia sekali. Bahagia karena memenuhi apa yang tubuh butuhkan sebenarnya. Dari pengalaman itu, banyak sekali hal yang dipelajari dan membuat sadar. Diantaranya: belajar fokus pada diri sendiri apapun yang terjadi di dunia luar dan di luar diri. Saat clubbing, aku benar-benar aware semua hal tanpa terdistraksi sama sekali. Wow. Bagaimana jika attitude itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, apa yang akan tercipta?

Sebagai yang sering melakukan olah fisik, mulai dari beres-beres rumah, jogging, jalan kaki, nge gym, yoga, renang, muaythai, backpakeran, clubbing menjadi salah satu kanal mengalirkan energy dan olahraga dan meditasi paling efisien untukku. Fisik bergerak dan ada kehidupan sosial sekalipun datang sendiri. Sempat ada pikiran "dari dulu, body ku udh aware require ini tapi gak pernah kesampean dan gak diikutin, coba kalau tahu sejak awal, semenjak sma atau kuliah misal, bisa nge boost area kehidupan lainnya seberapa jauh ya?", Sampai di momen, yang sudah ya sudalah, nikmati saja segala possibilities yang hadir dan keadaan saat ini. 

Oke, mungkin aku akan me review beberapa club yang pernah di kunjungi terkait desain, interior, lighting, sirkulasi, flow activity, hingga observasi human behaviour dan lainnya. Btw, sehabis pengalam pertamaku ditemani stranger expert itu, aku pergi clubbing sendirian benar-benar sendiri dan totally everything okay baik secara personal (secure, pede, nyaman, aman, happy) maupun internal (hal2 selama clubbing, di lokasi, dll nya). 

Tips: punya tujuan yang jelas dan tau apa yg dimau. 
Misal, aku clubbing karena dengerin apa yang badan butuhkan (gerak, mindful, bersosialisasi), dari situ cek apa yang diri mau, mau club kaya apa, yang isi orang-orangnya seperti apa, yang music nya bagaimana, aksesnya, lokasi, dll. Setelah diputuskan, saat di lokasi yang lakukan hal-hal sesuai tujuan: dancing. Jadi gaka da cerita mabuk, gak ada cerita dibungkus, ga ada cerita bingung mau ngapain. Karena saat kita sudah jelas dengan tujuan dan tau apa yang dicari, ada boundaries yang otomatis berjalan dan seperti ada pancaran energy dalam diri yang ditangkap orang sekitar, alias gak ada orang yang berani macem-macem (di aku sih gitu ya), malahan sejauh ini sering ketemu orang2 yg baik, bantu sesuatu, dan menyenangkan. 

Instropeksi

Aku berada dan tumbuh dalam lingkungan yang melihat semua dari kacamata penilaian, benar salah, harus menjelaskan, harus dikasih tau, harus ini itu lainnya. Tak jarang saat dua orang atau lebih bermasalah, mereka saling berteriak menyuruh "instropeksi". Dan aku menangkap instropeksi itu sebagai bentuk blamming, kabur dari masalah, merasa dirinya benar dan orang lain yang disuruh instropeksi yang salah. Dan tak jarang, sering sekali aku disalahkan. Hingga sering ke trigger saat disuruh isntropeksi. Sampai di momen sadar, instropkesi itu bentuk mengevaluasi diri untuk perkembangan yang lebih baik, bukan untuk mencari apa yang salah apda diri dan memperbaiki. Namu untuk melihat semuanya secara objekti dari kacamata orang ketiga, mengamati diri sendiri, hingga menghasilkan kesadaran akan sesuatu termasuk tentang pola. 

Misal, saat berada dalam relasi tak sehat yang beracun. Lalu di suruh instropeksi dalam konteks mencari kesalahan diri untuk di perbaiki, hasilnya malah memperparah keadaan. Saat menganti definisi instropkesi untuk kebaikan diri, saat dilakukan, maka akan sadar ternyata diri berharga, ternyata diri terlalu baik, ternyata diri terlalu percaya dan melihat semua hal dari sisi baik, hingga mudah meaafkan orang, mudah masuk ke relasi beracun, sulit keluar dari relasi tak sehat. Dari situ muncul kesadaran akan diri sendiri, tentang apa yang layak untuk diri, dan dengan mudah merubah pola. Pola yangs ering memilih relasi satu arah , tak sehat, abusif, ke relasi yang penuh respect, mutual, dan sehat.

In my perosnal opinion, aku lebih memilih kata "kontemplasi" daripada "instropeksi". Entahlah masih memiliki judgement apa terhadap kata "instropksi", dia aku masih menyisakan energy untuk menacri kesalah diri, memeprbaiki, dan menyalahkan diri sendiri. Bagaimana jika tidak ada yang salah? hanya belum sadar saja. Bagaimana jikam tidak ada yang rusak? hanya tak sempurna saja. Kalau kotemplasi, buat ku sebagai ajang me review semua hal yg terjadi, mengamati secara objekti, membuka ruang kesadaran, dan memilih hal berbeda. 

Rejection

Banyak sekali orang yaang menolaku. Entah apa yang mereka tolak.

Saat aku masih menaruh keberhargan diri pada penerimaan orang, 
Saat masih ingin seperti orang lain yang kaya akan penerimaan dan kawan,
Saat masih terdoktrin segala dogma harus menjadi orang yang disukai,
Saat masih setuju dengan pikiran bahwa ditolak itu buruk, ada yang salah dengan diri, diri buruk, diri tak layak, diri tak menarik, diri tak layak dicintai, diri tak berharga, dan lainnya,

Penolakan-penolakan yang orang lakukan apdaku baik secara halus, kasar, dibuang, diabaikan, dikucilkan, di jauhi, dipermalukan, di aniaya secara psikis, di sakit, di sisihkan, rasanya sangat menyakiti, membuat diri semakin merasa buruk, terasing, mengisolasi diri, dan tak jarang masuk ke dalam lembah depresi.

Hingga akhirnya aku sadar,
apapun yang dilakukan orang, tak ada hubungannya dengan diri.
Mereka menolaku karena mereka tidak dapat menerimaku, entah apa alasannya, itu urusannya.
Mereka menolaku karena tidak kuat dengan energy ku yang kadang terlalu besar ataupun intense. 
Karena ternyata, untuk orang-orang yang mampu melewati barrier emosiku, yang kuat dengan intensitas ku, yang energy nya sebanding bahkan lebih, mereka mampu menerimaku, bahkan nurturing and guiding.