Saturday, August 27, 2016

Merahasiakan

Di era digital dan maraknya sosial media dalam kehidupan masyarakat, sekilas kita dapat mengetahui kabar seseorang dari apa yang dia share. Dimana, sedang apa, sama siapa. Apalagi para pengguna media yang tujuannya untuk update their activities at the present moment. Sharing segala kegiatan, kebersamaan, dan posisi nya dimana. Termasuk tentang hubungan lawan jenis. Dia single, dia abis jadian sama si xx, dia abis tunangan, dsb. Update an status yang disertai foto. Kabar gembira selalu menyenangkan dan membuat gembira pula. Hanya saja kalau semuanya diceritakan, seperti diatas panggung dan di tonton banyak orang. Semoga tirainya berfungsi baik, sehingga bisa diturunkan untuk menyudahi panggung dan memiliki kehidupan di balik layar tanpa diketahui penonton :)

Rasanya kerahasian menjadi barang mewah saat ini. Tak sedikit yang men share dalam dunia maya kehidupan percintaannya, hingga tanpa sadar terekam dalam memori alam bawah sadar "lho bukannya bulan lalu dia lamaran sama si b, kok skrg nikahnya sama si c". Malah menstimuli ghibah ya. Disisi lain, dalam lingkungan nyata, dikelilingi orang-orang yang merahasiakan hubungan pribadinya (alhamdulillah). Diawali dengan kenal sekilas, tertarik, mencari tau, istiqarah, yakin, lamaran, lalu terbitlah undangan pernikahan tanpa sedikitpun umbaran status dan kisah cintanya. Kabar dan proses kasihnya terdengar secara offline saat bertemu langsung dan obrolan personal.

Adapun yang menceritkan kisah cintanya dari awal pertemuan, chat personalnya (yg cinta2an) di share di dunia maya, segala curahan hatinya, kekagumannya, kecintaannya, romansanya, drama konfliknya, perjalanan lamaran, farewellparty, hingga persiapan pernikahannya dari fisik hingga psikis, dari hal besar hingga pretelan, semua di share di public. Entah karena euforia, entah sebagai catatan untuk pedoman orang lain saat mencari vendor, entah pula karena perasaan insecure. Apa tak sebaiknya segala proses menuju nikah itu  disimpah sendiri ya? Dirahasiakan dari public. Cukup kabar gembira dan undangan pernikahan saja yang dibagi ke khalayak ramai. 

Apalagi cerita setelah nikah, lebih rahasia lagi. Jangankan ke public, ke teman dekat atau orang tua pun tak perlu mereka tahu kebahagian, kesusahan, dan segala lika liku perjalanannya. (Gw ngomong macem udh nikah aja ya hahaha. tapi ini serius mikirnya). Jangankan hal intim dan keburukan, hal sepele dicium pasangan sebelum berangkat kerja pun bukan sesuatu yang perlu orang lain tau bahkan gak perlu dinceritain dalam bentuk bahasa di dunia maya untuk public.

Saat menulis suatu pengalaman, berarti membahasakan semua perasaan, pergerakan, keadaan, semua visual 3 dimensi ber waktu ke dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut dibaca lalu direka ulang dalam imajinasi pembaca. Ada manusia yang memiliki imajinasi yang kuat. Saat membaca tulisan, tergambar sudah secara lengkap dan detail tentang isi tulisan itu. Kalau orangnya baik, ya hanya sebagai gambaran bayangan saja. Kalau pembacanya kurang baik? Bisa menstimuli untuk hal-hal senonoh. Contoh: "Sebelum kerja, selalu dicium suami". Nah loh. Di pikiran akan tergambar seorang perempuan yg dicium oleh laki-laki. Lalu terbayang ekspresi perempuan tersebut. Nah selanjutnya bisa jadi macem-macem. 

Banyak sekali hal yang perlu dijaga. Dijaga batasannya, dijaga kerahasiannya, dijaga dirinya.

*wuallahualambishawab

Wednesday, August 24, 2016

2016 Project: Commercial Place

Commercial Place - Cafe. 
Berlokasi di Semarang, Jawa Tengah

Cafe dengan spesialisasi dessert dari brand Loffle dan ada satu brand baru makanan berat sejenis suki di lantai pertamanya, tentu saja beda brand, beda pula image yang dihadirkan. Setelah melewati beragam proses brainstorming, pemilihan, hingga keputusan dengan segala variable khususnya variable budget yang supeeeeer mini dan vaiable waktu pengerjaan yang butuh asap. Begitulah TOR dari klien, menghasilkan desain seperti ini. Semoga berkah untuk semuanya.

Disini, saya menyajikan sebuah konsep dalam efisiensi dan brand image yang digambarkan dalam bentuk ruang 3 dimensi. Sirkulasi menjadi kunci utama dalam pemenuhan efisiensi baik secara pergerakan manusia, perputaran barang, udah, pencahayaan, penghematan daya, hingga waktu. Tanpa melepaskan unsur psikis yang menyentuh para pengguna sebagai konsumen untuk merasakan suatu sensasi sebagai moment yang lekat dalam memory. Kenapa harus efisien? Sepenting apa efisiensi sampai diterapkan sebagai kunci utama? Kalau ini alasannya panjang karena sebelumnya telah dianalisa dari segi gaya hidup lingkungan tempat ini dibangun, biaya, konsep financial, bisnis, objek jualan, dsb. beda proyek beda konsep. Singkatnya adalah, karena desain spasial adalah jembatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satunya lewat efisiensi, dimana berbagai pihak akan sama-sama merasa diuntungkan. 

Sekarang sudah fase pembangunan. Horeeee. sekilas kaya panggung ya hahaha. 



Kadang bukan kecil gedenya proyek, tp pas dibangun dan jadi sesuai perancangan itu rasanya ada kepuasan tersendiri. Cant wait to see you!

Tuesday, August 23, 2016

2016 Project: Residential

Hallo... Udah lama banget ya gak update kerjaan sebagai desainer interior yang kadang jadi arsitek dadakan hahaha. Daripada ubek-ubek file lama, mau sharing beberapa proyek yang datang dan dikerjakan secara singlefighter di semester pertama tahun 2016.

Pertama, Residential - Rumah tinggal. Berlokasi di Cimahi, Jawa Barat.

Fasade

Saya mengerjakan mulai dari tanah kosong. How lucky i am dapet proyek dengan tanah berkontur. Yeay! Suka soalnya hahaha. Porsinya sebagai arsitek dan desainer interior dengan bantuan orang sipil untuk menghitung strukturnya (terimakasih kang rama dan arif yang udah ngenalin bapak sipil itu. Mereka kontraktor, kerjanya rapih, kalo butuh kontraktor buat ngebangun bisa hubungi mereka lewat saya juga bisa nanti dikasih kontaknya). 

Mendesain rumah tinggal memiliki kunci tersendiri. Tidak hanya masalah bagus secara visual namun tepat bagi penghuninya dan ini baru akan terasa saat sudah terbangun (jaminan dari saya jika  dibangun benar sesuai peracangan). Rumah adalah hal personal bagi para penghuninya. Disini ada hal menyenangkan, yaitu hasrat membaca "orang" dan menganalisa personality jadi tersalurkan. Hanya butuh empati dan kemampuan mendengarkan dengan penuh perasaan tapi otak tetep jeli mencatat dan membayangkan semua hal secara logis dan teknis kedepannya gimana. 

Rumah ini rencananya dihuni seorang ibu, anaknya yang sudah dewasa, asisten rumah tangga, dan kerabat yg berkunjung. Digunakan untuk tempat berkumpul keluarga mulai dari usia manula hingga balita, dimana desain harus aman dan ramah untuk segala umur. Suasana damai, hangat, terbuka tersaji dalam alur sirkulasi, bukaan, cahaya, dan udara yang lapang: warna sederhana, dsb. Biar energi chi nya banyak. 

Prosesnya selesai sampai perancangan bangunan. Interiornya nanti dulu katanya, jadi saya desain interiornya sebagai bagian dari bangunan meski massa ruang. Furniture built in sudah dibuat belum detail sampai warna, material, dan ukuran detaillnya. 

Lantai 1 dan 1.5
Lantai 2 dan 2.5

Semoga segera berdiri kokoh, bermanfaat, meningkatkan kualitas hidup, membantu menciptakan kehangatan dan kebahagian bagi seluruh orang yang berada di rumah ini. Aamiin. Ada beberapa proyek lainnya, yang satu dalam proses pembangunan, yang satu sedang dihitung rab nya, yg satu inshaallah segera dibangun. Di update nya pas udah jadi aja kali ya nanti. Sebenernya gak suka cerita tentang aktivitas dan kerjaan. Sekali-kali lah gpp.

-------------
Kita hidup di dunia untuk menjalankan tugas dan peran masing-masing. Jangan sampai kebutuhan akan realitas hidup menutup jiwa dan tujuan asli diri. Semua yang dikerjakan hanya sebuah kendaraan dalam menempuh perjalanan menuju tujuan sebenarnya. Jangan terlena dengan jalan mulus, cuaca adem, kendaraan nyaman. Jangan pula stress dengan jalanan rusak, kemacetan, ban bocor, dompet di copet, dan nyasar. Perjalanan masih jauh, jauh sekali. Harus segera bergegas. Ambil yang diperlukan, tinggalkan yang memberatkan.

Uang, karya, kebermanfaatan, achievement, pekerjaan, aktivitas, ilmu, dsb. Hanya sebuah alat. Bukan tujuan sebenarnya. Be wise to find your purpose of life. Be patient to walk on your journey. Be though for you path. Cheers! :D

Kura - Kura

Senin, 22 Agustus 2016
Dari Jumat saya udah gabut, alias lagi fase santai. Proyek interior lagi dihitung RAB nya sama kontraktor, project kolaborasi bareng salah satu penulis baru dimulai senin malah. Alhasil di Tangerang hidup damai santai sambil ngurusin kura-kura. Dimulai dari membeli rumah baru bagi kuran-kura yang lebih luas dan transparant, menatanya, dan memindahkannya. Kemudia membersihkannya yang ternyata malah ke kopek. Dikirain lumut, "kok keras gini ya lumutnya, eh kok kok transparant", gatau deh itu sbenernya yg ke kopek apa, yg pasti bukan lumut, berarti bagian dari kura-kura. Mulailah deg-deg an sampe mau nangis. Setelah googling yang gak ngerti, akhirnya nanya temen yang biasa melihara reptil, dia bilang gak apa-apa, normal, lagi mau ganti kulit yang kebetulan ke kopek. Jadi itu masih bagian tempurungnya. Alhamdulillah. awalnya udah super deg-deg an banget. Niat mau merawat malah jadi merusak. makhluk hidup pula.

Kekopek, gatau deha itu yang ijo-ijo masih bagian kulit lapisan dalam tepurungnya
atau udah bagian badannya yang lunak :(

Selasa, 23 Agustus 2016
Jam 8 pagi, saya ke teras depan nengokin kura-kura. berbekal dari hasil googling kemarin seharian tentang kura-kura, mulai dipraktekan dengan menjemur selama sejam. Jadi ambil baskom kering, pindahin kura-kura tersebut sampe badannya kering. Untungnya teras berada tepat menghadap Timur, jadi matahari pagi sangat banyak. Saya tunggu sambil makan, dll. Setelah itu, bersihin kadang kura-kura yang gak tau kenapa jadi banyak lendir bening. mencret apa ya? gak aa eek coklat seperti biasanya. Setelah rapi, tempurung kura-kura disikat pake sikat gigi bekas. pelan-pelan pake perasaan jangan sampe dipaksa sampe kura-kuranya berontak, takutnya nanti stress. Lama kelamaan tempurung lainnya berubah warna mendekati warna tempurung yang ke kopek kemarin. Hijau agak kekuning-kuningan dengan alur garis sesuai warna kepala kakinya. Selesai sudah, sisa lumutnya dibersihin besok lagi aja, kasian kura-kuranya kalo sekaligus pikir saya berempati jadi kura-kura. hahahaha...

Pas mau dimasukin ke kandangnya, merhatiin setiap detail tempurungnya. kok di 2 buku kanan terdepan warnanya putih sih gak ada texture dan garis2nya. Alhasil googling lagi, ada yang bilang infeksi jamur, infeksi bakteri, kerapuhan, karena kadar airnya terllau banyak clorine, dll. Yaudah, semua informasi disimpan dulu aja. Soalnya ini kita sekeluarga melihara udah 6 tahun gak ngerti apa-apa. Sekalipun kura-kuranya tetap hidup, pengennya sih dia punya kesejahteraan hidup yang baik dan bahagia. Dibawah foto perbandingan sebelum dan sesudah dibersihkan.


kiri: sebelum dibersihin | kanan: setelah dibersihkan

Diinget-inget kenapa nih kura-kura jadi jamuran kucel gini sih. Baru inget kalau sebelumnya makanan udangnya habis, lalu dikasih pakan bulet-bulet warna merah dimana ibu, asisten rumah tangga, dan anggota keluarga lainnya sering kasih makan dalam jumlah banyak dan overlap. Jadi pagi-pagi ibu udah kasih, eh 10 menit kemudian ayah ngasih, dst. Ternyata makanan ini gak disukai sama kura-kuranya terlihat dari air bening dalam 12 jam berubah merah coklat tanda si paka melebur bercampur air dengan kata lain gak dimakan dong. Hal itu berlangsung lebih dari seminggu dan kita semua lagi pada sibuk sampe lupa bersihin ember (waktu itu masih pake ember) kura-kura. Pas inget, ya ampun udah sekotor itu. 

Asal Mula
Ayah saya yang memiliki kemampuan tinggi dalam membeli barang 'gak penting', tiba-tiba bawa pulang kura-kura 20 cm ini dari Lembang.  Tapi kura-kura ini sama ayah gak boleh di taruh di dalam rumah, katanya pamali. tapi dibeli dan dipelihara bertahun-tahun. Kita mah sekeluarga setipe semua kali ya, ngerawat tapi gak ngerti dan semua binatang peliharaan pada kuat semua hidup di keluarga ini alias hidup. Sebelumnya pelihara ikan sapu-sapu itu lama banget tahunan sampe pindah kota gak dibawa. Terus pelihara burung itu juga tahunan sampe ada yang mati dan terbang. Sekarang kura-kura.

Hallo! aku abis dibersihin looooh :')
mukanya beler, lagi pilek

Makan | Durasi 1-2 kali sehari, dikit-dikit. Kita biasa pakai JBL yg warna oranye. Isinya udang kering. Kadang diseling pakan lebih murah yang bentuknya bulet-bulet warna merah ijo. belinya di ace hardware.

Kandang | Pakai container plastik transparant 60x40x25 (cm). Diisi batuang biar gak licin dan batu tempat buat dia naik berjemur. Diatro di luar karena gak boleh masuk ke rumah sama ayah, selain itu jadi menghemat gak perlu pake lampu-lampu, karena setiap pagi jam 6-10 selalu dapat matahari pagi (teras rumah menghadap Timur). Wadah penampungan dikuras 2 hari sekali.

Monday, August 22, 2016

Catatan Kecil #2

Setelah melakukan perenungan selama 1.5 tahun, akhirnya benerapa hari yang lalu cerita ke teman kalau sekarang saya memutuskan untuk hidup mengalir. Teman bilang kalau gap antara pikiran saya yang sangat logika nan penuh perencanaan bertolak belakang dengan hati saya yang sangat emosional dan perasa. Hal itu yang bikin suka susah mengambil keputusan karena hati dan pikiran gak satu suara. Akhirnya lebih condong ngikutin hati dengan hidup mengalir. Hidup mengalir bukan berarti doing nothing, hanya lebih menyederhanakan hidup. Sesederhana lapar ya makan, haus ya minum, ngantuk ya tidur. Berusaha membuat proses berfikir ke tindakan menjadi se-pendek mungkin dan se-present moment. Sebagai orang yang banyak mau, hal itu pun jadi masalah saat tak kesampean karena menyadari gak semua hal bisa dikerjain sendiri sekalipun mampu. Alhasil, sekarang hidup mengalir dengan mulai memilih satu keinginan yg difokuskan dan dilakukan step by step. Dimana sebelumnya saya membersihkan diri dari segala racun. Membuang orang-orang yang memberi dampak negatif/ toxic people, meninggalkan segala kebiasaan negatif, belajar cuek, belajar tega, dan belajar menyayangi diri sendiri.

Kalau ingat jaman dulu. Saya sudah merencanakan hidup dari umur 5 tahun dan disiplin menjalankannya sampai orang tua pusing punya anak ribet begini. Umur 9 tahun mulai menuliskannya dengan rapih dalam bagan rencana hidup dengan detail sampai umur 70 tahun. Semua terealisasikan dengan sempurna dan tepat waktu hingga umur 22 tahun tiba-tiba semua berubah. Berantakan. Jadwal yang molor, achievement yang sulit diraih entah karena apa, dan lika liku kehidupan lainnya yang datang tak terduga. Seperti tiba-tiba kecelakaan motor bedrest 4 bulan, tiba2 ada masalah keluarga, tiba tiba ini itu. 2010-2012 fase terendah saya. 2012-2014 saya hidup normal seperti biasanya, s2 yg akhirnya lulus, kerja, jadi dosen, dpt proyek, tp ada sedikit rasa hampa gatau kenapa. Di awal tahun 2015 - tengah tahun 2016 merenungi banyak hal. Tentang pola hidup, siklus, grafik perkembangan, goal, review purpose of life, mulai memikirkan orang-orang sekitar, dll. Sampai pada kesimpulan di postingan sebelum ini, catatan kecil (1). Hari ini melabuhkan pada kemantapan pilihan step hidup selanjutnya (paragraf pertama). Meskipun ada semangat yang terus mengebu-gebu di dasar hati yang perlu diredam, ada lompatan lompatan ide dan rencana jauh puluhan tahun kedepan yang sudah tergambar dalam pikiran yg perlu saya sederhanakan, dan ada perasaan campur aduk kasian sama keluarga ini itu yang perlu saya kendalikan. Ternyata untuk hidup sederhana dan mengalir bagi saya adalah suatu tantangan yang besar dan sulit untuk mengendalikan segala sifat alami yang mengebu-gebu dengan pikiran melangit dan perasaan yang dalam yg selalu berhasil membuat keputusan yg lama dan salah saking overthinkingnya.

Karena saya tukang cerita, jadi gatel kalo gak cerita ke orang. Alhasil cerita ke temen tentang keputusan dan pemikiran saya itu. Teman saya jawab merespon semi ceramah:


Bagi saya, semua yang teman omongin itu bener semua. Bukan karena sepemikiran dan sepemahaman, ya logis aja. Dia menjelaskan dalam kalimat sangat sederhana. Ceramah yang mengingatkan kembali pemahaman yang telah dipahami bbrp tahun yang lalu, untuk mulai dilakukan, dijalani. sekarang.

*udah bilang ke temen bakal di post di blog tp demi privasi jadi identitasnya dihilangkan.


Tangerang, 22 Agustus 2016

Saturday, August 20, 2016

Catatan Kecil #1

15 Agustus 2016

Putih: seorang teman.
Hijau: saya

Obrolan monolog (thdp tmn) ini disimpan di blog, sebagai pengingat untuk suatu saat nanti dikala mulai masuk fase dark dan galau saat logika terlalu melangit dan perasaan terlalu mendalam. Sehingga gap dan jarakn diantaranya keduanya terlalu jauh sehingga sulit mengambil keputusan bijak.
Semoga bisa menjadi rantai diri dalam menuju tujuan agar tak hilang arah. 

18 Agustus 2016


Baru ngeh, kenapa sering ngerasa gak punya temen, gak ada yg nyambung, sepi. Baru paham, ternyata karena secara alami punya sifat progresif dimana orang-orang sekitar saat itu bersifat stabil. Yg awalnya satu frekuensi, lama2 menjauh dengan sendirinya seiring perubahan frekuensi pada diri. Pantes kenapa traveling, tempat baru, lingkungan baru, ketemu orang-orang baru, diskusi-diskusi cerdas (ini bukan sombong/belagu, sejujurnya gw pusing sama obrolan receh, gosip, dangkal, basa basi, dan hal gak penting), film baru, buku-buku rasanya sebagai oksigen kehidupan bagi saya. Memiliki urgensi super tinggi sebagai kebutuhan yang gak habis habis untuk dikejar dan dikejar terus. Sekarang berusaha hidup dengan lebih sederhana dengan menurunkan rasa keingintahuan yg mengebu-gebu, menurunkan self priority, mengendalikan pikiran yg terlalu kedepan nan detail, mereduksi ego, berusaha hidup saat ini, dan mengendalikan perasaan agar lebih logis dan stabil terus logis.

20 Agustus 2016

Cuma orang-orang yg temenan di dunia nyata, chat, line, fb, ig, dan blog, yg setidaknya bs mengambarkan saya 50% mendekati tepat. Kalaupun ada yang temanan di semua hal itu dan mau cari tau, tetepa gak akan pernah bisa mencapai 50%nya karena yang di share hanya sebagian pemikiran, perasaan, observasi, renungan, pengalaman, secara acak  baik dr segi media, waktu, dan tempat. Kecuali orang-orang "cenayang" yg bisa tau tanpa mengumpulkan semua informasi dr panca indra suatu rentang waktu. Dia tepat. Sangat mengambarkan diri, keadaan, fakta, dan realitas yg dihadapi.

Ini tulisan dibuat hanya sebagai notes pribadi yg mungkin bisa bermanfaat bagi orang yg tiba2 nyasar ke blog ini dan bagi org nyasar yg ternyata kenal trs bisa ngingetin pas saya lg "chaos".

*wuallahualambishawab

Monday, August 8, 2016

Sekarang

Sampai di titik, cuma pengen pulang ke rumah, udah itu aja.

Kalau dulu, penuh ambisi, pengen ngejar sekuat-kuatnya. Gak peduli harus ninggalin rumah dan hidup sendiri. Sampe kepikiran harus kaya biar ortu bisa pensiun dini.

Sekarang... 
Cuma pengen pulang ke rumah nemenin ayah sama ibu. Udah.

Jadi mikir juga, klo seandainya jadi kaya berlimpah saat ini, uang banyak, ortu bisa pensiun dini, malah kasian. Kasian mereka gak punya aktivitas lg dan saya pun pasti bakal sibuk kerjaan gak pny waktu nemenin, yg ada mereka malah kesepian.

Sekarang.....
Sampe titik dimana hasrat duniawi rasanya luntur. Rencana liburan ke Jepang pun jadi sesuatu yg disesali padahal udah beli tiket pp. Buat apa ya? Harusnya uangnya bisa ditabung.

Mungkin saat ini waktu lagi sayang sayangnya sama ayah ibu. Sampe mikir udah di rumah aja ga apa-apa susah dapet proyek, yg penting bisa ngurusin ayah ibu meski mereka sehari-hari kerja (di rumahnya cm sore-pagi). 

Ngerasa buang banyak waktu untuk banyak hal gak mendekatkan saya pada apapun (pada jodoh, kepada keberkahan, pada harta berlimpah). Nunggu jadi dosen di tempat baru yg masih lama, kerjaan proyek diluar kota yg gw pun gak pny tmpt tinggal kondusif, dll. 

Pengen tinggal di rumah. Udah. Masalah dapet dejeki dari mana, ini pertamakalinya saya gak mikir dan mempersiapkan untuk hal itu, biarlah pintu-pintu rejeki lainnya yg masih misteri itu terbuka seiiring waktu. Kali aja malah jd bisa nyelesaiin buku, malah bs nemu lingkungam baru untuk dibina, malah bisa bermanfaat bagi banyak org, malah bisa menemukan dan memulai bisnis baru.

Saya lulusan S2 di salah satu PTN, semasa sekolah selalu masuk kelas berkualitas dan sekolah di tmpt bagus, punya prestasi akademik, dll. Nyatanya ada satu fase dan titik dimana semua perencanaan yang terlah dipikirkan secara detail oleh logika, kalah oleh hati dan cenderung mengikuti hati. Semua rencana hidup dan ambisi yg saya bangun selama 18 tahun dari umur 10 tahun, hilang seketika. Cuma pengen tinggal di rumah, udah.

Biar takdir yg mengatur, termasuk mengatur pertemuan dengan orang orang hebat yg membawa saya semakin dekat dengan tujuan hidup. Kalau mau jujur, saya bisa jadi dosen hebat. Dosen yg menghasilkan mahasiswa-mahasiswa visioner, berkarakter kuat, kritis, penuh empati, dan brilian. Tapi kalau yg diharapkan hanya seorang pendidik yg menghasilkan banyak jurnal, banyak gelar, dan aktivitas-aktivitas mengajar sebagai pekerjaan yg harus tunduk dibawah nama yayasan/ aturan pada suatu kepentingan. Ya, bukan minat saya, tapi bisa saya lakukan.

Saya bisa jadi desainer manusiawi penuh empati dengan segudang ide. Asal porsi saya sebagai desainer tok. Gakpake acara merangkap sebagai drafter, estimator, visualizer, dan mandor.

Saya bukan seorang pekerja. Hanya senang berfikir, membuat konsep deep dan holistik, ngajar, membantu orang. Kalau ada orang-orang yg levelnya jauh diatas. Punya banyak uang yg gak tau mau diapain/ pny bisnis yg ingin di kembangkan/ butuh org bikin konsep/ butuh rekan diskusi untuk brainstorming/ butuh leader. Ask me! If our have the same vision and motivation, Lets colaborate! 

See ya.


Sunday, August 7, 2016

Persaingan

Persaingan.
Kata yang tak pernah ada dikamus dan tak pernah berusaha memahaminya. Sedari kecil selalu bingung, kenapa harus ada istilah bersaing? Menang? Kalah? Kenapa tolak ukurnya orang lain? Kenapa orang lain yg sedang melakukan hal yang sama disebut sebagai pesaing? Kenapa perlu bersaing?

Semenjak sd kelas 1, tahun 1994. Punya pikiran, kalau semua hal sudah ada jalan dan waktunya sendiri-sendiri. Saat teman-teman dan para orang tuanya berlomba2 meraih ranking 1 atau 3 besar. Saya bodo amat. Gak peduli. Hanya peduli bagaimana grafik perkembangan selalu menanjak. Ibarat ya kalau semester ini ranking 8 dgn nilai raport 90, semester depan nilai raportnya harus minimal 91, sekalipun rankingnya turun, gak peduli. Yg penting grafik perkembangan terus naik. Begitupun saat ranking 1 semasa smp, byk yg ngangep saingan, saya gak peduli. Yg dipertahankan adalah grafik menajaknya bukan rankingnya.

Semasa smp ada pemilihan osis perwakilan dr kelas. 2 orang terpilih termasuk saya, saya melepaskan kesempatan itu lalu memberikan kpd tmn yg tahun depnannya ia jadi kerua osis. Kisah percintaan pun begitu, suka sama laki-laki yg sama dgn teman, saya lepasin gak pake acara caper persaingan. Waktu umroh pun begitu, niat bantuin nenek2, baru ngulurin tangan tiba2 ada orang disebelah bergesture pgn bantuin, saya langsung mundur ngasih kesempatan padanya. Kerjaan pun sama, ngasih kesempatan ke org lain dlm posisi saya jg blm dapet.

Baru menyadari saat sudah besar diumur 25 tahun ketas, ternyata sifat itu bukanlah sifat baik. Saya gak punya prestasi pengakuan atas segala achievement di mata public, hanya karena setiap dapet kesempatan selalu dikasihin ke orang lain. Hal ini berdampak pada kesempatan saat ini, susah sekali mencari ruang untuk berkarya, berfikir, berkontribusi, menjadi diri yang bermanfaat bagi banyak orang, salah satunya karena semua telah tumbuh menjadi subjektif. Saya bukan siapa-siapa.

Sampai akhirnya pemikiran kembali ke awal, untuk apa persaingan? Satu-satunya yang perlu dilakukan adalah fokus. Fokus terhadap tujuan diri, fokus terhadap maksud Tuhan menciptakan saya di dunia, fokus pada waktu yang terus bergulir. Menang menjadi definisi yang dibandingkan terhadap rencana dan waktu, bukan thdp orang lain sebagai pesaing. Begitupun dengan definisi kalah. Saat memiliki target A dalam waktu 2 tahun, lalu gak kesampean tandanya saya kalah. Kalah terhadap komitmem dan kemauan diri, gagal. Tolak ukurnya bukan kehidupn orang lain.

Sepupuh seumur menikah, ya silakan.
Teman sebaya sudah tajir nan beken, ya silakan. 
Adik kelas, sudah menyusul dark segi karir, silkan.

Yang pasti harus punya tujuan dan berusaha mencapai itu dengan grafik perkembangan diri yang terus menanjak.

Pernah beberapa tahun merhatiin dan merenungkan, suka berfikir, sedih deh liat orang yang memiliki tingkat jiwa bersaing tinggi tapi tak diimbangi dengan sifat baik. Berlomba-lomba mencapai depan, pas nengok ke belakang gak ada org yg mengikutinya sebagai ilmu yg bermanfaat. Bersaing mencapai tujuan, hingga merugikan orang lain, menyikut, memanipulasi, berbohong, dsb. Pada akhirnya ya semua keputusan dan kosekuensi orang masing-masing. 


Friday, August 5, 2016

Jam Kerja

Hallo, udah lama gak nulis di blog.
Ini alasannya karena lagi sibuk ngerjain desain 3D pakai laptop dimana laptopnya suka nge hang, alhasil aktivitas sambil nunggu laptop normal adalah main hp dimana pikiran-pikiran justru tertulisnya di facebook/ line.

I am Extremely Moody and Hypersensitive People. Karena sifat moody ini, tak sedikit orang yang nyangka saya bipolar. padahal bukan. Moody dan sensitive, 2 kombinasi yang berhasil bikin ribet diri sendiri. Cuma bisa kerja di tempat yang tenang, tentam, jauh dari sifat-sifat buruk orang (meski ini hal tak teraba, tapi energi dan aura nya kerasa), dan dalam keadaan mood yang baik. Mood bisa hancur seketika cuma karena hal sepele, "jd kapan?", sesepele pertanyaan itu. I dont know why, perubahan suasana terjadi diluar kendali diri, kendali diri cuma bisa mengekspresikan atau memendam dalam diam.

Kalau durasi pekerjaan 4 minggu, 2 minggu bangun mood, 1 minggu mikir dan bikin konsep, 1 minggu ngerjain. Kalau orang normal, 2 hari mikir konsep, 3 minggu ngerjain, 5 hari terakhir santai. Kebayang kan betapa stress dan deadlinersnya. Hahaha. Begitupula sebaliknya, kalau lagi mood, berasa gak butuh tidur, bawaannya pengen kerja terus, otak panas terus, ide meletup-letup, fisik berasa punya jutaan kalori. Mungkin karena sifat itu, Tuhan memberikan sifat super formalis agar bisa hidup seimbang. Apapun yang terjadi, selalu berusaha memenuhi komitmen dan tanggungjawab sesuai waktu dan batas akhir yang disepakati sebelumnya. (penting bgt nih buat para klien dan calon klien untuk menentukan deadline akhir dan memberi ruang sepanjang proses pengerjaan).

Kembali ke topik awal, jam kerja. Sudah 4 tahun menjalani hidup sebagai freelancer, sempat diselang sekolah S2 dan mengajar di universitas swasta. 1 tahun ini murni hanya fokus bekerja. Jam kerja super gak normal dimulai jam 7 malam hingga 4 subuh, sehabis subuh, bobo. Bangun dzuhur, lalu ini itu sampe sore, dan mulai bekerja selepas isya. Sampe suatu ketika jadi kurang bisa berharmoni dengan orang-orang seatap. Merasa yang salah adalah saya, maka mulai merubah pola hidup dengan tidur jam 12 malem, bangun jam 5 subuh, jam 6 mandi, jam 7 pagi sudah depan laptop. Nyatanya? Dalam seminggu berhasil gak ngapa-ngapain. progressnya cuma seupil kecil.. Sangat jauh dari produktif. fisik fit, tp otak dan mood gak bisa sinkron, lalu malamnya dikala fisik sudah drop, otak malah meletup-letup. Alhasil, membebaskan diri untuk menjadi diri sendiri, salah satunya dengan membiarkan diri kembali pada sifat alaminya, yaitu: bekerja di malam hari, yng membuahkan hasil pada penyelesaian pekerjaan secara produktif, dengan resiko perlu ngekos/ tinggal di tempat yang super tenang untuk beristirahat pada pagi hingga siang harinya. 

Setiap orang, memiliki pola-pola tersendiri, beda-beda tentunya. yang menjadi masalah adalah saat bersinggungan dengan orang lain yang ternyata memiliki pola hidup yang berbeda. bisa menhasilkan permasalahana karena saling terganggu satu sama lain meskipun niatnya tak menganggu. Saya sangat terganggu dengan orang-orang yang berisik pagi-pagi apalagi ditambah suara anak kecil nangis jejeritan, suara televisi sepanjang malam sebagai pengantar tidur seseorang yang menganggu proses kerja yang butuh suasanan hening. Tapi gak ada orang yang keganggu dengan aktivitas saya dimalam hari, paling suara pintu pas lagi ambil air minum ke dapur. Mereka terganggungnya justru karena reaksi emosi saya, hasil gak bisa tidur dan mandek dlm proses bekerja karena keusik sepanjang pagi-malam dengan suara dan aktivitas mereka. Kemudian mereka balik menyerang krn dalam hukum sosial secara alami, minoritas akan kalah oleh mayoritas, Kenapa ya jadi orang sensitif banget.

Meskipun dalam sisi lain, sensitifitas ini justru hal positif yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku di dunia kreatif, termasuk desainer interior. Karena dalam proses berkarya, menggunakan konsep design thinking. dimana perlu keahlian dalam "membaca" kebutuhan human/ klien/ customer untuk menciptakan solusi dalam desain, keahlian itu di dapat dari sifat sensitif dan empati. Disisi lain, sifat yg terlalu high pun dapat memacu masalah lainnya.