Showing posts with label Ramadhan. Show all posts
Showing posts with label Ramadhan. Show all posts

Tuesday, July 5, 2016

Ramadhan #30: Beruntunglah

Beruntunglah yang masih memiliki ibu. Atas doa-doanya telah menjadikan kita seperti ini. Penuh keberuntungan, terselamatkan dari bahaya, terselesaikan segala urusan dengan baik dan lancar, terlindungi dari keburukan dunia, terjaga. 

Beruntunglah yang masih memiliki ibu.
Atas air matanya dalam rintigan sepertiga malam, semua cita-cita kita menemukan jalannya, hati yang keras berangsur melunak, pikiran buntu menemukan cahaya, kegundahan jiwa perlahan mereda.

Beruntunglah yang masih memiliki ibu.
Memberikan peluang bagi kita untuk meraih pahala melaluinya, berbakti, menjaga hatinya, menyayanginya. Meski itu semua tak akan sebanding dengan segala perjuangan dan pengorbanannya terhadap kita.

Beruntunglah anak gadis yang masih memiliki ayah. Masih dapat dinikahkan oleh orang yang paling menyayangi dengan tulus semenjak masih di kandungan. Atas segala doanya, menghantarkan pada jodoh baik yang terbaik. 

Beruntunglah yang masih memiliki ibu dan ayah, masih banyak pintu yang akan terbuka untuk keberhasilan kita di dunia dan akhirat melalui doa-doanya.

Beruntunglah yang masih bisa bertemu dengan keduanya tiap tahun, tiap bulan, atau bahkan tiap hari. Karena di luaran sana, banyak jiwa yang saling menahan rindu bahkan saling mencari.

Ramadhan #30

Monday, July 4, 2016

Ramadhan #29: Society



1. kita harus berbuat baik biar orang baik juga sama kita.

2. kita harus menolong orang, biar kalau susah ada yang nolongin.
3. berbagi itu perlu biar bermanfaat dan dapat pahala.
4. kalau gak punya uang nanti sedih gak bisa bantu orang.
5. apa kata orang?
6. nanti orang mikirnya gimana?
7. sama siapa? Jangan sendirian
8. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau cuma pengen ngurus anak dan rumah tangga?
9. Gak boleh nanti dosa. dst.

Pernah denger ga poin 1-9?
Kalau saya sering denger dari kecil karena berada dalam lingkungan seperti itu. Semenjak kecil pula selalu merasa ada yg aneh dan berontak tentang hal itu.

1-3. Kok kesannya pamrih. Doing good mah ya doing good aja, kok jd ngarepin balasan termasuk balasan pahala.

4. Emangnya bantu org hanya lewat materi? Kita dikasih Allah fisik, pikiran, waktu. Bisa bantu lewat pemikiran, leqat fisik misalnya ngangkut-ngangkut, bahkan senyum pun sudah sodaqoh dan bantu orang berada dalam kompas positif.

5-6. Apa urusannya pikiran pandangan dan penilaian orang terhadap kita? Mereka siapa? Tuhan? Bukan. Pandangan orang ya itu urusan mereka. Kalo selalu mikirin apa kata orang, nanti hidupnya gak bahagia, gak menjadi diri sendiri. Karena orang lain punya perspektif masing-masing dan blm tentu benar karena hanya melihat beberapa chapter diri kita dari ribuan chapter. 

7. Ini poin yang sempet nuruni self esteem pas ga ada yg bs nemenin dan bikin jadi takut ngapa2in kalo ga ada temennya. Konyol. Seiring waktu jd belajar kalau ada kalanya kita harus berdiri diatas kaki sendiri, berjalan sendiri, belajar nyaman dengan diri sendiri. Its okay to walk alone, asal jangan jadi loner aja.

8. Ini paling aneh yg pernah didengar. 
Kok kesannya pendidikan itu sebagai alat timbal balik yang harus balik modal secara materi. Kok semua dinilai dari materi? Kok mengurus anak dan rumah tangga dinilai rendah daripada menjadi "pegawai'? Agak kurang seimbang.

9. Kalau ini setuju. Meski kadang mikir, agak aneh untuk beberapa kasus. Misalnya: jangan nebang hutan nanti dosa. Bener sih. Cuma kok kok gak diajari dengan pandangan lain ya? Pandangan gak boleh karena dampaknya bisa buruk thdp lingkungan, kasian pohonnya (diajarin sayang sama tumbuhan), diberi alasan yg lebih ilmiah thdp proses, dsb.

Subjektif bgt ya ini tulisan, kalau jeli bisa dapet pemahaman lain yg InshaAllah bermanfaat, tergantung dr daya tangkap dan tingkat pemahaman pembaca :)

Intinya mau sharing: its okay to be different. its okay to think, to analyze, to ask, and to find another reason personally. Semoga apa yang kita lakukan jauh dari segala logika pamrih (baik biar dibaikin lg, baik biar dpt pahala, baik biar gak diomongin manusia, dll).

Ramadhan #29

Ramadhan #28: Membangun Peradaban

Pernah kenal satu orang dengan mimpi segudang. Saat lulus dia bekerja demi membantu orang tuanya. Keluarga sederhana. Lalu bapaknya bilang "kalau kamu masih ingin menjadi (cita2nya) kejar mimpi kamu, urusan biaya adik-adik biar bapak yang urus". Mengharukan. Banyak di dunia nyata menemui orang tua yang menginginkan anaknya cepat-cepat bekerja agar bebanya cepat-cepat berkurang dan bisa memberi ini itu thdpnya dikala orangtuanya masih produktif. Sedih. Padahal hidup orang tak selalu linear, tak selalu memiliki pola yang sama, tak selalu punya tujuan dan goal hidup yang sama. Banyak sekali orang-orang dengan visi jauh kedepan, dengan mimpi yang jauh lebih holistik, yg memikirkan banyak orang diluar keluarganya.

Kalau ada pola dlm keluarga yang turun temurun sama. Sekolah-kerja-nikah orientasinya hanya sebatas untuk diri sendiri dan innercircle tanpa mimpi holistik bayg luas dan terintegrasi. Maka harus menjadi pemberontak untuk merubah semua sistem dan pola. Ada satu generasi yang akan sangat berkorban dan sangat bekerja keras demi membentuk pola baru yang akan merubah masa depan generasi-generasi dibawahnya. 

Hal terkecil yang harus diubah adalah diri sendiri. Dengan menjadi lebih baik, lebih lapang, lebih luas jiwanya, lebih kaya pengalaman dan wawasanya, lebih dan lebih terus haus akan hal baru dan berkembang dengan hati yang sensitif untuk merasakan sekitar dengan jiwa sosial yang tinggi atau purpose lainnya. Setelah itu, cari pasangan dengan vision dan purpose yang sama. Barulah mulai membangun peradaban lewat berumahtangga dan anak-anak yang nanti akan Tuhan titipkan. Ini alasan mengapa mengembangkan diri dan mencari pasangan bukan hal sederhana dan sedijalani. Butuh persiapan matang, waktu yang tak dikit, kesabaran yang tak terbaras. Karena tujuannya bukan hanya untuk diri sendiri dan untuk orang2 saat ini. Tapi untu masa depan yang lebih holistik, untuk calon anak cucu, dan generasi - generasi selanjutnya.

Ramadhan #28

Sunday, July 3, 2016

Ramadhan #27: Dibalik Orang Hebat

Habibie emang keren banget. Selain dirinya yang super keren. Orangtuanya keren banget, mrk ngajarin bahasa asing sejak anak-anaknya masih kecil, mengakomodasi kehausan dan keingintahuan si anak dengan filosofi, ilmu pengetahuan, dan wejangan - wejangan bijak. 

Hipotesa awal: orang-orang hebat terlahir dari keluarga susah/ keluarga cerdas/ keluarga penuh disiplin/ bahkan terlahir dr lingkungan yg mengasingkannya seperti einstein dan para tokoh hebat lainnya yg terkenal setelah meninggal, tp perjuangan hidupnya sangat perih, bukan masalah miskin gak bisa makan, namun secara mental dan psikis mereka "dipaksa" hidup sendiri menjadi "single fighter". Ada yg keluarganya membuangnya, ditinggal istrinya, dicemooh lingkungan, diolok-olok, dikatain bodoh, pendidikan gak selesai, dll.

Mereka hidup untuk menghidupi keyakinannya dan pada akhirnya berhasil menghidupi omongannya sendiri dgn kerja keras dan sabar. 

Tuhan Maha Adil. Gak ada manusia sempurna, selalu ada yang dikurangi saat ada satu bagian hidup kita yg dilebihkan-Nya. Selalu ada yg dilebihkan-Nya saat ada bagian hidup kita ada yg kurang. Semua berada dalam neraca porsi yang pas menurutNya.

Ramadhan #27

Friday, July 1, 2016

Ramadhan #26: Atribut

x: kerja dimana?
x: dulu kuliah dmn?
x: ambil jurusan apa?
x: kegiatannya apa aja sekarang?
x: rumahnya dmn?
x: orangtua dmn? kerja dmn?

Pernah tidak dapat pertanyaan sejenis itu? atau mungkin menanyakan hal itu?
pertanyaan yang sering muncul dalam sebuah proses mengenal orang baru termasuk saat mengenal orang lama yang dulu hanya sekedar tau nama. Biasa saja sih, tidak ada yang aneh. Ada sebagian orang dari pertanyaan tersebut akan berlogika dalam menilai seseorang. "kalau kuliah disitu, berarti dia kaya ya, pinter. kalau orang tuanya kerja disana, tandanya kaya. kalau kerja disitu tandanya mandiri dan bisa menafkahi diri sendiri dikala menikah, kalau rajin solat berarti soleh ya bisa membimbing (padahal manusia naik turun imannya, kedepannay tak ada yang tau, tak seideal yang dilogikakan)kalau kalau kalau lainnya" sebuah pikiran logis sebab akibat yang direka-reka oleh logika sendiri. Ya, itupun tak salah, hanya akan menjadi ironi dikala saat memilih pasangan atau menikahinnya karena atribut duniawi dan atribut logika.

Semakin dewasa, penilaian terhadap atribut ini semakin besar dan sering terjadi. Semakin sulit pula mengenal seseorang secara utuh, secara "telanjang". kenapa? dari pertanyaan tersebut, pasti ada saja yang merasa terintimidasi, tidak nyaman, ataupun minder yang berakhir diam, tidak menceritakan, atau bahkan berbohong. Ya tak ada yang salah juga dengan pertanyaan tersebut, karena setiap orang memilki cara tersendiri dalam mencari informasi.

"hallo, saya x, saya alumni xxx, sekarang bekerja di yyy, kegiatan saya zzz."
adapula cara orang mengenalkan dirinya dengan membawa atributnya. Padahal siapa yang nanya dia kuliah dimana? kerja dimana? sekaya apa? dll. "halo, saya y temannya z (org yg kita kenal), salam kenal". Terasa lebih manusia, memeprkenalkan diri sebagai manusia dan relasi.

a: kamu mau nikah sama dia ga? anaknya kiyai loh
a: dia kerja di xx, udah pasti mapan, ganteng pula, blabla
a: dia lulusan yy, udah doktor, blabla

so? emang kenapa kalau anak kyai? bakal soleh juga? kalau soleh bakal nyambung ga pas ngobrol? bakal beneran tulus ga? | kalo kaya mapan terus kenapa? bisa ngajak ke surga? gak bakal kasar? bakal nyambung secara prinsip dan value hidup? | kalo doktor knp? beneran cerdas atau jago berstrategi? penelitiannya beneran wah atau cari aman? punya jiwa sosial yg tinggi atau cuma mikirin diri dan circlenya saja? Sebagian orang akan bertanya-tanya dengan segala atribut seseorang, namun banyak orang yang akan tergiur dengan segala atribut yang ditawarkan. Lalu saat berhubungan lebih lanjut, saat semua sifat aslinya keluar, saat semua keburukannya muncul, saat dinamika hidup bergelombang jatuh dan bangun, yakin semua sesuai logika? yakin bisa menerima? 

Atribut, sesuatu yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang akan ditanggalkan ketika di "rumah". Jangan sampai matah hati dibutakan oleh atribut seseorang yang merangsang logika dalam memutuskan suatu keputusan penting dalam hubungan dengan manusia sebagai partner hidup. Kadang, pergi ke tempat asing, meinggalkan atribut, lalu bertemu dengan seseorang asing yang tak membawa/ memunculkan atributnya, maka interaksi yang terjadi adalah interaksi asli, nyata, melihat seseorang dari hati, pola pikir, dan potensinya. bukan dari atributnya, tapi dari hatinya yang terpancar lewat sikap, pola pikir, dan perilaku. 

Selamat meninggalkan atribut sejenak, 
Selamat menemukan dan ditemukan oleh seseorang yang terpikat oleh kecantikan/ kebaikan hati bukan dari atribut.

Ramadhan #26

Wednesday, June 29, 2016

Ramadhan #24: Sederhana

Sebulan ini, bertemu dengan orang-orang penuh kesederhanaan, semua dalam komposisi yang pas. Bergaul dan bertemu dengan orang-orang seperti itu memberi ketentraman tersendiri. Saya pun termasuk orang yang tak sederhana, baik dari segi konsumsi benda, makanan, berfikir, bertindak, bergerak, memutuskan. Ribet. Anehnya selalu dipertemukan dengan orang-orang sederhana yang menyadarkan dan mengingatkan. Mungkin ini yang namanya keseimbangan hidup. hahaha
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kadang berfikir, apa yang membuat sesuatu menjadi rumit? Padahal hidup sesederhana lahir - hidup - meninggal. Selesai. Lalu selama proses hidup pun tak ada yang menuntut harus kaya, harus pintar, harus keren, harus sempurna, harus bisa ini itu, harus dan harus lainnya. Kalau kembali ke dasar, selama proses hidup kita cuma disuruh buat beribadah. udah. kelar.

Kesederhanaan pun terlihat dari pemikiran dan tindakan seseorang dalam memutuskan. Sesederhana, lapar? ya makan, selesai. Batal pergi? yaudah refund tiket, kelar. 

Pernah melihat rumah gerobak? yang sekeluarga (terdiri dari bapak, ibu, dan beberapa anaknya) tinggal di gerobak? Luar biasa ya mereka bisa sangat sederhana menjalani hidup tanpa banyak tanda tanya dan kecemasan. Keren. Padahal mereka belum tahu hari ini makan apa, tidur dimana, bakal hujan apa tidak, kalau mau buang air besar di tengah jalan gimana, nanti anaknya disekolahin dimana, kalau gak sekolah nanti anaknya gimana kedepannya, bakal mandi dimana, hari ini ke jalan mana. Yang lebih hebatnya adalah, mereka sebuah keluarga, berarti ada seprang perempuan dan laki-laki yang menikah lalu memiliki anak yang dikandung dan dilahirkan. Gimana ya moment dimana saat orangtuanya bisa mengijinkan anak perempuannya menikah dengan laki-laki yang tak menetap (tempat tinggal maupun pkerjaan). bagaimana mereka bisa setuju dan melepaskan tanpa tahu anak perempuannya dikasih makan apa, bakal tinggal dimana.  Lalu saat hamil, dikala pada umumnya orang hamil kontrol ke dokter, mereka santai saja. dikala orang hamil ribet ngatur makan dan olahraga serta perawatan ini itu, mereka bisa santai dan semua baik-baik saja. Kadang penasaran, saat melahirkan bagaimana ya? melahirkan sendiri? dibantu oleh siapa? atau bagaimana?

Dan... mereka menjalani hidup dengan sederhana, termasuk berfikir sederhana, menjalani hari ini sebagai hari ini, hari esok ya urusan esok. Ada kekuatan besar yang tumbuh dibalik kederhanaan. kekuatan keyakinan, kekuatan menghemat energi, kekuatan fokus, kekuatan menjaga diri dari stress, kekuatan menyelesaikan sesuatu lebih cepat, dll.

Ramadhan #24

Tuesday, June 28, 2016

Ramadhan #23: Proses

Proses, butuh waktu, makan waktu. 

Seseorang yang berhasil dapat beasiswa ke salah satu universitas di Eropa, melewati proses panjang yang hanya dirinya yang tahu. 12 tahun sekolah formal, 4 tahun kuliah, 6 tahun belajar bahasa, 2 tahun persiapan, 16 tahun memupuk kesabaran dan semangat. 

Seseorang kaya raya pun berproses dalam setia inci kemajuannya, jatuh bangun, dari yang yakin hingga hilang keyakinan, dari punya rumah sampai tidur di jalanan, dari yang banyak teman hingga seorang diri dalam kegagalan. Gak ada yang instant atau kilat. Cepat lambat keberhasilan pun tak semata-mata kerja keras, ada takdir waktu diluar kendali manusia.

Kita memiliki banyak toples dalam kehidupan. Saat toples yg satu masih kosong, ada toples lain yang terisi penuh tanpa sadar. Isi dan level kepenuhan toples-toples ini berbeda satu sama lainnya. Ada yang sukses karir, namun hatinya sepi. Ada yang gagal terus, namun kaya atas kebijaksanaan. Ada yang belum keliatan bunga mekarnya, namun akarnya sudah sangat kuat siap untuk menjaga agar tak goyah ditiup angin saat pohonnya tumbuh besar nanti. Ada ini itu banyak sekali. 

Selama memiliki tujuan, semuanya berproses, bergerak, berkembang, bertumbuh. Sabar kunci utama, sabar dalam kerja keras maupun sabar menghalau lingkungan negatif yang dapat merusak keberhasilan proses tersebut. Seperti uji coba kimia, dalam proses pun pasti ada gangguan secara internal maupun eksternal. Masalahnya bagaimana gangguan eksternal itu justru datang dari lingkungan internal? 

Sesuatu yang cepat datang, akan cepat pergi. Tak ada kualitas baik tumbuh dalam waktu singkat. Seperti makanan, gak ada ceritanya fast food/ makanan instan lebih baik dr makanan organik. Semakin baik kualitas, semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam prosesnya. Seperti masak soto dengan bumbu instan yang siap cemplung dengan bumbu alami yang perlu persiapan. Dari rasa sudah beda, dari gizi sudah beda (yang satu telah mengalami proses kimiawi yang tak memungkiri adanya pengawet) yg satu masih alami dari alam. Sama halnya dalam persiapan proses sesuatu. Seperti seorang pesilat yang perlu belajar kuda-kudaan diawal lama hingga kuat, baru mulai berjurus. Bedanya dengan yang langsung belajar jurus dikala kuda-kuda blm siap adalah saat tanding.... Akan kelihatan mana yang lebih kokoh dan stabil. Seperti mendesain, setengag waktu deadline digunakan untuk research, seperempat untuk brainstorming, sisanya mendesain teknis. Hasilnya akan beda dengan yang langsung mendesain tanpa reaearch mendalam. Proses, sebuah urutan penting dalam sebuah kualitas.

Ramadhan #23

Ramadhan #22: Kepercayaan

Singkat cerita, saya melakukan perjalanan panjang mengunakan mobil pribadi, kalau kata maps sih 10 jam. Alhasil, minta tolong seorang teman untuk nyupirin si rushy (nama mobil saya). Teman yang baik ini akhirnya mau, dengan syarat, setelah mengantar sampai tujuan, dia minta dibayarin tiket pesawat pulang. Kami pun sepakat. 

Obrolan selanjutnya, 
a: "eh, tapi lo percaya ma gw ga tie?"
u: "nggak"
a: "yah susah kalo gitu"
u: "yaudah sampe ketemu besok ya, perjalanan malem aja kita"
a: "okey"

*Pada akhirnya saya pergi sendirian dengan waktu tempuh 13 jam, capek gilak cuy. luar biasa dah supir-supir lintas provinsi yang tiap hari nyetir jauh.

Dialog singkat, bikin mikir tentang betapa pentingnya sebuah kepercayaan.
Misal, ada orang nyetir, ada yang percaya di setirin dia, ada yang gak percaya. Hasilnya pun berbeda, orang yang percaya, mampu memberikan aura positif yang bikin supir nyaman dan jadi lebih berhati-hati. Nah yang gak percaya, tanpa disadari ngasih aura negatif idmana tiba-tiba banyak komentar gak jelas, bikin panik selama perjalanan, yang berujung memperbesar potensi kenapa-kenapa, malah bahaya. Bukan perkara supirnya jago atau tidak, justru kepercayaan penumpang jauh lebih mengendalikan keadaan supir dalam kenyataannya. Cobain deh, nyetir di tempat macet misalnya,
Sikon A dapat penumpang sabar, menyenangkan, percaya. 
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan? 
Sikon B dapet penumpang bawel, suudzon gak percaya ma kita, dan panikan gak jelas. 
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan?
Kualitas nyetir kamu baik, dari 2 sikon tersebut, respons dan hasilnya bakal sama ga?

Analogi naik mobil dari satu tempat ke suatu tujuan dengan melewati perjalanan, sama halnya dalam kehidupan. Kehidupan pekerjaan, percintaan, relasi. Kalau tidak adanya kepercayaan, ya susah, susah jalan dengan baik. Masalah kualitas dan hasil, kadang jadi hal kesekian, karena kepercayaan justru bisa merubah itu semua. Merubah keadaan baik jadi buruk, merubah kualitas biasa jadi luar bisa, dan sebaliknya.

Ada pengalaman, pergi sama orang dimana dia gak percaya dan punya persepsi saya bakal ninggalin. Dia gak bilang, tapi apa yang terjadi? yang awalnya loyal gak kepikiran ninggalin, jadi tiba-tiba ningalin. Ada juga teman yang gak percaya nitipin tiket bus karena takut hilang, alhasil setelah dikasih ke saya, dia ambil lagi, pas mau naik bus, tiketnya ilang sama dia sendiri. Pas ngobrol-ngobrol, akhirnya cerita kalau dia gak percaya. Ya gak apa-apa sih, hak setiap orang untuk percaya atau tidak, dan kita pun gak punya kewajiban untuk meyakinkan orang kan? Dari kejadian itu, jadi mikir kalau pikiran punya kekuatan merealisasikan sesuatu, baik atau buruk. sekalipun cuma diri sendiri yang tau. Hati-hati dengan pikiran. (ngomong sama diri sendiri juga).

Kamu Percaya?
Kamu Yakin?
ok.

Ramadhan #22

Ramadhan #21: Dikejar Rejeki


* Karena ada urusan pekerjaan beberapa hari di luar kota yang cukup intens, jadi telat nulis satu tulisan tiap hari selama Ramadhan. Bakal dibayar hutang komitmen menulis secepatnya hehe.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pernah gak kalian ngindarin sesuatu tapi hal itu terus datang?
menghindari kesempatan, pekerjaan, teman, atau benda?

Misal, ada seorang teman tiba-tiba ingin memberi sebuah boneka buat kalian, tapi kalian nolak karena takut merepotkan, alahasil teman itu tak jadi memberi. Lalu sesampainya dirumah, tiba-tiba ada sebuah bingkisan besar yang berisi bonek yang sama dengan yang teman tawarkan, namun boneka tersebut berasal dari pemberian ayah dimana ayah dapat dari koleganya. Berarti boneka itu memang rejeki kamu, mau menghindar bagaimanapun bakal tetap mendatangi.

Ada juga contoh lain tentang pekerjaan misalnya. Ada tawaran pekerjaan, tapi lagi males ngurusin hal duniawi, alhasil ditolak. Tapi berkali-kali ditolak dan ngasih rekomendasi orang lain, epekrjaan itu balik lagi ke kamu terus. Sampai titik akhirnya kamu mengerjakan. Tandanya si pekerjaan itu memang untuk mu, rejekimu.

Atau contoh lainnya, kamu udah hemat-hemat uang biar bis apunya bekal cukup saat traveling, dijalan uang itu hilang. ya itupun rejekimu. Rejeki bukan selalu sesuatu yang bertambah dan baik kan ya? tapi suatu kadar. baik dan buruk.Tandanya rejeki mu ya diluar uang yang ditabung. Mau menghidari bagaimanapun, akan tetap datang mengejar.

Teringat kalimat: "Tidak akan mati anak adam, hingga semua rekeinya telah datang padanya". Seinget saya begitu kalimatnya, cmiiw yak kalo salah

Kemarin, ada beberapa kejadian yang bikin makin yakin dengan hal tersebut. Semua datang pada waktu yang tepat, dan rejeki datang sendiri. Jadi ceritanya, ada sesuatu yang sedang diusahakan, kerja keras mati-matian tapi lepas dan ilang terus. Sempet sedikit hopeless dan ilang kepercayaan pada diri, apa yang salah. Tidak lama kemudian, ada hal yang tak pernah diusahakan sama sekali tiba-tiba menghampiri dan malah jauh lebih besar. Ada pula yang diatang, meski ditolak berkali-kali, tetap menghampiri. aneh ya? Ya intinya itu, mau sharing, dont so worry, everything will be okay. Semua udah diatur di lauhmahfuzh jauh sebelum bumi diciptakan, kita hanya berusaha sebagai ibadah, karena rejeki sudah ada kadarnya masing-masing.

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud: 6).

Ramadhan #21

Saturday, June 25, 2016

Ramadhan #20: Kehilangan Diri

Kalau mau sedikit berjeda dan mengambil jarak untuk merenung, memperhatikan, dan merasakan sekitar. Banyak sekali jiwa-jiwa hampa yang kehilangan dirinya. Banyak sekali yang berusaha fit in society dengan melakukan apa yang kebanyakan orang lakukan dengan landasan "apa kata orang" yang tanpa sadar telah menghilangkan diri aslinya sendiri. Tenggelam dalam nilai society. Sebuah nilai dan perspektif yang disepakati oleh mayoritas, ya nilai kesepakatan bukan nilai mutlak kebenaran. Nilai dan perspektif yang akan berbeda nilainya jika diterapkan di tempat lain. 

Berapa banyak yang benar-benar muncul menjadi dirinya sendiri? Sebanyak yang berani menjalani kata hatinya, berani mengungkapkan pikirannya, dan berani dibenci oleh sebagian. Untuk menjadi asli, pasti akan selalu ada yang suka dan ada yang benci. Layaknya sebuah penelitian, ada tesis dan antitesis. Begitulah hukum keseimbangan alam. Semakin asli, semakin berbeda. Semakin berbeda, semakin susah cocok dengan society. Semakin gak peduli apa kata orang, semakin bahagia (pada sisi lain). Bahagia karena menjadi diri sendiri, tak ada beban yang dipendam, tak ada rasa yang dimanipulasi diri, tak ada hasrat tertahan.

Kadang, keaslian akan bersingungan dengan kata pembangkang. Namun tetap dalam koridor sebagai manusia dewasa, dengan kata lain berani bertanggung jawab, menerima segala kosekuensinya. Its okay to be real you. Its okay to be different. Because Its your life, your journey, your soul. Its You.

Selamat menjadi diri sendiri, selamat bahagia, selamat bebas :D

Ramadhan #20

Friday, June 24, 2016

Ramadhan #19: Keep Swimming

Masih terinspirasi dari film Finding Dory.
Dalam pencarian orang tuanya, Dorry ditemani si Gurita (lupa namanya) menuju suatu area. Sebelum sampai ke area tersebut, mereka terjebak di kolam dimana anak-anak bebas menyentuh semua yang ada di kolam, termasuk para binatang. Kolam dimana si gurita merasakan trauma besar terhadap manusia, khususnya tangan anak-anak. Saat masuk ke kolam, suasana histeris dan menakutkan menyelimuti aura temoat itu, semua binatang berteriak dan mencari tempat persembunyian menghindari sentuhan kasar tangan jahil, tak ada yang bergerak dari tempat perlindungan, termasuk sang gurita yang masih heboh cari tempat aman. Bagaimana bisa sampai ke tujuan, kalau di tempat itu tak bisa keluar karena terlalu sibuk berlindung tak bergerak? lalu Dory berkata "keep swimming". Si gurita pun mulai bergerak dengan rasa takut yang semkain menjadi-jadi, hingga ada tangan kecil menyentuhnya, seketika kolam hitam dengan tinta yang dikeluarkannya dikala terancam. Anak-anak pun berhamburan, lalu mereka keluar dari kolam tersebut dan sampai ke area yang dituju.

keep swimming = keep moving = bergerak.

Dari film Dory, jadi mikir, salah satu bentuk perlindungan diri terbesar adalah dengan terus bergerak. Seperti main catur, putih ditakdirkan agresif untuk menyerang, dengan adanya aturan main ia jalan duluan. Sedangkan hitam, ditakdirkan untuk berlindung. Hitam berlindung tak serta merta dengan berdiam diri atau berjalan mundur, tapi dengan terus maju kearah lawan, hitam mempertahankan dirinya dengan terus maju, terus bergerak. Sekalipun ia tahu akan kala dimakan kuda misalnya, ia tetap maju sambil menyiapkan strategi dibelakangnya. Bergerak memiliki makna ganda, berlindung dan menyerang, dua-duanya sama-sama untuk mempertahankan diri dan mencapai tujuan.

Jadi teringat ada teman sma pernah bilang "kamu tau gak kenapa shalat itu gak sebatas niat? kenapa ada gerakan-gerakan solat? ya itu salah satu bentuk seruan bagi kita untuk bergerak tak sebatas niat."
*wuallahualambishawab

Ramadhan #19

Ramadhan #18: Insight Dibalik Bencana

Bagi yang sudah menonton film Finding Dorry diawal cerita, ada bumper yang cukup menarik.
Menceritakan seekor anak burung yang mulai dilepaskan mandiri mencari makan oleh induknya. Ia tak lagi disuapi, sang induk menyuruhnya mencari makan sendiri dengan mencontohkan: berjalan ke pesisir pantai, ambil kerang, lalu lari saat ombak datang, dan seteerusnya. Awalnya sang anak tak mau, takut, jangankan berstrategi, gesit, dan jeli, untuk jalan pun masih jatuh-jatuh. Pertama kali ia melakukannya, ia terguyur ombak, keduakalinya pun sama, sampai titik mulai merasa ketakutan dan trauma untuk melakukannya lagi, namu perut berkata lain, ahirnya dengan hasrat untuk bertahan hidup, ia melakukannya lagi (mencari kerang di pinggir pantai). Diperjalanan ia bertemu dengan keluarga kumbang, sang anak kumbang nasibnya mirip dengan dirinya hanya saja anak kumbang lebih berani, cuek, dan tahan banting.

Mereka bedua berjalan ke pinggir pantai, dan kejadian serupa terjadi kembali, berhasil diterjang ombak sampai titik terendam air lau susah nafas. Hampir hilang harapan, sampai sang anak kumbang mematuk paruhnya untuk memberitahu apa yang sedang terjadi. Ternyata dikala sang anak  burung sedang menderita hampir habis nafas oleh ombak. Dikala itu pula ada fenomena yang terjadi, bahwa saat ombak datang ke pantai, kerang-kerang justru muncul di permukaan, dan banyak sekali. seketika mereka bahagia karena bisa tau kalau di dalam pasir terdapat kerang sebanyak itu dan posisinya dimana saja. Setelah ombak pergi, mereka langsung semangat menggali pasir (karena sudah tau posisi kerangnya dimana saja) dan berakhir kekenyangan.

Dari bumper film yang hanya sekian menit, berhasil menstimuli untuk berfikir.
Adakalanya dalam proses kemandirian, kita akan mengalami ketakutan. apakah mampu? apakah bisa? apakah kuat? apakah akan selamat? Namun hasrat dasar makhluk hidup untuk bertahan hidup, mendasari tidakan untuk terus maju, demi mempertahankan hidup. Saat proses perjuangan tersebut, kita akan dihadapi banyak rintangan, rintangan terasa berat karena pertamakali kita hadapi. Layaknya anak SD yang stress UN misalnya, bagi yang sudah melewati bakal anggap itu hal biasa karena sudah mengalami dan berhasil, namun bagi orang yang baru pertama kali? Ini salah satu alasan menurut saya tidak boleh menyepelekan proses hidup orang lain, bukan mereka lebay, hanya saja kita sudah pernah melewati dan mengalami hal-hal yang jauh lebih berat. Fase ini membutuhkan kepercayaan diri yang kuat, bahwa diri mampu, mampu untuk melawan ketakutan, mampu untuk percaya bahwa semua akan baik-baik saja, mampu untuk terus mencoba lagi dan lagi, mampu menghilangkan trauma. Dari situ, ada ujiaan-ujian yang awalnya berat akan terasa biasa saja, bukan karena ujiannya yang menjadi ringan, namun diri kita yang menjadi kuat tanpa disadari.

Fase tersebut akan terus terulang selama apa yang kita tuju belum di dapat. Dalam perjalanannya akan ada masa dimana semua menajdi lebih buruk, lebih berat, dan kita kehilangan harap, seolah-olah semua hancur dan berakhir, sampai di titik struggle yang benar-benar suffering hampir "mati" dimana air mata sudah tak dapat lagi keluar. Justru disini poin emasnya, kalau sudah sampai tahap tersebut berarti sudah mendekati dengan tujuan dan sesuatu yang sedang diperjuangkan. Bakal ada moment tiba-tiba insight muncul dan apa yang kita cari kita temukan, hanya selangkah lagi untuk mencapainya. Insight Dibalik Bencana. lagi-lagi memang sabar menjadi penolong. Sabar dalam perjuangan, sabar menjaga keyakinan, sabar menunggu kesempatan, sabat menjaga diri untuk terus berhasrat.

Dalam fase tersbut pula, ada masa moment merasa sendirian, kesepian, dan tak kuat untuk berjalan sendirian. bukan karena tidka mandiri, namun memang ada hal yang tak bisa dilakukan sendiri. Lalu Tuhan memberikan bantuan petunjuknya dengan mempertemukan kita dengan orang, tempat, atau kejadian yang membuat kita berfikir, yang membuat kita untuk terus maju. Kalau dalam bumper finding dorry, itu scene pas si anak burung ketemu anak kumbang, dimana anak kumbang menunjukan dan memberitahukan sesuatu yang mendekatkannya kepada tujuannya. Akan ada orang-orang yang dipertemukan dalam perjalanan untuk tujuan yang sama dan mereka justru akan saling bahu membantu untuk sama-sama sampai tujuan. so why so worry? Tuhan menjamin kehidupan kita di dunia, menjamin rejeki kita, menjamin semuanya berada dalam kadar terbaik (ngomong ke diri sendiri). 

Kalau disederhanakan dari cerita bumper finding dorry yang telah dianalisa, ada 4 fase.
1. Fase Persiapan
2. Fase Penerimaan
3. Fase Kerja keras
4. Fase Berhasil.

Kenapa fasepenerimaan diurutan kedua?
karena dalam fase persiapan, keluar hasil baik buruk, lebih kurang, dengan segala dinamika yang terjadi di dalam dan diluar diri. Sebelum lanjut melangkah, ada hal yang perlu kita terima, menerima keadaan, menerima diri, menerima kesalahan, menerima kalau itu tak mudah. Baru bisa beranjak ke fase kerja keras, karena hati sudah tentram, pikiran kembali fokus. Baru deh berhasil. 

Nonton film kartun aja mikir ya? hahaha... gimana dong, emang ilmu ada dimana-mana dan gak tau datengnya kapan, terus pengen sharing. Semoga bermanfaat yaa :D

Ramadhan #18

Wednesday, June 22, 2016

Ramadhan #17: Jiwa

Pernah tidak datang ke sebuah tempat yang secara teknis visual biasa saja, namun pas masuk kedalam terasa berbeda? berasa nyaman, menyenangkan, dan ada suasana yang tak dapat digambarkan oleh kata-kata?

Pernah tidak, datang ke sebuah kontes piano, ada peseta level biasa saja namun alunan musik yang dimainkannya nyaman di telinnga dan menyentuh perasaan? 

Pernah tidak datang ke sebuah konser musik, pemain biolanya sangat pintar, selalu tepat memainkan not balok, namun tak enak didengar? meski tak ada yang salah.

Pernah tidak membaca sebuah tulisan sederhana namun semua perasaan sang penulis sampai ke hati dan berhasil meneteskan air mata? 

pernah tidak membaca sebuah tulisan luar biasa keren secara teknis, alur, penulisan, namu saat dibaca ya sebatas tulisan bagus, tak ada perasaan yang tersampaikan?

Setiap hal memiliki jiwa. Jiwa yang menjadikannya "hidup" dan memiliki nilai tersendiri. Jiwa yang menjadikannya berbeda. Seorang desainer interior yang sehari-hari berada dalam ruangan kantor - ruangan rumah - kendaraan, dan sedikit berada di lapangan, hasil karyanya pasti akan berbeda dengan seorang desainer interior yang bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lain, yang sering berpergian ke alam, yang sering berinteraksi dengan segala jenis orang dari status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Meski secara teknis, desain yang dihasilkan desainer interior pertama itu jauh lebih wah dipandang secara visual dibanding desainer kedua, namun saat sebuah ruang itu mulai dihuni, barulah jiwa yang berbicara dan dirasakan oleh penghuninya. Dimana desainer kedua dapat menghadirkan jiwa tersebut melalui empati dalam berkarya.

Semakin seseorang sensitif, maka ia akan dapat merasakan perasaan sekitar dan dirinya secara emosional dan memunculkan empati. Empati menjadi sangat penting untuk menghasilkan jiwa. Semakin banyak seseorang berpergian dan mengalami beragam pengalaman, semakin kaya pula jiwanya. Semakin seseorang ikhlas dan bersunguh-sungguh mengerjakan sesuatu, semakin pula banyak energi chi (positif) yang tersalurkan. Cobain deh suruh 2 orang memasak menu yang sama dengan resep yang sama. yang satu orang sedang kesal, yang satu orang yang sedang bahagia. Meski hasilnya sama, tapi rasanya pasti berbeda.

Anehnya, dalam society ada pandangan berbeda yang banyak diterapkan dan kita temui. Kebagusan dalam visual dan perhitungan harga, menjadi jauh lebih penting dari urusan jiwa. Disadari maupun tidak, jiwa ini memiliki kebaikan bagi yang menyematkannya dalam setiap pekerjaan atau karya maupun bagi sang penikmat, konsumen, maupun penghuni. Ada aura kenyamanan yang terasa, ada aura positif yang memberi ketentraman, kesenangan, ada efisiensi secara psikis yang meningkatkan efektivitas dalam beraktivitas, meingkatkan kualitas hidup, dan menghasilkan kenangan yang tersimpan dialam bawah sadar sebagai suatu persepsi.

Jiwa. itu yang membedakan manusia dengan mesin dan itu pula yang membedakan manusia dengan hewan. Kalau kata Buya Hamka. "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja." 

Sudahkan memberikan jiwa pada apa yang sedang kita lakukan?

Ramadhan #17

Tuesday, June 21, 2016

Ramadhan #16: Dibalik Tunda

Sebelum puasa saya pms yang mengakibatkan jerawat tumbuh subur. Biasanya pas mulai haid, jerawat hilang sendiri. Namun tak hilang-hilang, sempat mau ke dokter dan urung niat dengan optimis "bentar lagi juga hilang". Alhasil sudah 3 minggu malah tambah parah, parah banget sampe mengerikan. akhirnya ke dokter barusan.

Bertepatan dengan kejadian tersebut, hp xiaomi mati beserta simcard yg sudah dipakai 13 tahun rusak. Bukannya ngebenerin, malah beli simcard baru, lalu menunda ganti simcard sampai 3 minggu kemudian. Berhasil bikin banyak urusan kerjaan terhambat karena tak bisa dihubungi. Meski ada email dan fasilitas chat, tetep loh ternyata telepon itu penting. Hilanglah kesempatan.

2 kejadian itu, ditunda iya, selesai nggak, kepikiran terus iya. 3 minggu kemudian, ya malam ini, tanpa sengaja selesai hanya dalam waktu 1.5 jam saat perjalanan pulang. Cuma 1.5 jam kelar urusan yang dilhawatirkan dalam masa penundaan. Kelar.
---------------------------------------------------------------

Dalam hidup, ada kalanya hal yang dianggap sepele menjadi tak sepele. Hal yang dianggap sepele ternyata berhasil menyesot perhatian untuk memikirkan. Hal yang dianggap sepele ternyata bikin ribet dikemudian hari. 

Sebelum mengurus hal-hal besar, justru hal-hal sepele yang perlu diselesaikan. Karena hal sepele itu sepele namun kalau banyak, jadinya sangat cukup menganggu. Selain itu cara menyelesaikan hal sepele tanpa sadar mencerminkan bagaimana menyelesaikan hal yang lebih besar, polanya sama. Niat cepat dan gerak gesit tak cukup. Perlu fokus dan komitmen.

Ternyata sifat optimis berlebih pun bikin sesuatu jadi tidak realistis dan memperkuat hasrat untuk menunda. "Pasti bisa", "pasti sembuh", "nanti juga selesai", "msh ada harapan", "kan ada email, nanti bakal dikabari lewat email", dll. Kadang, sifat optimis beda tipis sama menyepelekan. Ada kalanya dalam beberapa situasi kondisi, menjadi "pesimis" akan jauh lebih baik, karena tanpa disadari kita jadi mempersiapkan keadaan terburuk yang akan terjadi baik dari perpindahan rencana, hal teknis, dan mental. 

Ramadhan #16

Ramadhan #15: Siap dapat Jodoh yang Soleh?

Banyak yang berdoa mendapatkan jodoh yang soleh. baik memang, apalagi jika doa itu ditambahi kata-kata "yang dapat membuat bahagia dan selamat dunia akhirat". karena kalau soleh saja, rasanya menyeramkan. menyeramkan, kalau tolak ukur soleh itu sebatas rajin solah, rajin ngaji, akhlak baik tapi pas diajak ngobrol gak nyambung secara intelektual holistik, malah bikin stress ga sih? 
*Tulisan ini kalo definisi soleh yang dibahasnya yang seperti itu ya

Oke, kembali ke topik. Siapa sih yang gak mau punya pasangan soleh?
seburuk-buruknya seseorang, pasti mau dapet pasangan yang soleh, ya kan?
Cuma, bayangin deh, apa yakin beneran mau yang soleh? udah siap?
Udah siap kalau tiap subuh harus setor hapalan Al-Quran misalnya?
Udah siap kalau diskusi selalu dihadapkan dengan aturan agama tanpa pernah memberi ruang (misalnya) untuk didengarkan? menekan jiwa ga sih lama-lama?
Udah siap kalau tiba-tiba banyak gaya hidup kita (yang biasa-biasa ini) berubah? ya solat berjamaah, ngaji, tahajud, dhuha sih biasa aja. tapi kalo tiba-tiba yg biasanya bermusik (pemusik misalnya) jadi harus ningalin musik karena dianggap haram. Atau yang tiba-tiba biasa bersosialisasi dan berkarya berhubungan dengan banyak orang, tiba-tiba diputus kehidupan sosialnya, harus di rumah urus anak, gak boleh keluar rumah, gak boleh kerja, gak boleh ini itu, apa siap mentalnya? Soleh, disiplin terhadap agama tapi gak bisa bikin nyaman dan tentram karena jadi kaku dan gak bisa mengekpresikan diri, apa bahagia?

itu versi cewek, kalo versi cowok. misal istrinya soleh banget sampai titik jadi ngajarin suaminya, mungkin awal-awal biasa saja, tapi lama kelamaan tak memungkiri ada ego laki-laki yang naik ke permukaan dimana yang seharusnya menjadi pemimpin malah jadi pengikut, apa tidak bakal memunculkan masalah dikemudian hari? Mending kalau suaminya jadi terpacu untuk jauh lebih baik dari istrinya, kalau malah cari perempuan lain yang mampu membuat dirinya jadi dominan, gimana?

Ada fenomena, banyak laki-laki dan perempuan yang menginginkan jodoh yang selevel menurutnya, termasuk dari segi agama. ada seorang laki-laki yang ingin punya istri sama-sama penghapal Al-Quran, yang sama-sama berakhlak baik, yang intinya ingin menikah dalam fase dimana sudah sama-sama baik. kalau gitu, apa kabar perempuan-perempuan yang agama dan akhlaknya kurang namun memiliki hati baik? siapa yang bakal mengajarinya? siapa yang bakal menuntunnya? Kenapa harus selalu ingin sempurna dikarenakan merasa dirinya "baik" secara agama dikala (mungkin) perempuan-perempuan yang level agamanya jauh dibawah adalah ladang amal yang besar untuknya? ladang amal mengajarkan agama, ladang amal untuk berkasih sayang meluruskannya, ladang amal untuk melatih kesabaran, ladang amal untuk bekal di akhirat nanti.

wanita baik dengan pria baik, dan sebaliknya. Baik dalam level kebaikan yang terakumulasi dari masa lalu, saat ini, dan masa depan. Masalahnya kata-kata "baik" ini gak ada yang tau, tak teraba manusia, cuma Tuhan yang tau nilai akhir seseorang berada di level mana. Bisa jadi seseorang punya masa lalu buruk banget, saat ini juga buruk, taunya masa depannya super bagus. Ada pula yang masa lalu dan sekarangnya baik tapi masa depannya gak bener. who knows?

Saya juga belum nikah sih dan penasaran nanti jodohnya seperti apa hahaha. Dari melihat sekitar, fenomena, memperhatikan, merenungkan, ada hal yang dipahami, kalau level kebaikan itu cuma bisa dilihat Tuhan dan apapun yang terjadi itu sudah yang terbaik untuk saat ini dan untuk masa depan, gak perlu juga "itung-itungan" ibadah dengan harapan dapet yang sama baiknya, itu namanya pamrih,.  doing good ya doing good aja, karma does exist. Apalagi sampai menuntut orang lain untuk ini itu ataupun terus menerus mencari yang (ter)baik sehingga lupa kalau ada kesempatan beribadah yang besar saat dapat yang kurang/ belum baik, ada peluang untuk memperbaiki selama berjalan pada perannya masing-masing. yang penting mah satu kufu dalam segala hal, biar tentram jadi lebih produktif dalam bekerja urusan duniawi maupun ngurusin bekal buat diakhirat nanti~

Bahasanya jadi kemana-mana deh, yaudah lah ya anggap ada 2 cerita bahasan. haha

*wuallhualam bishawab

Ramadhan #15

Sunday, June 19, 2016

Ramadhan #14: Laki-Laki Baik

Banyak yang bilang, sulit mencari laki-laki baik jaman sekarang. Entah memang benar kenyataannya seperti itu atau karena pengaruh tontonan di televisi yang menambah perubahan persepsi, perilaku, dan ekspetasi.

Saat seorang laki-laki berbuat baik, maka ia sedang menjaga kehormatan dirinya sendiri. Saat seorang laki-laki menjaga dirinya dan diri perempuan, maka sebenarnya ia sedang menjaga dirinya dari kehinaan. (In my opinion sih ini hehe)

Laki-laki baik,
Laki-laki yang pintar menjaga dirinya dari dosa.
Laki-laki yang pintar mengemban tanggung jawab dalam kerja keras tanpa keluhan sedikit pun.
Laki-laki yang pintar menghormati dan melindungi perempuan.
Laki-laki yang pintar mencari nafkah halal.
Laki-laki yang pintar menjaga pandangan dan hatinya.
Laki-laki yang pintar menjadi pemimpin dan bijak memutuskan sesuatu.
Laki-laki yang menyayangi manusia lain dan bermanfaat bagi banyak orang.

Ya laki-laki baik itu ada. Banyak bahkan. Laki-laki pintar (dalam arti yang holistik) pun ada. Banyak bahkan. Jika kamu melihat banyak laki-laki brengsek, mungkin ada yang salah dengan tempat kamu berdiri (lingkungan/ pergaulan/ sudut pandang). Karena pada akhirnya, kita akan dipertemukan dengan orang-orang dalam level kebaikan yang sama. Cukup jaga diri, maka Allah akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang menjaga diri juga.

*sepengal pengalaman, observasi, dan perenungan. Wuallahualam bishawab

Ramadhan #14

Ramadhan #13: Pentingnya Sebuah Konfirmasi

Sore sendu di Jogja di dalam taxi alphard putih yang dikemudikan seorang perempuan baik menghantarkan kami yang was-was akan argonya, ke bandara. Malam mengantikan sore yang semakin sendu dengan hujan yang membuat semua pesawat delay. Kami duduk di lantai bersandar pada etalase toko. Suasana bagaikan tempat pengungsian, tak ada kursi kosong, bahkan lantai pun dipenuhi calon penumpang dari semua maskapai.

Teman membuka pembicaraan tak terduga yang sebelumnya (pasti) sudah dipikirkannya dalam observasi dan dilontarkan dengan hati-hati.
" kak utie, deket ga sama ibu-ibu penjaga kosan?"
" kenapa emang?"
" tadi dia bilang kak utie sombong, katanya dipanggil-panggil gak nyaut. cuma keselnya kaya udah lama deh bukan karena tadi sore'"
" dia manggil pas aku lagi solat, jadi gak nyaut. yaudahlah berarti suudzonnya dia aja mikirnya gt."
" gimana kalau nanti di akhirat ditanya kenapa kamu sombong?"
" itu sombong asumsi dianya aja. gmn kalo nanti di akhirat, justru dia yang ditanya kenapa suudzon? eh tp harusnya gw konfirmasi ya kenapanya. salah berarti gw."
" iya, harusnya konfirmasi td gak nyaut kenapa."

Sepenggal obrolan singkat yang mengingatkan tetang pentingnya sebuah konfirmasi.

Dalam hidup, kita bersinggungan dengan segala jenis manusia untuk berbagai hal urusan duniawi yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Seringkali, manusia melihat dari sisi dirinya saja saat ada orang lain yang suudzon dengan sikapnya. misal, ada seseorang yang tiba-tiba menjauh karena sakit hati dengan sikap seseorang lainnya, lalu dia membutuhkan ruang untuk menetralkan perasaannya. Tapi yang terjadi adalah, semua berkomentar "kenapa sih si itu tiba-tiba menjauh, udah gak mau temenan lagi sama kita, blablabla" lalu asumsi public pun menyebar dengan cepat membentuk sebuah subjektivitas yang sulit diubah. Apa pernah salah satu dari mereka memberikan ruang untuk bertanya atau sekedar mendengarkan alasan? tidak. tidak ada konfirmasi. Bahkan saat ingin mengkonfirmasi, semua dilupakan sebagai yang telah lalu tanpa menyadari ke- suudzonan-annya membekas dalam pada diri orang lain. Saat kembali, semua tak lagi sama, bahkan menjadi lebih buruk dan menyakitkan. Kemudian jeda berubah menajdi akhir.

Adapula yang dengan egoisnya menolak konfirmasi orang lain dan tak mau mengkonfirmasi atas sikapnya yang menjadi tanda tanya bagi yang lain. Meskipun tak semua tanda tanya harus terjawab. Lalu menyalahkan orang lain dengan perkataan yang menambah sakit. "lebay banget respon lo, suudzonnya lo aja". sebuah statment judgemental yang tak menyelesaikan apapun, tak menjelaskan apapun, dan berhasil membuat orang lain mengelar jarak yang jauh dengan benteng yang dibuat semakin tinggi.

Kita, diperintahkan untuk menjauhi prasangka, namun saat orang lain mulai berprasangka, ada baiknya dengan bijak kita pun mengkonfirmasi kenapa nya guna mengurangi orang lain untuk berprasangka. Bukan agar nama diri baik, bukan, tapi karena rasa sayang terhadap sesama, termasuk sayang pada amalan buruk yang terjadi pada manusia lain yang distimuli oleh diri kita. 

Semoga kita selalu dipertemukan dengan orang-orang baik dengan rasa kasih yang besar untuk saling melindungi, menjaga, mengingatkan, dan menyayangi.

*wuallahualam bishawab.

Ramadhan #13

Saturday, June 18, 2016

Ramadhan #12: Ada Yang


a: blablabla (saking excited nya, lupa kalo  pernah cerita)
b: (tiba2 diputus) udah lah gak perlu diulang2.
-------
Tanpa disadari membekas di alam bawah sadar dan nurunin self esteem.

-------
a: hmmm... aku udh pernah cerita blm?
c: belum (padahal udah, cuma tetap menghormati dan menjaga excitement orang)

a: blabla... eh udah pernah ya?
c: gpp, trs trs? 
-------

Ternyata semua hal itu adil.
Ada yang menyakiti, ada yang menyembuhkan.
Ada yang menjatuhkan, ada yang mengangkat.
Ada yang menjauh, ada yang mendekat.
Ada yang membuang, ada yang merangkul.
Ada yang membenci, ada yang menyayangi.
Ada yang pergi, ada yang tinggal.

Ramadhan #12

Thursday, June 16, 2016

Ramadhan #11: Bukan Milikmu Saja

"karena hidup ku bukan miliku saja. milik orang tua dan calon anak-anaku nanti".

seorang teman dalam obrolan sore. merancang masa depan untuk kebahagian semua. rancangan masa depan yang membuat calon anak terdidik selamat dunia akhirat dan selesai pendidikan dikala usia masih produktif. membahagiakan orang tua dengan membuatnya "aman" kalau anaknya terjaga dari dosa dunia akhrat dengan menjaga dirinya melalui pernikahan.

Tuhan selalu punya cara tersendiri menyadarkan makhluknya dan mengarahkan kembali kepada hakikat jalan-Nya, salah satunya lewat hati seseorang yang tiba-tiba pengen ngobrol yang berujung keluar kalimat itu. kalimat biasa bagi dirinya, namun memberi pencerahan seperti gamparan untuk menyadarkan.
-----------------

seberapa jauh sudah jalan yang kau tempuh untuk memperjuangkan mimpi diri? 

seberapa lama sudah kau berjuang untuk berjalan jauh itu?

seberapa banyak sudah yg kau korbankan untuk itu semua?

seberapa banyak sudah yg kau tinggalkan untuk memperjuangkan diri?

seberapa cepat sudah kau sadar, kalau hidup bukan milikmu saja?

Ramadhan #11

Ramadhan #10: Tiba-Tiba

Hidup seperti rollercoaster. 
Kemarin semua diluar kendali, merapihkan kembali rencana hidup jauh kedepan, memulai dari awal dengan sabar step by step nya, mengakar, membangun jaring laba-laba. Tiba-tiba esoknya semua berputar cepat, merubah keadaan terbalik hinggak tak sempat berfikir. Tiba-tiba jadi tentram, tiba-tiba pintu dari segala mata angin terbuka, tiba-tiba semua selesai, tiba-tiba rencana hidup berubah kembali. 

Ya hanya langkah dan jalannya saja yang berubah. Tujuannya tetap sama. 
Jangan lupa punya tujuan, ya tujuan. Agar tau kemana harus mengarah dan tak tersesat dalam dinamika perjalanan dengan jalur yang berubah.

Selamat belajar, belajar menerima, belajar merubah jalur perjalanan dengan tujuan yang sama, selamat membuka diri dengan segala kejutan yang diberikan semesta. 

Ramadhan #10