Monday, January 18, 2021

Normatif

Anjing! bangsat! babi!! tai!
Dasar pelacir! bangke! setaaaaaan!!!

Kata-kata yang dianggap menghina, umpatan, gak baik, dosa, gak sopan, gak dapat diterima secara normatif. Dianggap menjudge, dll. "Jangan melabeli seseorang", "jangan diinget2 nanti kesel", "gak boleh ngomong gt", "jangan teriak", "dosa", "gak boleh", blabla.

Tanpa sadar, ada sebuah penilaian dan judgment terhadap seseorang yang mengeluarkan kata-kata itu saat ia sedang sanagat stress, sakit hati, stress, depresi, ataupun sakit hati. Kata-kata dan teriakan sebagai katarsis dari luka-luka yang ditekan terus menerus. Pada akhirnya, dimana manusia dapat diterima secara manusiawi? Sesederhana menerima saat seseorang sedang meluapkan emosinya, menerima kalau dadanya sedang sesak, menerima kalau spontanitas meledak terjadi karena jiwa sudah tak tahan? 

Jangkan menolong sesederhana membiarkan seseorang marah, teriak, menangis sampai selesai agar emosinya ke release. Masyarakat pada umumnya akan banyak aturan, melarang, menghamabt seseorang untuk menyehatkan jiwanya. Ujung-ujungnya disuruh ditahan ditahan ditahan tanpa solusi praktikal bagaimana cara merelease nya? semua serba di tekan-tekan. 

Saat kita sakit hati sama orang, dan setiap inget orang itu langsung muncul emosi intense, tandanya masalah sama dia blm selesai. Dan ini solusinya bukan dengan melupakan dan jangan diinget2, justru diselesaikan. Dengan cara apa? Release. Nulis semua sakit hati dan emosi yg ingin dikeluarkan, cari tempat aman untuk nangis ataupun teriak maki2, cari teman yg mampu memahami tanpa judgment (mendengarkan). Jika belum reda, sampaikan langsung ke orangnya. Indikasi trauma, sakit hati sembuh adalah saat diri mengingat kejadian dan orang tsb, emosi tetap netral. Tandanya masalah sudah selesai. Memaafkan butuh proses, Salah satu proses untuk sampai ke titik memaafkan ya dengan memahami whats going on, mengeluarkan semua emosi yang ketahan kependam biar jiwa lapang, menerima (ini butuh bantuan Tuhan bgt). Memaafkan beda dengan melupakan/ gak diinget2. Memaafkan terjadi ketika kita inget kejadian dan orangnya tp diri gak ada emosi apapun. 

Jika kita memaksakan untuk melupakan tp di alam bawah sadar blm mampu memaafkan atau menerima. Saat ingatan hal terkait muncul di kemudian hari, emosi yang ditekan-tekan bs meledak seketika hingga orang bingung "kok gt aja bs sampe se reaktif itu", "knp nih org stress dasar gilak", "gw gak pny masalah malah marah2". 

Intinya mau sharing.
1. Marah, nangis, kesal, itu hal wajar dan manusiawi.
2. Konfrotasi, menyampaikan, tanda kalau sesuatu masih jd masalah buat orang dan butuh closure atau sesederhana menyampaikan untuk akhirnya mampu memaafkan.
3. Teriakan, makian, luapan emosi yang keluar, sebuah katarsis dan proses healing orang membersihkan sampah2 dan luka batinnya. Dont take it personal, kecuali ya memang ada porang-orang maki2 karena ingin maki dan bales2an, itu beda cerita. 

Kadang merhatiin orang-orang yang taat beragama ibadah, tp pola pikirnya jd judgmental tentang benar salah, dosa pahala, malah jd kurang empati untuk memahami keadaan perasaan orang. Jadi saat seseorang dianggap kurang baik/salah/dosa, langsung di nasehatin itu salah dan dikasih tau yg bener apa. Tanpa memberikan ruang untuk orang tsb memahami keadaan, berkontemplasi, dan akhirnya mendapat insight tersendiri. Semua serba di cekokin salah benar, nasihat, solusi2 normati  harusnya harusnya, jangan begitu jangan begini, dll. Ya gak semuanya sih, ada jg yg beragama baik dan pny empati tinggi dan toleran.

Yang gak beres, kalau kesal sama si X tp muntahnya ke Z. Itu namanya gak fair. Atau kesal sama si X, ngomongin si X kemana2 cari masa, teman, dan dukungan, tp gak ngomong langsung ke si X dan menyelesaikan masalahnya. Ada juga orang-orang yang saat nyulut masalah, langsung kabur.

Ada istilah kalau ucapan cerminan hati. Kalau orang ngomong binatang dikala lg super meledak tertekan, apakah hatinya pasti buruk? Kalau orang bertata krama yang dianggap baik, santun, kata-kata halus, tp tukang tipu, suka selingkuh, licik, hatinya pasti baik hanya krn ucapannya baik? Orang yg ngomong kasar, konteks dan keadaannya beda2. Ada yg emang kebiasaan, lg kesal, hatinya buruk, dll. Tutur kata halus juga gak selalu mencerminkan kebaikan hatinya. Pandangan-pandangan benar salah, dan hitam putih seperti itu yang sebenarnya jadi judgment. 



Saturday, January 16, 2021

Cinta yang tak selesai (2)

Awan putih, langit biru, berganti senja.
Hari demi hari berganti, menanti yang tak kunjung datang.

Kerinduan menjadi amarah.
Ekspresi yang tak bisa diungkapkan.
Pertanyaan yang tak pernah mendapati jawaban.

Masalah yang tak selesai.
Cinta yang tak tersalurkan.
Mengerogoti kebahagian seiring waktu.

Tahun demi tahun berlalu.
Kesedihan semakin dalam hingga tak mampu terungkap.
Meninggalkan jiwa dalam kekosongan tak pasti.

Setengah jiwa hilang tak kembali.
tanpa kabar, tanpa kepastian.
Mengubur cinta yang tak selesai, yang terulang kembali.
Menambah luka yang belum sembuh, lagi dan lagi.

Tangis tak keluar.
Teriak tertahan.
Hati memendam.
Luka bertambah.

Tipisnya batas cinta dan luka
bahagia dan menderita
sembuh dan sakit
bebas dan terkekan.

Saturday, January 9, 2021

Hidup

Hidup seperti berada dalam sebuah permainan, dimana diri harus terus bergerak untuk sampai ke tujuan. Melewati level demi level hingga finish. Dalam setiap level, tantangan dan kesulitannya pun berbeda. Selalu ada hal-hal baru yang sebelumnya tidak dikenal dan belum pernah diatasi dan teratasi. Ada batas yang ditentukan yakni waktu dan "nyawa", saat habis batas waktu ataupun nyawa, diri perlu mengulang lagi dari awal. Adapun bantuan yang ditawarkan yang dihasilkan dari jumlah poin yang di dapat di level sebelumnya ataupun di sesi bonus time. Dimana bantuan tersebut bisa digunakan di hal-hal mendesak untuk akhirnya bisa diatasi dan naik level. 

Untuk melewati setiap level, dibutuhkan modality, strategi, tindakan yang tepat, skill, dan banyak hal lainnya. Ada level yang mudah, ada yag sulit. Ada level yang sebelumnya mudah, pas diulang jadi lebih sulit ataupun sebaliknya. Dalam sebuah permainan, kita tidak bisa memaksakan pemain lain untuk segera melewati suatu level dengan cepat, keculi jika kita yang mengantikan ia bermain. Karena kemampuan setidap orang berbeda, kita hanya bisa memberikan saran, masalah berhasil atau tidak tergantung kecakapan pemain itu sendiri.

Sama dengan hidup, kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk cepat move on, untuk mendapatkan closure nya sendiri, untuk tidak banyak berfikir, untuk melepaskan traumanya, dan segala nasihat-nasihat yang sebatas omongan tanpa tindkan nyata seperti support, pemberian rasa aman, validasi, comforting, diskusi, membimbing, dan menemani secara konsisten. Bagi kita yang pernah mengalami marahnya patah hati dan butuh tahunan untuk merelease rasa sakit hati, pengkhianatan, kehilangan, mencari closure yang tak pernah diberikan, membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri, merapihkan self esteem, menerima keadaan, me-release segala emosi, melepaskan trauma, bukanlah hal mudah dan sesingkat bersin. Sekalipun solusinya adalah tentang penerimaan alias "menerima", realitanya butuh proses sampai ke tahap tersebut, dan proses setiap orang akan berbeda-beda. Tergantung dari ketahan dirinya, tingkat luka batinnya, histroy sebelumnya, luka-luka sebelumnya, lingkungannya, support systemnya, masalah-masalah lainnya yang sedang dihadapi, keadaannya, dll. Misal, ada orang putus cinta, dan level ketahanan mentalnya sama. Yang satu punya sahabat, keluarga, financial secure, kehidupan sosial sehat, fisik oke, prosesnya bisa lebih "smooth", sedangkan yang satu hidup sesendirian, gak punya temen dekat, gak ada keluarga, struggle sesendirian bahkan untuk cerita melepaskan perasaannya aja tidak ada orang yang bisa dan mau mendengarkannya, ditambah dia sedang ada masalah lain, misal secara finansial lagi sempit, jobless, fisik gak bisa jalan habis kecelakaan. Prosesnya akan berbeda. Yang sesendirian bisa lebih lama dari yang punya support system, bisa juga lebih cepat prosesnya karena masalah-masalah hidup lainnya jauh lebih ribet dan berat dari urusan hati, jadi groundingnya lebih cepat dan lebih mudah move on.

Saat diri berhasil menyelesaikan suatu level, maka akan naik ke level berikutnya. Indikasi naik level adalah ketika hal-hal yang dulu menjadi masalah menjadi hal yang netral biasa aja, tanpa trigger, tanpa lonjakan emosi, tanpa beban. Meski itu menjadi masalah, namun menjalaninya lebih ringan dan yaudah aja. Selain itu, salah satu indikasinya saat ada pemahaman yang di dapat dari proses sebelumnya. Saat sampai ke titikitu, maka bersiaplah untuk ujian selanjutnya, tentunya dengan masalah dan ujian yang lebih berat dari sebelumnya. Tidak ada ujian siapa yang lebih berat ataupun ringan, tidak bisa dibandingkan. Karena setiap orang memiliki ujian sesuai kemampuannya masing-masing dan dalam takaran yang adil menurut Tuhan. Misal, buat orang yang tidak punya trauma pengkhianatan, hubungan ortunya harmonis, saat di selingkuhi, dia bisa lebih mudah melewati, legowo dan yaudah putus, selesai. Buat orang yang sebelumnya ada insecurity dalam hubungan, beberapa kali dikhianati hingga trauma, tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis dan ada kasus perselingkuhan, saat diselingkuhi, reaksinya akan lebih intense bahkan menghasilkan masalah baru lainnya, seperti depresi, psikosmatis, bolak balik opname, nambah trauma baru, dan ngembet kesana sini efeknya. Ujiannya sama: diselingkuhi, dampaknya bisa berbeda, karena history dan keadaan setiap orang berbeda. 

Ada orang yang stress gak kerja, stress karena punya insecurity finansial, ada yang stressnya karena kehilangan ruang aktualisasi diri, ada yang stress nya karena kehilangan kehidupan sosial, ada yang stressnya karena gengsi. Kasusnya gak kerja, reason stress nya berbeda-beda. Kalaupun reason stress nya sama, intensitas dan dinamika sebelumnya pasti beda.  

-------------

Ada hal-hal yang dulu menjadi sebuah masalah besar, sekarang hanya butiran debu yang tak diperhitungkan keberadaannya. Bukan masalahnya yang mengecil, namun jiwa dan wawasan yang menjadi lebih luas, sehingga yang sebelumnya terlihat besar menjadi kecil. 


9/1/21

Sang senja menghantarkan langit.

Biru berangsur jingga

Meredup berganti terang.


Isak tanggis dalam kesunyian

Melebur dalam diam

Hanya cinta yang tersisa.