Thursday, November 30, 2023

Shifting

This morning, I cleaned several betta fish aquariums.
The aquarium is very dirty, cloudy, full of food residue, and starting to get slimy.
If left longer, there is a big possibility that the fish will die.

I prepared a container filled with clean water as a temporary place for the fish while the aquarium was cleaned. There is an interesting thing, when I pick up a fish by hand, the fish struggles, runs away, moves, until the water runs out, then the fish can be picked up and moved. Likewise, when they were taken with a net, there was a rebellion, and they ran away. Even though I have no intention of harming, killing, or even wanting these fish to get better, healthier, cleaner water, a more beautiful and clear aquarium life. If the fish knew what it was going to get, it would probably be silent when it was picked up and moved to a new place. But what he did was the opposite, my good intentions were considered attacks, threats and the process of giving good things to the fish took quite a long time which actually put the fish in its own trouble.

Imagine if that happened to us, humans.
How when God creates, gives good things that are much more beautiful, happy, enjoyable, worthy, healthy, clean. Where in the process of moving or cleaning, we actually rebel, get stressed, feel insecure, get busy here and there, even though we just have to keep quiet, obey, follow, and voila we can have a better and better life.

Tadi pagi, aku membersihkan beberapa aquarium ikan cupang.
Aquariumnya sangatlah kotor, keruh, penuh endapan sisa makanan, dan mulai berlendir.
Jika dibiarkan lebih lama, besar kemungkinan untuk ikannya mati. 

Aku siapkan wadah berisi air bersih sebagai tempat sementara ikan saat aquarium dibersihkan.
Ada hal menarik, saat mengambil ikan dengan tangan, ikan berontak, kabur, bergerak, hingga airnya habis, barulah ikannya dapat diambil dan dipindahkan. Begitupun saat di ambil dengan jaring, ada pemberontakan yang dilakukan dan kabur-kaburan. Padahal aku gak ada niat mencelakai, membunuh, bahkan ingin ikan-ikan ini mendapat air yang lebih baik, sehat, bersih, kehidupan aquarium yang lebih indah dan jernih. Seaindainya si ikan tau apa yang akan dia dapat, mungkin ia akan diam manut saat diambil dan dipindah ke tempat baru. Namun yang dilakukannya sebaliknya, niat baikku dianggap serangan, ancaman dan proses memberikan hal baik untuk ikan menjadi cukup lama yang sebenarnya membuat si ikan berada dalam keribetannya dia sendiri.

Bayangkan jika itu terjadi pada kita, manusia.
Bagaimana saat Tuhan menciptakan, memberikan hal baik yang jauh lebih indah, membahagiakan, menyenangkan, layak, sehat, bersih. Dimana dalam proses perpindahaan tersebut atau pembersihannya, kita malah berontak, stress, merasa tak aman, ribet sana ribet sini, padahal tinggal diem aja udah, manut, ikutin, dan voila dapat kehidupan yang lebih baik dan oke. 

Sunday, November 26, 2023

26/11/23

Beberapa tahun terakhir, haid ku sangat teratur dan udah gak pernah ada gejala apapun secara fisik, psikis, mental. Kemarin-kemarin karena tidur sempet berantakan gak jelas hampir seminggu, bahkan H-2 sebelum jadwal haid gak tidur, alhasil seharian sakit kepala, malam berikutnya susah tidur, sakit banget kepala, kebangun-bangun. Akhirnya minum obat tidur. bangun2 udah gak se heboh kemarin sakitnya tapi pusing. Trs olahraga ringan jalan kaki, baru 3 menit mendadak mual banget sampe pengen muntah. Akhirnya berhenti, diem, meditasi. Malah mules. Keluar wc masih pusing dan mual bgt. 

I am sorry dear my body...

Seneng deh

Seneng banget deh kalo liat postingan orang yang lagi having fun, olahraga, hidup sehat nan aktif, makan proper mindfull nan bergizi, going to nature, traveling; surrounded by healthy, wealthy, smart, genuine, kind, warm heart, pleasant, and joyfull people. I want it too.

Saat traveling, partying, clubbing, going to the gym, catching up, doing activities together because we are  happy with ourself and doing it because we love ourselves, Itu tuh menyenangkan banget sih. Apalagi ketemu orang-orang yang satu value, mutual, high energy, and high vibration jg. 

Saturday, November 25, 2023

Nurturing

Tahun lalu saat sadar dan tau kalau seseorang sangat nurturing ke mantannya tapi tidak padaku bahkan harming, rasanya sedih banget. Sedih diperlaukan berbeda bahkan sangat jomplang dikala aku abis2an taking care, protecting, healing, dan sangat nurturing him. It leads to feel unworthy and abandonment. Kemarin tiba-tiba sadar dan kaget ternyata selama ini semua orang-orang yang aku temui dalam hidup, yang hadir dalam keseharianku, yang aku pilih dan masukin ke dalam hidupku, adalah orang-orang yang tidak nurturing me. Dari mulai lingkungan terkecil, teman-teman kosan, teman-teman sekolah, pekerjaan, tempat tinggal, fasilitator, semuanya ga not nurture me. Lalu jadi ngecekin orang satu-satu dan semakin kaget, sedih, sampai di momen: Bodo amat deh orang mau nurturing gw kek, mau kagak kek, gw commit ma diri sendiri ajalah to care myself dimanapun, kapapun, saat sendiri atau sedang bareng siapa. 

Berarti selama ini yang aku rasain tuh ya bener, valid. 
Dear universe, hadirkan dong orang-orang, tempat, pengalaman, pekerjaan, 
semua hal yang nurturing and nourishing me.

Friday, November 17, 2023


Ternyata hanya butuh ketemu 1 orang yang mature, konsisten, nurturing, kehidupan langsung berubah. 

Dua Jiwa

Pertemuan dua jiwa yang pernah mengenal sebelumnya, pernah bersama, menyatu, dan memiliki janji untuk selalu bersama. Rasanya seperti telah kenal lama, akrab, ada ikatan yang tak dapat di deskripsikan meski baru pertama bertemu sekdar berpapasan kontak mata ataupun melihat wajah selewat sekian detik. 

Dua jiwa yang pernah terikar janji setia selamanya untuk saling mencintai, menjaga, bersama, melindungi, menyayangi, atau pun untuk saling membenci dan membunuh. Gejolak emosi muncul dengan sangat kuat, entah untuk mencelakai, mencintai, bersama, atau "membunuh". Dua jiwa yang belum menyelesaikan urusan dan janjinya di kekhidupan sebelumnya, kembali dipertemukan. Entah dua-duanya merasakan  atau hanya salah satu pihak yang merasakan karena di masa lampau hanya dia yang masalahnya belum selesai.

Dua jiwa yang entah saling bersatu kembali dalam ikatan, dalam perselingkuhan, dalam pengkhianatan, dalam permusuhan, dalam peperangan, ataupun pembunuhan. 

Dua jiwa yang mereka pun tak sadar dengan segala apa yang terjadi di balik emosi, perasaan, dan pikiran yang muncul dengan sangat kuat seperti tak mampu dilepaskan dan tidak terjadi pada semua orang yang mereka temui apalagi hanya orang asing.

Dua jiwa yang akhirnya menggulang pola yang sama dan meninggalkan masalah tanpa menyelesaikannya entah hingga di kehidupannya keberapanya. 

Sumpah

Seberapa banyak sumpah yang terucap lewat kata atau hanya terbesit di hati yang secara sadar dan tak sadar dilakukan?

Seberapa banyak sumpah-sumpah tersebuat yang termanifestasikan dalam kenyataan dan menghambat diri sendiri?

Seberapa banyak sumpah-sumpah tersebut terus terkunci dalam sumpah hingga di kehidupan selanjutnya dan membelengu diri sendiri?

Seberapa banyak sumpah akan sesuatu, kejadian, terhadap orang, termasuk terhadap diri sendiri?

Sumpaha pa yang sata ini kamu sadrai dan ingin putuskan?

Tak ada hubungannya

Sadar ga?
Apapun yang orang lain lakukan, gak ada hubungannya sama diri.
Mau bahas tentang family (no offense ya. Disclaimer dulu).
--------

Orang tua abusif, harming, jahat, tak mampu mencintai, controling, manipulatif, apapun yang mereka lakukan pada anaknya, tidak ada hubungan sama sekali dengan anaknya. Mereka hanya memproyeksikan ketidaknyamanan pada dirinya sendiri, lukanya, expetasinya, judgementnya kepada anaknya. Misal, orang tua pernah dipukul pas nangsi waktu masih kecil. Saat ia memiliki anak, anaknya masih balita dan nangis, teringat trauma dirinya yang berakhir marah-marah dan memukul anaknya. Contoh lainnya, orang tua tidak mendapat cinta kasih seorang ibu, karena ibunya tak mendapat cinta kasih dari nenek sejak lahir, maka ia pun tak mengerti cara mencintai anak perempuannya, sehingga anak perempuannay cenderung terabaikan secara emosi. Atau orang tua memiliki cita-cita menjadi dokter, lalu gak kesampean, dan ia proyeksiin ke anak-anaknya harus jadi dokter sekalipun naaknya gak mau dna gak bahagia; jika melawan dan memilih pilihan lain, maka di abuse dengan menahan biaya kuliah dan biaya hidup. 

Banyak sekali hal yang gak beres sebenarnya dalam relasi orang tua dan anak, termasuk dalam keluarga, jika mau disadari. Tidak semua lahir dari keluarga yang sehat, dinamika keluarga yang eling, dan dari pribadi-pribadi yang healed. Banyak yang menikah dikala belum membereskan masalah-masalahnya, belum melepaskan attachment terhadap keluarganya (termasuk attachment beban emosi, masalah, trauma, warisan trauma, belief, pola, dll); belum menjadi diri nya sendiri yang jejeg, secure, full autonomy yang menjalani realita aslinya dengan penuh tanggung jawab. 

6 Tahun lalu di usia 20an, aku masih melihat laki-laki dari:
Agamanya, ibadanya (yg keliatan kan kuantitasnya aja), lulusan mana (masih sih sampe sekarang), pendidikan, pekerjaan, kekayaan, kepribadian, dan hal-hal yang masyarakat dan society pertimbangkan untuk menjadikan pendamping dan menikah. 

Saat ini, yang aku minta dan liat lebih ke arah: kemampuan dan kapasitas untuk nurturing, nourishing, membebaskanku jadi diri sendiri, provide money, good sex, align, make me greater, co-creating, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan bertumbuh, kind to my body and being. Yang bisa receiving and gifting, konsisten, saling gratitude, connected, trusted, respect. Di bayangan ku kaya 2 anak kecil happy joy yang energy nya bermain dalam menciptakan kehidupan dan saling mencintai penuh syukur dengan tetap membebaskan satu sama lain menjadi dirinya sendiri. 

Eh kok bahasannya ajdi belok wkwk.
Ok balik ke topik tentang ortu. Ya intinya, saat ortu tak memberikan cinta tulus murni yang penuh kasih dan nurturing, bukan berarti kita tidak layak akan cinta. Namun ya ortu tersebut yang tak mampu mencintai, bukan karena tak sayang, tapi karena ia gak tahu gimana cara mencintai yang membuat anak merasa dicintai. Begitupun sata seorang orang tua sering memukul secara fisik, sering menganiaya secara emoosional dengan holding, guilty trip, shamming, bullying, silent treatment, dll. Ya bisa jadi cara yang ia tahu dalam mengkomunikasikan emosinya, dirinya, dan mendidik itu seperti itu. Bukan berarti si anak tak berharga sampe seolah-olah panats untuk dipukuli dan di abuse emotionally. Apalagi jika orang tuanya memiliki gangguan kepribadian atau jiwa, seperti depresi sehingga tidak "hadir" daam hidup anak, atau axniety dan manic marah meledak-ledak, kurangnya kemampuan coping yang sehat, ego nya fragile, pola pikirnya hitam putih, ocd, ya secara tidak langsung memang mempengaruhi swlf worth, self esteem, self confidence, dan sense of self si anak. Dimana itu semua secara tak langsung mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan si anak. Baik dari segi relasi dengan dirinya sendiri, dgn orang lain, dengan pekerjaan, dengan uang, dll. 

Menariknya, dalam society ini, keberhasilan mendidik dilihat hanya sebatas lulusan mana, kerja dimana, material things yang dihasilkan, terlihat soleh, tau sopan santun, menikah, pny anak. Siapa dan seberapa banyak orang yang nanya atau nge cek "are u really happy?", "are u really know yourself?, "are u live in your reality?", "do u really know what do you want and your purpose?", "are u fully healed?", melihat dari level awarenessnya, level kedewasaannya (secara intelektual, mental, emosi, dan spiritual, holistic), kemampuan bertransformasinya, kemampuan visioner, kepribadian real nya, dsb nya?

Kalau mau dan berani melihat, banyak anak-anak yang dianggap sukses, pekerjaan ok, harta ok, pendidikan ok, sangat sopan nan santun, ternyata zina, korupsi, nyikut orang, dzolimin org lain, main pelet santet "membunuh" orang lain secara perlahan, dll. Hanay chasingnya tau sopan santun dengan tutur kata baik, emosi yang terjaga, dan bereprilaku yang dianggap baik (menyenangkan), hal-hal tersebut ta dilihat, tak dipercayai, bahkan dianggap tak ada. Realitanya, masyarakat dan society hanya mau melihat dan menerima hal-hal yang mereka mau lihat saja berdasarkan aturan yang berlaku. Apapun truthnya, kenyataannya, aslinya, bukan hal penting, yang penting tampilan luar dan yang ditampilkan sesuai aturan. Perhatiin deh....

Kembali lagi, tentang orang tua,
Intinya mau share, apapun yang mereka lakukan pada anaknya/ kita, sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri. Jangna sampai kita masukan ke dalam diri terlalu dalam merusak dan menyakiti diri sendiri hingga menganggu keberfungsian diri, hak untuk bahagia dan tumbuh besar. Ya sederhananya, orang bahagia akan memancarkan kebahagian, orang yang sayang dirinya akan mampu menyayangi orang, orang yang naman dan secure dengan dirinya akan mampu bersikap baik jg terhadap orang lain. Begitupun dengan orang yang tak bahagia tanpa sadar ia akan menarik orang dalam ketidakbahagiannya. Orang yang tersakiti akan menyakiti. Orang yang luka akan melukai. Orang yang sembuh ya akan menyembuhkan tanpa menyakiti dirinya sendiri. 

Makanan

Beberapa waktu lalu, ada suatu hal yang aku beresin. Saat itu selesai, salah satu perubahannya, selera makan ku hilang. Jadi aku makan bener-bener cuma seperlunya badan. Kalau maksain ngemil aja langsung muntah. Dan ternyata badanku minta makannay cuma sekali. Dan itu rasanya aneh banget awal-awal, berasa super gabut. Waktu makan pagi, malam, ngemil, jadi hilang. Plus waktu cari makan, nunggu makanan, nyari cemilan, masak, nyuci piring, semuanya jd ilang. Dengan kata lain sebenarnya menguntungkan buat diri karena jadi punya waktu lebih banyak dari sebelumnya, cuma malah jadi bengong-bengong aneh dan "ngapain ya? ngapain ya?". Kebayang ga? misal pagi jam 6 kita udah siap2 masak/ cari sarapan, terus nunggu, makan, terus beres2. Trs sore dari jam 3 udah mikir mau ngemil apa, lanjut gofood jam 4 sore, nunggu, trs ngemil. Pulang mikir, cari makan, mampir sana sini, pesen online, nunggu, makan sambil ngobrol atau nge date, trs santai sambil minum. Dan semua waktu untuk nyiapin makanan, nunggu, makan, dan afternya tuh ilang. Seberapa banyak waktu yang akhirnya ke save? Ternyata banyak! lebih dari 2 jam. Bahkan bs sampe 4 jam hemat waktu untuk tidak mikirin makanan, nyiapin makanan, nunggu makanan, makan, dan beres2 terkait makanan. Termasuk waktu perjalanan untuk pergi ke suatu tempat hanya untuk makan. 

Awal-awal sampe sekarang bahkan, rasanya aneh.
Bahkan baru sadar, ternyata diri kalau lagi stress, gabut, mager, larinya ke makan. Nah sekarang kan makanan itu ilang dr kamus body and mind, jadi bengong2 deh "ngapain ya". Logikanya, waktu/times itu bisa dipake buat bekerja lebih, berkarya, menghasilkan uang, realitanya malah dipake diem. Sanpe kalau ada yang ajak ketemu di resto/bar/cafe, bingung aja mau pesen apa ya. Makan nggak, minum nggak. Ujung-ujungnya ya air putih aja. Bukan karena diet, tapi badannya gak mau, lg ga require, dan udh gak mau maksa/abuse body lg dgn masukin hal2 yg dia gak mau. 

Itu baru dari segi makanan.
Kedua dari segi jwa raga. Dulu suka absorb2 emosi, pikiran, pain orang, sampe repot sendiri. mnedadka nelangsa, suffering, gak bahagia, berat di dada; trs pikiran rame, penuh, stress, depresi; badan suka ikut2an sakit org sekitar atau penyakit yg lg hits padahal diri baik2 aja dan ok. Ujung2nya repot banget sampe menganggu kehidupan. Nah skrg itu semua lepas, gone. Alhasil, pikiran space, gak mikir apa2, kosong. Batin/jiwa, space, gak perecive emosi2 berat atau apapun itu. Fisik jg sehat2 aja bugar. Dengan kata lain keadaan inii bisa bikin diri terbang lebih tinggi, lari lbh cepat, dan hidup jauh lebih ringan dna mudah. Kenyataannya (samapi saat ini ya) malah aneh. Yang baisanya penuh penderitaan, berat, sempit, byk pikiran, sakit2, gak bahagia, dll, mendadak space nan kosong. Ujung2nya bengong2. 

Benefitnya dalam keadaan space tsb, diri lebih jeli, being present, dan aware.
Jadi saat ada orang yang datang untuk manipulasi, gaslight, controling, ini itu, diri bisa liat dengan jernih dan gak masuk ke permainan/ jebakannya. Termasuk jadi lebih mudah mendengarkan badan dan jiwa sendiri. Sesederhana, mau makan apa, mau ngapain, lg require apa, happy/nggak, apa yang bisa bikin greater? Dan spontan bisa ke attract sama hal-hal kind to body and being, dan spontan menjauh dr hal2 yg unkind. 

Saat space gini, bawaannya malah pengen sendiri, males ketemu siapa-siapa, males interaksi ma orang, males keluar-keluar, alhasil energy diri jadi terjaga. Awal-awal aneh, sampe jadi melakukan kebiasaan dengan kontak orang2, pgn pergi-pergian, pgn telpon orang-orang. Dan anehnya pada gak diangkat, org2 pd ga bisa. Sampe sadar, sebenernya emang lg ga mau ketemu orang2, mungkin energy ini jg kerasa ma org2 itu. Jd saat mrk ga angkat/ ga respon/ ga bs, diri biasa aja. Jadi bengong-bengong lagi "ngapain ya"  wkwk. 

Ternyata kalau gak ngambilin masalah orang, gak nangkepin hal-hal yang not mine, hidup enteng banget. Pertanyaannya sekarang: 
what I really desire?
what I really want?
What I really lust for?
What works for me?
What my body and being require?
What and how my real reality?
Show me clarity about it all.

Takut

Takut salah
Takut ditinggalkan
Takut diabaikan
Takut ditolak
Takut tak dipilih
Takut gagal
Takut rugi
Takut miskin
Takut kaya
Takut sukses
Takut sendirian
Takut mati
Takut ini itu

Tanpa sadar, menghindari ketakutan itu dengan bergerak ke arah sebaliknya yang justru malah menari rasa takut itu sendiri menjadi kenyataann. Bagaimana jika tidak ada keputusan yangs alah dan benar? Bagaimana jika sekalipun gagal, semua bisa diciptakan kembali dna meraih sukses, hanay saja jalannya agak bergelombang dikit? Bagaimana jika ketakutan-ketakutan tersebut hanya distraksi untuk diri keluar dari zona aman dan meraih banyak sekali possibilities yang terbuka lebar yang dapat membuat diri lebih greater? Bagaimana jika rasa takut itu sesuatu yang tidak nyata, hanya sebuah kecemasan, atau proyeksi asumsi diri dari pengalaman masa lalu dan pov sekitar? Bagaimana jika dunia ini memang hanya sebuah permainan? Apa yang perlu ditakutkan? 

Mencintai

Mungkin kita tidak bisa mencintai orang lain sebelum mampu mencintai diri sendiri.
Cinta tanpa mencintai diri mungkin akan termanifestasikan sebagai bentuk condependecy, dengan berkorban, menyenangkan orang lain, menyelamatkan orang, melindungi, merawat, dengan membuat diri sendiri menderita dan tenggelam dalam kegelapan kesempitan jiwa raga. Bisa jadi hal yang dianggap cinta adalah pengorbanan, sebagai bentuk mencari validasi atas keberhargaan diri. 

Saat diri mulai mampu mencintai diri sendiri, kita akan melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda. 
Kita akan mampu mencintai orang lain tanpa perlu menyakiti diri sendiri. Termasuk saat mencintai orang yang tidak memilih diri ini. Melepaskan, membiarkan dengan pilihannya, menghargai pilihannya, menerima apa adanya sebagaimana dirinya, sebuah bentuk cinta. Layaknya merawat pohon mengga menjadi pohon mangga yang besar, kuat, dan terus tumbuh, tanpa pernah memaksanya berubah menjadi pohon manggis atau bunga anggrek; tanpa pula menghakiminya jika kurang ini itu, tidak sesuai ekspetasi dan fantasi diri. Begitupun saat orang yang kita cintai membuat keputusan yang berpeluang menyakiti dirinya sendiri, diri mampu berlapang hati memberikan ia ruang tumbuh dari segala kosekuensi keputusannya. 

Wednesday, November 8, 2023

Fokus

Saat ada suatu kejadian, fokus kita kemana?
- Ke masalah
- Ke perubahan
- Ke kesalahan
- Ke kemungkinan
- Ke kejadian
- Ke hikmah dan maknanya

Saat ada pengalaman tak enak, fokus kita kemana?
- Meratapi kesedihan
- Memendam amarah
- Melepaskannya apapun caranya
- Merasakan segala empsi yang hadir dan beralalu
- Menghindari 
- Memproses dan kembali utuh

Saat ada konflik, fokus kita kemana?
- Ke masalah dan penyelesainnya
- Ke intonasi suara teriak
- Ke kepanikan
- Ke asumsi
- Ke perlindungan diri
- Ke ketakutan

Saat melakukan kesalahan, menyadari membuang peluang/sabotase diri, fokusnya kemana?
- Menyalahan diri sendiri
- Mengkritik diri
- Memaafkan diri
- Mencari peluang lainnya
- Memperbaiki diri
- Menciptakan hal baru

Saat salah membuat keputusan, fokusnya kemana?
- Merasa bersalah
- Mencari peluang lain
- Memperbaiki yang bisa diperbaiki
- Menciptakan keputusan baru yang lebih baik
- Move on
- Stuck di kesalahan itu

Semua hal yang hadir yang kita ciptakan sendiri maupun hal-hal di luar kontrol diri, selalu tersedia banyak pilihan untuk dilih dan mengarahkan fokus diri. Menjadi mental korban kah, menyakiti diri sendiri kah, melepaskannya kah, kabur kah, menciptakan hal baru, memperbaiki, atau apapun itu, diri sendiri yang menentukan dan mau dibawa kemana selanjutnya. Pertanyaannya, dari semua yang terjadi, dari segala keputusan yang diambil, dari fokus yang kita tentukan, apa yang sebnar-benarnya sedang kita ciptakan?

Tuesday, November 7, 2023


Mungkin di dunia ini, orang hanya peduli pada dirinya sendiri dan hanya setia pada tujuannya.

Valid

Semua valid.

Saat sedih ditinggal orang yang disayang
Saat muncul rasa tak berharga ketika diabaikan
Saat merasa kecil tak bernilai ketika dikucilkan dan dinilai rendah
Saat amarah muncul ketika hak ditahan dikala seluruh kewajiban telah dituntaskan
Saat merasa sendiri ketika selalu disalahpahami
Saat sakit sesak ketika dibuang dan tak dikasih ruang menyampaikan langsung
Saat muncul ketidaknyamanan ketika ditolak 
Saat muncul haru ketika ada orang baik hadir
Saat muncul rasa syukur besar saat ada orang menolong
Saat tangisan tak henti ketika mendapatkan pelukan tulus
Saat merasa aman dan berharga ketika ada yang konsisten

Apapun yang terjadi dan apapun yang muncul, semuanya valid.
Karena diri yang mengalami semuanya dengan segala luka dan pengkondisian yang pernah hadir.

Monday, November 6, 2023

Dzalim

Waktu ortu di dzolimin hingga sekarat hampir mati, tak ada sedikitpun dendam di hati mereka.
Saat aku di dzalimin bertumpuk dalam satu waktu, dimana rusak seluruh area kehidupanku, dan baru mengetahui saat tahun berganti, tak ada sedikit pun rasa dendam dalam hati, meski berada dalam kebingungan untuk memulai dan membangun kembali dari mana dan bagaimana. 

Orang-orang dzalim itu, apakaah sadar dirinya dzalim dan menciptakan kerusakan separah apa pada jiwa, raga, dan kehidupan seseorang? Atau baginya seperti menyiram bensin pada rumah orang disertai lemparan satu korek api menyala. Suatu hal ringan, mudah, dan cepat. Lalu berlalu pergi meninggalkan, hidup tenang, damai, tentram, dan tak tahu apa-apa lagi. Enetah dilakukan dengan penuh niat akan kebencian, ketakutan terasaingi, ataupun hanya iseng semata.

Tentang dendam, entahlah apakah tidak memiliki rasa dendam dan ingin membalas setelah diri dan hidup hancur-sehancur-hancurnya adalah hal baik, atau hanya ketidakmampuan standing up for self.

Nurturing

 Ternyata nurturing itu sesederhana,
- Mampu berempati
- Menjaga/ Protecting 
  (perasaan, self esteem, self worth, kredibilitas, dsb)
- Meet the needs
- Validate
- Non Judgemental
- Membebaskan diri jadi diri sendiri
- Encourage
- Caring
- Accompany
- Being space
- Trust
- Listened
- Respect
- Accomodating

Terimakasih untuk orang-orang yang hadir yang telah nurturing me.
Sekalioun crosspathnya sebentar dan tidak selalu hadir ataupun memiliki relasi longterm, 
setidaknya aku jadi mengenal energy nurturing seperti apa dan mampu mempraktekan ke diri sendiri. 

Friday, November 3, 2023

Pada Akhirnya

Tidak ada yang benar-benar peduli,
Tidak ada yang memprioritaskan,
Tidak ada yang bisa diandalkan, 
Tidak ada yang memberi jalan,
Tidak ada yang memberi tahu,
Tidak ada yang menemani, 
Tidak ada yang menolong.

Tidak ada yang hadir,

Munculah pertanyaan:
- What I really require?
- What I really desire?
- What I really lust for?
- Do I love myself?
- Do I choose myself?
- Do I take cere of myself?
- Do I prioritize myself?
- What I really want?

Pada akhirnya, 
Perjalanan kedalam diri sendiri dimulai, 
mencari, mengenal, belajar, merawat, menjaga,
menolong, dan memperjuangkan diri. 

3/11/23

 Nothing meaningless when you know what you want and what you do. 
- Andhira, 2023

Banyak Hal Tak Penting

Ternyata banyak sekali hal tak penting yang hadir dalam hidup dan perjalanan hidup. 
Seperti objek bergemelap berkilau yang menarik perhatian mata dan perhatian untuk berhenti, melihat, menghampiri, mengambil, bermain, bahkan terseret jauh hingga menyusahkan diri sendiri. Teralihkan dari tujuan penting yang seharuanya dilakukan dan sedang dilakukan, hingga lupa arah. 

Banyak hal tak penting
- Hiruk pikuk jalanan yang tanpa sadar membuat energi bocor dengan ikut bereaksi atau berkomentar.
- Berita-berita yang tak relevant dan tak berkorelasi dengan diri yang kita lirik dan menimbulkan emosi.
- Orang-orang entah berantah yang hadir atau kita masukan ke dalam hidup yang ternyata membuat diri terlena dan melupakan hal penting yang memang penting untuk diri pilih dan lakukan.
- Permainan dan pesta kesenangan melepas dahaga yang terlalu jauh diikuti hingga terjerat masuk ke dalam kolam penuh air, bermain di dalamnya hingga lupa untuk naik, mengeringkan diri, dan kembali ke realita.
- Percintaan ataupun sakit hati kemarahan dengan emosi yang sangat intens euntuk menjadi budak cinta ataupun budak dendam hingga luput untuk merawat diri sendiri dan berjalanan pada arah seharusnya.
- Hal-hal yang sedang naik daun yang menarik perhatian hanya agar mampu mengikuti alur masa kini yang sebenarnya tidak ada relevansinay sama sekali terhadap diri apalagi kehidupan diri.
- Omongan-omongan orang asing sekalipun orang lama yang sebenarnya tidak benar-benar mengenal diri ataupun peduli yang benar-benar peduli layaknya ke dirinya sendiri.
- Keributan yang terjadi di sekitar termasuk di depan mata yang sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali, hanya karena terjadi sangat dekat dan diri terganggu dengan segala drama itu. Dikala ada pilihan untuk tak peduli, pergi, menjauh, meninggalkan, dan hilang.
- Ketidaknyamanan yang di proyeksikan oleh orang-orang yang tidak bahagian dengan dirinya sendiri.
- Dan lainnya.

Saling Memanfaatkan

Bagaimana jika dunia yang kita huni sekarang, banyak sekali orang yang berfungsi dari hubungan transaksional, saling mencari keutungan, saling memanfaatkan, saling memenuhi, dan semua dilakukan timbal balik secara sadar maupun tidak, secara sengaja maupun tidak? Dan saat kebutuhannya sudah tak terpenuhi, maka akan meninggalkan hal-hal yang sudah tak memberi manfaat dan mencari sumber lain yang mampu dan mau memenuhi kebutuhannya? Bagaimana jika banyak orang hanya peduli pada pemenuhan kebutuhannya? Bahkan mencintai pun sebuah kebutuhan, sekalipun tujuannya untuk memberikan cinta pada orang lain. Saat kebutuhan mencintai itu tidak terpenuhi, sesederhana belum mememukan orang untuk dicintai atau ditolak, ada ketidaknyamanan dalam dada seperti sesuatu menganjal yang tak mengalir. 

Bagaimana jika dunia yang terlihat sempurna, penuh kasih, penuh kegembiraan, penuh kekuatan, penuh kematangan, sejatinya hanya orang-orang yang meneumukan orang-orang yang sama-sama saling memanfaatkan satu saam lain?

Bagaimana jika kita tak mau memanfaatkan siapapun dan apapaun, termasuk memanfaatkan diri sendiri; justru diri yang selalu di manfaatkan oleh apapun dan siapapun hingga menjadi keset dan habis tanpa mendapatkan apapun selain menyengsarakan dan menyusahkan diri sendiri?

Thursday, November 2, 2023

Tidak peduli

Bagaimana jika di dunia ini tidak ada satupun yang peduli?
Bagaimana jika orang peduli karena di dalam-dalamnya karena peduli pada diri nya sendiri?

Seperti, menjaga seseorang karena cinta, karena saat orang yang dicintainya tersakiti, maka dirinya ikut hancur arena adanya empati, ikatan, dan keterikatan dengan orang yang dicintai. Maka menjaga orang yang dicintai sebenarnya secara tidak langsung untuk menjaga dirinya sendiri dari segala perasaan sedih, kehancuran, dan ketidaknyamanan lainnya. 

Bagaimana jika kenyataannya, orang hanya peduli pada dirinya sendiri?
Bagaimana jika tidak ada yang benar-benar peduli?
Kesadaran apa yang bisa didapatkan dari ini?

Apakah diri sudah benar-benar peduli pada diri sendiri?
Apakah diri sudah menjadikan diri sebagai nomer satu dalam hidup ini?
Apakah diri sudah berbuat baik pada diri sendiri tanpa mengantungkan apapun pada dunia luar?