Friday, February 19, 2010

titik balik

Dimulai dari semester 6 dengan studio kantor. Saya sangat semangat, bisa dibilang puncak semangat saya dalam kuliah. Mengerjakan semuanya dengan sangat baik, dengan kerja keras melebihi usaha bikin studio sebelumnya. Kenapa saya sangat bekerja keras? Karena system pada studio ini adalah penggumpulan setiap minggunya. Kuliah studio DI4 senin selasa, rabu asistensi, jumat menggumpulkan dan dinilai untuk nilai porto. Mungkin dosennya berpikiran agar mahasiswanya tidak keteter ntarnya. Lama kelamaan dijalani, dengan tugas-tugas kuliah lain, dan saat kita sudah mengumpulkan denah misalnya, pasti tampak dan sebgiannya terkait satu sama lain, jika awalnya sudah kurang oke sangat susah diubah dan itu merupakan perang batin tersendiri antara membuat yang keren atau mengejar waktu, dan akhirnya pilihan kedua, yaitu selesai asal selesai sesuai waktu. sangat tidak puas, berasa dididik mental pekerja, pdhl kita mahasiswa, kalau dibebaskan justru bisa mendidik lebih banyak, khususnya dalam kompetisi dan tanggung jawab (ke-iggeran bahasa sundanya mah).

Sang dosen studio 4 yang merupakan dosen wali saya dan koordinator kerja profesi itu selalu menanyakan sudah apply? Ini itu, niat baik menggingatkan tapi jatuhnya berkesan seperti ngeburu-buru. Akhirnya saya dengan seorang teman kelas sebelah mulai kerja profesi H-3minggu penggumpulan porto (waktu hectic studio) dan dikantor pun pekerjaan banyak, karyawan lainnya samapi menginap, saya hanya dari pagi sampai jam 10 malam saja atau sore. Studio saya terbengkalai, semuanya berantakan, ibaratnya saya bisa mendapat A (seharusnya bisa jika saya dikelas sebelah, karena penggumpulannya 1 minggu lebih lama). Ternyata nilai saya 85 (AB) kurang 1 poin untuk dpt A , jatoh di perspektif karena computer laptop bervirus, sketchup error, lemot, kesel luar biasa saat mengerjakannya. Dan saya pun sangat kecewa dan cenderung sakit hati sama dosen bersangkutan. Bukan karena tidak dapat A. Tetapi saya mengerjakan sangat serius, sangat semangat, sangat bekerja keras, sangat tertekan, sangat capek dibanding studio sebelumnya ditambah KP yang banyak kerjaannya.

Awal semester baru, yakni semester 7, dosen itu lagi bilang “kuliah dimundurkan 2minggu karena ada yang masih Kerja Profesi, tolong bilangin ke teman-temannya” dalam hati ”wtf”, waktu saya mulai KP duluan disaat hectic, tidak ada penggunduran pengumpulan (pengumpulannya jd bareng dgn ank sebelah, 1 minggu lbh lama pengenya), saya nerima kp saat itu dengan itung2an agar bisa tepat wkt, tdk ganggu semester berikut. Anak2 yg blm selesei kp karena mrk gak nyari2, baru nyari setelah beres studio, resiko mereka dong, saya pun berani ambil resiko saat itu. Sangat tdk bijaksana, dan saya sangat sakit hati sama dosen tersebut. Rugi 2 minggu dong.

Disinilah banyak yang hilang dalam diri saya, awal kejatuhan diri:
1. hilangnya semangat yang besar
2. merasa tidak dihargai
3. hilang kepercayaan diri dalam bekerja, mendesain, dan dalam beberapa hal lainnya (hal paling berpengaruh)
3 hal yang benar-benar merubah hidup saya selanjutnya.

Nilai-nilai saya turun, tidak ada motivasi, hilang percaya diri fatalnya. Coba studio 4 saya dikasih A, saya masih bisa punya kesempatan cumlaude, saya merasa dihargai karena sesuai dengan “capeknya”, kepercayaan diri saya tdk hilang. Sangaat benci dosen ini, hingga saya tidak mau ada urusan sama beliau. Pebimbing pra TA saya dia, dan saya minta ganti dosen, entah mengapa saya sangat MUAK. Kenapa saya bisa segitunya sebel? Karena kelas sebelah tdk ada pengumpulan stiap minggu, pengumpulan lbh lama 1minggu, bahkan ada yang telat ngumpulinnya aja masih bisa dapat AB. Nilai yang sama untuk effort yang berbeda.

Diniali dari hasilnya bagus apa tidak. Apa tidak ada penilaian proses selain proges pengumpulan tep[at waktu? Saya bukan pekerja, saya masih mahasiswa.

Kadang ada sesuatu yang tidak bisa kendalikan, kita ubah, yaitu karakter, mungkin karakter saya yang saklek, perfeksionis, dan sensitive tdk bisa saya kendalikan. Perasaan-perasaan itu muncul dari sebuah system,lingkungan,tekanan,dan aksi reaksi.