Monday, June 29, 2015

Misal.

Masyarakat.
saat manusia satu menilai manusia satu lainnya hanya dari satu kejadian pada satu waktu dalam keadaan emosi situasi kondisi tertentu.

misal. seseorang yg menilai orang lain byk waktu luang hanya dari postingan yg membutuhkan waktu 1-2 menit. padahal mereka gak pernah tau ribuan menit lainnya dikali puluhan hari, orang itu mati-matian kerja keras bagai mesin.

misal. seseorang menilai orang lain berkecukupan hanya karena orang itu memberi kepada orang lain. padahal memberi bukan terletak pada kekayaan, tapi pada besarnya kepedulian dan lebih mementingkan orang lain. ada 3 jenis, analoginya, 
1. ada orang yg member 1.000 dikala ia memiliki uang 1.000
2. ada orang yg memberi 1.000 dikala ia memiliki uanh 2.000
3. ada orang yg memberi 1.000 dikala ia memiliki uang 30.000.000
bagi penerima, akan sama saja terlihat uang 1.000, tetapi bagi pemberi, uang itu memiliki arti yang berbeda-beda.

misal. seseorang menilai orang lain galak, dikala ia membentak tukang parkir lelet. Padahal orang lain tidak tahu kalau sebelumnya, orang ini habis menerima kabar buruk dikala ia sedang ujian, tiba2 dapat telepon dari ibu kos diusir, ditambah hormon-hormon saat pms.

misal. seseorang membicarakan hal2 sepele, kemudian di nilai berotak kosonh dan dangkal. Padahal gak tau aja, kalau org ini sangat cerdas dan saking byknya hal2 berat dalam pikirannya, ia mencoba melemaskan diri dengan topik ringan.

misal. ah banyak sekali.
Jangan sampai penilaian dari sensorik indrawi pada satu waktu, berhasil mengeneralisir seseorang. Gunakanlah hati untuk merasakan apa yang benar2 sedang terjadi, menjadi peka melihat apa yg tak terlihat.

Kadang berfikir, mana yg lebih banyak berprasangka? hati pikiran atau justru sensorik pancaindra dan logika? 

*wuallahualambishawab.
selamat Ramadhan ke-12

Monday, June 22, 2015

Traveling

Kehidupan ini seperti bola, banyak sisi yang tak terlihat utuh dalam satu sudut pandang. Untuk melihatnya, kita butuh bergeser tempat untuk melihat dari setiap sudut pandangnya - utie.

Traveling. 
Ada banyak pihak dan kepentingan. Sebagian merasa bahagia merasakan pengalaman baru, sebagian merasa bangga atas pengalamannya, sebagian merasa senang, sebagian menjadikannya rutinitas setiap libur setelah lelah bekerja, sebagian sebagai ajang kompetisi, sebagian menjadikannya pekerjaan "menjual" tempat dan pengalaman yg ditawarkan untuk mendapatkan lembar-lembar rupiah untuk ditukarkan dengan kebutuhan hidup diri dan keluarganya.

Friday, June 19, 2015

19 Juni 2015

Aku turun entah diturunkan dari sebuah bus yang tak akan pernah kembali lagi.
Diam menunggu dalam anggan meyakini kalau bus itu akan kembali, mengejar sesekali tak kekejar.
Waktu terus bergulir, bus-bus lain yang menawarkan tempat dan bisa membawa ke perjalanan yang lebih jauh terlewat begitu saja, cuma karena takut jika nanti diturunkan di jalan seperti lalu, adakalanya pula bercampur dengan rasa bahwa bus awal akan datang kembali.

Menjebak diri dalam masalah sendiri. mengharap sesuatu yang seharusnya "let it go" dan "menolak" sesuatu yang datang tulus.

Pensieve

(sumber gambar: google)

Pensieve bukan istilah asing bagi penggemar buku Harry Potter. Itu merupakan sebuah cawan berisi ingatan- ingatan, dan sering digunakan dumbledor. Ada unsur melepaskan, melepaskan memori kepada cawan ini; kemudian unsur kepercayaan, yaitu percaya bahwa memori tersebut akan terjaga dengan baik, termasuk dari segi kerahasiaan; ada unsur kembali, dimana memori bisa dilacak ulang dengan memasukan kepala kedalam cawan dan melihat kejadian masa lalu guna memperbaiki sesuatu kedepannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, disadari maupun tidak, pensieve ini merupakan kebutuhan dasar manusia. kenapa? manusia memiliki kadar pada setiap diri dan pikirannya, selalu masuk hal-hal baru dan butuh mengeluarkan demi menjaga "keseimbangan". Misal, kita butuh makan, kita makan guna mendapatkan tenaga yang terpakai untuk beraktivitas, kemudian makanan tersebut tidak semua baik dan tepakai, butuh pelepasan yaitu melalu fases yang kita keluarkan saat BAB, coba bayangkan kalau kita tak pernah melepaskan (BAB) atau BAB diluar durasi normal (sebulan sekali) tentu perut sakit, bahkan makanan tak berguna yang terus menumpuk tanpa dikeluarkan akan menjadi racun dan membentuk penyakit lain dalam tubuh. Itu salah satu contoh urusan fisik. Karena kita makhluk berakal yang memiliki akal pikiran jiwa, dimana semua kejadian dan informasi tersimpan di dalam memori yang membentuk pemikiran dan perilaku, hal melepaskan pun terjadi pada pikiran. Tidak semua informasi dan memori yang kita alami baik untuk keadaan sekarang dan kedepannya, perlu pelepasan, seperti melepaskan emosi, melepaskan beban, melepaskan trauma, melepaskan pikiran agar lebih lapang. Salah satunya dengan sharing.

Terlepas dari introvert maupun ekstrovert, setiap dari kita sebagai manusia atas dasar kebutuhan untuk melepaskan, butuh sharing. Sharing bisa berbentuk ide, cerita (kejadian diluar dirinya, kejadian yg terasa langsung, pemikiran, curhat), dan melepaskan emosi (nangis, marah). Hal itu membuat kita membutuhkan yang lain, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Kita butuh teman curhat, untuk melepaskan beban mental dan psikis, kadang untuk mencari solusi, dan seringnya hanya sebagai pelepasan. 
Mendengarkan curhat bisa menjadi ladang amal, karena secara tidak langsung kita membantu orang untuk melepaskan sesuatu sehingga terjadi keseimbangan dalam dirinya dan bisa lebih baik, setidaknya bisa bermanfaat sesama manusia dalam skala tak terukur (tergantu konten dan orangnya, bisa kecil atau menjadi tolak balik yang besar). selain itu, tidak akan menjadi beban pikiran untuk yang dicurhati, jika kita mendengarkan dengan hati melalu empati, hanya saja bisa menjadi beban amanah jika pelepasan itu beraifat aib dan rahasia.

Melepaskan merupakan kebutuhan manusia dalam hidupnya, agar tidak seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja karena tidak ada yang dilepaskan dengan kata lain semua hal disimpan sendiri. Ini merupakan cikal bakal terjadinya bunuh diri, membunuh, depresi, yang dampaknya tidak hanya kepada diri sendiri, namun ke lingkungan sekitar. Semua dari kita perlu teman, teman untuk saling sharing. Layaknya pensieve bagi dumbledore.

Saturday, June 13, 2015

CAP

Setiap orang memiliki persepsi terhadap org lain, dengan kata lain, tiap org punya label dr lingkungan yg membentuk dirinya. si a yg dicap e, si b yg di cap c, dst. mau org itu berubah menjadi lbh baik/ lbh buruk. label itu tetap ada didirinya pada lingkungan tersebut. 

Misal: 
Seseorang bekepribadian ramai tp pemalu, sehingga lingkungannya mencap dia pendiam, maka dia bakal mengurungkan dirinya, menaham pikiran dan ekspresinya dan menjadi diam; Seseorang memiliki pikiran luar biasa dan sangat2 mampu, tp lingkungannya men-cap org lain yg dianggap mampu, maka ia tidak pernah dapat kesempatan untuk menunjukan kemampuannya; Seseorang pernah ninggalin org dalam situasi tertentu dengan segala pertimbangan, lalu lingkungan tersebut mencap dia tak setia, sehingga saat dia berniat baik mengorbankan ini itu, tp keburu ada org nyeletuk negatif "ah dia mah blabla...." maka niat itupun terurungkan. Jaman sma mandi sejam, sudah 10 tahun mandi hanya 7menit, namun semua org yg kenal semasa sma tetap menjudge "lama si ini mah mandinya, blablabla" dan mempengaruhi ini itu lainnya (contoh sepelenya).

Hal itu tanpa disadari masuk kedalam alam bawah sadar kemudian mempengaruhi dan membentuk sikap, pemikiran, dan mental seseorang. Menjadi lebih tertutup, tidak percaya diri, menilai rendah diri, dll karena label2 manusia lain. Dimana lebel itu tebentuk cuma dari satu waktu dan satu sisi, dari suatu sikap pada keadaan emosi dan situasi tertentu yg di generalisir menjadi image seseorang secara keseluruhan. Tuhan saja yang tahu kita gak pernah gitu, masa kita manusia begitu? :p

Tanpa disadari, kita semua pernah menjadi subjek maupun objek dalam situasi seperti itu. Kalau jadi subjek, berusaha lebih percevier drpd judging, semua hal berubah berusahalah lebih objektif meski perlu subjektif (berperasaan) dalam menilai sesuatu sesuai situasi tertentu. Kalau jadi objek, ya cari lingkungan baru yang benar2 menilai diri kita secara objektif bebas dari label2 masa lampau, sehingga kita bisa mengekspresikan diri dan berkembang menjadi lebih baik tanpa ada "pagar2" dr cap lampau.

wuallahualam bishawab.

Monday, June 1, 2015

Sudahlah

Layar kaca dinyalakan, menyerukan pencuci otak bagi penikmatnya tahun demi tahun, masuk luruh kedalam jiwa baru dari generasi ke generasi.

Semua melantangkan nilai yang dianggap benar pada dirinya masing-masing, menyerukan label, perubahan, masa lalu.

Pakaian dinas seolah-olah berprofesi sama, Lantang suara penyeru sang koruptur berapi-api keluar dari mulut yang diiringi kebencian terpupuk waktu dan informasi. terdengar dari kotaknya hingga ke kotak lainnya. 

Teriakan buang2 duit rakyat, dinilai rendah serendah penjajak birahi, dibalik itu semua ada ribuan bahkan jutaan seragam coklat yang benar-benar mengabdi pada negaranya dengan upah tak jauh beda dengan buruh pabrik, dengan tangungan anak istri yang untuk makan pun sudah sangat bersyukur, bahkan ada yg lebih dalam dari itu semua, torehan luka rendah diri terhadap anak seorang pegawai rakyat yang profesi orang tuanya sering di cap buruk.

Pernahkah berfikir sejauh itu disaat mencaci seorang/ sekelompok dlm suatu wilayah tertentu? Sudahlah, suara-suara keras arogan yang merasa berhak mengeneralisir, seolah2 sudah pernah mencek semuanya tanpa terlewat satu pun.

satu jiwa lumpuh dalam setiap cacian. satu jiwa mati dalam setiap kebencian.
berapa jiwa telah kau hilangkan lewat kata? 

- 1 Juni 2015 -