Thursday, April 18, 2024

18/4/24

Mungkin semakin dewasa, semakin kita menyadari: tak semua perasaan, keadaan, kondisi, perlu disampaikan atau di jelaskan. Ada hal-hal atau banyak hal yang akhirnya disimpan sendiri sekalipun disalahpahami, dianaiaya, dinilai buruk, dicemooh, dielecehkan, diabaikan, dianggap tak penting, dll. Membiarkan orang dalam pemahaman dan penialaiannya tanpa mengkomunikasikan apapun, menjelaskan, memberitahukan kebenarannya. Membiarkan orang memiliki ruang tumbuh, belajar, dan paham sendiri di suatu waktu nanti. 

Mungkin saat orang-orang itu mendadak mendapatkan kesadaran suatu kejadian, keadaan, perilakunya, dan efeknya sebesar apa pada orang lain (termasuk pada kita), kita sudah tak mampu mengingatnya lagi dan sibuk membangun hidup baru setelah berjuang mati-matian atas semua hal yang terjadi di masa lalu yang kadang dampak kekejian orang lain. 

Mungkin semakin dewasa, semakin kita menyadari, ada kehilangan-kehilangan dan kesulitan hidup yang justru menjadi ajang kenaikan spiritualitas dan kebijaksanaan diri. Kita akan mampu memahami banyak hal dari beragam sudut pandangn yang jauh lebih luas; kita mampu melapangkan hati jauh lebih lapang dan luas; kita mampu memaafkan diri sendiri atas semua hal yang terjadi termasuk membiarkan diri berada dalam situasi buruk dan mengizinkan orang  berbuat semena-mena pada diri; termasuk mampu menerima semua yang telah hadir dan berlalu dalam hidup tanpa ada penialain apapun (netral). 
------

Kadang ada hal-hal yang tak perlu disampaikan,
Kadang ada hal-hal yang cukup dipahami sendiri,
Kadang ada hal-hal yang tak perlu dijelaskan,
Kadang ada hal-hal yang dibiarkan berlalu,
Kadang ada hal-hal yang hanya diri dan 
Sang Pemilik hati ini yang tau.

Hingga pada akhirnya kesadaran dan kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya

Wednesday, April 17, 2024

17/4/24

Mungkin banyak yang sayang yang tak terucap
Mungkin banyak yang mau berkontribusi yang tak tahu
Mungkin banyak yang menjaga yang tak diperlihatkan
Mungkin banyak yang peduli yang tak dibicarakan
Mungkin banyak yang penasaran yang tak terlihat
Mungkin banyak yang ingin bersama yang tak berani

Mungkin banyak yang diam-diam memperhatikan dan mendoakan dalam diam. 

Ramadhan #29

Td pagi pas lg jalan kaki di halaman, mendadak mucul awareness dan clear aja. Rasanya netral dan ga munculin pikiran apa2, just knowing dan yaudah. Salah satu kesadaran yg muncul, ttg relasi. Saat dlm keadaan lack of, jd willing to do everything. Dan celah ini yg dimanfaatin taker to take advantages.

Kalo ada family, circle, byk candangan, ketemu org secara body/ interaksi hi doang tiap harinya even gak kenal. Secara tak langsung, "melindungi" diri dr predator2 yg cm mau taking/manfaatin. Krn nutrisi batin dan jiwa ok, cukup, gak malnutrisi. Jd pny filter siapa2 aja yg diizinkan.

Ramadhan #28

When you wear a veil, follow religious rules, yet still discriminate and even ostracize those who don't cover themselves perfectly, hmm...

My humble opinion, when our religious side align with spirtual maturity, we can see all the people through compassion and love (no matter who are they and what they decided about they life). No judgement, no assumption, no separation, no exclusivity.

Ramadhan #27

Ttg "rumah", ga semua org yg akrab dan relatives sekalipun boleh masuk. Jika memang di luar aturan, kenyamanan, apalagi mengancam, kita berhak mengusir dan tak membuka pagar sekecil apapun.  Masalahnya, dr kecil sering diajarkan untuk berbuat baik pd org lain, berpikiran positif, mendahulukan kepentingan org lain, hrs ini itu tanpa diajarkan berbuat baik pd diri sendiri dan memprioritaskan diri. Someyimes, budaya kolektif dan altruism lead to self confussion and abuse.

Realitanya: 
Gak semua orang itu baik, pny niat baik, dan layak diperlakukan baik, sekalipun satu darah. Gak semua orang2 yg sayang itu tdk akan menyakiti dan merusak. Gak semua kenalan akrab itu akan baik2 sana ke diri. Dan kita gak bs mengubah orang, jd kuncinya di diri. Apakah diri mengizinkan diperlakukan gak baik? Diambil keuntungan? Dimanfaatin? Di abuse? Di lecehkan? Jika tidak, ya jgn izinkan dan terima. Cm ya emang saat being assertive, too vocal, too honest, resikonya banyak orang yang gak suka, dibenci, di reject, diomongin, dijauhin, dll. Namun buat orang2 dan lingkungan yang sehat, dewasa, waras, bijak, sifat2 itu justru malah dihargai, di apresiasi, hal biasa, dan mempermudah relasi menjadi lebih baik, sehat, nurturing, dan nourishing

Ramadhan #25

Having fun, playfull, bermain2, bersenang2, ternyata salah satu kebutuhan dasar. Asal sama2 on the same page dan gak merugikan pihak lain. Tp biasanya emang tarik2an. Misal ada org fun nyiksa, akan narik/ketemu ma org2 yg fun untuk disiksa. Klo kasusnya gini, ya perlu disadari aja hal2 fun buat diri tuh apa. Jd bs memilih untuk stay/ hal lain. Misal, ada fun buat ngejar2, buat org2 capek/struggle/ effort bgt/ ngapain, buat yg lakuinnya sih fun dan ngasih pleasure bgt saat dapet.

Having fun, playfull, bermain2, bersenang2, ternyata salah satu kebutuhan dasar. Asal sama2 on the same page dan gak merugikan pihak lain.Tp biasanya emang tarik2an. Misal ada org fun dikejar, akan narik/ketemu sama org2 yg fun untuk ngejar2. Ada yg fun nyiksa, ya bakal ketemu org2 yg fun disiksa. Kalo kasusnya gini, ya disadari aja hal2 fun buat diri tuh apa. Jd bs memilih untuk stay di pola itu/ memilih hal lain yg berbeda.  

Kalo fun nya berbeda/ ga saling memenuhi  fun and pleasure satu sama lain, ga mereka gak akan bisa tarik2an/ menarik/ ketarik dan "dancing". Kaya kasus NPD dan condependecy kan gak akan bs danxing kalo dua2nya in the deep down gak menikmati dan fun even salah satu pihak suffering (krn keyidalsadaran dgn pola dan settingan nya). 
*dlm kasus fun yg berhubungan dgn org.

Ramadhan #26

Ttg gosip sesuatu yg fun tuh ya bener jg sih, makanya tanyangan "infotaiment artis" bs jd duit krn laku (ada audience nya). Jd dont take it serious kalo diomongin/digosipin org, bs jd org gosipin ya cm buat fun nya mrk, abis itu lupa. Mrk gak peduli2 bgt apalagi nge judge2 bgt. Ya just for info dan selewat2 aja. Kaya kita denger gosip kan yaudah aja, gak dijadiin sbg kebenaran utuh dan solid kan?

Friday, April 5, 2024

Ramadhan #24

Sebelumnya gak sadar kalau harta benda dan gaya hidup itu suatu hal yang penting dipertimbangkan dalam sebuah relasi. Hingga bertemu seseorang, di pertemuan dan interaksi pertama, ia menanyakan "kamu biasanya beli baju dimana? pakai merk apa?". Pernah ada kenalan "gilak lo hampir tiap hari makan gituan, semoga suami lo mampu kasih makan lo itu deh nanti". Dulu hal itu dianggap pertanyaan aneh dan komentar gak penting. Hingga 7 tahun kemudian baru sadar, kalau pertanyaan itu salah satu bentuk melihat gaya hidup, kenyamanan, level konsumsi, standard berpakaian, termasuk mengukur apakah orang yang berniat padaku mampu menafkahiku.


Sebagai orang yang tumbuh di lingkungan yang sangat mandiri, tak mengenal patriaki, tak kenal energy feminine (receiving), selalu terbiasa apa-apa sendiri, urus sendiri, pergi sendiri, sakit sendiri, repot sendiri, bahkan kecenderungannay selalu giving never taking. Sampai di momen sadar, kalau perempuan itu di provide, di protect, di sayang. Dalam agama, ada 4 laki-laki yang bertanggung jawab atas 1 perempuan (ayahnya, suaminya, sodara laki-lakinya, anak laki-lakinya), atas kehidupan duniawi maupun akhirat. Se dimuliakan itu perempuan dalam agama. Mungkin memang fitrahnya energy feminine perempuan muncul dan mengalir sehat, salah satunya kemampuan menerima. Sesederhana menerima bantuan, perhatiab, cinta, nafkah, dilindungi. 

Dulu mikirnya kalau perempuan punya kebutuhan X, ya harus mampu menafkahi diri sendiri. Sekarang, ya pasanganku harus mampu memberikanku X sekalipun aku mampu memenuhinya sendiri. Cara laki-laki memperlakukan perempuan, pada akhirnya cerminan akan kualitasnya sendiri. Karena gak semua perempuan mampu menerima loh. Gak semua perempuan suka bergantung, dijemput, dianterin, dibayarin, dijagain, ditemenin, di lindungi, dikasih, bisa dicintai (meski mampu mencintai). Aku termasuk seperti itu dulu. Hingga akhirnya mulai bertransformasi dengan belaja rminta tolong, membiarkan diri dibantu orang tanpa merasa hutang budi, mulai belajar menerima pemberian orang, mulai nyaman jika ada yang bayarin, mulai menghilangkan sunkan jika dijemput, mulai belajar melepas kemandiriannya sedikit. 

Pada akhirnya relasi yang sehat, terbentuk dari banyak faktor. Beberapanya adalah energy feminine dan maskulin yang seimbang, bagaimana sisi feminine perempuan bisa muncul (sekalipun perempuannya sangat maskulin: mandiri, bekerja, agresif, aktif, dominan, rasional, ngatur, dll) dan sisi maskulin laki-laki bs muncul (inisiatif, lead, protect, provide, action, active). 

Ramadhan #23

Sesuatu hal menjadi penting dan berarti, 
karena kita memberikan makna pada hal/ orang/ kejadian/ sesuatu itu. 

Misal: ada yg anggap mudik itu suatu hal penting/ keharusan meski tiap bulan ketemu. Gali2 deh, apakah krn menaruh keberhargaan diri dari penerimaan keluarga? dmn caranya mengikuti seluruh acara family sekalipun nyusahin diri sendiri? Apakah di layer bawahnya, ada perasaan kesepian sehingga butuh validasi keberhargaan dr family? Apakah layer bawahnya lg, ada memory trauma di abaikan/ di reject di masa kandungan? Atau sesederhana memang kangen ingin bertemu, atau ketidaksadaran mengikuti tradisi?

Tuesday, April 2, 2024

Ramadhan #22

Mengasihi dan mengasihani diri sendiri adalah dua hal berbeda.

Saat mengasihi, tandanya kita bersyukur pada diri sendiri, menyayangi, meraawat, menjaga, dan memperlakukan diri penuh kehormatan, kebaikan, kasih sayang, dan cinta tak bersyarat. Fokusnya pada diri sendiri untuk membuat diri lebih baik, lebih sehat, lebih luas, lebih tinggi; meningkatkan kualitas diri dan kehidupan diri. Termasuk saat menyayangi dan berbuat baik pada sekitar dan orang lain, dilakukan karena sayang pada diri sendiri dan berbagi kasih pada sekitar tanpa merusak, merugikan, dan menyakiti diri sendiri. 

Saat mengasihani diri sendiri, berarti diri memiliki judgement dan men-juduge diri sendiri less than. Bagaimana rasa syukur bisa tercipta dari energi menghakimi diri sendiri rendah dan kurang? Bagaimana rasa kasih dan cinta mampu tumbuh dengan baik dari penilaian menyedihkan akan diri sendiri? Bagaimana diri mampu menyayangi orang lain dan sekitar jika diri sendiri pun dianggap kurang dan menyedihkan? Alih-alih memberi karena diri berlimpah, yang ada malah berbuat baik, menolong, berkorban, mengurusi orang lain sebagai proyeksi mengasihani diri sendiri, dimana diri tak mampu menolong diri sendiri hingga fokusnya ke dunia luar. Fokusnya menolong orang, membantu orang, memprioritaskan orang, mengurusi urusan orang, sekalipun orang lainnya tak meminta. 

Rasa syukur muncul saat tak ada penilaian (judgement) pada diri sendiri maupun orang lain.
Rasa syukur tumbuh dari energy kasih (kasih pada diri sendiri, kasih pada orang lain, kasih pada mahluk hidup lainnya, kasih pada bumi, kasih pada alam semesta, kasih pada sang Pencipta yang rasa kasihNya tak terbatas untuk seluruh makhlukNya) yang berkembang menjadi keberlimpahan.
Dan keberlimpahan akan tumbuh menjadi energy yang terus memupuk hal-hal yang disyukuri semakin berkembang, semakin banyak, semakin hebat, semakin berlimpah. 

Ramadhan #21

Saat tak ada masalah dengan bentuk dan keadaan tubuh (kurus, berisi, gemuk, gendut, putih, hitam, belang, mulus, berjerawat, pendek, tinggi, sedang); Saat tak ada masalah dengan pergi dan datang ke tempat asing sendirian; Saat tak bermasalah melakukan aktivitas yang belum pernah di lakukan di tengah-tengah orang yang sudah berpengalaman bahkan lihai; Saat tak perlu validasi dan dukungan siapapun untuk melakukan hal-hal yang disukai, diinginkan; Saat mampu nyaman dengan diri sendiri dimanapun berada baik dengan orang-orang baru maupun sendirian; Saat mampu bahagia dan cukup dengan diri sendiri tanpa perlu mencari sumber dari luar; Saat mampu meregulasi sistem syaraf dan mendapati ketenangan dalam hitungan detik.

Mungkin hal-hal diatas sering dilakukan dan dialami dengan sangat mudah tanpa usaha apapun, terjadi bertahun-tahun, menjadi bagian diri yang jalan secara otomatis, hingga tak sadar bahwa itu adalah sebuah "privilage and power" yang mungkin lupa untuk disyukuri. Karena ternyata di luar sana banyak sekali orang-orang yang tak percaya diri dengan tubuhnya, yang tak berani melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat jika tak ada teman, yang tak yakin dengan dirinya sendiri, yang selalu butuh orang lain tanpa mengenal kemampuan dirinya sendiri. Hingga semesta mempertemukan dengan orang-orang seperti itu, mengamati sejenak berkotemplasi, dan sadar ternyata hal-hal yang mudah bagi diri belum tentu mudah bagi orang lain. Mungkin dari situ, akhirnya memunculkan rasa terimakasih pada diri sendiri.

Terimakasih telah mampu menerima tubuh seutuhnya,
Terimakasih telah mampu mandiri untuk melakukan sesuatu,
Terimakasih telah mampu percaya diri untuk pergi seorang diri,
Terimakasih telah mampu diandalkan untuk diri sendiri,
Terimakasih telah yakin dan percaya pada diri hingga tak perlu validasi siapapun. 

Ramadhan #20

Rejection: Feeling denied, refused or rebuffed; discarded as useless or unimportant; cast out; unwanted; forsaken.
Rejection tuh gede jg ya efeknya sampe bs leading to u worthy, deppresion, sucide. Sbenernya bukan ttg rejection itu cm info aja kalo kita ga masuk kriteria sesuatu/ preference org, just it. Yg jd masalah, mungkin cara org menginfokannya, dgn diemin, cuekin, ghosting, avoid, ngilang, nge gantungin, ga kasih closure, mixed signal, atau bahkan byk yg gak enak nge reject jd ttp pura2 baik/boong yg efeknya lbh boomerang.

Longing: To have a strong desire or craving; a yearning or pining; aching for; to miss someone or something; to want something you do not have (e.g. She longed for a different life).
Kadang longing sesederhana being heard, hugged, seen, loved. Dan ini bs stay sampe puluhan tahun sampe terpenuhi. Efeknya bs kmn2. Kadang ada org over achieve (akademik, kerjaan, karir, materi) dr emosi longing yg kependem. Longing di hargai misal. Krn wkt kecilnya gak pernah di apresiasi dan sering dikucilkan di lecehkan. Ada jg yg pny addiction (sex, games, shopping, porn, learning, dll) dr emosi ini.

Overjoy: Intense delight or elation which is too overpowering for the body; joy that it is a shock to the system.This one emotion will appear for any and all positive emotions that have become trapped.
Kadang ada kegembiraan2 yg tak bs, tak mampu, tak boleh di expresikan. Layaknya anak kecil menang lomba, saat mau cerita langsung di shut off care giver nya. Sampe jd gak ngerti gmn sih expresiin kegembiraan, dan bs dipake apa aja sih emosi joy berlebihan ini, ngalirinnya gmn. Berakhir stuck di badan dan munculin masalah2 lain. Seperti tanpa sadar body nya jd seneng sama penderitaan untuk mereda dan nutupin overjoy yg trapped di tubuhnya.

Ramadhan #19

Saat fasilitator/ mentor/ terapis/ dokter/ guru/ pemuka/ siapapun yang dianggap hirarkinya lebih tinggi untuk belajar, sadari apakah yg disampaikan masih murni awareness atau sudah masuk ke point of view/ judgement/ dogma nya. Sekalipun kita dalam posisi belajar, sebagai pelajar, pembelajar, never telen mentah-mentah omongan orang. Always crosscheck. And it feels heavy, just trust self.

Ramadhan #18

Mungkin ada orang-orang yang tak sadar dengan ucapan, perkataan, sifat, sikap, dan keputusannya yang ternyata menyiksa, merugikan, mempersulit, dan merusak orang lain sebegitu besar dan dalamnya. Dimana orang yang mengalaminya, tak menuntut apapun, tak dendam, bahkan tak sadar diperlakukan sekeji dan se dzolim itu oleh orang lain. Mereka fokus pada diri sendiri untuk keluar dari keadaan tersebut, untuk menyembuhkan dirinya, dan membangun hidupnya kembali yang telah porak poranda. Dan orang yang melakukannya tak peduli, tak ingat, tak sadar efeknay sejauh dan sebesar apa pada orang lain.

Hingga ada suatu waktu (entah memakan waktu hari, minggu, tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun), orang-orang tersebut tiba-tiba menghubungi, berusaha mengontak, hanya untuk meminta maaf. Maaf yang tak merubah dan memperbaiki apapun kecuali melepas rasa bersalahanya saat ia mendapati pencerahan dan kesadaran akan kejadian itu. Entah kesadaran yang muncul karena tiba-tiba mengalami hal sejenis, lewat mimpi intense, ataupun hal lainnya secara tiba-tiba. Kesadaran yang bisa jadi sebuah kenikmatan yang semesta kasih karena ada ruang untuk memperbaiki diri sendiri dan tumbuh lebih baik. Jika meomen sadar itu tak pernah di dapat, dan hidupnay berubah menjadi susah, menderita, hilang arah, bahkan penuh kegelisahan tanpa pernah tau sumbernya dari mana, bagaimana keadaannya bisa diubah?