Tuesday, July 27, 2021

Bagaimana Jika

Bagaimana jika Tuhan sudah mengabulkan semua doa diri lewat semesta?
Bagaimana jika semesta telah menghadirkan semua yang diri perlukan?
Bagaimana jika sebenarnya diri sudah mendapatkan yang dibutuhkan?

Bagaimana jika sebenarnya dirilah yang tak peka dengan petanda?

27/7/21

Bagaimana jika zona amanmu adalah keadaan yang chaos?
Bagaimana jika zona amanmu adalah berputar-putar pada hal yang sama?
Bagaimana jika zona amanmu adalah hidup stagnant dan stuck?
Bagaimana jika zona amanmu adalah menciptakan masalah?

Bagaimana jika kedamaian, ketenangan, keberlimpahan sudah mebghampiri, hanya karena sesuatu diluar "kenyamanan dan keamaan" dalam alam bawah sadarmu, maka hal-hal itu kamu tolak?

Dear universe, please show me how to get off from my comfort zone

26/7/21

Se toxic dan se disfungsinya orang tua,
Semerusaknya orang tua terhadap anak
Mereka masih mengusahakan untuk kebahagian anak.

Saturday, July 10, 2021

10/7/21

Terima kasih atas angin yang berhembus dari tadi pagi
Terimakasih atas pencernaan yang sehat dan lancar
Terimakasih atas makanan yang menyenangkan
Terimakasih atas hangatnya matahari

Terimakasih untuk hati yang tentram

Monday, July 5, 2021

5/7/21

Semakin hari, semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona.
Obat-obatan semakin mahal, tabung oksigen langka, semua berebut untuk kepentingan dirinya masing-masing. Entah untuk pengobatan mandiri di rumah, atau menimbung mencari keuntungan.
Rumah sakit penuh, pilih-pilih pasien mulai di lakukan.

Semoga dalam masa sekarang yang dihadapkan berbegai pilihan, termasuk memilah-milah pasien, bisa dilakukan dengan tepat dan bijaksana. Semoga para dokter dan pihak terkait tidak melakukan kedzoliman. Bahkan psikiater (tdk di semua rmh sakit) pun sudah mulai memilah-milah pasien, hanya menerima pasien lama. Lalu bagimana nasibnya pasien-pasien baru?

Para profesional mulai memilah prioritas dan mana yang akan dibantu dan dikerjakan. Kadang berdasarkan urgensi keadaannya, kadang berdasarkan judgmentnya, kadang berdasarkan kedekatan. Banyak orang yang menderita corona membutuhkan pendampingan psikolog. Menunggu jadwal hingga berminggu-minggu hingga depresi bahkan bunuh diri. Lain halnya jika sudah kenal, bisa minta 3 hari sekali ataupun setiap hari sekalipun pasiennya memiliki support systme lain.

Banyak ketidakadilan.
dan itulah dunia.

Saturday, July 3, 2021

Klakson

Tadi sore buka youtube, di home nemu video tentang orang yang marah-marah sampe nodong pistol ke supir truk. Barusan pas mau tidur, liat youtube, ada lanjutan video dari kejadian itu. 


Dari video pertama, diceritakan kalau ada mobil pajero ngambil jalan orang, terus supir truck itu kasih klakson. Mobil pajero ini berhenti, langsung mecahin kaca depan truck dan nyerang supir sampe nodong pistol. Di video kedua, pelacakan sopir pajero. Garis besar kejadiannya berdasarkan berita di video seperti itu.

Yang mau gw bahas adalah.....
Kalau kalian dalam keadaan tenang, damai, gak punya asosiasi atas klakson, dalam kejadian kalian ngambil jalan orang, pas di klaksonin kendaraan lain di belakang, reaksi kalian gmn?
Kalu gw jujur, woles. Karena gak ada yang di rugikan (gak nabrak, gak bikin orang celaka, dll), di klakson wajar, bisa jadi kendaraan di belakang kaget atau sebel jalannya gw ambil. Klakson itu kan cuma bunyi untuk warning sesuatu/ berkomunikasi antar mobil, gak ada definisi apapun lg kalo di gw.

Lain halnya dengan beberapa orang, ada yang kalo di klakson gak suka, marah, kesal, karena merasa harga dirinya direndahkan, jatuh, dianggap salah, ego nya kesonggol, kesinggung, yang berujung reaktif. Dari mulai kesel yang di pendam sendiri, marah-marah sendiri. Kalau posisi yg kasih klakson  sebagai tanda mau nyalip biar kita gak tiba2 pindah jalur, itu ada aja loh yg tiba-tiba jadi ngebut dan bales kasih klakson membabi buta.

Ada juga seperti pedagang, becak, pendorong gerobak, pejalan kaki, orang yang naik sepeda, dll, yang saat di jalan dapat klakson, mereka kesinggung. Ada yg diam, ada yg bergesture merendahkan, ada yang marah2, ada yg anarkis. Bisa jadi, kendaraan yang kasih klakson lg ngasih tau untuk "berhenti dulu" karena takut dia nyenggol dagangan/barang orang. Bisa jadi juga buat kasih tanda hati-hati ke pejalan kaki untuk lebih aware ada mobil alias takut ketabrak. 

Realitanya, dalam masyarakat kita, klakson sering dianggap sebagai bentuk arogansi. Jadi penasaran deh gimana sejarah dan prosesnya sampe si klakson ini bisa di persepsi sebagai sesuatu yang arogan dan kalau di klakson, diri jadi merasa "rendah". Kalau lagi jalan kaki, di klaksonin kaget jg sih emang. Dan tidak di pungkiri, memang ada aja mobil yang bentar-bentar klakson karena "arogan".

Buat yang tersinggung saat dapat klakson, bisa ditanyakan ke diri sendiri:
Sejak kapan dan dari mana kamu belajar kalau di klakson itu petanda diri salah dan harga diri jatuh?
*for gaining awareness. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Btw, bahas dikit tentang kasus pajero ya,
Kalau orang lagi tenang, santai, gak ada kejadian senggol menyenggol kendaraan, di klakson ya woles. Nah pertanyaannya kenapa supir pajero ini bisa sangat agresif dan reaktif? 

ini opini pribadi ya, bukan sebuah fakta.kebenaran (krn blm tervalidasi), kalo gw melihatnya psikis dia gak sehat. Bisa jadi dia lagi stress, banyak masalah, dan punya gangguan kepribadian, dimana klakson menjadi trigger traumanya (mungkin perasaan dilecehkan/ di blamming, tergantung persepsinya), pas kesengol lewat kejadian itu, langsung reaktif dan agresif nyerang pelaku (klakson). Aapalagi kalau di tambah dia lagi stress yang udah mau meledak, ada kejadian itu, ya abis supir truck nya jadi bahan pelampiasan. 

Saran, kalau ada kejadian-kejadian yang "anomali" semacam orang menganiaya orang lain (yang gak dikenal) cuma dari perkara sepele (di klaksonin), di cek dulu kesehatan mental dan jiwa nya. Kalau ternyata gak sehat, apakah adil mendapatkan hukuman yang sama dengan orang yang sehat secara mental? Kecuali kalau karakternya memang begitu alias gak punya gangguan kepribadian dan jiwa.

Orang yang sakit secara mental/jiwa (termasuk yang punya gangguan kepribadian), saat melakukan sesuatu yang melanggar hukum, di penjara. Apa jadi bikin sembuh, membaik, perilakunya berubah, dan jadi jera? Atau malah memperparah keadaannya? Bukannya yang kaya gitu harusnya di kasih terapi dan minum obat psikiater (dalam kasus2 tertentu)? Sama kaya kasus narkoba, bingung gw sampe skrg, knp pecandu harus di penjara? Apakah dengan di penjara bikin jadi berhenti dari narkoba? Bukannya harusnya di bawa ke panti rehabilitasi ya? Dia kan pemakai bukan pengedar. 

Dari sistem yang diterapkan dalam keseharian dari kita kecil, banyak yang menerapkan hukuman sebagai bentuk untuk mengontrol. Hukuman penjara, untuk mengontrol angka kejahatan, dengan harapan bikin jera. Hukuman ortu untuk mengontrol anak agar nurut. Hukuman di sekolah, untuk mengontrol pelajar agar mengikuti aturan. Lalu muncul pertanyaan, apakah mengontrol itu harus dengan menghukum? apakah hukuman satu2nya cara untuk mengontrol sesuatu? Kalo jawabannya iya, ya gak heran banyak orang-orang manipulatif muncul atau bahkan terbentuk. Karena hukuman dasarnya memanfaatkan rasa takut manusia. Ada orang yang saat takut/ merasa terancam diam, ngikut, sampe dirinya merasa aman. Ada yang berontak frontal dan berakhir konflik. Banyak yang menyelamatkan dirinya dengan manipulasi. 

Ok, sekian dulu, bahasannya jadi nyambung kemana2.
Semoga dapat insightnya ya.