Friday, July 29, 2016

Cerpen: Sekejut Mati


Bagaiamana rasanya, jika hari ini kamu tengah asik mengerjakan pekerjaan, mengejar karir, diselingi tawa lepas dikala malam ngobrol dengan teman-teman, sudah menyiapkan tiket traveling sendirian ke tempat yang diidam-idamkan dengan uang hasil kerja yang ditabung intens selama setahun belakang. Hidupmu berat penuh kerja keras, tapi kamu selalu tahu cara untuk bersenang-senang. Begitulah kamu menjalani waktu.

Lalu, seminggu kemudian, ada seorang laki-laki yang tak pernah kamu dengar sebelumnya, tak pernah bersingungan, tak pernah terpikirkan, tak pernah bertinteraksi selain berpapasan sekilas disebuah acara, datang ke rumahmu, berbicara dengan orang tua mu untuk meminangmu? Laki - laki sempurna untuk mu. Satu kufu, satu frekuensi, satu iman, satu visi, menetramkan. Anehnya, orang tua mu meneteskan air mata haru  dan anehnya lagi kamu langsung mengiyakan. Semua terjadi begitu saja, sekejut mati yang tak diduga dan tak dapat dihindari.

Dua bulan kemudian, yang harusnya menjadi moment terindahmu di tengah salju memakai jaket bulu angsa broken white, sepatu ankle boots warna khaki, pashmina, kupluk, dan sarung tangan kulit dusty pink, dengan lipstik wrna fuschia. Berdiri menatap indahnya senja di Barat, berubah menjadi moment yang jauh lebih indah tak terbayangkan sebelumnya. Karena ada laki-laki yang dua bulan lalu melamarmu telah menikahimu seminggu yang lalu kini ikut bersamamu ke tempat yang kamu idam-idamkan. Lalu, nikmat mana yang kau dustakan? 

Semua terjadi begitu saja. 
Hati yang terbolak balik, waktu yang mengejutkan, rejeki yang tak terduga, kasih yang saling terpaut.


Bandung, 29/7/2016

Monday, July 18, 2016

REM. Keep and Pause.

Dikala banyak yang mem feedback tanpa diminta, ada seorang teman, dia selalu menutup diri untuk mem feedback (kritik) seseorang. "Gak bagus sering-sering minta feedback. Gak bagus juga bentar-bentar ngasih feedback."

Setelah direnungkan, keputusannya  bijak. Dalam kehidupan yang heterogen ini, banyak sekali jenis manusia dengan segala keragaman perspektifnya. Jangan sampai feedback yang terlontar malah memberikan dampak negatif dan kurang baik bagi seseorang. Padahal feedback itu hanya sebuah perspektif seseorang, dengan kata lain subjektif.

Ada kalanya, perlu belajar me-rem tentang apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang orang lain. Memberinya ruang penerimaan agar merasa diterima dan bisa menyelesaikan tujuannya. Ibarat seseorang membuat sebuah lukisan, ditengah jalan "jelek banget, kok gitu, alah sampah, dll." Padahal yang dilihat hanya sebagian di waktu itu. Dan dampak terburuknya, orang tersebut bisa berhenti melanjutkan sesuatu yg sebenarnya akan menghasilkan lukisan bagus atau bahkan dia akan berhenti tak mau melukis lagi dikala punya kemampuan luar bisa. Dunia ini tak selalu dipenuhi orang-orang percaya diri yang bisa cuek dan terus maju. Banyak yang gampang terpengaruh/ percaya pandangan orang lain karena latar belakang yang tak pernah diketahui siapapun.

Feedback penting untuk mengukur perspektif diri dan perspektif orang lain terhadap diri sendiri. Masalahnya adalah, tidak semua orang bisa melihat diri orang lain secara utuh dalam rentang waktu yang utuh, tidak semua orang bisa untuk memilah-milah feedback, dan tidak semua orang dapat menyikapinya secara asertif ataupun cuek.

Sedikit yang dapat "melihat" potensi dan real people, banyak yang melihat dari aksi reaksi yang teraba indra (sensorik). Level tiap orang memperlihatkan dirinya pun berbeda-beda, sama hal nya dengan level orang melihat orang lain pun berbeda-beda. Semakin deep, semakin dapat menembus layer-layer, semakin dapat melihat aslinya. Be wise to "judge" (feedback).

Jogja, Juli 2016

Wednesday, July 13, 2016

Jogja, 13 Juli 2016

Karena banyak komplain tentang kosan terkait mas2 yang suka main masuk kamar, kamar diberesin tanpa ijin, dll. Diajak ngobrol sama bapak kosannya (berasa disidang, krn udah tau diri duluan terlalu blak2an dan sempet marah kesel).

Ternyata... Mas2 itu adalah anak bapak kosan yg autis. Ibu2 itu kakaknya yg pernah stress krn dulu ortunya berpisah, dll. Ya Allah, sedih banget deh dibalik uang puluhan juta yang ia terima tiap bulannya dr usaha kos2an, ada ujian lain yang sama beratnya. Jadi diingatkan untuk bersyukur dikasih mental yg sehat, pikiran yg cerdas, fisik yg sempurna, jiwa yang tenang. Karena banyak orang diluaran sana yang berjuang mati-matian untuk orang2 tersanyangnya dimana perjuangan mereka hanya bisa mentok sampai bantuan financial, tak merubah mental, pikiran, jiwa, dan pikiran seseorang menjadi lebih baik. 

Bapak kosan resign, nutup perusahannya, bangun kosan, hijrah ke tempat baru. Biar bisa ngontrol anaknya yg autis, biar bs punya peningalan bagi dia dikala dirinya meninggal. Ya. Orang tua dimana-mana sama, selalu ingin yg terbaik untuk anaknya. Kalau ibu ayah selalu bilang cuma bisa investasi ke anak lewat pendidikan dan menyekolahkan kami. Di luaran sana banyak yang harus berinvestasi dari harta karena tau anaknya kurang bisa mandiri untuk menopang kakinya sendiri krn beragam kekurangan dalam dirinya (kekurangan mental, jiwa, inteletual). 

Pagi ini, berasa digampar realita untuk merendahkan hati dan lebih peka pada sekitar. Kalau ada orang pintar, pasti ada orang bodoh. Orang bodoh sebagai ladang ibadah orang pintar, sama-sama saling menolong. Kalau ada orang gundah, pasti ada orang dengan kemampuan healing yg luar bisa. Yg satu tersembuhkan, yang satu bahagia bisa menolong orang. Pada akhirnya jadi bertanya kembali, apa kelebihan kita? Kenapa kita diciptkana seperti ini? Untuk apa? Untuk apa kelebihan itu ada didiri kita? Untuk apa kelemahan itu ada didiri kita? 

Orang-orang yang crosspath dengan kita selalu menjadi ladang ibadah untuk kita maupun mereka. Selalu ada peran pembelajar dan mengajari; menolong dan ditolong; memberi dan diberi; menyembuhkan dan disembuhkan. 

Wuallahualambishawab.
Jogja, 13 Juli 2016

Ibunya

Sesedih - sedihnya seseorang,
ada yang paling sedih, yaitu Ibunya.

Secuek - cuek nya seorang terhadap pandangan orang lain,
ibunya yang paling stress memikirkannya.

Sejatuh - jatuhnya seseorang sampai babak belur dengan kuat terus bangkit,
hati ibunya menangis menyaksikannya. 

Senakal - nakalnya seseorang,
ibunya yang paling sedih memikirkan nasib akhirat anaknya.

Sehancur - hancurnya seseorang, 
hati ibunya yang paling hancur melihatnya.

Semakin dewasa, banyak hal yang tak sepaham, banyak hal terjadi diluar kendali. Semakin ke tengah lautan dalam, ombak pun semakin dasyat, biarlah diri menyimpannya dengan rapih. 

Kalau ada yang bertanya: kok anak dan orang tua gak tau apa2? Emang gak saling komunikasi?

Maaf, kami diajarkan untuk menyelesaikan urusan sendiri dan seiring waktu kami belajar untuk tak menambah kesedihan di hati orang tua yang sudah sering tersakiti tak sengaja.

Tuesday, July 5, 2016

Ramadhan #30: Beruntunglah

Beruntunglah yang masih memiliki ibu. Atas doa-doanya telah menjadikan kita seperti ini. Penuh keberuntungan, terselamatkan dari bahaya, terselesaikan segala urusan dengan baik dan lancar, terlindungi dari keburukan dunia, terjaga. 

Beruntunglah yang masih memiliki ibu.
Atas air matanya dalam rintigan sepertiga malam, semua cita-cita kita menemukan jalannya, hati yang keras berangsur melunak, pikiran buntu menemukan cahaya, kegundahan jiwa perlahan mereda.

Beruntunglah yang masih memiliki ibu.
Memberikan peluang bagi kita untuk meraih pahala melaluinya, berbakti, menjaga hatinya, menyayanginya. Meski itu semua tak akan sebanding dengan segala perjuangan dan pengorbanannya terhadap kita.

Beruntunglah anak gadis yang masih memiliki ayah. Masih dapat dinikahkan oleh orang yang paling menyayangi dengan tulus semenjak masih di kandungan. Atas segala doanya, menghantarkan pada jodoh baik yang terbaik. 

Beruntunglah yang masih memiliki ibu dan ayah, masih banyak pintu yang akan terbuka untuk keberhasilan kita di dunia dan akhirat melalui doa-doanya.

Beruntunglah yang masih bisa bertemu dengan keduanya tiap tahun, tiap bulan, atau bahkan tiap hari. Karena di luaran sana, banyak jiwa yang saling menahan rindu bahkan saling mencari.

Ramadhan #30

Monday, July 4, 2016

Ramadhan #29: Society



1. kita harus berbuat baik biar orang baik juga sama kita.

2. kita harus menolong orang, biar kalau susah ada yang nolongin.
3. berbagi itu perlu biar bermanfaat dan dapat pahala.
4. kalau gak punya uang nanti sedih gak bisa bantu orang.
5. apa kata orang?
6. nanti orang mikirnya gimana?
7. sama siapa? Jangan sendirian
8. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau cuma pengen ngurus anak dan rumah tangga?
9. Gak boleh nanti dosa. dst.

Pernah denger ga poin 1-9?
Kalau saya sering denger dari kecil karena berada dalam lingkungan seperti itu. Semenjak kecil pula selalu merasa ada yg aneh dan berontak tentang hal itu.

1-3. Kok kesannya pamrih. Doing good mah ya doing good aja, kok jd ngarepin balasan termasuk balasan pahala.

4. Emangnya bantu org hanya lewat materi? Kita dikasih Allah fisik, pikiran, waktu. Bisa bantu lewat pemikiran, leqat fisik misalnya ngangkut-ngangkut, bahkan senyum pun sudah sodaqoh dan bantu orang berada dalam kompas positif.

5-6. Apa urusannya pikiran pandangan dan penilaian orang terhadap kita? Mereka siapa? Tuhan? Bukan. Pandangan orang ya itu urusan mereka. Kalo selalu mikirin apa kata orang, nanti hidupnya gak bahagia, gak menjadi diri sendiri. Karena orang lain punya perspektif masing-masing dan blm tentu benar karena hanya melihat beberapa chapter diri kita dari ribuan chapter. 

7. Ini poin yang sempet nuruni self esteem pas ga ada yg bs nemenin dan bikin jadi takut ngapa2in kalo ga ada temennya. Konyol. Seiring waktu jd belajar kalau ada kalanya kita harus berdiri diatas kaki sendiri, berjalan sendiri, belajar nyaman dengan diri sendiri. Its okay to walk alone, asal jangan jadi loner aja.

8. Ini paling aneh yg pernah didengar. 
Kok kesannya pendidikan itu sebagai alat timbal balik yang harus balik modal secara materi. Kok semua dinilai dari materi? Kok mengurus anak dan rumah tangga dinilai rendah daripada menjadi "pegawai'? Agak kurang seimbang.

9. Kalau ini setuju. Meski kadang mikir, agak aneh untuk beberapa kasus. Misalnya: jangan nebang hutan nanti dosa. Bener sih. Cuma kok kok gak diajari dengan pandangan lain ya? Pandangan gak boleh karena dampaknya bisa buruk thdp lingkungan, kasian pohonnya (diajarin sayang sama tumbuhan), diberi alasan yg lebih ilmiah thdp proses, dsb.

Subjektif bgt ya ini tulisan, kalau jeli bisa dapet pemahaman lain yg InshaAllah bermanfaat, tergantung dr daya tangkap dan tingkat pemahaman pembaca :)

Intinya mau sharing: its okay to be different. its okay to think, to analyze, to ask, and to find another reason personally. Semoga apa yang kita lakukan jauh dari segala logika pamrih (baik biar dibaikin lg, baik biar dpt pahala, baik biar gak diomongin manusia, dll).

Ramadhan #29

Ramadhan #28: Membangun Peradaban

Pernah kenal satu orang dengan mimpi segudang. Saat lulus dia bekerja demi membantu orang tuanya. Keluarga sederhana. Lalu bapaknya bilang "kalau kamu masih ingin menjadi (cita2nya) kejar mimpi kamu, urusan biaya adik-adik biar bapak yang urus". Mengharukan. Banyak di dunia nyata menemui orang tua yang menginginkan anaknya cepat-cepat bekerja agar bebanya cepat-cepat berkurang dan bisa memberi ini itu thdpnya dikala orangtuanya masih produktif. Sedih. Padahal hidup orang tak selalu linear, tak selalu memiliki pola yang sama, tak selalu punya tujuan dan goal hidup yang sama. Banyak sekali orang-orang dengan visi jauh kedepan, dengan mimpi yang jauh lebih holistik, yg memikirkan banyak orang diluar keluarganya.

Kalau ada pola dlm keluarga yang turun temurun sama. Sekolah-kerja-nikah orientasinya hanya sebatas untuk diri sendiri dan innercircle tanpa mimpi holistik bayg luas dan terintegrasi. Maka harus menjadi pemberontak untuk merubah semua sistem dan pola. Ada satu generasi yang akan sangat berkorban dan sangat bekerja keras demi membentuk pola baru yang akan merubah masa depan generasi-generasi dibawahnya. 

Hal terkecil yang harus diubah adalah diri sendiri. Dengan menjadi lebih baik, lebih lapang, lebih luas jiwanya, lebih kaya pengalaman dan wawasanya, lebih dan lebih terus haus akan hal baru dan berkembang dengan hati yang sensitif untuk merasakan sekitar dengan jiwa sosial yang tinggi atau purpose lainnya. Setelah itu, cari pasangan dengan vision dan purpose yang sama. Barulah mulai membangun peradaban lewat berumahtangga dan anak-anak yang nanti akan Tuhan titipkan. Ini alasan mengapa mengembangkan diri dan mencari pasangan bukan hal sederhana dan sedijalani. Butuh persiapan matang, waktu yang tak dikit, kesabaran yang tak terbaras. Karena tujuannya bukan hanya untuk diri sendiri dan untuk orang2 saat ini. Tapi untu masa depan yang lebih holistik, untuk calon anak cucu, dan generasi - generasi selanjutnya.

Ramadhan #28

Sunday, July 3, 2016

Ramadhan #27: Dibalik Orang Hebat

Habibie emang keren banget. Selain dirinya yang super keren. Orangtuanya keren banget, mrk ngajarin bahasa asing sejak anak-anaknya masih kecil, mengakomodasi kehausan dan keingintahuan si anak dengan filosofi, ilmu pengetahuan, dan wejangan - wejangan bijak. 

Hipotesa awal: orang-orang hebat terlahir dari keluarga susah/ keluarga cerdas/ keluarga penuh disiplin/ bahkan terlahir dr lingkungan yg mengasingkannya seperti einstein dan para tokoh hebat lainnya yg terkenal setelah meninggal, tp perjuangan hidupnya sangat perih, bukan masalah miskin gak bisa makan, namun secara mental dan psikis mereka "dipaksa" hidup sendiri menjadi "single fighter". Ada yg keluarganya membuangnya, ditinggal istrinya, dicemooh lingkungan, diolok-olok, dikatain bodoh, pendidikan gak selesai, dll.

Mereka hidup untuk menghidupi keyakinannya dan pada akhirnya berhasil menghidupi omongannya sendiri dgn kerja keras dan sabar. 

Tuhan Maha Adil. Gak ada manusia sempurna, selalu ada yang dikurangi saat ada satu bagian hidup kita yg dilebihkan-Nya. Selalu ada yg dilebihkan-Nya saat ada bagian hidup kita ada yg kurang. Semua berada dalam neraca porsi yang pas menurutNya.

Ramadhan #27

Friday, July 1, 2016

Ramadhan #26: Atribut

x: kerja dimana?
x: dulu kuliah dmn?
x: ambil jurusan apa?
x: kegiatannya apa aja sekarang?
x: rumahnya dmn?
x: orangtua dmn? kerja dmn?

Pernah tidak dapat pertanyaan sejenis itu? atau mungkin menanyakan hal itu?
pertanyaan yang sering muncul dalam sebuah proses mengenal orang baru termasuk saat mengenal orang lama yang dulu hanya sekedar tau nama. Biasa saja sih, tidak ada yang aneh. Ada sebagian orang dari pertanyaan tersebut akan berlogika dalam menilai seseorang. "kalau kuliah disitu, berarti dia kaya ya, pinter. kalau orang tuanya kerja disana, tandanya kaya. kalau kerja disitu tandanya mandiri dan bisa menafkahi diri sendiri dikala menikah, kalau rajin solat berarti soleh ya bisa membimbing (padahal manusia naik turun imannya, kedepannay tak ada yang tau, tak seideal yang dilogikakan)kalau kalau kalau lainnya" sebuah pikiran logis sebab akibat yang direka-reka oleh logika sendiri. Ya, itupun tak salah, hanya akan menjadi ironi dikala saat memilih pasangan atau menikahinnya karena atribut duniawi dan atribut logika.

Semakin dewasa, penilaian terhadap atribut ini semakin besar dan sering terjadi. Semakin sulit pula mengenal seseorang secara utuh, secara "telanjang". kenapa? dari pertanyaan tersebut, pasti ada saja yang merasa terintimidasi, tidak nyaman, ataupun minder yang berakhir diam, tidak menceritakan, atau bahkan berbohong. Ya tak ada yang salah juga dengan pertanyaan tersebut, karena setiap orang memilki cara tersendiri dalam mencari informasi.

"hallo, saya x, saya alumni xxx, sekarang bekerja di yyy, kegiatan saya zzz."
adapula cara orang mengenalkan dirinya dengan membawa atributnya. Padahal siapa yang nanya dia kuliah dimana? kerja dimana? sekaya apa? dll. "halo, saya y temannya z (org yg kita kenal), salam kenal". Terasa lebih manusia, memeprkenalkan diri sebagai manusia dan relasi.

a: kamu mau nikah sama dia ga? anaknya kiyai loh
a: dia kerja di xx, udah pasti mapan, ganteng pula, blabla
a: dia lulusan yy, udah doktor, blabla

so? emang kenapa kalau anak kyai? bakal soleh juga? kalau soleh bakal nyambung ga pas ngobrol? bakal beneran tulus ga? | kalo kaya mapan terus kenapa? bisa ngajak ke surga? gak bakal kasar? bakal nyambung secara prinsip dan value hidup? | kalo doktor knp? beneran cerdas atau jago berstrategi? penelitiannya beneran wah atau cari aman? punya jiwa sosial yg tinggi atau cuma mikirin diri dan circlenya saja? Sebagian orang akan bertanya-tanya dengan segala atribut seseorang, namun banyak orang yang akan tergiur dengan segala atribut yang ditawarkan. Lalu saat berhubungan lebih lanjut, saat semua sifat aslinya keluar, saat semua keburukannya muncul, saat dinamika hidup bergelombang jatuh dan bangun, yakin semua sesuai logika? yakin bisa menerima? 

Atribut, sesuatu yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang akan ditanggalkan ketika di "rumah". Jangan sampai matah hati dibutakan oleh atribut seseorang yang merangsang logika dalam memutuskan suatu keputusan penting dalam hubungan dengan manusia sebagai partner hidup. Kadang, pergi ke tempat asing, meinggalkan atribut, lalu bertemu dengan seseorang asing yang tak membawa/ memunculkan atributnya, maka interaksi yang terjadi adalah interaksi asli, nyata, melihat seseorang dari hati, pola pikir, dan potensinya. bukan dari atributnya, tapi dari hatinya yang terpancar lewat sikap, pola pikir, dan perilaku. 

Selamat meninggalkan atribut sejenak, 
Selamat menemukan dan ditemukan oleh seseorang yang terpikat oleh kecantikan/ kebaikan hati bukan dari atribut.

Ramadhan #26

Ramadhan #25