Wednesday, June 29, 2016

Ramadhan #24: Sederhana

Sebulan ini, bertemu dengan orang-orang penuh kesederhanaan, semua dalam komposisi yang pas. Bergaul dan bertemu dengan orang-orang seperti itu memberi ketentraman tersendiri. Saya pun termasuk orang yang tak sederhana, baik dari segi konsumsi benda, makanan, berfikir, bertindak, bergerak, memutuskan. Ribet. Anehnya selalu dipertemukan dengan orang-orang sederhana yang menyadarkan dan mengingatkan. Mungkin ini yang namanya keseimbangan hidup. hahaha
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kadang berfikir, apa yang membuat sesuatu menjadi rumit? Padahal hidup sesederhana lahir - hidup - meninggal. Selesai. Lalu selama proses hidup pun tak ada yang menuntut harus kaya, harus pintar, harus keren, harus sempurna, harus bisa ini itu, harus dan harus lainnya. Kalau kembali ke dasar, selama proses hidup kita cuma disuruh buat beribadah. udah. kelar.

Kesederhanaan pun terlihat dari pemikiran dan tindakan seseorang dalam memutuskan. Sesederhana, lapar? ya makan, selesai. Batal pergi? yaudah refund tiket, kelar. 

Pernah melihat rumah gerobak? yang sekeluarga (terdiri dari bapak, ibu, dan beberapa anaknya) tinggal di gerobak? Luar biasa ya mereka bisa sangat sederhana menjalani hidup tanpa banyak tanda tanya dan kecemasan. Keren. Padahal mereka belum tahu hari ini makan apa, tidur dimana, bakal hujan apa tidak, kalau mau buang air besar di tengah jalan gimana, nanti anaknya disekolahin dimana, kalau gak sekolah nanti anaknya gimana kedepannya, bakal mandi dimana, hari ini ke jalan mana. Yang lebih hebatnya adalah, mereka sebuah keluarga, berarti ada seprang perempuan dan laki-laki yang menikah lalu memiliki anak yang dikandung dan dilahirkan. Gimana ya moment dimana saat orangtuanya bisa mengijinkan anak perempuannya menikah dengan laki-laki yang tak menetap (tempat tinggal maupun pkerjaan). bagaimana mereka bisa setuju dan melepaskan tanpa tahu anak perempuannya dikasih makan apa, bakal tinggal dimana.  Lalu saat hamil, dikala pada umumnya orang hamil kontrol ke dokter, mereka santai saja. dikala orang hamil ribet ngatur makan dan olahraga serta perawatan ini itu, mereka bisa santai dan semua baik-baik saja. Kadang penasaran, saat melahirkan bagaimana ya? melahirkan sendiri? dibantu oleh siapa? atau bagaimana?

Dan... mereka menjalani hidup dengan sederhana, termasuk berfikir sederhana, menjalani hari ini sebagai hari ini, hari esok ya urusan esok. Ada kekuatan besar yang tumbuh dibalik kederhanaan. kekuatan keyakinan, kekuatan menghemat energi, kekuatan fokus, kekuatan menjaga diri dari stress, kekuatan menyelesaikan sesuatu lebih cepat, dll.

Ramadhan #24

Tuesday, June 28, 2016

Ramadhan #23: Proses

Proses, butuh waktu, makan waktu. 

Seseorang yang berhasil dapat beasiswa ke salah satu universitas di Eropa, melewati proses panjang yang hanya dirinya yang tahu. 12 tahun sekolah formal, 4 tahun kuliah, 6 tahun belajar bahasa, 2 tahun persiapan, 16 tahun memupuk kesabaran dan semangat. 

Seseorang kaya raya pun berproses dalam setia inci kemajuannya, jatuh bangun, dari yang yakin hingga hilang keyakinan, dari punya rumah sampai tidur di jalanan, dari yang banyak teman hingga seorang diri dalam kegagalan. Gak ada yang instant atau kilat. Cepat lambat keberhasilan pun tak semata-mata kerja keras, ada takdir waktu diluar kendali manusia.

Kita memiliki banyak toples dalam kehidupan. Saat toples yg satu masih kosong, ada toples lain yang terisi penuh tanpa sadar. Isi dan level kepenuhan toples-toples ini berbeda satu sama lainnya. Ada yang sukses karir, namun hatinya sepi. Ada yang gagal terus, namun kaya atas kebijaksanaan. Ada yang belum keliatan bunga mekarnya, namun akarnya sudah sangat kuat siap untuk menjaga agar tak goyah ditiup angin saat pohonnya tumbuh besar nanti. Ada ini itu banyak sekali. 

Selama memiliki tujuan, semuanya berproses, bergerak, berkembang, bertumbuh. Sabar kunci utama, sabar dalam kerja keras maupun sabar menghalau lingkungan negatif yang dapat merusak keberhasilan proses tersebut. Seperti uji coba kimia, dalam proses pun pasti ada gangguan secara internal maupun eksternal. Masalahnya bagaimana gangguan eksternal itu justru datang dari lingkungan internal? 

Sesuatu yang cepat datang, akan cepat pergi. Tak ada kualitas baik tumbuh dalam waktu singkat. Seperti makanan, gak ada ceritanya fast food/ makanan instan lebih baik dr makanan organik. Semakin baik kualitas, semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam prosesnya. Seperti masak soto dengan bumbu instan yang siap cemplung dengan bumbu alami yang perlu persiapan. Dari rasa sudah beda, dari gizi sudah beda (yang satu telah mengalami proses kimiawi yang tak memungkiri adanya pengawet) yg satu masih alami dari alam. Sama halnya dalam persiapan proses sesuatu. Seperti seorang pesilat yang perlu belajar kuda-kudaan diawal lama hingga kuat, baru mulai berjurus. Bedanya dengan yang langsung belajar jurus dikala kuda-kuda blm siap adalah saat tanding.... Akan kelihatan mana yang lebih kokoh dan stabil. Seperti mendesain, setengag waktu deadline digunakan untuk research, seperempat untuk brainstorming, sisanya mendesain teknis. Hasilnya akan beda dengan yang langsung mendesain tanpa reaearch mendalam. Proses, sebuah urutan penting dalam sebuah kualitas.

Ramadhan #23

Ramadhan #22: Kepercayaan

Singkat cerita, saya melakukan perjalanan panjang mengunakan mobil pribadi, kalau kata maps sih 10 jam. Alhasil, minta tolong seorang teman untuk nyupirin si rushy (nama mobil saya). Teman yang baik ini akhirnya mau, dengan syarat, setelah mengantar sampai tujuan, dia minta dibayarin tiket pesawat pulang. Kami pun sepakat. 

Obrolan selanjutnya, 
a: "eh, tapi lo percaya ma gw ga tie?"
u: "nggak"
a: "yah susah kalo gitu"
u: "yaudah sampe ketemu besok ya, perjalanan malem aja kita"
a: "okey"

*Pada akhirnya saya pergi sendirian dengan waktu tempuh 13 jam, capek gilak cuy. luar biasa dah supir-supir lintas provinsi yang tiap hari nyetir jauh.

Dialog singkat, bikin mikir tentang betapa pentingnya sebuah kepercayaan.
Misal, ada orang nyetir, ada yang percaya di setirin dia, ada yang gak percaya. Hasilnya pun berbeda, orang yang percaya, mampu memberikan aura positif yang bikin supir nyaman dan jadi lebih berhati-hati. Nah yang gak percaya, tanpa disadari ngasih aura negatif idmana tiba-tiba banyak komentar gak jelas, bikin panik selama perjalanan, yang berujung memperbesar potensi kenapa-kenapa, malah bahaya. Bukan perkara supirnya jago atau tidak, justru kepercayaan penumpang jauh lebih mengendalikan keadaan supir dalam kenyataannya. Cobain deh, nyetir di tempat macet misalnya,
Sikon A dapat penumpang sabar, menyenangkan, percaya. 
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan? 
Sikon B dapet penumpang bawel, suudzon gak percaya ma kita, dan panikan gak jelas. 
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan?
Kualitas nyetir kamu baik, dari 2 sikon tersebut, respons dan hasilnya bakal sama ga?

Analogi naik mobil dari satu tempat ke suatu tujuan dengan melewati perjalanan, sama halnya dalam kehidupan. Kehidupan pekerjaan, percintaan, relasi. Kalau tidak adanya kepercayaan, ya susah, susah jalan dengan baik. Masalah kualitas dan hasil, kadang jadi hal kesekian, karena kepercayaan justru bisa merubah itu semua. Merubah keadaan baik jadi buruk, merubah kualitas biasa jadi luar bisa, dan sebaliknya.

Ada pengalaman, pergi sama orang dimana dia gak percaya dan punya persepsi saya bakal ninggalin. Dia gak bilang, tapi apa yang terjadi? yang awalnya loyal gak kepikiran ninggalin, jadi tiba-tiba ningalin. Ada juga teman yang gak percaya nitipin tiket bus karena takut hilang, alhasil setelah dikasih ke saya, dia ambil lagi, pas mau naik bus, tiketnya ilang sama dia sendiri. Pas ngobrol-ngobrol, akhirnya cerita kalau dia gak percaya. Ya gak apa-apa sih, hak setiap orang untuk percaya atau tidak, dan kita pun gak punya kewajiban untuk meyakinkan orang kan? Dari kejadian itu, jadi mikir kalau pikiran punya kekuatan merealisasikan sesuatu, baik atau buruk. sekalipun cuma diri sendiri yang tau. Hati-hati dengan pikiran. (ngomong sama diri sendiri juga).

Kamu Percaya?
Kamu Yakin?
ok.

Ramadhan #22

Ramadhan #21: Dikejar Rejeki


* Karena ada urusan pekerjaan beberapa hari di luar kota yang cukup intens, jadi telat nulis satu tulisan tiap hari selama Ramadhan. Bakal dibayar hutang komitmen menulis secepatnya hehe.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pernah gak kalian ngindarin sesuatu tapi hal itu terus datang?
menghindari kesempatan, pekerjaan, teman, atau benda?

Misal, ada seorang teman tiba-tiba ingin memberi sebuah boneka buat kalian, tapi kalian nolak karena takut merepotkan, alahasil teman itu tak jadi memberi. Lalu sesampainya dirumah, tiba-tiba ada sebuah bingkisan besar yang berisi bonek yang sama dengan yang teman tawarkan, namun boneka tersebut berasal dari pemberian ayah dimana ayah dapat dari koleganya. Berarti boneka itu memang rejeki kamu, mau menghindar bagaimanapun bakal tetap mendatangi.

Ada juga contoh lain tentang pekerjaan misalnya. Ada tawaran pekerjaan, tapi lagi males ngurusin hal duniawi, alhasil ditolak. Tapi berkali-kali ditolak dan ngasih rekomendasi orang lain, epekrjaan itu balik lagi ke kamu terus. Sampai titik akhirnya kamu mengerjakan. Tandanya si pekerjaan itu memang untuk mu, rejekimu.

Atau contoh lainnya, kamu udah hemat-hemat uang biar bis apunya bekal cukup saat traveling, dijalan uang itu hilang. ya itupun rejekimu. Rejeki bukan selalu sesuatu yang bertambah dan baik kan ya? tapi suatu kadar. baik dan buruk.Tandanya rejeki mu ya diluar uang yang ditabung. Mau menghidari bagaimanapun, akan tetap datang mengejar.

Teringat kalimat: "Tidak akan mati anak adam, hingga semua rekeinya telah datang padanya". Seinget saya begitu kalimatnya, cmiiw yak kalo salah

Kemarin, ada beberapa kejadian yang bikin makin yakin dengan hal tersebut. Semua datang pada waktu yang tepat, dan rejeki datang sendiri. Jadi ceritanya, ada sesuatu yang sedang diusahakan, kerja keras mati-matian tapi lepas dan ilang terus. Sempet sedikit hopeless dan ilang kepercayaan pada diri, apa yang salah. Tidak lama kemudian, ada hal yang tak pernah diusahakan sama sekali tiba-tiba menghampiri dan malah jauh lebih besar. Ada pula yang diatang, meski ditolak berkali-kali, tetap menghampiri. aneh ya? Ya intinya itu, mau sharing, dont so worry, everything will be okay. Semua udah diatur di lauhmahfuzh jauh sebelum bumi diciptakan, kita hanya berusaha sebagai ibadah, karena rejeki sudah ada kadarnya masing-masing.

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud: 6).

Ramadhan #21

Saturday, June 25, 2016

Ramadhan #20: Kehilangan Diri

Kalau mau sedikit berjeda dan mengambil jarak untuk merenung, memperhatikan, dan merasakan sekitar. Banyak sekali jiwa-jiwa hampa yang kehilangan dirinya. Banyak sekali yang berusaha fit in society dengan melakukan apa yang kebanyakan orang lakukan dengan landasan "apa kata orang" yang tanpa sadar telah menghilangkan diri aslinya sendiri. Tenggelam dalam nilai society. Sebuah nilai dan perspektif yang disepakati oleh mayoritas, ya nilai kesepakatan bukan nilai mutlak kebenaran. Nilai dan perspektif yang akan berbeda nilainya jika diterapkan di tempat lain. 

Berapa banyak yang benar-benar muncul menjadi dirinya sendiri? Sebanyak yang berani menjalani kata hatinya, berani mengungkapkan pikirannya, dan berani dibenci oleh sebagian. Untuk menjadi asli, pasti akan selalu ada yang suka dan ada yang benci. Layaknya sebuah penelitian, ada tesis dan antitesis. Begitulah hukum keseimbangan alam. Semakin asli, semakin berbeda. Semakin berbeda, semakin susah cocok dengan society. Semakin gak peduli apa kata orang, semakin bahagia (pada sisi lain). Bahagia karena menjadi diri sendiri, tak ada beban yang dipendam, tak ada rasa yang dimanipulasi diri, tak ada hasrat tertahan.

Kadang, keaslian akan bersingungan dengan kata pembangkang. Namun tetap dalam koridor sebagai manusia dewasa, dengan kata lain berani bertanggung jawab, menerima segala kosekuensinya. Its okay to be real you. Its okay to be different. Because Its your life, your journey, your soul. Its You.

Selamat menjadi diri sendiri, selamat bahagia, selamat bebas :D

Ramadhan #20

Friday, June 24, 2016

Ramadhan #19: Keep Swimming

Masih terinspirasi dari film Finding Dory.
Dalam pencarian orang tuanya, Dorry ditemani si Gurita (lupa namanya) menuju suatu area. Sebelum sampai ke area tersebut, mereka terjebak di kolam dimana anak-anak bebas menyentuh semua yang ada di kolam, termasuk para binatang. Kolam dimana si gurita merasakan trauma besar terhadap manusia, khususnya tangan anak-anak. Saat masuk ke kolam, suasana histeris dan menakutkan menyelimuti aura temoat itu, semua binatang berteriak dan mencari tempat persembunyian menghindari sentuhan kasar tangan jahil, tak ada yang bergerak dari tempat perlindungan, termasuk sang gurita yang masih heboh cari tempat aman. Bagaimana bisa sampai ke tujuan, kalau di tempat itu tak bisa keluar karena terlalu sibuk berlindung tak bergerak? lalu Dory berkata "keep swimming". Si gurita pun mulai bergerak dengan rasa takut yang semkain menjadi-jadi, hingga ada tangan kecil menyentuhnya, seketika kolam hitam dengan tinta yang dikeluarkannya dikala terancam. Anak-anak pun berhamburan, lalu mereka keluar dari kolam tersebut dan sampai ke area yang dituju.

keep swimming = keep moving = bergerak.

Dari film Dory, jadi mikir, salah satu bentuk perlindungan diri terbesar adalah dengan terus bergerak. Seperti main catur, putih ditakdirkan agresif untuk menyerang, dengan adanya aturan main ia jalan duluan. Sedangkan hitam, ditakdirkan untuk berlindung. Hitam berlindung tak serta merta dengan berdiam diri atau berjalan mundur, tapi dengan terus maju kearah lawan, hitam mempertahankan dirinya dengan terus maju, terus bergerak. Sekalipun ia tahu akan kala dimakan kuda misalnya, ia tetap maju sambil menyiapkan strategi dibelakangnya. Bergerak memiliki makna ganda, berlindung dan menyerang, dua-duanya sama-sama untuk mempertahankan diri dan mencapai tujuan.

Jadi teringat ada teman sma pernah bilang "kamu tau gak kenapa shalat itu gak sebatas niat? kenapa ada gerakan-gerakan solat? ya itu salah satu bentuk seruan bagi kita untuk bergerak tak sebatas niat."
*wuallahualambishawab

Ramadhan #19

Ramadhan #18: Insight Dibalik Bencana

Bagi yang sudah menonton film Finding Dorry diawal cerita, ada bumper yang cukup menarik.
Menceritakan seekor anak burung yang mulai dilepaskan mandiri mencari makan oleh induknya. Ia tak lagi disuapi, sang induk menyuruhnya mencari makan sendiri dengan mencontohkan: berjalan ke pesisir pantai, ambil kerang, lalu lari saat ombak datang, dan seteerusnya. Awalnya sang anak tak mau, takut, jangankan berstrategi, gesit, dan jeli, untuk jalan pun masih jatuh-jatuh. Pertama kali ia melakukannya, ia terguyur ombak, keduakalinya pun sama, sampai titik mulai merasa ketakutan dan trauma untuk melakukannya lagi, namu perut berkata lain, ahirnya dengan hasrat untuk bertahan hidup, ia melakukannya lagi (mencari kerang di pinggir pantai). Diperjalanan ia bertemu dengan keluarga kumbang, sang anak kumbang nasibnya mirip dengan dirinya hanya saja anak kumbang lebih berani, cuek, dan tahan banting.

Mereka bedua berjalan ke pinggir pantai, dan kejadian serupa terjadi kembali, berhasil diterjang ombak sampai titik terendam air lau susah nafas. Hampir hilang harapan, sampai sang anak kumbang mematuk paruhnya untuk memberitahu apa yang sedang terjadi. Ternyata dikala sang anak  burung sedang menderita hampir habis nafas oleh ombak. Dikala itu pula ada fenomena yang terjadi, bahwa saat ombak datang ke pantai, kerang-kerang justru muncul di permukaan, dan banyak sekali. seketika mereka bahagia karena bisa tau kalau di dalam pasir terdapat kerang sebanyak itu dan posisinya dimana saja. Setelah ombak pergi, mereka langsung semangat menggali pasir (karena sudah tau posisi kerangnya dimana saja) dan berakhir kekenyangan.

Dari bumper film yang hanya sekian menit, berhasil menstimuli untuk berfikir.
Adakalanya dalam proses kemandirian, kita akan mengalami ketakutan. apakah mampu? apakah bisa? apakah kuat? apakah akan selamat? Namun hasrat dasar makhluk hidup untuk bertahan hidup, mendasari tidakan untuk terus maju, demi mempertahankan hidup. Saat proses perjuangan tersebut, kita akan dihadapi banyak rintangan, rintangan terasa berat karena pertamakali kita hadapi. Layaknya anak SD yang stress UN misalnya, bagi yang sudah melewati bakal anggap itu hal biasa karena sudah mengalami dan berhasil, namun bagi orang yang baru pertama kali? Ini salah satu alasan menurut saya tidak boleh menyepelekan proses hidup orang lain, bukan mereka lebay, hanya saja kita sudah pernah melewati dan mengalami hal-hal yang jauh lebih berat. Fase ini membutuhkan kepercayaan diri yang kuat, bahwa diri mampu, mampu untuk melawan ketakutan, mampu untuk percaya bahwa semua akan baik-baik saja, mampu untuk terus mencoba lagi dan lagi, mampu menghilangkan trauma. Dari situ, ada ujiaan-ujian yang awalnya berat akan terasa biasa saja, bukan karena ujiannya yang menjadi ringan, namun diri kita yang menjadi kuat tanpa disadari.

Fase tersebut akan terus terulang selama apa yang kita tuju belum di dapat. Dalam perjalanannya akan ada masa dimana semua menajdi lebih buruk, lebih berat, dan kita kehilangan harap, seolah-olah semua hancur dan berakhir, sampai di titik struggle yang benar-benar suffering hampir "mati" dimana air mata sudah tak dapat lagi keluar. Justru disini poin emasnya, kalau sudah sampai tahap tersebut berarti sudah mendekati dengan tujuan dan sesuatu yang sedang diperjuangkan. Bakal ada moment tiba-tiba insight muncul dan apa yang kita cari kita temukan, hanya selangkah lagi untuk mencapainya. Insight Dibalik Bencana. lagi-lagi memang sabar menjadi penolong. Sabar dalam perjuangan, sabar menjaga keyakinan, sabar menunggu kesempatan, sabat menjaga diri untuk terus berhasrat.

Dalam fase tersbut pula, ada masa moment merasa sendirian, kesepian, dan tak kuat untuk berjalan sendirian. bukan karena tidka mandiri, namun memang ada hal yang tak bisa dilakukan sendiri. Lalu Tuhan memberikan bantuan petunjuknya dengan mempertemukan kita dengan orang, tempat, atau kejadian yang membuat kita berfikir, yang membuat kita untuk terus maju. Kalau dalam bumper finding dorry, itu scene pas si anak burung ketemu anak kumbang, dimana anak kumbang menunjukan dan memberitahukan sesuatu yang mendekatkannya kepada tujuannya. Akan ada orang-orang yang dipertemukan dalam perjalanan untuk tujuan yang sama dan mereka justru akan saling bahu membantu untuk sama-sama sampai tujuan. so why so worry? Tuhan menjamin kehidupan kita di dunia, menjamin rejeki kita, menjamin semuanya berada dalam kadar terbaik (ngomong ke diri sendiri). 

Kalau disederhanakan dari cerita bumper finding dorry yang telah dianalisa, ada 4 fase.
1. Fase Persiapan
2. Fase Penerimaan
3. Fase Kerja keras
4. Fase Berhasil.

Kenapa fasepenerimaan diurutan kedua?
karena dalam fase persiapan, keluar hasil baik buruk, lebih kurang, dengan segala dinamika yang terjadi di dalam dan diluar diri. Sebelum lanjut melangkah, ada hal yang perlu kita terima, menerima keadaan, menerima diri, menerima kesalahan, menerima kalau itu tak mudah. Baru bisa beranjak ke fase kerja keras, karena hati sudah tentram, pikiran kembali fokus. Baru deh berhasil. 

Nonton film kartun aja mikir ya? hahaha... gimana dong, emang ilmu ada dimana-mana dan gak tau datengnya kapan, terus pengen sharing. Semoga bermanfaat yaa :D

Ramadhan #18

Wednesday, June 22, 2016

Ramadhan #17: Jiwa

Pernah tidak datang ke sebuah tempat yang secara teknis visual biasa saja, namun pas masuk kedalam terasa berbeda? berasa nyaman, menyenangkan, dan ada suasana yang tak dapat digambarkan oleh kata-kata?

Pernah tidak, datang ke sebuah kontes piano, ada peseta level biasa saja namun alunan musik yang dimainkannya nyaman di telinnga dan menyentuh perasaan? 

Pernah tidak datang ke sebuah konser musik, pemain biolanya sangat pintar, selalu tepat memainkan not balok, namun tak enak didengar? meski tak ada yang salah.

Pernah tidak membaca sebuah tulisan sederhana namun semua perasaan sang penulis sampai ke hati dan berhasil meneteskan air mata? 

pernah tidak membaca sebuah tulisan luar biasa keren secara teknis, alur, penulisan, namu saat dibaca ya sebatas tulisan bagus, tak ada perasaan yang tersampaikan?

Setiap hal memiliki jiwa. Jiwa yang menjadikannya "hidup" dan memiliki nilai tersendiri. Jiwa yang menjadikannya berbeda. Seorang desainer interior yang sehari-hari berada dalam ruangan kantor - ruangan rumah - kendaraan, dan sedikit berada di lapangan, hasil karyanya pasti akan berbeda dengan seorang desainer interior yang bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lain, yang sering berpergian ke alam, yang sering berinteraksi dengan segala jenis orang dari status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Meski secara teknis, desain yang dihasilkan desainer interior pertama itu jauh lebih wah dipandang secara visual dibanding desainer kedua, namun saat sebuah ruang itu mulai dihuni, barulah jiwa yang berbicara dan dirasakan oleh penghuninya. Dimana desainer kedua dapat menghadirkan jiwa tersebut melalui empati dalam berkarya.

Semakin seseorang sensitif, maka ia akan dapat merasakan perasaan sekitar dan dirinya secara emosional dan memunculkan empati. Empati menjadi sangat penting untuk menghasilkan jiwa. Semakin banyak seseorang berpergian dan mengalami beragam pengalaman, semakin kaya pula jiwanya. Semakin seseorang ikhlas dan bersunguh-sungguh mengerjakan sesuatu, semakin pula banyak energi chi (positif) yang tersalurkan. Cobain deh suruh 2 orang memasak menu yang sama dengan resep yang sama. yang satu orang sedang kesal, yang satu orang yang sedang bahagia. Meski hasilnya sama, tapi rasanya pasti berbeda.

Anehnya, dalam society ada pandangan berbeda yang banyak diterapkan dan kita temui. Kebagusan dalam visual dan perhitungan harga, menjadi jauh lebih penting dari urusan jiwa. Disadari maupun tidak, jiwa ini memiliki kebaikan bagi yang menyematkannya dalam setiap pekerjaan atau karya maupun bagi sang penikmat, konsumen, maupun penghuni. Ada aura kenyamanan yang terasa, ada aura positif yang memberi ketentraman, kesenangan, ada efisiensi secara psikis yang meningkatkan efektivitas dalam beraktivitas, meingkatkan kualitas hidup, dan menghasilkan kenangan yang tersimpan dialam bawah sadar sebagai suatu persepsi.

Jiwa. itu yang membedakan manusia dengan mesin dan itu pula yang membedakan manusia dengan hewan. Kalau kata Buya Hamka. "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja." 

Sudahkan memberikan jiwa pada apa yang sedang kita lakukan?

Ramadhan #17

Tuesday, June 21, 2016

Ramadhan #16: Dibalik Tunda

Sebelum puasa saya pms yang mengakibatkan jerawat tumbuh subur. Biasanya pas mulai haid, jerawat hilang sendiri. Namun tak hilang-hilang, sempat mau ke dokter dan urung niat dengan optimis "bentar lagi juga hilang". Alhasil sudah 3 minggu malah tambah parah, parah banget sampe mengerikan. akhirnya ke dokter barusan.

Bertepatan dengan kejadian tersebut, hp xiaomi mati beserta simcard yg sudah dipakai 13 tahun rusak. Bukannya ngebenerin, malah beli simcard baru, lalu menunda ganti simcard sampai 3 minggu kemudian. Berhasil bikin banyak urusan kerjaan terhambat karena tak bisa dihubungi. Meski ada email dan fasilitas chat, tetep loh ternyata telepon itu penting. Hilanglah kesempatan.

2 kejadian itu, ditunda iya, selesai nggak, kepikiran terus iya. 3 minggu kemudian, ya malam ini, tanpa sengaja selesai hanya dalam waktu 1.5 jam saat perjalanan pulang. Cuma 1.5 jam kelar urusan yang dilhawatirkan dalam masa penundaan. Kelar.
---------------------------------------------------------------

Dalam hidup, ada kalanya hal yang dianggap sepele menjadi tak sepele. Hal yang dianggap sepele ternyata berhasil menyesot perhatian untuk memikirkan. Hal yang dianggap sepele ternyata bikin ribet dikemudian hari. 

Sebelum mengurus hal-hal besar, justru hal-hal sepele yang perlu diselesaikan. Karena hal sepele itu sepele namun kalau banyak, jadinya sangat cukup menganggu. Selain itu cara menyelesaikan hal sepele tanpa sadar mencerminkan bagaimana menyelesaikan hal yang lebih besar, polanya sama. Niat cepat dan gerak gesit tak cukup. Perlu fokus dan komitmen.

Ternyata sifat optimis berlebih pun bikin sesuatu jadi tidak realistis dan memperkuat hasrat untuk menunda. "Pasti bisa", "pasti sembuh", "nanti juga selesai", "msh ada harapan", "kan ada email, nanti bakal dikabari lewat email", dll. Kadang, sifat optimis beda tipis sama menyepelekan. Ada kalanya dalam beberapa situasi kondisi, menjadi "pesimis" akan jauh lebih baik, karena tanpa disadari kita jadi mempersiapkan keadaan terburuk yang akan terjadi baik dari perpindahan rencana, hal teknis, dan mental. 

Ramadhan #16

Ramadhan #15: Siap dapat Jodoh yang Soleh?

Banyak yang berdoa mendapatkan jodoh yang soleh. baik memang, apalagi jika doa itu ditambahi kata-kata "yang dapat membuat bahagia dan selamat dunia akhirat". karena kalau soleh saja, rasanya menyeramkan. menyeramkan, kalau tolak ukur soleh itu sebatas rajin solah, rajin ngaji, akhlak baik tapi pas diajak ngobrol gak nyambung secara intelektual holistik, malah bikin stress ga sih? 
*Tulisan ini kalo definisi soleh yang dibahasnya yang seperti itu ya

Oke, kembali ke topik. Siapa sih yang gak mau punya pasangan soleh?
seburuk-buruknya seseorang, pasti mau dapet pasangan yang soleh, ya kan?
Cuma, bayangin deh, apa yakin beneran mau yang soleh? udah siap?
Udah siap kalau tiap subuh harus setor hapalan Al-Quran misalnya?
Udah siap kalau diskusi selalu dihadapkan dengan aturan agama tanpa pernah memberi ruang (misalnya) untuk didengarkan? menekan jiwa ga sih lama-lama?
Udah siap kalau tiba-tiba banyak gaya hidup kita (yang biasa-biasa ini) berubah? ya solat berjamaah, ngaji, tahajud, dhuha sih biasa aja. tapi kalo tiba-tiba yg biasanya bermusik (pemusik misalnya) jadi harus ningalin musik karena dianggap haram. Atau yang tiba-tiba biasa bersosialisasi dan berkarya berhubungan dengan banyak orang, tiba-tiba diputus kehidupan sosialnya, harus di rumah urus anak, gak boleh keluar rumah, gak boleh kerja, gak boleh ini itu, apa siap mentalnya? Soleh, disiplin terhadap agama tapi gak bisa bikin nyaman dan tentram karena jadi kaku dan gak bisa mengekpresikan diri, apa bahagia?

itu versi cewek, kalo versi cowok. misal istrinya soleh banget sampai titik jadi ngajarin suaminya, mungkin awal-awal biasa saja, tapi lama kelamaan tak memungkiri ada ego laki-laki yang naik ke permukaan dimana yang seharusnya menjadi pemimpin malah jadi pengikut, apa tidak bakal memunculkan masalah dikemudian hari? Mending kalau suaminya jadi terpacu untuk jauh lebih baik dari istrinya, kalau malah cari perempuan lain yang mampu membuat dirinya jadi dominan, gimana?

Ada fenomena, banyak laki-laki dan perempuan yang menginginkan jodoh yang selevel menurutnya, termasuk dari segi agama. ada seorang laki-laki yang ingin punya istri sama-sama penghapal Al-Quran, yang sama-sama berakhlak baik, yang intinya ingin menikah dalam fase dimana sudah sama-sama baik. kalau gitu, apa kabar perempuan-perempuan yang agama dan akhlaknya kurang namun memiliki hati baik? siapa yang bakal mengajarinya? siapa yang bakal menuntunnya? Kenapa harus selalu ingin sempurna dikarenakan merasa dirinya "baik" secara agama dikala (mungkin) perempuan-perempuan yang level agamanya jauh dibawah adalah ladang amal yang besar untuknya? ladang amal mengajarkan agama, ladang amal untuk berkasih sayang meluruskannya, ladang amal untuk melatih kesabaran, ladang amal untuk bekal di akhirat nanti.

wanita baik dengan pria baik, dan sebaliknya. Baik dalam level kebaikan yang terakumulasi dari masa lalu, saat ini, dan masa depan. Masalahnya kata-kata "baik" ini gak ada yang tau, tak teraba manusia, cuma Tuhan yang tau nilai akhir seseorang berada di level mana. Bisa jadi seseorang punya masa lalu buruk banget, saat ini juga buruk, taunya masa depannya super bagus. Ada pula yang masa lalu dan sekarangnya baik tapi masa depannya gak bener. who knows?

Saya juga belum nikah sih dan penasaran nanti jodohnya seperti apa hahaha. Dari melihat sekitar, fenomena, memperhatikan, merenungkan, ada hal yang dipahami, kalau level kebaikan itu cuma bisa dilihat Tuhan dan apapun yang terjadi itu sudah yang terbaik untuk saat ini dan untuk masa depan, gak perlu juga "itung-itungan" ibadah dengan harapan dapet yang sama baiknya, itu namanya pamrih,.  doing good ya doing good aja, karma does exist. Apalagi sampai menuntut orang lain untuk ini itu ataupun terus menerus mencari yang (ter)baik sehingga lupa kalau ada kesempatan beribadah yang besar saat dapat yang kurang/ belum baik, ada peluang untuk memperbaiki selama berjalan pada perannya masing-masing. yang penting mah satu kufu dalam segala hal, biar tentram jadi lebih produktif dalam bekerja urusan duniawi maupun ngurusin bekal buat diakhirat nanti~

Bahasanya jadi kemana-mana deh, yaudah lah ya anggap ada 2 cerita bahasan. haha

*wuallhualam bishawab

Ramadhan #15

Sunday, June 19, 2016

Ramadhan #14: Laki-Laki Baik

Banyak yang bilang, sulit mencari laki-laki baik jaman sekarang. Entah memang benar kenyataannya seperti itu atau karena pengaruh tontonan di televisi yang menambah perubahan persepsi, perilaku, dan ekspetasi.

Saat seorang laki-laki berbuat baik, maka ia sedang menjaga kehormatan dirinya sendiri. Saat seorang laki-laki menjaga dirinya dan diri perempuan, maka sebenarnya ia sedang menjaga dirinya dari kehinaan. (In my opinion sih ini hehe)

Laki-laki baik,
Laki-laki yang pintar menjaga dirinya dari dosa.
Laki-laki yang pintar mengemban tanggung jawab dalam kerja keras tanpa keluhan sedikit pun.
Laki-laki yang pintar menghormati dan melindungi perempuan.
Laki-laki yang pintar mencari nafkah halal.
Laki-laki yang pintar menjaga pandangan dan hatinya.
Laki-laki yang pintar menjadi pemimpin dan bijak memutuskan sesuatu.
Laki-laki yang menyayangi manusia lain dan bermanfaat bagi banyak orang.

Ya laki-laki baik itu ada. Banyak bahkan. Laki-laki pintar (dalam arti yang holistik) pun ada. Banyak bahkan. Jika kamu melihat banyak laki-laki brengsek, mungkin ada yang salah dengan tempat kamu berdiri (lingkungan/ pergaulan/ sudut pandang). Karena pada akhirnya, kita akan dipertemukan dengan orang-orang dalam level kebaikan yang sama. Cukup jaga diri, maka Allah akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang menjaga diri juga.

*sepengal pengalaman, observasi, dan perenungan. Wuallahualam bishawab

Ramadhan #14

Ramadhan #13: Pentingnya Sebuah Konfirmasi

Sore sendu di Jogja di dalam taxi alphard putih yang dikemudikan seorang perempuan baik menghantarkan kami yang was-was akan argonya, ke bandara. Malam mengantikan sore yang semakin sendu dengan hujan yang membuat semua pesawat delay. Kami duduk di lantai bersandar pada etalase toko. Suasana bagaikan tempat pengungsian, tak ada kursi kosong, bahkan lantai pun dipenuhi calon penumpang dari semua maskapai.

Teman membuka pembicaraan tak terduga yang sebelumnya (pasti) sudah dipikirkannya dalam observasi dan dilontarkan dengan hati-hati.
" kak utie, deket ga sama ibu-ibu penjaga kosan?"
" kenapa emang?"
" tadi dia bilang kak utie sombong, katanya dipanggil-panggil gak nyaut. cuma keselnya kaya udah lama deh bukan karena tadi sore'"
" dia manggil pas aku lagi solat, jadi gak nyaut. yaudahlah berarti suudzonnya dia aja mikirnya gt."
" gimana kalau nanti di akhirat ditanya kenapa kamu sombong?"
" itu sombong asumsi dianya aja. gmn kalo nanti di akhirat, justru dia yang ditanya kenapa suudzon? eh tp harusnya gw konfirmasi ya kenapanya. salah berarti gw."
" iya, harusnya konfirmasi td gak nyaut kenapa."

Sepenggal obrolan singkat yang mengingatkan tetang pentingnya sebuah konfirmasi.

Dalam hidup, kita bersinggungan dengan segala jenis manusia untuk berbagai hal urusan duniawi yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Seringkali, manusia melihat dari sisi dirinya saja saat ada orang lain yang suudzon dengan sikapnya. misal, ada seseorang yang tiba-tiba menjauh karena sakit hati dengan sikap seseorang lainnya, lalu dia membutuhkan ruang untuk menetralkan perasaannya. Tapi yang terjadi adalah, semua berkomentar "kenapa sih si itu tiba-tiba menjauh, udah gak mau temenan lagi sama kita, blablabla" lalu asumsi public pun menyebar dengan cepat membentuk sebuah subjektivitas yang sulit diubah. Apa pernah salah satu dari mereka memberikan ruang untuk bertanya atau sekedar mendengarkan alasan? tidak. tidak ada konfirmasi. Bahkan saat ingin mengkonfirmasi, semua dilupakan sebagai yang telah lalu tanpa menyadari ke- suudzonan-annya membekas dalam pada diri orang lain. Saat kembali, semua tak lagi sama, bahkan menjadi lebih buruk dan menyakitkan. Kemudian jeda berubah menajdi akhir.

Adapula yang dengan egoisnya menolak konfirmasi orang lain dan tak mau mengkonfirmasi atas sikapnya yang menjadi tanda tanya bagi yang lain. Meskipun tak semua tanda tanya harus terjawab. Lalu menyalahkan orang lain dengan perkataan yang menambah sakit. "lebay banget respon lo, suudzonnya lo aja". sebuah statment judgemental yang tak menyelesaikan apapun, tak menjelaskan apapun, dan berhasil membuat orang lain mengelar jarak yang jauh dengan benteng yang dibuat semakin tinggi.

Kita, diperintahkan untuk menjauhi prasangka, namun saat orang lain mulai berprasangka, ada baiknya dengan bijak kita pun mengkonfirmasi kenapa nya guna mengurangi orang lain untuk berprasangka. Bukan agar nama diri baik, bukan, tapi karena rasa sayang terhadap sesama, termasuk sayang pada amalan buruk yang terjadi pada manusia lain yang distimuli oleh diri kita. 

Semoga kita selalu dipertemukan dengan orang-orang baik dengan rasa kasih yang besar untuk saling melindungi, menjaga, mengingatkan, dan menyayangi.

*wuallahualam bishawab.

Ramadhan #13

Saturday, June 18, 2016

Ramadhan #12: Ada Yang


a: blablabla (saking excited nya, lupa kalo  pernah cerita)
b: (tiba2 diputus) udah lah gak perlu diulang2.
-------
Tanpa disadari membekas di alam bawah sadar dan nurunin self esteem.

-------
a: hmmm... aku udh pernah cerita blm?
c: belum (padahal udah, cuma tetap menghormati dan menjaga excitement orang)

a: blabla... eh udah pernah ya?
c: gpp, trs trs? 
-------

Ternyata semua hal itu adil.
Ada yang menyakiti, ada yang menyembuhkan.
Ada yang menjatuhkan, ada yang mengangkat.
Ada yang menjauh, ada yang mendekat.
Ada yang membuang, ada yang merangkul.
Ada yang membenci, ada yang menyayangi.
Ada yang pergi, ada yang tinggal.

Ramadhan #12

Thursday, June 16, 2016

Ramadhan #11: Bukan Milikmu Saja

"karena hidup ku bukan miliku saja. milik orang tua dan calon anak-anaku nanti".

seorang teman dalam obrolan sore. merancang masa depan untuk kebahagian semua. rancangan masa depan yang membuat calon anak terdidik selamat dunia akhirat dan selesai pendidikan dikala usia masih produktif. membahagiakan orang tua dengan membuatnya "aman" kalau anaknya terjaga dari dosa dunia akhrat dengan menjaga dirinya melalui pernikahan.

Tuhan selalu punya cara tersendiri menyadarkan makhluknya dan mengarahkan kembali kepada hakikat jalan-Nya, salah satunya lewat hati seseorang yang tiba-tiba pengen ngobrol yang berujung keluar kalimat itu. kalimat biasa bagi dirinya, namun memberi pencerahan seperti gamparan untuk menyadarkan.
-----------------

seberapa jauh sudah jalan yang kau tempuh untuk memperjuangkan mimpi diri? 

seberapa lama sudah kau berjuang untuk berjalan jauh itu?

seberapa banyak sudah yg kau korbankan untuk itu semua?

seberapa banyak sudah yg kau tinggalkan untuk memperjuangkan diri?

seberapa cepat sudah kau sadar, kalau hidup bukan milikmu saja?

Ramadhan #11

Ramadhan #10: Tiba-Tiba

Hidup seperti rollercoaster. 
Kemarin semua diluar kendali, merapihkan kembali rencana hidup jauh kedepan, memulai dari awal dengan sabar step by step nya, mengakar, membangun jaring laba-laba. Tiba-tiba esoknya semua berputar cepat, merubah keadaan terbalik hinggak tak sempat berfikir. Tiba-tiba jadi tentram, tiba-tiba pintu dari segala mata angin terbuka, tiba-tiba semua selesai, tiba-tiba rencana hidup berubah kembali. 

Ya hanya langkah dan jalannya saja yang berubah. Tujuannya tetap sama. 
Jangan lupa punya tujuan, ya tujuan. Agar tau kemana harus mengarah dan tak tersesat dalam dinamika perjalanan dengan jalur yang berubah.

Selamat belajar, belajar menerima, belajar merubah jalur perjalanan dengan tujuan yang sama, selamat membuka diri dengan segala kejutan yang diberikan semesta. 

Ramadhan #10

Tuesday, June 14, 2016

Ramadhan #9: Menyesuaikan

Layaknya air yang menyesuaikan dengan tempat ia berada, namun tak merubah zatnya.
Dalam hidup, selain beradaptasi, perlu juga menyesuaikan baik dalam segala hal.

Dalam banyaknya Ramadhan yang telah dilalui, mengikuti tarawih di beberapa daerah. mulai dari masjid kampus, masjid perumahan, masjid kampung, masjid perkotaan, masjid pemerintah, dan masjid lainnya. Kalau diperhatikan secara detail, ada sebuah pola. yaitu tentang menyesuaikan. Bagaimana para pemberi ceramah menyesuaikan topiknya dengan para audience.

Isi cermah di mesjid kampus akan berbeda dengan isi ceramah di masjid perumahan, perkantoran, perkampungan, dan perkotaan besar. mengapa? karena salah satu tujuan ceramah selain membagi ilmu, juga sebagai media dakwah, yang artinya harus dapat di tangkap dengan pendengarnya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Misal, kalau di masjid perumahan yang kebanyakan audience nya adalah keluarga dengan beragam usia, maka bahasannya tentang keluarga. bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga, bagaimana mendidik anak, bagaimana sikap anak terhadap orang tua, bagaimana menghadapi hutang dan perselingkuhan, dsb. Lain halnya jika mengisi materi ceramah di kampus dimana isinya di dominasi oleh para civitas akademik dengan intelektual yang berbeda dengan misi yang jauh kedepan dalam sekala global, membangun bangsa angaplah. Isinya pun ilmu agama yang dikaitkan dengan keadaan sosial ekonomi dan teknologi,  materi yang ledih dalam dan holistik. tentang Islam Nusantara (its so last year ya haha) bagaimana itu membangun sebuah ideologi baru yang dapat blablabla. Materi pun akan berbeda jika diterapkan dalam lingkungan perdesaan dan perkotaan. Cara penyampaian dan penjabaran dikaitkan dengan keadaan masyarakat yang menjadi pendengar dan lingkungannya.

Saat masjid kampus yang didominasi oleh para mahasiswa atau orang-orang yang haus akan suatu hal baru dan butuh stimuli secara intektual, tiba-tiba membahas hal yang sangat biasa (maksudnya hal yang semua orang paham lah, seperti kenapa babi haram) seperti orang datang ke nikahan pakai piyama alias saltum. Kecuali materi itu dapat disampaikan secara holistik, dengan dikaitkan dengan science, komoditi, sistem ekonomi, persepsi yang dianalisa secara tajam. Kalau hanya menyampaikan babi haram terus muter-muter belibet menjelaskannya padahal intinya cuma itu, jadi dipertanyakan kembali tentang kapabilitas penceramah dan panitia masjid bersangkutan. Sebenarnya sah-sah saja, cuma kurang tepat sasaran saja, sayang waktu jadinya. ya anggaplah latihan sabar, dengerin sampai selesai. Contoh lainnya, saat masjid di desa terpencil yang didominasi suami istri dengan pekerjaan sebagai petani, tiba-tiba membahas tentang pentingnya iptek dalam pembangunan bangsa dan agama sebagai landasannya. ya gak nyambung. yang ceramahnya kasian, yang dengernya juga bingung karena gak familiar dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Ceramah, isi, dan tempat. Menjadi salah satu contoh kecil tentang menyesuaikan diri. 

Kalau pakaian saja perlu disesuaikan dengan acara dan tempat, begitupun dengan pemikiran, sikap, penyampaian, dan pembawaan. perlu disesuaikan dengan orang yang akan ditemui, tempat, acara, waktu, dan moment nya. Menyesuaikan ini penting, agar maksud dapat ditangkap sesuai, penting untuk membangun sebuah hubungan dengan lawan interaksi agar lebih seimbang dan orang lain merasa dihargai dan dimengerti, dsb.

*wualahualambishawab.
Ramadhan #9

Sunday, June 12, 2016

Ramadhan #7: Memilih Teman

Saat punya feeling "satu frekuensi nih orang" terbukti dengan penjabaran hasil dari aura + MBTI + intuisi. Hasilnya sama, jadi seneng. Akhirnya nemu juga orang-orang tulus yang match.

Kata hati memang tidak bisa dibohongi ataupun dipungkiri tentang seseorang se-frekuensi atau tidak. Selain itu, semua teruji seiring waktu, keterbukaan, kepercayaan. 
---------------------------------------------------------------------------------------

Q: Penting banget ya?
A: yup.
Saat sudah sering dikhianati, tersakiti, dan hancur berkali-kali, memilih jadi suatu hal penting dan harus. Karena salah satu bentuk bertahan hidup adalah dengan memilih koloni yang tepat, agar tetap positif, bahagia, berkembang, dan bermanfaat.

Bahasa sederhananya, seleksi alam. Hal ini dilakukan bukan karena mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Semua baik hanya cocok-cocokan. Seperti ikan dan daging sama baiknya tapi saat dimakan bersamaan malah nimbulin racun... perlu mencari komposisi yang seimbang :)

Q: temenan mah temenan aja kali.
A: no no no. 
Dalam Islam pun kita diajari untuk berbuat baik ke semua orang dan diajari pula untuk memilih teman. karena itu bukan urusan duniawi saja. Nanti di akhirat ada teman - teman yang dapat menarik kita ke neraka maupun surga. Ini hal jangka panjang urusannya sampe akhirat. Kalo mikirnya masih come and go ya itu namanya kenalan. kenalan yg mengajarkan sesuatu kepada kita atau kita pun mengajari sesuatu kepadanya.
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)

Hati dan iman.
2 hal yang cukup jadi syarat awal.

Kalau hatinya baik, maka baik semuanya. 
Kalau imannya baik maka bermanfaat dalam ranah kebaikan di dunia maupun akhirat.

*wuallahualam bishawab.
Ramadhan #7

Saturday, June 11, 2016

Ramadhan #6: Memudahkan

Banyak hal terjadi dalam kehidupan ini. kalau sedikit mengambil jeda memperhatikan, ada hal yang sering terjadi membentuk sebuah pola.

Misalnya,
- seseorang berkendaraan, ia bisa menuju lokasi satu ke satu dengan mudah. Kemudian janjian sama teman yang tak memiliki kendaraan di lokasi tak ada kendaraan umum. Apa susahnya menjemput/ nganterin pulang/ ubah lokasi? karena mudah bagimu, belum tentu mudah bagi orang lain.

- seseorang yang dalam perjalanan lintas provinsi, kemudian ada teman seperjalanannya tiba-tiba sekarat. alhasil segera mencari rumah sakit terdekat yang tanpa sengaja melewati marka jalan. ditilang karena salah. tapi proses tilangnya berbelit-belit sampai hilang satu nyawa. padahal ada kemungkinan hati nurani polisi untuk meloloskan atau menahan identitasnya dan diurus setelah ia sampai rumah sakit kan?

- seorang dosen yang hanya bisa ditemui setiap hari senin (jadi kalau tak sempat ketemu senin ini, harus menunggu minggu depan), meski mahasiswanya hampir DO dikala hitungan jam sangat berarti.   Antara memang super sibuk dengan ego beda tipis sih di kasus ini. apa susahnya meluangkan waktu sekian menit dalam perpindahan aktivitasnya? 

- seseorang yang sangat membutuhkan suatu benda, kemudian mencari pinjaman, karena banyak alasan dia meminjam (tidak punya uang untuk membeli/ toko-toko sudah tutup/ barangnya habis). Lalu seseorang yang dipinjami tak mau meminjamkan dikala barangnya sedang tak digunakan atau mirisnya dikala ia pun memiliki dua. 

Banyak contoh urusan memudahkan ini, dari hal super sepele kembalian 200 rupiah sampai urusan besar. Setiap dari kita memiliki benda, materi, pengetahuan, kekuasaan, dimana tak semua orang memiliki hal itu dalam takaran yang sama. Kita hidup dalam sebuah sistem keseimbangan lebih dan kurang. sehingga perlu keseimbangan dengan cara saling melengkapi lewat empati, menurunkan ego, dan ya doing good mah doing good aja lah :)

Mudah bagi kita belum tentu mudah bagi orang lain.
Alasan sederhana kenapa perlu memudahkan urusan orang lain.

*Wuallahualambishawab

Ramadhan #6

Friday, June 10, 2016

Ramadhan #8: Banyak

Banyak orang yang hatinya hancur berkali-kali. membuat dirinya menjadi jauh lebih sensitif dan sering dibilang lebay. mereka tumbuh menjadi orang-orang yang selalu menjaga orang lain untuk tetap bahagia. karena mereka tak ingin orang lain merasakan sakit yang sama.

Banyak orang yang menutupi kesedihan, insecurity, dan masalah hidupnya dengan menengelamkan diri dalam kesibukan, pekerjaan, achievement. Namun hatinya tetap hampa.

Banyak orang yang penuh semangat menggebu-gebu mengikuti hatinya. tampak tak jelas arah, namun ia tau kemana harus melangkah, apa goal hidupnya, dan berjuang demi kebahagian tanpa kepalsuan.

Banyak orang yang sibuk membuktikan diri, pembuktian dalam balas dendam. balas dendam karena dulu dihina, karena dulu miskin, karena dulu susah. kesuksesan untuk menunjukan kalau dirinya tak seperti dulu. memuaskan ego.

Banyak orang dalam diam diam-diam memperhatikan, bahkan menjaga dari kejauhan, dan mendoakan diam-diam.

Terlau banyak yang tak menjadi dirinya sendiri. perlombaan dunia dalam topeng. menjalin dalam aturan main yang diterima tanpa pernah dipertanyakan kebenarannya.

Ramadhan #8

Ramadhan #5: Moment A-HA!

Singkat cerita, guru musik bilang kalau setiap muridnya punya cara masing-masing dalam menemukan pola belajar untuk bisa. Pola yang didapat melalui eksplorasi sendiri sampai nemu moment AHA. Kalau sudah melewati moment itu, pola yang ditemukan muridnya akan bakal terus teringat sepanjang masa. Dia bilang kalau soal musik, itu soal perasaan, dan hanya perasaan diri sendiri yang benar, jadi setiap muridnya memang harus mencari AHA nya sendiri. Hal itu lebih "abadi" daripada mentransfer cara harus begini begitu.

Teringat oleh seorang pembimbing (karir), dia melihat bakat, lalu bilang: setiap manusia punya jalur rejekinya masing-masing yang gak bakal pernah bisa diambil orang lain, karena cuma dia sendiri yang bakal bisa "melihat" klik polanya. Untuk mencapai kesana memang dibutuhkan struggle sampai nemu titik AHA. Itu semua harus kamu yang jalanin sendiri, saya hanya membantu membimbing.

Pernah lihat orang yang setiap ikut lomba selalu menang? Ya, karena dia udah nemu kliknya dan mungkin itu jalur rejekinya. 

Pernah liat orang bisnis makanan selalu berhasil? Ya, dia udah nemuin celah dan polanya melalui moment AHA dan hal itu gak bisa dilihat orang lain karena itu jalur rejekinya. Maka sekuat apapun orang mau ngikutin, gak bakal bisa nyamain.

Moment A-HA ini menjadi penting banget. Berasa oase di padang pasir.

Permasalahannya, bagaimana menemukan momen A-HA ini?
(sharing aja ini mah, bukan hal mutlak/ generalisir ya) Setiap merenung, makin merasa kalau kalimat "berilah pentunjuk-Mu" itu besar sekali dalam menentukan langkah awal. Berdoa menjadi langkah paling awal dalam memulai. Lalu berusaha, mencoba, mencoba, sampai titik super struggle, hilang hasrat, berdoa, lalu menemukan A-HA moment yang tak terprediksi waktunya. Bisa sekian menit hingga belasan tahun. Berarti emang ahrua sabar. Sabar sebagai penolong itu bener banget. Soalnya kalo gak sabar, gak nemu-nemu moment A-HA, gak bakal wah bersinar stand out alias biasa - biA aja. Gak mau kan? Nggak. (Ngomong sambil ngaca).

Kadang kalau merhatiin dalam society, ada pesan tersembunyi, bahwa berdoa (meminta keberhasilan)  dengan bobot harapan besaaaaar sering dilakukan setelah berusaha, sebagai "pelengkap". Seolah-olah 0- 99% itu kendali dari kerja keras dan 1% itu doa yang melengkapi jadi 100% (gimana ya bahasanya biar gak salah ditangkap pembaca? ya dinalar aja deh ya). Nyatanya, yang dibutuhkan sebelum melangkah adalah arah, ridha, kekuatan (pikiran, batin, mental, fisik, dll). Berdoa di awal usaha penting bgt bgt. 

*wuallahualam bishawab

Sedikit sharing. Selamat berusaha, selamat menemukan A-HA moment, selamat sukses :D

Ramadhan #5

Thursday, June 9, 2016

Ramadhan #4: Takut

"sama siapa?"
"jangan jauh-jauh"
"jangan sendiri"
"ajak siapa gitu buat nemenin"

Sadar tak sadar, kalimat tersebut sering kita dengar dalam lingkungan kehidupan sehari-hari atau bahkan akrab di telinga yang bersumber dari lingkungan terkecil kita. Tanpa disadari, di bawah alam sadar kita, kalimat tersebut secara tak langsung mengajarkan untuk takut hidup sendiri, takut gak ada temen, takut gak bisa pergi karena tidak ada temen, takut pergi sendirian, takut ini itu, seolah-olah semuanya harus ada teman, aman, ke tempat yang dikenal, takut ini itu.

kalau sendirian kenapa?
kalau jauh kenapa?
kalau ke tempat asing kenapa?
kalau tak ada teman kenapa?
*diluar konteks kalau perempuan pergi harus ada mahramnya ya

ya, semua punya alasan yang masuk akal, sebuah runtutan pola pikir logika manusia yang dirancang dalam pikirannya sendiri tentang sebab akibat dalam ranah ke arah negatif. "takut kenapa-napa".

Kita lupa bahwa sejatinya, sekalipun kita sendirian, kita tak pernah sendirian.
Apakah kamu percaya Tuhan?
Apakah kamu percaya Dia selalu ada? selalu mengawasi? selalu menjaga?
Apakah kamu percaya Dia Sang Maha Penolong, Berkehendak, dan Berkuasa atas semua hal di alam semesta ini?

Lalu, kenapa perlu khawatir?
Kenapa perlu takut pergi tak ada teman? 
Selalu ada "keluarga baru" yang disiapkan oleh-nya di tempat lain, selalu ada pertolongan tak terduga dari Nya, selalu ada cinta yang mengisi hampa meski sendirian ke tempat asing.
Bumi Allah luas, apakah Tuhan di Indonesia dengan di Eropa berbeda? apakah takdir meninggal akan hilang dikala bersamaan dan akan hadir dikala sendirian? semua sudah memiliki ketetapannya masing-masing.
Hasbunallah wani'mal wakil Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar.  (Al Imran: 173)
Yang perlu ditakutkan adalah, tujuan dan niat kita.
Apa niat kita? Apa tujuan kita?
Apa baik? apa buruk? apa pantas?

Btw, selalu ada orang-orang yang berani untuk berjalan sendirian menuju tujuannya, jadi bakal pasti ketemu orang-orang lain yang setujuan dalam setiap perjalanan kok. so, why so worry? 

Ramadhan #4

Wednesday, June 8, 2016

Ramadhan #3: Bumi dan Semesta

"The planet does not need more 'successful people'. The planet despreately needs more peacemarker, healers, restores, storyteller, and lovers of all kind." - unknown
Apa fungsi kita di planet ini?
Whats your function at this planet?
as a healer? as a peacemarker? as a storyteller? as a lover of all kind? as restore?

Semesta mengajarkan untuk berbagi.
Layaknya matahari yang membagikan hangat dan cahaya untuk kehidupan, bukan untuk dirinya.
Layaknya air yang membagikan manfaatnya untuk kehidupan agar tetap hidup, bukan untuk dirinya.
Layaknya tumbuhan yang membagi dirinya untuk dihirup oksigennya, dimakan, digunakan untuk banyak hal. Ia tak pernah tumbuh untuk dirinya.

Sampai kapan mengejar kedepan? 
Sampai kapan menunjukan eksistensi diri?
Sampai kapan berpusat pada diri sendiri?
Lalu saat melihat kebelakang, tak ada satupun yang mengikuti sebagai ilmu ataupun manusia bermanfaat.

Semesta dengan rendah hati mengajarkan banyak hal untuk kita, manusia.
Bumi diam - diam mengirimkan pesan kepada semesta tentang perasaannya.

Ramadhan #3

Tuesday, June 7, 2016

Ramadhan #2: Menjadi Kaya

Menjadi orang kaya dianggap menyenangkan, karena bisa beli ini itu, bisa kesana kesini,
punya ini itu. Terkesan tak terbatas, bebas, bahagia.

Coba bayangin deh, menjadi orang kaya raya. 
Setiap hari pusing mikirin bagaimana cara menjaga kekayaannya. 
Setiap hari mikirin nasib ratusan ribu karyawannya, puluhan perusahannya.
Setiap hari didatengin orang-orang palsu yang mendekat karena butuh uang darinya. 
Setiap hari diliputi segudang kecurigaan untuk mempercayai orang lain, karena semakin kaya,
semakin sulit mendapati orang kepercayaan, karena yang datang mendekat punya beragam motif.
Setiap hari jauh dari keluarga, sekalipun tinggal satu atap.
Setiap hari dikejar-kejar hutang investasi, mungkin.
Setiap hari sibuk membangun jejaring kesana kesini.
Setiap hari penuh dengan jadwal mengikat.
Setiap hari harus menjaga citra diri, hidup dalam kontrol sosial yang besar.
Setiap hari selalu ditemani bodyguard. susah punya waktu me time.

Hidup sederhana atau tak kaya secara materi,
yang dipikirkan keadaan saat ini, diri sendiri dan keluarga.
tentang pangan, sandang, papan, pendidikan.
Masih memiliki waktu bercengkrama dengan keluarga.
Masih memiliki kebebasan tanpa terlalu terikat citra sosial. Seperti ngupil di jalan, tertawa lepas
Masih bisa menikah dengan orang yang dicintai tanpa urusan bisnis.
Masih bisa bebas berekspresi tanpa takut citra diri jatuh.
Masih bisa tidur nyenyak tanpa bodyguard.
Masih bisa beribadah tanpa dikejar - kejar hal duniawi (telat meeting 10 menit).

Jika menjadi kaya raya membuat hidup lebih rumit daripada keadaan saat ini, apakah siap?
Jika menjadi kaya raya membuat jauh dari keluarga, apakah bahagia?
Jika menjadi kaya raya membuat diri jauh dari jati diri, tidakah hampa?

Setiap orang memiliki ujiannya. tak ada yang lebih senang ataupun lebih sengsara.
Semua memikul beban sesuai takarannya masing-masing. sama-sama berat pada porsinya.
Selamat berbahagia untuk apapun yang telah terjadi dan keadaan saat ini.

Ramadhan #2

Monday, June 6, 2016

Ramadhan #1: Perempuan Cantik

Coba bayangin deh menjadi perempuan yang dianggap cantik dalam suatu masyarakat. Pakai pakaian tertutup saja sudah dilirik. Apalagi pakai pakaian menarik, ah tentu saja sudah menjadi perhatian yang entah dapat menstimuli apa dalam pikiran "penonton", menyeramkan. Banyak digandrungi, didekati, dan banyak pula yang menyatakan cinta. Cinta pada pandangan mata yang lalu putus dengan alasan "tidak cocok", menyedihkan. Entah berapa persen persentasi cinta dan lust lawan jenisnya dalam sebuah hubungan dengannya. 

Mungkin lain halnya dengan perempuan yang memang ingin terlihat cantik agar mereasa percaya diri (bukan untuk pamer dan menarik lawan jenis). Setiap hari penuh perawatan, rutinitas membersihkan make up, jaga badan sampai kelaparan bukan untuk sehat melainkan untuk tetap langsing. Agak merepotkan memupuk kepedean dari hal fisik. Apalagi kalau niatnya memang untuk menarik lawan jenis, lalu bangga saat dididekati banyak pria yang jatuh cinta karena kecantikan fisiknya. kasian.

Dalam perspektif lain, justru perempuan yang dalam masyarakat dinilai kurang cantik ataupun kurang menarik secara fisik adalah perempuan yang beruntung. Karena secara alami memiliki potensi besar terlindungi dari pandangan. Saat ada seseorang yang jatuh cinta padanya, tandanya orang tersebut melihat hal terdalam dalam diri perempuan itu diluar batasan fisik. Inner beauty, entah dari wawasan, pemikiran, perilaku, karakter, kepribadian, bahkan keimanan. Beruntung pula saat ada lawan jenis yang mencoba berinteraksi dikala penampilan tak menarik, tandanya ada sesuatu di hatinya yang mendorongnya. dengan kata lain berarti lawan jenis memiliki sebuah intuisi yang baik atau bahkan dapat menangkap frekuensi dari inner beauty tersebut. Sebuah interaksi tanpa penilaian antribut permukaan.

Ramadhan #1

Sunday, June 5, 2016

5 Juni 2016

Menjelang Ramadhan 2016 diawali dengan perasaan fulfillment.
Entah apa yang terjadi seminggu ini, semua menghantarkan pada perasaan damai, tentram, dan ada letupan-letupan dalam hati yang berlomba keluar dalam kegembiraan yang tak tau berasal darimana.

Kalau perasaan dan hati adalah sesuatu yang tak dapat dibohongi dan dikenadlikan (ya, hanya punya kendali dalam merespon, menyembunyikan, dan memperlihatkan. Namun tak punya kendali terhadap perasaan yang singgah di hati baik dan buruk, sakit dan senang). 

Terimakasih untuk siapapun yang telah berbagi dan menerima cinta. Ibu, ayah, adik, teman, keluarga, bahkan strangers di pinggir jalan sekalipun (terimakasih telah menerima cinta saya lewat kesempatannya untuk berbagi cinta terhadap manusia as human). Saling mengasihi bukan karena lust ataupun kasihan, ya karena ada dorongan dalam hati yang bergerak secara spontan, ada yang mengerakannya. mengerakan untuk berbagi kasih, bergerak untuk menerima. Karena memberi dan menerima sama-sama membutuhkan kesiapan mental. 

Terimakasih kepada yang telah mengerakan hati, Sang Maha Pembolak Balik Hati Manusia. Terimakasih atas rasa bahagia dan kedamaian jiwa yang berhasil meneteskan air mata haru. Terimakasih atas segala hal yang terjadi di masa lalu, atas kesempatan saat ini, dan untuk harap masa depan penuh optimis yang berhasil membakar semangat.

Terimakasih untuk orang-orang yang tulus meluangkan waktunya, menerima diri (baik buruk), menolong, mendoakan, mendukung, dan menyayangi. Semoga selalu dalam lindungan-Nya, dilimpahkan kebaikan dunia dan akhirat. Gak perlu disebut siapanya lah ya, cukup diri sendiri yang tau untuk mengingat segala kebaikan orang-orang itu, yang pasti salah satunya di nomer satu ada Ibu.

Monjali, 5/6/16