Tuesday, May 26, 2015

Balancing

Setahun ini, dimasa hectic thesis, saya malah memasuki sebuah lingkungan baru dengan orang-orang baru. Awalnya (bahkan sampai sekarang) saya cenderung terlihat diam namun memperhatikan setiap hal yang saya tangkap, tentang suatu sistem, pola, karakter, kepribadian, sikap, motivasi orang, cara orang memecahkan masalah, cara orang menampilkan dirinya, cara mereka bersosialisasi, hingga sampai pola sol sepatu dan jarum jam tangan yang dipakai. Dari pengalaman bertatahun-tahun mengamati hal ini dalam lingkungan berbeda, cara kerja suatu sistem memang relatif sama, selalu banyak tipe penurut pencari aman, sedikit yang memberontak mempertanyakan "kenapa begini, kenapa begitu, kok bisa begini, blabla..." terlepas dari pengamatan sistem dan pola yang hanya akan saya sharing melalui komunikasi verbal, ada suatu yang menarik menurut saya untuk di sharing, yaitu tentang balancing.

Tidak semua yang kita tangkap itu hanya sebatas indrawi panca indra, entahlah knp intuisi itu bisa  mengarahkan pada sesuatu yang belum terlihat secara nyata, merasakan sesuatu yang tak terlihat dan belum terbukti. Jadi ada satu orang, dari banyaknya orang, yang saya perhatikan, dia sangat-sangat sopan, tingkat empatinya tinggi, low profile, dan merangkul "anak baru". Dari orang ini, saya belajar bagaimana untuk menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli terhadap keberadaan orang lain, bagaimana cara memperlakukan kolega tidak hanya sebatas profesionalitas pada sebuah sistem, namum memperlakukan sebagau human. Orang ini menurut intuisi saya, tipe orang jujur yang memang dari hati, bukan yang manis di permukaan untuk memenuhi sopan santun dan mengejar image. Disaat banyak orang baik dalam sebuah sistem akan terlihat buruk karena memberontak sistem dan dimanfaatkan, sehingga banyak orang-orang yang akhirnya melakukan sesuatu karena keharusan dan ketundukan pada sebuah sistem. Orang ini mampu berada dalam garis batas antara tetap survive dalam sebuah sistem namun tetap memperlihatkan diri aslinya tanpa dimanfaatkan orang lain. Cara dia menyapa para kolega, hanya sekian detik untuk say hai, cara dia membuat win-win solution berdasarkan logika namun tetap melibatkan feeling. Disaat banyak orang yang lebih ke task oriented, orang seperti ini luar biasa tingkat survive dan adaptasinya, dia bisa menjaga ritme produktif bekerja dan tetap membangun hubungan dengan para kolega baik secara profesional maupun personal. 

Karena setiap pertemuan selalu ada maksud, 
sebuah ladang pembelajaran hal nyata dan kasat mata.

No comments:

Post a Comment