Layaknya air yang menyesuaikan dengan tempat ia berada, namun tak merubah zatnya.
Dalam hidup, selain beradaptasi, perlu juga menyesuaikan baik dalam segala hal.
Dalam banyaknya Ramadhan yang telah dilalui, mengikuti tarawih di beberapa daerah. mulai dari masjid kampus, masjid perumahan, masjid kampung, masjid perkotaan, masjid pemerintah, dan masjid lainnya. Kalau diperhatikan secara detail, ada sebuah pola. yaitu tentang menyesuaikan. Bagaimana para pemberi ceramah menyesuaikan topiknya dengan para audience.
Isi cermah di mesjid kampus akan berbeda dengan isi ceramah di masjid perumahan, perkantoran, perkampungan, dan perkotaan besar. mengapa? karena salah satu tujuan ceramah selain membagi ilmu, juga sebagai media dakwah, yang artinya harus dapat di tangkap dengan pendengarnya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Misal, kalau di masjid perumahan yang kebanyakan audience nya adalah keluarga dengan beragam usia, maka bahasannya tentang keluarga. bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga, bagaimana mendidik anak, bagaimana sikap anak terhadap orang tua, bagaimana menghadapi hutang dan perselingkuhan, dsb. Lain halnya jika mengisi materi ceramah di kampus dimana isinya di dominasi oleh para civitas akademik dengan intelektual yang berbeda dengan misi yang jauh kedepan dalam sekala global, membangun bangsa angaplah. Isinya pun ilmu agama yang dikaitkan dengan keadaan sosial ekonomi dan teknologi, materi yang ledih dalam dan holistik. tentang Islam Nusantara (its so last year ya haha) bagaimana itu membangun sebuah ideologi baru yang dapat blablabla. Materi pun akan berbeda jika diterapkan dalam lingkungan perdesaan dan perkotaan. Cara penyampaian dan penjabaran dikaitkan dengan keadaan masyarakat yang menjadi pendengar dan lingkungannya.
Saat masjid kampus yang didominasi oleh para mahasiswa atau orang-orang yang haus akan suatu hal baru dan butuh stimuli secara intektual, tiba-tiba membahas hal yang sangat biasa (maksudnya hal yang semua orang paham lah, seperti kenapa babi haram) seperti orang datang ke nikahan pakai piyama alias saltum. Kecuali materi itu dapat disampaikan secara holistik, dengan dikaitkan dengan science, komoditi, sistem ekonomi, persepsi yang dianalisa secara tajam. Kalau hanya menyampaikan babi haram terus muter-muter belibet menjelaskannya padahal intinya cuma itu, jadi dipertanyakan kembali tentang kapabilitas penceramah dan panitia masjid bersangkutan. Sebenarnya sah-sah saja, cuma kurang tepat sasaran saja, sayang waktu jadinya. ya anggaplah latihan sabar, dengerin sampai selesai. Contoh lainnya, saat masjid di desa terpencil yang didominasi suami istri dengan pekerjaan sebagai petani, tiba-tiba membahas tentang pentingnya iptek dalam pembangunan bangsa dan agama sebagai landasannya. ya gak nyambung. yang ceramahnya kasian, yang dengernya juga bingung karena gak familiar dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Ceramah, isi, dan tempat. Menjadi salah satu contoh kecil tentang menyesuaikan diri.
Kalau pakaian saja perlu disesuaikan dengan acara dan tempat, begitupun dengan pemikiran, sikap, penyampaian, dan pembawaan. perlu disesuaikan dengan orang yang akan ditemui, tempat, acara, waktu, dan moment nya. Menyesuaikan ini penting, agar maksud dapat ditangkap sesuai, penting untuk membangun sebuah hubungan dengan lawan interaksi agar lebih seimbang dan orang lain merasa dihargai dan dimengerti, dsb.
*wualahualambishawab.
Ramadhan #9
No comments:
Post a Comment