Tuesday, August 11, 2020

Hari Raya

Takbir menggema sepanjang malam

Aku terjaga dengan jam tidur berantakan.


Subuh berkumandang dilanjut takbir haru

Tak lama langkah para tetangga menuju masjid 

Dan aku pun mulai memasuki alam mimpi.

Sang merah sedang datang di bulannya.


Terbangun pukul 2 siang, sendirian, belum mandi, belum makan.

Hari raya terasa seperti hari-hari biasa, tak ada yang spesial.

Aku beranjak ke dapur mencari makanan di kulkas.

Adzan Ashar berkumandang, menelepon adik di luar kota.


Malam mulai mengantikan terangnya siang

Teman mengucapkan selamat hari raya,

Bertanya bangaimana lebaran di musim corona

Aku diam karena tak ada yang berubah.


Sudah lama tak menjadikan mudik sebagai keharusan.

Sudah beberapa tahun lebaran sesendirian tanpa bertemu siapapun.

Lalu apa bedanya lebaran saat corona dengan lebaran sebelumnya?

Hari Raya tetap menjadi Hari Raya dimanapun diri berada dan sekalipun sendirian.


Tak perlu memberatkan diri dengan segala budaya yang menjadi keharusan.

Harus mudik, harus bertemu ortu, harus bertemu sodara, harus kumpul,

harus beli baju baru, harus beli mukena baru, harus makan ketupat,

harus makan opor, harus bagi angpau, dan keharusan ini itu lainnya.


No comments:

Post a Comment