Wednesday, December 9, 2020

Berkoloni

Datang ke sebuah tempat baru, yang dicari pertama adalah teman.
Berteman untuk mengisi kekosongan, memenuhi kebutuhan memberi dan diberi, memenuhi kebutuhan dalam proses bertahan hidup. Urusan selesai, kedekatan di masa itu hanya sebuah kenangan. Lalu hidup berlanjut dari satu tempat ke tempat baru, dari satu fase ke fase selanjutnya, dengan pola cara bertahan hidup yang sama, mencari teman. Begitupun saat sulit, yang dicari adalah teman senasib. Dimana saat nasibnya berbeda, tidak ada hasrat untuk memulai bertemanan. Berteman atas dasar kesamaan issue.

Hidup dalam koloni.
Menutup diri asli untuk dapat diterima, mengikuti aturan kelompok agar tidak terbuang, mengikuti arus agar tak dimusuhi. Hidup bahagia dalam kelompok, tidak dengan saat sendirian. Kelompok menjadi sebuah identitas diri, sebuah tempat kembali pulang, sebuah tempat singgah berteduh. Sebuah simbiolis mutualisme antar manusia-manusia yang tak aman dalam kesendiriannya, yang takut menjadi dirinya, yang takut dibenci, yang takut ditolak.

Hidup dalam koloni.
Menghadirkan kenyamana, keamanan, dan kehangatan. Zona aman yang nyaman untuk ditinggalkan. 

Orang-orang berkoloni akan bingung dengan jalan hidup seorang loner. Bahkan dianggap abnormal, mengancam, dan tidak nyaman hanya karena berbeda. Loner always say what they mean directly without sugarcoat dan menjadi diri aslinya tanpa takut untuk ditolak. Begitupun bagi seorang loner, akan sulit memahami bagaimana manusia bisa sampai dititik "mengemis" hanya untuk diterima secara sosial, bagaimana seorang manusia bis asangat berani hanya saat ada temannya, bagaimana manusia saling berkelompok hanya sebatas hubungan transaksional untuk kepentingan pemenuhan kebutuhannya masing-masing. 
--------

Kadang orang-orang berkelompok menjijikan.
Seorang pemuka agama yang bersekolah kembali, setinggi apapun pangkat dalam tempat ibadahnya, ternyata tetap sama saja dengan manusia lain yang hidup dalam ketakutan. Tetap membuat kelompok sebagai cara bertahan hidupnya sekalipun dalam proses berkelompoknya menyakitkan orang lain yang dia anggap tidak penting dan tidak menguntungkan untuk hidupnya. Seorang pemuka agama yang katanya pegabdi Tuhan, mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, pada akhirnya sama saja dengan manusia-manusia yang ketakutan akan ketidak mampuannya bertahan hidup sendiri dan cari aman meski tidak adil bagi orang lain. Culas. Menjijikan.


No comments:

Post a Comment