Sunday, January 1, 2023

Closure

Penutupan.

Dalam sebuah relationship, ada kalanya satu pihak sudah berpaling, meninggalkan, bertemu orang baru, move on, dan hidup dalam kehidupan barumnya dengan bahagia, dikala salah satu pihak berada dalam kebingungan, ketidakberhargaan diri, dan stuck dalam menjalani hidup. Selesainya suatu hubungan bukan pada salah satu pihak yang merasa selesai, namun kedua belah pihak yang sama-sama merasakah kelegaan tanpa ganjelan dan harapan appun lagi. Closure diperlukan untuk pihak melanjutkan hidupnya dengan damai bahkan meng claim kembali keberhargaan dirinya yang hilang dalam ketidakpastian, ketidakjelasn, harapan palsu, bahkan dalam imajinasi fantasi delusinya tersendiri atas suatu hubungan yang jelas-jelas sudah kandas.

Sayangnya, tidak semua pihak mau dan mampu memberikan closure pada pihak lain. Entah merasa sudah tidak penting lagi bagi dirinya, kurangnya empati, malas, tidak peduli, atau sesederhana buat apa karena di dirinya sudah seelsai dan tak perlu berurusan lagi. Banyak orang yang relationshipnya sudah selesai dari belasan tahun lalu masih mencari closure dan pihak lainnya tak mau memberikan sesederhana bertemu, ada kontak fisik say hi, membicarakan semua yang masih menganjal, atau sesederhana angkat telepon maupun membalas pesan.

Disini ada dua hal, bagi pihak yang tidak mendapatkan closure, maka dibutuhkan self-closure yang memang mungkin banyak asumsi untuk menenangkan diri, seperti "oh dia tidak balas, tandanya sudah tidak peduli dan semua selesai", atau "aku berharga untuk melanjutkan hidupku meski urusan ini masih ganjal belum selesai". Pihak lain yang dikejar-kejar closure mungkin bisa lebih berempati pada keadaan pasangan lamanya, bisa lebih membuka hati sekedar menolong orang untuk melanjutkan hidupnya dengan damai. Dan hal tersebut bisa terjadi, jika pihak tersebut memiliki kedewasaan yang matang. Mampu menghampiri dan memberikan waktu untuk hal yang menurutnya tidak penting, mampu berada dalam situasi kondisi bahkan obrolan tak nyaman, mampu menerima apapun yang terjadi saat proses closure (ketidaknyamanan obrolan, umpoatan, makian, maupun pelukan hangat perpisahan). 

Kadang closure tidak membutuhkan kerumitan dan waktu lama. Bisa jadi hanya angkat telepon 10 detik sudah memberikan kedamaian dan penutupan permanent. Kadang pertemuan singkat hanya say hi, diam eye contact sekian detik lalu say goodbye, sudah memberikan closure. 

------------

Closure ini tidak hanya dalam hubungan romantis atau personal, dalam pekerjaan pun butuh sebuah clsoure. Mungkin perusahaan-perusahaan dewasa atau bos-bos dewasa, saat merekruit pekerja baru, ia akan memberikan pengumuman lanjut atau tidak. Jika calon pegawai tidak lanjut, maka akan diberikan clsoure bahwa ia tidak lanjut, bukan hanya didiamkan hingga muncul asumsi sendiri tidak lanjut. Bayangkan jika seorang pelamar sedang dalam struggle, apply sana sini, sedang tidak baik-baik saja, lalu semua perusahaan yang dia apply tidak ada kedewasaan dan profesionalitas untuk bilang tidak lanjut, ada kemungkinan orang ini akan menyalahkan dirinya sendiri, entah menganggap dirinya bodoh, buruk, tidak layak, mengikis kepercayaan diri dan keberhargaan dirinya. Meski kadanga alasan tidak lanjutnya tidak ada hubungan dengan kapasitas dan kepribadiannya, bisa jadi hanya sesederhana lokasi calon pegawainya yang dianggap jauh, atau sedang mencari pegawai dengan elemen dan zodiak tertentu. Untuk urusan pekerjaan saja bisa ada potensi sampai menggerus kesehatan dan kesejahteraan seseorang, apalagi dalam hubungan personal dan romatis dimana sebelumnya ada attachment dan connection. 

Kadang seseorang menyudahi atau meninggalkan, tidak ada hubungannya dengan diri. 

No comments:

Post a Comment