Wednesday, July 13, 2016

Jogja, 13 Juli 2016

Karena banyak komplain tentang kosan terkait mas2 yang suka main masuk kamar, kamar diberesin tanpa ijin, dll. Diajak ngobrol sama bapak kosannya (berasa disidang, krn udah tau diri duluan terlalu blak2an dan sempet marah kesel).

Ternyata... Mas2 itu adalah anak bapak kosan yg autis. Ibu2 itu kakaknya yg pernah stress krn dulu ortunya berpisah, dll. Ya Allah, sedih banget deh dibalik uang puluhan juta yang ia terima tiap bulannya dr usaha kos2an, ada ujian lain yang sama beratnya. Jadi diingatkan untuk bersyukur dikasih mental yg sehat, pikiran yg cerdas, fisik yg sempurna, jiwa yang tenang. Karena banyak orang diluaran sana yang berjuang mati-matian untuk orang2 tersanyangnya dimana perjuangan mereka hanya bisa mentok sampai bantuan financial, tak merubah mental, pikiran, jiwa, dan pikiran seseorang menjadi lebih baik. 

Bapak kosan resign, nutup perusahannya, bangun kosan, hijrah ke tempat baru. Biar bisa ngontrol anaknya yg autis, biar bs punya peningalan bagi dia dikala dirinya meninggal. Ya. Orang tua dimana-mana sama, selalu ingin yg terbaik untuk anaknya. Kalau ibu ayah selalu bilang cuma bisa investasi ke anak lewat pendidikan dan menyekolahkan kami. Di luaran sana banyak yang harus berinvestasi dari harta karena tau anaknya kurang bisa mandiri untuk menopang kakinya sendiri krn beragam kekurangan dalam dirinya (kekurangan mental, jiwa, inteletual). 

Pagi ini, berasa digampar realita untuk merendahkan hati dan lebih peka pada sekitar. Kalau ada orang pintar, pasti ada orang bodoh. Orang bodoh sebagai ladang ibadah orang pintar, sama-sama saling menolong. Kalau ada orang gundah, pasti ada orang dengan kemampuan healing yg luar bisa. Yg satu tersembuhkan, yang satu bahagia bisa menolong orang. Pada akhirnya jadi bertanya kembali, apa kelebihan kita? Kenapa kita diciptkana seperti ini? Untuk apa? Untuk apa kelebihan itu ada didiri kita? Untuk apa kelemahan itu ada didiri kita? 

Orang-orang yang crosspath dengan kita selalu menjadi ladang ibadah untuk kita maupun mereka. Selalu ada peran pembelajar dan mengajari; menolong dan ditolong; memberi dan diberi; menyembuhkan dan disembuhkan. 

Wuallahualambishawab.
Jogja, 13 Juli 2016

No comments:

Post a Comment