Friday, September 1, 2023

Banjir

Layaknya banjir yang memasuki rumah, membasahi perabotan, merendam karpet, kasur tanpa dipan, dan menggenangkan sendal, sepatu, dan lainya. Ada yang rusak tak bisa dipakai lagi, ada yang perlu diperbaiki, ada yang menjadi cacat tak sempurna, ada yang diam pada tempatnya, banyak pula yang hanyut. Banjir tak hanya basah; air yang bercampur dengan sampah, tanah, tinja, air kemih di jalanan, serta segala bakteri entah dari mana menyatuh menghasilkan bau dan potensi penyakit. 

Saat banjir datang, mungkin kita panik menghalau dengan segala cara, ditinggalkan tanpa kembali, atau hanya diam memasrahkan diri dengan menunggu surut. Setelah semua surut, tak ada lagi genangan-genangan yang akan hadir apalagi beriak menyeret sejalan arusnya; barulah dirapihkan kembali untuk layak huni dengan aman, nyaman, dan indah.

Dimulai dari membuang sisa air, menyiram disinfektan, mengepel, melap seluruh perabot, mengeringkan. Tahan selanjutnya menyortir mana yang masih layak digunakan, perlu dibuang, diperbaiki. Setelah itu perlahan dirapihkan kembali pada tempatnya semaksimal mungkin. Mungkin prosesnya tidak secepat menutup pintu. Jikan pun telah dirapihkan semua, ada waktu yang dibutuhkan untuk membiasakan dengan bau atau menunggu baunya hilang, begitupun ada waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dana membeli perabot-perabot yang rusak, ada waktu bekerja ekstra serta kucuran energi untuk itu semua. 

Jika rumah adalah jiwa dan raga ini,
Seperti itu pula hidup saat ada bencana masuk, menghantam rumah, tidak semudah move on meninggalkan, ada yang perku dirapihkan, dirawat, dibersihkan, dihidupkan kembali dengan layak, dan rumah itu adalah diri kita sendiri. 

No comments:

Post a Comment