Friday, April 5, 2024

Ramadhan #24

Sebelumnya gak sadar kalau harta benda dan gaya hidup itu suatu hal yang penting dipertimbangkan dalam sebuah relasi. Hingga bertemu seseorang, di pertemuan dan interaksi pertama, ia menanyakan "kamu biasanya beli baju dimana? pakai merk apa?". Pernah ada kenalan "gilak lo hampir tiap hari makan gituan, semoga suami lo mampu kasih makan lo itu deh nanti". Dulu hal itu dianggap pertanyaan aneh dan komentar gak penting. Hingga 7 tahun kemudian baru sadar, kalau pertanyaan itu salah satu bentuk melihat gaya hidup, kenyamanan, level konsumsi, standard berpakaian, termasuk mengukur apakah orang yang berniat padaku mampu menafkahiku.


Sebagai orang yang tumbuh di lingkungan yang sangat mandiri, tak mengenal patriaki, tak kenal energy feminine (receiving), selalu terbiasa apa-apa sendiri, urus sendiri, pergi sendiri, sakit sendiri, repot sendiri, bahkan kecenderungannay selalu giving never taking. Sampai di momen sadar, kalau perempuan itu di provide, di protect, di sayang. Dalam agama, ada 4 laki-laki yang bertanggung jawab atas 1 perempuan (ayahnya, suaminya, sodara laki-lakinya, anak laki-lakinya), atas kehidupan duniawi maupun akhirat. Se dimuliakan itu perempuan dalam agama. Mungkin memang fitrahnya energy feminine perempuan muncul dan mengalir sehat, salah satunya kemampuan menerima. Sesederhana menerima bantuan, perhatiab, cinta, nafkah, dilindungi. 

Dulu mikirnya kalau perempuan punya kebutuhan X, ya harus mampu menafkahi diri sendiri. Sekarang, ya pasanganku harus mampu memberikanku X sekalipun aku mampu memenuhinya sendiri. Cara laki-laki memperlakukan perempuan, pada akhirnya cerminan akan kualitasnya sendiri. Karena gak semua perempuan mampu menerima loh. Gak semua perempuan suka bergantung, dijemput, dianterin, dibayarin, dijagain, ditemenin, di lindungi, dikasih, bisa dicintai (meski mampu mencintai). Aku termasuk seperti itu dulu. Hingga akhirnya mulai bertransformasi dengan belaja rminta tolong, membiarkan diri dibantu orang tanpa merasa hutang budi, mulai belajar menerima pemberian orang, mulai nyaman jika ada yang bayarin, mulai menghilangkan sunkan jika dijemput, mulai belajar melepas kemandiriannya sedikit. 

Pada akhirnya relasi yang sehat, terbentuk dari banyak faktor. Beberapanya adalah energy feminine dan maskulin yang seimbang, bagaimana sisi feminine perempuan bisa muncul (sekalipun perempuannya sangat maskulin: mandiri, bekerja, agresif, aktif, dominan, rasional, ngatur, dll) dan sisi maskulin laki-laki bs muncul (inisiatif, lead, protect, provide, action, active). 

No comments:

Post a Comment